Anda di halaman 1dari 5

PENGEMBAGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI)

Visi

Pengemban Kajian Bidang Pengembangan Masyarakat Islam dan Akultrasi Budaya


berbasis Teknologi Informasi yang unggul di Kawasan Timur Indonesia pada tahun
2025

Misi

1. Meyelenggarakan Pendidikan yang kompetitif dan berkarakter dalam bidang


pengembangan masyarakat Islam menuju kemantapan akidah kematangan
akhlak dan kemapanan profesi yang berbasis teknologi informasi.
2. Melakukan Penelitian yang kreatif dan inovatif bidang pengembangan
masyarakat Islam berbasis teknologi.
3. Mewujudkan pengabdian masyarakat dalam bidang pengembangan
masyarakat Islam berbasis teknologi.
4. Menyelenggarakan pengkajian akultrasi Islam bidang pengembangan
masyarakat Islam dengan khasanah budaya nusantara.
5. Mewujudkan Sumber Daya Manusia bidang pengembangan masyarakat yang
Profesional Berjiwa Entrepreneurship melalui kajian-kajian keIslaman yang
Integratif.

Deskripsi Terkait Prodi PMI

A. Landasan Kurikulum A.1 Landasan Filosofis

Prodi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) memusatkan kajiannya pada


dakwah bi ahsan 'amal berupa tathwir (community development), bukan pada
dakwah bi al-qawl. Prodi PMI mengembangkan ilmu community development
dengan pendekatan wahyu (istinbath), interdisipliner (iqtibas). dan kajian social
(istiqra). Ia tidak menganut dikhotomi ilmu agama ilmu umum melainkan justeru
memandang ilmu-ilmu tersebut sebagai suatu entitas yang integrated dan
integral. Secara demikian, prodi PMI mencoba mencetak sarjana dakwah
pengembangan masyarakat yang beriman, modern, dan bersaing. Sarjana PMI
diproyeksikan untuk menjadi ahli dakwah bidang pengembangan sumberdaya
manusia, sumberdaya lingkungan, dan sumberdaya ekonomi.

A.2 Landasan Sosiologis

Sebagai ilmu terapan, program studi PMI mempunyai tugas merumuskan


konsepkonsep baru tentang integrasi sosial masyarakat multikultural. Bidang studi
ini memiliki tanggung jawab tidak hanya mencari alternatif-alternatif model
pengintegrasian masyarakat, tetapi juga ikut mendorong konsensus-konsensus
baru di tengah-tengah masyarakat sehingga harmoni dan integrasi masyarakat
tersebut dapat terus dipertahankan. Di level nasional, kehadiran Prodi PMI begitu
dibutuhkan dalam merumuskan masalah-masalah kebudayaan. Sebagai salah
negara berpenduduk mayoritas Islam terbanyak di dunia, Indonesia dikenal kultur
keadabannya yang lebih banyak diilhami “Budaya Islam”. Praktik bermasyarakat
kelompok-kelompok sosial di lingkup kehidupan masyarakat, selalu dihubungkan
dengan kepercayaan. Melihat kondisi ini dapat dijadikan sebagai acuan Prodi PMI
dalam memetakan keyakinan-keyakinan agama maupun pola tingkah laku
kelompok-kelompok masyarakat Islam. Corak pola-pola perilaku umat Islam yang
berbeda-beda namun masing-masing menandaskan pada nilai-nilai dan norma
norma agama, sangat rentan menimbulkan gesekan sosial di lingkup kehidupan
masyarakat. Konflik-konflik internal umat Islam lantaran adanya perbedaan bisa
diantisipasi dengan memperbanyak studi-studi tentang pentingnya menjaga
keberagaman, mengkampanyekan moderasi Islam hingga memetakan masalah-
masalah dan mencari alternatif penyelesaian terhadap kelompokkelompok
masyarakat khususnya dalam bidang pengembagan masyarakat.

A.3 Landasan Historis

Prodi PMI sebelum perubahan STAIN menjadi IAIN Parepare pada tahun 2019,
berada di Jurusan Dakwah dan Komunikasi (Dakom) yang didirikan pada tahun
2008 sekarang menjadi Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD). Dasar
hukum berdirinya Jurusan Dakwah dan Komunikasi yaitu berdasarkan Surat
Keputusan Ketua No. 487.a Tahun 2008, tanggal 10 Oktober 2008, sedangkan
dasar hukum berdirinya Prodi PMI yaitu Surat Direktur Jenderal

B. Bidang Kajian Keilmuan PMI

Bdalam mengembangkan keilmuan dan skill yang sesuai dengan visi misi prodi
pengembangan masyarakat Islam, sehingga kita di bekali dengan keilmuan yang
perlu di pelajari secara umum diantaranya:

1. Ilmu Dakwah Islam


2. Kemampuan Dasar PMI
3. Ilmu Sosial Budaya
4. Metodologi Penelitian Dan Praktik Lapangan
5. Pengembangan Msayarakat Islam
6. Keseahatan Lingkungan
7. Manajerial
8. Wirausaha (Sociopreneur).
Sehingga dari bidang kajian umum diatas, secara khusus diperoleh kajian setiap
mahasiswa maupun dosen di Prodi PMI nantinya akan memiliki ciri khas tersendiri
didalam menyampaikan pengetahuan dan pengalaman terkait prodi PMI.
Adapaun ciri khusus keilmuan yang dimaksudkan adalah

