Anda di halaman 1dari 9

Vol 1 No 3 Juni (2022) Hal.

97-105

JAMIN : JURNAL ABDI MASYARAKAT ILMU PEMERINTAHAN


Email: Jamin.ip@ummat.ac.id
http://journal.ummat.ac.id/index.php/JAMIN/index
ISSN: 2807-775X (Online) ISNN: 2807-7741 (Print)

Sosialisasi Undang-Undang Perlindungan Pekerja Migran (PMI) Sebagai Upaya


Pencegahan PMI Non Prosedural Di Desa Bagik Payung Selatan Kabupaten
Lombok Timur

Law Socialization about Protection of Indonesian Migrant Workers as Effort to


Prevent Non-Procedural Migrant Workers in South Bagik Payung Village, East
Lombok Regency
1)
Siti Hidayatul Jumaah, 2)Dhea Candra Dewi, 3)Fitriah Kartini, 4)Novinaz Benita
1,2,3,4)
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mataram
1)
hidayatulj929@yahoo.com, 2)dheacd@gmail.com, 3)fitriahkartini@gmail.com, 4)Novinaz@yahoo.com

ABSTRAK/ ABSTRACT
Abstrak: Artikel ini merupakan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk
sosialisasi undang-undang perlindungan pekerja migran Indonesia sebagai upaya pencegahan pekerja
migran non prosedural. Pekerja migran yang tidak berdokumen lengkap biasanya akan menghadapi
masalah yang serius karena rawannya perlindungan hukum bagi yang bersangkutan. Dengan mudahnya
akan terjadi tindakan yang tidak manusiawi, sangat rentan mendapatkan pelanggaran hak asasi,
mengalami kerugian serta masalah lainnya. Metode yang digunakan dengan melakukan diskusi interaktif
secara langsung dengan mitra dan menggali secara mendalam masalah mitra dan juga memberikan
edukasi dengan memaparkan Undang-undang tentang perlindungan perindungan Migran. Tujuan
pengabdian ini yakni ketercapaian target kegiatan melalui kegiatan sosialisasi, memperkenalkan dan
memberikan pemahaman serta pengetahuan tentang adanya regulasi tersebut sehingga dapat mengurangi
jumlah pekerja migran yang tidak sesuai prosedural dan juga memberikan informasi tentang adanya
regulasi perlindungan pekerja migran Indonesia kepada masyarakat di Desa. Secara umum hasil dari
sosialisasi yang dilakukan yakni masyarakat sebagai peserta sangat antusias dan bersemangat dalam
mengikuti kegiatan sosialisasi undang-undang perlindungan pekerja migran Indonesia, mereka juga dapat
menguasai materi tentang perlindungan pekerja migran Indonesia yang disampaikan secara praktis.
Ketepatan materi yang disampaikan sekiranya tepat sasaran sesuai mayoritas penduduk di Desa Bagik
Payung Kabupaten Lombok Timur yang bekerja sebagai pekerja migran Indonesia. Harapannya materi
yang disosialisasikan mudah diaplikasi dan berguna sebagai bekal dalam proses bekerja selanjutnya.
Kata Kunci : Sosialisasi,Perlindungan, Pekerja Migran, Nonprosedural

Abstract: This article is the result of community service activities in the form of socializing the
law on the protection of Indonesian migrant workers as an effort to prevent non-procedural migrant
workers. Migrant workers who are not fully documented will usually face serious problems because of
the vulnerability of legal protection for them. It is easy for inhumane actions to occur, very vulnerable to
human rights violations, losses and other problems. The method used is by conducting direct interactive
discussions with partners and exploring partner problems in depth and also providing education by
explaining the law on the protection of migrants. The purpose of this service is the achievement of activity
targets through socialization activities, introducing and providing understanding and knowledge about
the existence of these regulations so that they can reduce the number of migrant workers who are not
procedurally appropriate and also provide information about regulations for the protection of Indonesian
migrant workers to the community in the village. In general, the results of the socialization carried out
were that the community as participants were very enthusiastic and enthusiastic in participating in the
socialization of the law on the protection of Indonesian migrant workers, they were also able to master
the material on the protection of Indonesian migrant workers which was delivered practically. The
accuracy of the material delivered if it is right on target is in accordance with the majority of the

