Anda di halaman 1dari 5

ULANGAN AKHIR SEMESTER I

"PSIKOLOGI PENDIDIKAN"

Dosen Pengampu : Nana Supriatna

Disusun Oleh :

Astri Dwi Lestari (0501217767)

PRODI STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON

2022
1.1. Martabat Kemanusian menurut Al-Nahdliyah

Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak dasar yang bersifat universal dan dimiliki seseorang sepanjang
waktu serta melampaui batasan geografis, agama, nasionalisme, seks, status sosial, etnis, maupun kultur.

Bagi NU, HAM merupakan persemaian antara nilai-nilai hak asasi yang berkembang di Barat, Islam
maupun nilai-nilai keindonesiaan. Dalam konteks HAM di Indonesia, lima prinsip dasar: hifz al-nafs (jiwa),
hifz al-dîn (agama), hifz al-nasl (keturunan), hifz al-mâl (harta) dan hifz al-aql (akal) dipahami secara
kontekstual, sesuai kondisi lokalitas kebangsaan, yang terkadang berlainan dengan paham ortodoksi
Sunni. NU memahami, gerakan hak asasi manusia di Indonesia sebagai gerakan oposisional melawan
pihak lain, terutama negara, yang mengabaikan nilai dan hak dasar manusia. NU memaknai gerakan HAM
tidak untuk melangengkan rezim penguasa yang tiranik, melainkan gerakan progresif menuju terciptanya
kebebasan warga untuk memperoleh jaminan hak asasi manusia. Bagi NU, perjuangan HAM semata-mata
demi terwujudnya tata kehidupan berbangsa-bernegara yang lebih makmur, adil, dan sejahtera.

Dalam konteks dunia Islam, nilai-nilai HAM dapat ditelusuri pada piagam Madinah, pidato haji Wada’
hingga Deklarasi Kairo. Pasal 1 Deklarasi Kairo 1990 tentang Human Rights in Islam (Al-Huqûq al-
Insâniyah fî al-Islâm, HAM dalam Islam) menekankan bahwa semua insan setara dalam hal martabat
kemanusiaan, tanggung jawab dan kewajiban dasar, tanpa diskriminasi atas dasar ras, warna kulit,
bahasa, jenis kelamin, keyakinan agama, afiliasi politik, status sosial, atau pun pertimbangan lain.

Hak asasi manusia menjadi persoalaan serius dan mendapat perhatian dikalangan NU. Musyawarah
Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1418 H/1997 M mengelaborasi penegakan hak
asasi manusia menjadi bagian dari strategi mewujudkan misi Islam yang rahmatan li al-’âlamîn (Asrori,
2004: 620-622). Melalui lima prinsip dasar yang diakui di kalangan Sunni (ushul al-khams), NU
merekomendasikan agar jajaran PBNU memperjuangkan dan menyusun strategi untuk menegakkan al-
huqûq al-insâniyyah (HAM) secara aktif, serius dan berkelanjutan sebagai bagian dari upaya mewujudkan
kemaslahatan umat.

1.2. Komitmen Kebangsaan menurut Al-Nahdliyah

Komitmen kebangsaan adalah keterikatan dengan penuh tanggung jawab untuk setia dan menumbuhkan
kesadaran diri sebagai bangsa Indonesia.

Kebangsaan (wathaniyah) NU dibuktikan dari kepedulian dan komitmennya dalam memperkokoh


imajinasi umat Islam Nusantara tentang bangsa yang merdeka. Komitmen ini ditunjukan sejak Muktamar
Banjarmasin tahun 1936, Resolusi Jihad tahun 1945, pengukuhan Kepala Negara Republik Indonesia
sebagai waliyul amri adharuri bi as-syaukah, hingga penerimaan Pancasila dan NKRI sebagai tujuan akhir
perjuangan umat Islam tahun 1984 di Muktamar Situbondo.

Nahdlatul Ulama memiliki cirri khas keagamaannya sendiri yaitu, mampu menerapkan ajaran teks
keagamaan yang bersifat sacral di dalam konteks budaya yang bersifat profane. NU telah membuktikan
bahwa universalitas Islam dapat diterapkan tanpa harus menyingkirkan dan berhadap-hadapan dengan
budaya dan tradisi lokal atau nilai-nilai yang berasal dari luar dirinya.