1. Manajemen Kesejahteraan Umat Islam.


2. Sejarah Sosial Masyarakat Islam Indonesia.
3. Studi Pembangunan.
4. Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan.
5. Manajemen Pengembangan Masyarakat.
6. Ekologi.
7. Teknologi Tepat Guna

C. Alumni dan Lapangan Pekerjaan

Sebagai upaya pelacakan alumni setelah lulus kuliah di program studi


Pengembangan Masyarakat Islam. Dari hasil pelacakan studi dapat dilihat hasilnya
dari tahun 2016, awal mula terbentuknya prodi pengembangan masyarakat Islam
hingga tahun 2022 menghasilkan sekitar alumni yang memiliki pekerjaan,
diantaranya:

1. Karyawan Bank Syariah


2. Lembaga Swadaya Masyarakat
3. Wiraswasta
4. PT. Pelabuhan Indonesia (Persero)
5. Koperasi
6. Staf Desa
7. Kantor Urusan Agama (KUA))
8. Fasilitator

Adapun Setiap Mahasiswa PMI akan di ikutkan dan di bina melalui fasilitas:

1. Baca tulis Al-Quran


2. Bahasa Arab dan Ingris
3. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah
4. Praktek Lapangan sejumlah Perusahaan skala nasional dan Internasional
5. Magang sejumlah kantor Pemerintah maupun Badan Usaha Swasta
6. Menghasilkan Karaya Tepat Guna yang dibimbing menghasilkan Karya

Sejumlah beasiswa yang diperolerh mahasiswa PMI


1. Beasiswa UKT Terendah
2. Beasiswa KIP
3. Beasiswa Pemerintah Barru
4. Beasiswa Bank BSI

D. Akun Media Sosial Prodi PMI

1. Istafgram: hmps_iainpare
2. Yuotube: PMI FUAD IAIN PAREPARE

Rancangan Komunikasi
Komunikasi saat ini masih menjadi hal penting bagi kehidupan kita, sama halnya
dengan komunikasi kebijakan. Masih banyak pelaksanaan kebijakan yang
mengecualikan aspek komunikasi publik yang ada, sehingga membuat segala
pemahaman dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Akibatnya, perlu adanya kesadaran bersama dari orang yang membuat dan pengelola
kebijakan itu agar bisa memasukkan strategi komunikasi yang baik demi salah satu
instrumen untuk mendukung implementasi kebijakan yang lebih efektif.

Saat ini komunikasi yang dilakukan pemerintah menjadi sangat penting untuk
implementasi kebijakan. Sebagus apapun kebijakan yang telah di buat oleh
pemerintah akan tidak berhasil jika tanpa dukungan oleh komunikasi kebijakan yang
baik dan efektif. Jadi, salah satu agenda penting saat ini adalah membangun
kepercayaan publik itu sendiri. Seperti contoh UU No. 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik dalam pasal 2 yakni
(1) Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap
Pengguna Informasi Publik.
(2) Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.
(3) Setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh setiap Pemohon
Informasi Publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan
cara sederhana.
(4) Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan
UndangUndang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada
pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi
diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan
saksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi
kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya.
Ditengah maju nya teknologi informasi, tantangan terhadap komunikasi kebijakan
menjadi semakin rumit. Jadi, sebaik apapun kebijakan itu jika tidak di ikuti oleh
komunikasi yang baik pasti akan menimbulkan masalah. Berhasilnya kebijakan bukan
hanya dilihat dari sisi teknokrasi tetapi juga diliat dari komunikasi nya. Jadi teknokrasi
merupakan suatu model perumusan dan pengambilan kebijakan publik yang
didasarkan pada keputusan para ahli di masing-masing bidang atau yang populer
disebut sebagai para teknokrat.

Pola pikir para pemangku kebijakan masih banyak yang belum menempatkan
komunikasi sebagai instrumen penting dan menjadi bagian dari desain dalam
implementasi kebijakan. Padahal kondisi masyarakat Indonesia saat ini sangatlah
kompleks dan beragam. Oleh karena itu, komunikasi dilakukan bukan semata-mata
setelah kebijakan itu dibuat, tetapi perlu dipublikasikan bahkan dalam tahap diskusi
dan perencanaan.

Dalam hadist “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka
berbicaralah dengan baik atau diam”. (HR. Bukhari). Orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhir selalu yakin bahwa setiap ucapan dan perbuatan akan
dipertanggungjawabkan kepada Allah. Sehingga hanya akan mengucapkan yang baik
atau jika tidak bisa, maka lebih memilih untuk diam. “Perkataan baik adalah
perkataan yang mendatangkan ridho Allah dan mengagungkan Allah, misalnya
basmalah, hamdalah, tasbih, dan saling menasehati dalam kebaikan,” tuturnya.

Anda mungkin juga menyukai