A. Silabus
Metode:
Menjunjung tinggi kearifan lokal
> Question ke MOT terkait titik jangkau dari pemahaman materi sebelumnya.
> Melakukan review kurang lebih 30 menit terkait materi sejarah dan materi konstitusi HMI.
> penyampaian materi, partisipasi aktif peserta, general question, closing materi dengan justifikasi question
terkait dengan kunci dari inti materi mission.
Evaluasi:
Test Partisipatif, Test Objektif/subjektif dan penugasan sesuai dengan standarisasi penyampaian materi.
Referensi:
1. Nilai Dasar Perjuangan HMI
2. Ade Komaruddin dan Muchhrijin Fauzi (ed) HMI Menjawab Tantangan Zaman, PT. Gunung Kelabu, 1992
3. Asghar Ali Engginar, Islam dan Theologi Pembebasan, Pustaka Pelajar 1999
4. Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual: Satuan Wawasan Islam, Mizan 1992
5. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik Indonesia, Mizan, 1997
6. Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, Pustaka Firdaus
7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI
8. Ramli H.HM Yusuf (ed), Lima Puluh Tahun HMI mengabdi Republik, LASPI, 1997
9. Dr. Fiktor Imanuel Tanja, HMI sejarah dan Kedudukannya di tengah kedudukan Muslim Pembaharu
Indonesia, Sinar Harapan, 1982
10. Referensi Lain Yang Relevan.
B. Materi Terurai
Pengantar
Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban, sehingga mission HMI dapat diartikan sebagai
tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh kader HMI. Sebagai organisasi kader yang memiliki platform
yang jelas, sejak awal berdirinya HMI mempunyai komitmen asasi yang disebut dengan dua komitmen asasi,
yakni (1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat bangsa Indonesia, yang
dikenal dengan komitmen kebangsaan, dan (2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, yang dikenal
dengan wawasan keislaman/keumatan.
Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan integralistik, yakni cara pandang yang utuh
melihat bangsa Indonesia terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai warga negara
dan umat Islam Indonesia. Penerjemahan komitmen HMI ini disesuaikan dengan konteks jaman, sehingga
HMI selalu aktual dan mampu tampil di garda terdepan dalam setiap even.
Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI mengalami stagnasi, untuk tidak dikatakan
degradasi. Hampir tidak ada gagasan cerdas yang disumbangkan oleh HMI di tengah carut marut dan
tunggang langgangnya tatanan republik ini, dimana masalah disintegrasi perlu segera diatasi, masalah
ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki, masalah supremasi hukum yang harus ditegakkan, masalah
pendidikan mendesak untuk diperhatikan, dan masalah-masalah lain yang melingkari, seperti budaya,
pertahanan keamanan, yang kesemuanya membutuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia
sekarang sedang diterma krisis multi dimensional. Di tengah kondisi ini, komitmen HMI tidak lebih dari
sebatas slogan tanpa jiwa.
Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam berperan serta untuk penyelesaian
problematika bangsa dan umat perlu adanya reaktualisasi mission HMI dalam jiwa kader HMI melalui proses
perkaderan yang selama ini perjalanannya tidak lebih hanya sebagai proses pencapaian status dengan
meninggalkan makna sesungguhnya, yaitu sebagai proses pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai
dan kemampuan, yang berusaha melakukan transformasi watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh
(kaffah), sehingga kader HMI memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas ( mustad’afin) dan
melawan kaum penindas (mustakbirin).
HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum intelektual, generasi kritis, dan memiliki
profesionalisme harus mampu menjadi agen pembaharu di tengah masyarakat dan kehidupan bangsa.
Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang luar biasa dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara, maka
seluruh gerak perubahan yang terjadi di bangsa ini dimotori oleh kelompok mahasiswa dan pemuda, mulai
dari proklamasi, revolusi, hingga reformasi, selalu ada andil mahasiswa. Namun demikian arah perubahan
harus sesuai dengan usaha untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT
sebagaimana termaktub dalam penggalan tujuan HMI.
Dalam perjalanannaya, gerakan mahasiswa begitu dimanis, mengikuti perkembangan jaman dan selalu eksis
dalam setiap momen penting kebangsaan. Kekonsistenan itu harus diiringi oleh pegangan yang teguh
terhadap idealisme dan menjaga sikap hanif sehingga kehadiran mahasiswa sebagai kaum intelektual yang
dalam tatanan sosial masyarakat mendapat tempat yang penting sebagai embun penyejuk. Untuk itulah HMI
sebagai organisasi mahasiswa harus mampu menetaskan kader-kader yang berkualitas insan cita
sebagaimana yang tersurat dalam tujuan HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT” (pasal 4 AD HMI).
TUJUAN HMI
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah “Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI). Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan menjadi lima kualitas insan cita,
yakni kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan bernafaskan
Islam, dan kualitas insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah SWT.
Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang
manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan.
Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 4 AD HMI) adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Insan Akademis
Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia
selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
Sanggung berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik
secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur,
mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah
besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa
yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan
dan pembaharuan.
Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi,
kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang
disemangati ajaran islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.
Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat
kondisi sekelilingnya menajdi baik.
Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan
ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan Islam
Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk
Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal
Islam. Dengan demikian Islam telah menapasi dan menjiwai karyanya.
Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah
membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada
dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim insan ini telah mengintegrasikan masalah
suksesnya dalam pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam
Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT
:
Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan islam dan bertanggungjawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan
yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
Spontan dalam menghadapi tugas, responsip dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari
sikap apatis.
Rasa tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam
suatu bidang dalam me wujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur.
Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard” yang harus
melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of future” insan pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan
berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-
citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooferatif bekerja sesuai dengan yang
dicita-citakan. Ideal type dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara
“Idea of Progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur
dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman berilmu dan mampu
beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)
Dari liam kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga kualitas insan Cita
yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas
pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT.
Yang dimaksud dengan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT adalah masyarakat yang
menjalankan kehidupannya selalu berlandaskan atas asas keadilan sehingga tercapai kemakmuran dan
dalam perjalanan pencapaian masyarakat adil makmur tersebut tidak mendobrak aturan Allah yang tertuang
dalam Al-Qur’an sehingga adil makmur yang dicapai oleh masyarakat meruapak adil makmur yang
dikehendaki oleh Allah SWT. Jadi setiap usaha dalam pencapaian masyarakat adil makmur harus
berpedoman pada ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Hubungan antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran HMI secara integral adalah dalam pencapaian
dan memperjuangkan mission HMI harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh, dan satu sama lain saling
mempengaruhi, dan menentukan sehingga tidak bisa ditinjau secara parsial.