97
population in Bagik Payung Village, East Lombok Regency who work as Indonesian migrant workers. It
is hoped that the material disseminated is easy to apply and useful as a provision in the next work process.
Keyword : Socialization,Protection, Migrant Workers, Nonprocedural

Submited : 2022-06-16 Revision : 2022-06-29 Accepted : 2022-06-30

PENDAHULUAN
Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) pada Agustus 2020
melansir bahwa terdapat lima provinsi di Indonesia sebagai penyumbang pekerja migran
terbanyak per Juli 2022. Jawa Timur berada di urutan pertama dengan 2.093 pekerja.
Disusul Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing 1.086 pekerja dan 656 pekerja,
kemudian posisi urutan ke empat dan kelima diduduki oleh provinsi Nusa Tenggara
Barat sebanyak 109 pekerja dan Lampung sebanyaj 246 pekerja (Mutia, 2020). Seperti
diketahui bersama bahwa negara kita merupakan salah satu negara yang aktif
mempromosikan migrasi global sebagai solusi temporer yang disebabkan oleh
kekosongan lowongan kerja nasional dan juga solusi dari masalah kemiskinan. Untuk
keluar dari jebakan kemiskinan, salah satu caranya adalah dengan bermigrasi. Dengan
bermigrasi, seseorang bisa mendapatkan manfaat ekonomi dari lapangan kerja yang
lebih baik, peluang yang lebih besar juga upah yang lebih tinggi. Migrasi internasional
menunjukkan perbedaan upah antara negara pengirim dan negara penerima tenaga kerja
memainkan peran yang sangat penting. Migran bergerak secara sistematis dari negara
dengan upah rendah ke negara berupah tinggi (Istianah, 2021). Menurut International
Labour Organization, definisi pekerja migran adalah orang yang bermigrasi atau telah
bermigrasi dari satu negara ke negara yang lain dan akan dipekerjakan oleh siapapun
selain dirinya sendiri. Sedangkan menurut International Organization for Migratio,
migran adalah seseorang yang pindah dari tempat tinggalnya yang biasa, baik dalam
suatu negara atau melintasi perbatasan internasional, untuk sementara atau selamaynya,
dan untuk berbagai alasan. Dengan kedua pemahaman diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pekerja migran diartikan sebagai seseorang yang akan pergi, sedang pergi,
maupun telah pergi ke suatu negara dengan tujuan bekerja dan menerima upah di luar
negeri (Nurul, 2021).
Terdapat dua istilah dalam proses dan prosedur pemberangkatan tenaga migran,
yakni dilakukan sesuai dengan prosedur yang atau tidak sesuai prosedur / non
prosedural. Pekerja migran Indonesia non prosedural diartikan sebagai warga negara
Indonesia yang bekerja ke luar Negeri tidak melalui prosedural penempatan yang benar,
antara lain: memalsukan dokumen dan memanipulasi data calon pekerja migran
indonesia, dokumen tidak lengkap, mengabaikan prosedur dan mekanisme penempatan
pekerja migran Indonesia yang telah diatur oleh undang-undang dan ketentuan hukum
yang berlaku, tidak menggunakan visa kerja, dengan bantuan oknum baik kelompok
maupun perorangan. Tercatat empat penyebab utama terjadinya TKI Nonprosedural.
Pertama, masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang prosedur penempatan dan
98
perlindungan TKI. Kedua, terbatasnya akses informasi pasar kerja dalam dan luar
negeri. Ketiga, maraknya praktek percaloan dan penyebab terakhir yaitu praktek migrasi
tradisional. Menurut data Keimigrasian, tercatat sebanyak 47.312 WNI yang dideportasi
dari arab saudi dengan kasus overstayer, illegal stay/undocumented dan pelanggaran
keimigrasian lainnya (Mardizan, 2018). Dengan demikian buruh migran non procedural
tersebut di atas adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja ke luar negeri
melalui prosedur penempatan TKI yang tidak benar/non procedural sebagai illegal stay,
illegal entry, atau illegal entry and illegal stay. Secara konseptual illegal stay diartikan
sebagai orang yang mempunyai izin keimigrasian yang sah, tetapi masa berlakunya
habis. Hal itu atau orang yang demikian disebut over stay (Santosa, Perdana, dkk, 2022).
Penyebab lain munculnya tenaga kerja yang berangkat secara gelap/lewat belakang
(tidak memiliki dokumen) antara lain biaya yang lebih murah dan proses yang lebih
cepat. Tenaga kerja tidak berdokumen akan mengalami masalah yang serius karena
rawaannya perlindungan hukum bagi yang bersangkutan dan melemahkan posisi tawar
(bargaining position) dengan pengguna jasa tenaga kerja. Dengan mudahnya akan
terjadi tindakan yang tidak manusiawi kepada para tenaga kerja yang irregular ini
(Adharinalti, 2012).
Melalui salah satu pasal dalam UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang perlindungan
pekerja migran Indonesia yakni pasal 5 dijelaskan bawah ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh setiap pekerja migran sebelum bekerja ke luar negeri, diantaranya usia,
kepemilikan kompetensi, kesehatan jasmani dan rohani, terdaftar dalam jaminan sosial
dan memiliki dokumen lengkap yang dipersyaratkan. Namun, apabila pekerja migran
tersebut berangkat tidak dengan menggunakan prosedur dan ketentuan yang berlaku,
maka akan sangat rentan mendapatkan pelanggaran hak asasi dan kerugian serta masalah
lainnya.
Menurut Bupati Kabupaten Lombok Timur HM Sukiman Azmy dalam
kegiatannya pada saat mengukuhkan pengurus Yayasan Peduli Tenaga Kerja Indonesia
Sejahtera (YPTKIS) di Selong, Lombok Timur, bahwa Kabupaten Lombok Timur
menjadi salah satu satu kabupaten asal buruh migran atau tenaga kerja Indonesia
terbanyak di Provinsi NTB. Meski banyak kisah keberhasilan, namun tidak sedikit yang
memiliki cerita yang membuat sedih (Susapto, 2022). Pra riset kegiatan pengabdian
yang dilakukan di Desa Bagik Payung, juga menemukan bahwa masih cukup banyak
terjadi proses pemberangkatan pekerja migran ke luar negeri tidak dengan prosedur yang
sesuai. Masyarakat yang tidak paham dan masih melakukan pemberangkatan ke luar
negeri sebagai pekerja imigran tidak dengan prosedur yang ada, alasannya untuk
menghemat biaya dan waktu pengurusan agar segera sampai ke tempat tujuan mencari
nafkah. Pekerja migran bekerja jauh dari negaranya sendiri, dan rentan mengalami
kekerasan dan juga pelanggaran hak asasi manusia, oleh karena itu pentingnya bagi
masyarakat untuk lebih memahami regulasi terkait perlindungan pekerja migran
Indonesia ini. Dilansir dalam kompas.com, Organisasi Perburuhan Internasional dalam
sebuah buku berjudul Perlindungan & Pencegahan Untuk Migran Indonesia

