This is based on the belief that long-term planning and vision for Indonesia and the region
must be based on an in-depth understanding of economic, political, and social issues,
including regional and international developments.
CSIS research and studies are channeled in various forms as independent input to
government, universities and research institutions, civil society organizations, media, and
business.
The Wahid Institute (1/2)
Berdiri sejak 7 September 2004, The WAHID Institute (WI) adalah lembaga yang
berusaha mewujudkan prinsip dan cita-cita intelektual Abdurrahman Wahid dalam
membangun pemikiran Islam moderat yang mendorong terciptanya demokrasi,
multikulturalisme dan toleransi di kalangan kaum muslim di Indonesia dan seluruh
dunia. Dalam berbagai programnya, WI menggelar kegiatan di lingkungan aktivis
muslim progresif dan dialog-dialog di antara pemimpin agama-agama dan tokoh-
tokoh politik di dunia Islam dan Barat.
The Wahid Institute (2/2)
Seeding Plural and Peaceful Islam
VISI Terwujudnya cita-cita intelektual Gus Dur untuk membangun kehidupan bangsa Indonesia yang sejahtera dan
umat manusia yang berkeadilan sosial dengan menjunjung tinggi pluralisme, multikulturalisme, demokrasi, HAM yang
diinspirasi nilai-nilai Islam. The Wahid institute berusaha memperjuangkan terciptanya dunia yang damai dan adil
dengan mengembangkan pandangan Islam yang toleran dan moderat dan bekerja untuk terbangunnya kesejahteraan
bagi semua manusia
MISI
Mengembangkan, merawat dan menyebarluaskan nilai-nilai Islam yang damai dan dan toleran
Mengembangkan dialog-dilog antara budaya lokal dan internasional demi memperluas harmoni Islam dengan
berbagai kebudayaan budaya dan agama di dunia
Mendorong beragam inisiatif untuk memperkuat masyarakat sipil dan tata kelola pemerintah yang baik di Indonesia
dalam penguatan demokrasi
Mempromosikan partisipasi aktif dari beragam kelompok agama dalam membangun dialog kebudayaan dan dialog
perdamaian
Mengembangkan inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial
Ma'arif Institute (1/2)
Statuta pendirian MAARIF Institute for Culture and Humanity (2002) menyatakan komitmen dasar
lembaga ini sebagai gerakan kebudayaan dalam konteks keislaman, kemanusiaan, dan
keindonesiaan. Tiga area ini merupakan hal pokok dan terpenting dalam perjalanan intelektualisme
dan aktivisme Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan mantan
Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP).
Disadari pula bahwa program serta aktivitas MAARIF Institute tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan
sosiologis persyarikatan Muhammadiyah, meskipun tidak ada hubungan structural dengan
organisasi ini dan tanpa mengurangi komitmen untuk terus memperluas radius pergaulan lembaga.
Muhammadiyah, menurut banyak kalangan, sering dianggap sebagai representasi gerakan
modernis-moderat di Indonesia yang aktif mempromosikan pemikiran-pemikiran Islam, berdakwah,
dan melakukan aksi-aksi sosial. Oleh karena itu, memperjuangkan arus pembaruan pemikiran Islam
dalam konteks gerakan Muhammadiyah merupakan perhatian utama MAARIF Institute sebagai
bagian dari upaya pencerahan sekaligus memperkuat elemen moderat (empowering moderates) di
Indonesia.
Nilai-nilai Dasar
Egaliter, Non-diskriminasi , Toleran, Inklusif
Ma'arif Institute (2/2)
Visi
Menjadi lembaga pembaruan pemikiran dan advokasi untuk
mewujudkan praksis Islam sehingga keadilan sosial dan kemanusiaan
menjadi fondasi keindonesiaan sesuai cita-cita sosial dan
intelektualisme Ahmad Syafii Maarif.
Misi
1. Mendorong aktualisasi nilai-nilai demokrasi, HAM, dan kebinekaan
untuk memulihkan keadaban publik, saling menghargai, dan kerjasama
yang konstruktif bagi keindonesiaan dan kemanusiaan.
2. Memperkuat dan memperluas partisipasi masyarakat sipil dan
generasi muda untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang berkeadilan
atas dasar kebinekaan.
PUSAD Paramadina
VISI “MENUJU INTERAKSI DAMAI ANTARA AGAMA DAN DEMOKRASI DI INDONESIA.”
MISI
Mengembangkan gagasan dan praktik terbaik interaksi damai antara agama dan demokrasi
di Indonesia.
Mengembangkan kapasitas aktor-aktor agama, masyarakat madani dan negara dalam
memecahkan masalah-masalah sosial dan politik secara demokratis dan adil.
Menyebarkan pesan-pesan agama yang mendukung perdamaian dan demokrasi melalui
beragam kegiatan akademis dan budaya, pendidikan publik dan advokasi kebijakan.
Menjadi laboratorium peneliti muda meningkatkan kapasitas dalam melakukan riset sosial
yang inovatif dan berorientasi pemecahan masalah.
IDEAS (1/2)
Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) adalah lembaga think tank
tentang pembangunan nasional dan kebijakan publik berbasis ke-Indonesia-an
dan ke-Islam-an yang didirikan dan bernaung dibawah Yayasan Dompet Dhuafa.
Kegiatan inti lembaga adalah penelitian dan advokasi kebijakan dengan isu
prioritas adalah penanggulangan kemiskinan dan jaminan sosial, ketahanan
pangan, air, dan energi, pembangunan kesehatan dan pendidikan,
makroekonomi dan keuangan negara, pembangunan pertanian dan pedesaan,
perencanaan kota, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, serta
peran Islam dalam pembangunan nasional.
IDEAS, memulai program sejak Juni 2015 dan secara resmi diluncurkan ke publik
pada 23 Mei 2016, hingga kini telah melakukan berbagai riset tentang
pembangunan nasional dan kebijakan publik berbasis ke-Indonesia-an dan ke-
Islam-an.
IDEAS (2/2)
Visi
Menjadi lembaga kajian (think tank) tentang pembangunan dan kebijakan
publik berbasis ke-Indonesia-an dan ke-Islam-an yang independen, kredibel dan
terpercaya
Misi
Menghasilkan Analisis Kebijakan (Policy brief)
Menghasilkan Kontra-draft Anggaran Negara (APBN)
Menghasilkan Kontra-draft Undang-Undang
Menghasilkan Cetak biru (blue-print) Sektoral / Industri
Menghasilkan Strategi Pembangunan Nasional (Kontra-draft RPJP/RPJM)
Article33 (1/2)
Article 33 Indonesia adalah sebuah lembaga riset untuk perubahan sosial yang
berbentuk perkumpulan. Lembaga ini pada awalnya bernama PATTIRO Institute,
kemudian pada Juli 2012 lembaga ini resmi berganti nama menjadi Article 33
Indonesia. Perubahan nama ini telah disahkan melalui akta notaris dan dicatat
di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 3 Oktober 2012, dengan nama resmi
“Perkumpulan Artikel 33 Indonesia”. Dengan demikian, semua kegiatan masa
lalu, masa kini dan masa depan Pattiro Institute dilanjutkan atas nama
Perkumpulan Artikel 33 Indonesia.