NU sebagai organisasi social keagamaan (jamiyyah diniyyah wa’ ijtimaiyyah) Islam terbesar di Indonesia
memiliki komitmen terhadap perjuangan para ulama-ulama untuk tetap menjaga NKRI dengan azaz
Pancasila. Seperti rekomendasi Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Surabaya Juli 2006; meneguhkan
kembali Pancasila dan NKRI dilakukan karena ada upaya pengkroposan dan penggrogotan yang
melemahkan NKRI, ini dilihat dari menipisnya komitmen ke-Indonesiaan di sebagian kalangan
masyarakat, juga berkembang sentiment dan perilaku keagamaan yang ekstrim. Pancasila sebagai
pedoman dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mulai dikesampingkan. Dengan ini NU
menegaskan kembali NKRI dengan dasar Pancasila merupakan bentuk final dari jerih payah perjuangan
umat Islam Indonesia, sebagaimana diputuskan dalam Munas Alim Ulama NU 1983 di Situbondo dan
dikukuhkan Muktamar NU 27 di Situbondo 1984. Bangsa ini harus berpegang teguh dan
mengimplementasikan Pancasila sebagai Kalimatun sawa (kesamaan sikap dan langkah) dalam
penyelenggaran Negara.

Politik NU adalah politik kebangsaan. Tugasnya menjaga keutuhan negara, membangun harmoni di
antara masyarakat yang beragam, memperjuangkan kepentingan umat, dan lain-lain.

1.3. Anti Kekerasan menurut Al-Nahdliyah

Anti-kekerasan adalah suatu konsep pokok bagi setiap organisasi perdamaian. Lazimnya mereka bekerja
melawan kekerasan melalui satu atau beberapa cara. Diantaranya bekerja melawan kekerasan di
lingkungan sekolah atau di masyarakat dimana mereka tinggal.

Nahdlatul Ulama (NU) melalui badan otonomnya Perguruan Silat NU Pagar Nusa membentuk Laskar
Antikekerasan yang akan menjadi mitra aparat keamanan dalam melakukan pencegahan dini terhadap
terjadinya aksi kekerasan.

Laskar ini dibentuk untuk menghentikan kekerasan dalam bentuk apa saja, termasuk kekerasan seksual
bahkan kekerasan atas nama negara atau atas nama agama sekalipun. Tidak akan mengerahkan kekuatan
fisik, kecuali terpaksa. Laskar ini bergerak dengan penuh cinta, menjunjung nilai kemanusiaan. Ini juga
merupakan perwujudan nilai Pancasila.

Program yang akan dijalankan laskar ini di antaranya adalah memberikan penyuluhan kepada
masyarakat agar menghentikan sikap diskriminatif dan kekerasan dalam bentuk apa pun. Melalui
pendekar perempuannya, laskar akan memberikan pelatihan bela diri kepada kalangan perempuan
sebagai pencegahan diri terhadap kejahatan seksual.

Sebagai bagian dari NU, laskar pun menegaskan komitmennya untuk membentengi NKRI dari berbagai
ancaman, terutama radikalisme dan terorisme.

1.4. Menghormati Tradisi Lokal

Sejarah NU lahir di antara semangatnya ialah untuk mempertahankan tradisi dan khazanah budaya yang
menopang ajaran dan syiar agama. Dalam menjadikan budaya sebagai infrastruktur agama.

Tentu saja sepanjang tradisi, budaya, dan adat istiadat yang ada tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Sebab, agama kering tanpa budaya. Kaidah fiqihnya, al-muhafadzah alal-qadim al-shalih wal-akhdzu bil-
jadid al-ashlah. Melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan menerapkan nilai-nilai baru yang lebih baik

NU sebagai organisasi kemasyarakatan memiliki dua tanggung jawab sekaligus. Pertama, tanggung jawab
keagamaan atau mas'uliyah diniyah dan tanggung jawab kebangsaan atau mas'uliyah wathaniyah.

2. Metode pengajaran anti radikalisme

Pendidikan adalah suatu proses yang sangat penting bagi kelangsungan hidup dan kehidupan manusia
karena pendidikan adalah sebuah lembaga vital sekaligus menyediakan investasi jangka panjang bagi
semua bangsa di dunia. Pendidikan juga dapat dikatakan suatu indikator kemajuan peradaban suatu
bangsa. Demikian generasi muda terutama pemuda Islam sangatlah penting dalam menangkal
pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai dengan syara'.
Bentuk radikalisme dalam pendidikan tidak semuanya berupa aksi kekerasan, tetapi juga dapat
diwujukan dalam bentuk ucapan dan sikap yang berpotensi melahirkan kekerasan yang tidak sesuai
dengan norma-norma pendidikan. Etika dan sopan santun yang seharusnya dijunjung tinggi semua pihak
baik oleh guru maupun siswa. Bibit radikalisme agama yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang
kurang baik dalam lembaga pendidikan.