99
menyebutkan jenis kekerasan terkait pekerjaan yang bisa dialami oleh buruh migran
adalah pelanggaran kontrak kerja, kondisi kerja dan kondisi hidup yang buruk,
terbatasnya kebebasan untuk bergerak, pelecehan dan kekerasan, resiko kesehatan dan
keselamatan, kuranganya perlindungan sosial, hingga jerat hutang. Seringnya persoalan
yang muncul terhadap pekerja migran Indonesia disebabkan karena kelalaian dari
pemerintah maupun lembaga dalam memberikan pelindungan dan pemenuhan hak serta
sikap masyarakat dalam menyaring informasi yang tepat. Sikap masyarakat harus
dibarengi dengan pantauan dan kerjasama oleh pemerintah dan lembaga, karena
masyarakat, baik mereka calon pekerja migran, pekerja migran,dan keluarganya secara
khusus di sektor informal, masih rentan menjadi korban oleh pihak tidak bertanggung
jawab (Rosalinda, 2020).
Regulasi pemerintah melalui undang-undang perlindungan pekerja migran
Indonesia ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan bekal bagi pekerja migran
Indonesia yang akan dan sedang bekerja di luar negeri agar memiliki perlindungan dan
memberikan keamanan dan kesejahteraannya selama bekerja di luar negeri. Adapun
tujuan pengabdian masyarakat ini adalah ketercapaian target kegiatan melalui kegiatan
sosialisasi, memperkenalkan dan memberikan pemahaman serta pengetahuan tentang
adanya regulasi tersebut sehingga dapat mengurai jumlah pekerja migran yang tidak
sesuai prosedural dan juga memberikan perlindungan pekerja migran di mata hukum
berdasarkan UU No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Sehingga masyarakat dan pemerintah Desa Bagik Payung kedepannya diharapkan dapat
bersinergi dalam penyelarasan dalam proses ketenagakerjaan migran.
METODE
Dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang adanya aturan
perlindungan pekerja migran Indonesia maka perlu adanya sosialisasi kepada
masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan berupa memberikan advokasi / bimbingan
dengan menggunakan beberapa metode, antara lain:
a. Alih pengetahuan
Sosialisasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta yang juga sebagai warga
masyarakat yaitu memberikan materi informasi tentang aturan perlindungan pekerja
migran Indonesia.
b. Diskusi dan tanya jawab
Kegiatan ini dilakukan untuk mengukur penguasaan materi yang telah diterima oleh
peserta. Pemateri memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan juga
menyampaikan apa yang menjadi pemahaman mereka atas adanya aturan
perlindungan pekerja migran Indonesia tersebut.
c. Pembahasan Masalah/kasus
Masyarakat setempat yang juga sebagai peserta dapat memahami adanya Undang-
Undang perlindungan pekerja migran Indonesia yang hadir sebagai tujuan untuk
memberikan segala upaya dalam rangka melindungi kepentingan calon pekerja
migran Indonesia dan/atau pekerja migran dan keluarganya dalam mewujudkan
100
terjaminnya pemenuhan haknya dan keseluruhan kegiatan sebelum bekerja, selama
bekerja, dan setelah bekerja dalam aspek hukum, ekonomi, sosial.
Gambar 1.
Pemateri Membuka Agenda dan Melanjutkan Sesi Sosialisasi