Radikalisme juga dapat ditangkal dengan melalui lingkungan. Keikutsertaan masyarakat dalam
menangkal masuknya paham radikalisme agama juga sangat penting. Komunikasi antarmasyarakat
merupakan komunikasi yang baik dan bekerjasama dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan,
seperti bakti sosial, kerja bakti, pembagunan tempat ibadah yang melibatkan para generasi muda akan
menjadikan mereka semakin merasa diperhatikan oleh masyarakat. Sehingga ketika mendapatkan
perhatian dan kepedulian akan dapat berkontribusi positif dan mencontoh generasi tua yang memiliki
pengalaman dalam mengarungi bahtera kehidupan. Hal ini juga sebagai bentuk pelajaran dan softskill
yang dapat menjadi wawasan pengetahuan para generasi muda. Kerjasama antar sekolah dengan
masyarakat dan orang tua adalah pola koordinasi secara rutin dan sistematis jika terdapat persoalan yang
muncul.

Kerjasama dilakukan sesuai dengan jenis problem dan kepentingan yang ada. Kerjasama tidak hanya
dilakukan dalam konteks memberikan solusi atas persoalan yang muncul tetapi juga harus dilakukan
dengan tujuan antisipasi atau pencegahan munculnya persoalan dalam ranah radikalisme.

3. Karakter Pemimpin Sekolah yang Baik

a. Kepala sekolah harus mencerminkan jiwa kepemimpinan

Kepala sekolah harus bertanggung jawab terhadap kemajuan dan kemunduran sebuah sekolah. Kepala
sekolah akan lebih mengutamakan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadinya.

b. Kepala sekolah harus mampu beradaptasi dengan semua orang.

Setiap orang memiliki variasi emosi seperti bahagia, sedih atau marah. Anda sebagai kepala sekolah harus
menyadari situasi tersebut dan tunjukkan bahwa anda memiliki perhatian terhadap setiap orang.

Mereka harus percaya bahwa anda akan melakukan apapun agar kondisi sekolah menjadi semakin baik.

c. Kepala sekolah harus bersikap adil dan konsisten

Dalam menghadapi suatu persoalan entah dengan siswa, guru, karyawan atau orang tua siswa maka
seorang kepsek haruslah bersikap adil tanpa memandang status apapun.

Contoh kepala sekolah harus memberikan sanksi kepada setiap siswa yang melanggar peraturan yang
telah disepakati. Sanksi tersebut hendaknya dijalankan sesuai dengan ketentuan tanpa pandang bulu dan
campur tangan tertentu agar nantinya sekolah dipandang sebagai lembaga yang memiliki integritas.

d. Kepala sekolah harus memuji kinerja setiap orang

Hal ini berlaku untuk siswa maupun guru yang berada di lingkungan sekolah. Apresiasi wajib diberikan
kepada siswa berprestasi maupun guru berprestasi.

Hal tersebut untuk memberikan motivasi kepada orang lain untuk mengikuti jejak-jejak siswa dan guru
yang berprestasi.
Memberikan penghargaan walaupun dalam bentuk kecil akan memberikan dampak psikologis yang
sangat besar dan tentunya kepala sekolah akan dinilai sebagai pemimpin yang perhatian terhadap anak
buahnya.

e. Kepala sekolah harus berorganisasi dan merencanakan

Seorang kepala sekolah yang handal tentunya akan menyiapkan rencana-rencana kegiatan yang terus ia
pantau sehari-hari. Alangkah lebih baik di ruangan kepala sekolah disediakan papan board besar tentang
rencana kegiatan semester/tahunan.

Dengan demikian kepala sekolah akan senantiasa memantau kegiatan-kegiatan yang akan dan telah
dilalui untuk dievaluasi di kemudian hari. Hal tersebut menandakan bahwa anda adalah seorang planner
yang baik.

f. Kepala sekolah adalah pendengar yang baik

Masalah-masalah yang muncul di sekolah tidak akan pernah sampai di telinga kepala sekolah jika ia
bukan seorang pendengar yang baik.

Kepala sekolah harus mampu menjadi seorang pendengar jika terjadi masalah-masalah yang terkait
dengan siswa, guru maupun manajemen sekolah.

Selain itu kepala sekolah yang baik adalah mau menerima segala kritik dan saran dari semua pihak, tidak
main sendiri dan egois.

g. Kepala sekolah harus visioner

Lembaga pendidikan yang akan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu tidak statis bahkan
mengalami penurunan.

Perkembangan tersebut dapat meliputi berbagai hal mulai dari bangunan, metode pembelajaran, jumlah
siswa, prestasi dan lainnya. Semua hal tersebut dapat terjadi bila seorang kepala sekolah memiliki visi
yang jelas dalam arti memiliki gambaran arah sebuah lembaga pendidikan di masa yang akan datang.
Tanpa visi maka kepala sekolah akan asal-asalan mengelola sekolah.

Anda mungkin juga menyukai