Sumber : Data Sekunder, 2022


Kegiatan pengabdian kepada mayarakat dilaksanakan secara tatap muka di
Mushola Dusun Sinar Pagi, Desa Bagik Payung Selatan, Kabupaten Lombok Timur.
Kegiatan dilakukan dengan metode sosialisasi dan memberikan advokasi kemudian
dilanjutkan dengan diskusi serta pembahasan masalah/kasus yang sedang dialami.
Peserta kegiatan berjumlah 25 orang bapak-bapak Dusun Sinar Pagi, Desa Bagik Payung
Selatan, Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan pengabdian ini memiliki pokok bahasan
utama sebagai berikut: 1) Pemahaman tentang pekerja migran prosedural; 2)
Pemahaman undang-undang perlindungan pekerja migran indonesia yang membahas
tentang perlindungan pekerja migran Indonesia; 3) Hak dan Kewajiban pekerja migran
maupun keluarga pekerja migran pada sebelum, saat sedang, dan setelah bekerja di luar
negeri.
Setelah penyampaian materi selesai, dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya
jawab. Sebanyak 5 (lima) peserta bertanya kepada pemateri. Secara garis besar
pertanyaan meliput sebagai berikut: 1) Prosedur pemberangkatan ke luar negeri menjadi
pekerja migran harus melalui prosedur yang agak rumit, dengan pengurusan beberapa
dokumen yang mengeluarkan dana cukup banyak; 2) Masyarakat lebih suka menjadi
imigran ilegal karena menggunakan sedikit waktu menunggu dan sedikit biaya selama
proses pemberangkatan; 3) Peran desa dalam memfasilitasi masyarakat untuk turut
mengadvokasi dan pendampingi selama menjadi pekerja migran di luar negeri. Selama
proses diskusi berlangsung, pemateri juga memberikan kesempatan kepada peserta yang
bersedia menjawab pertanyaan dari peserta lain, kegiatan diskusi berjalan dengan lancer
karena keaktifian para peserta dan juga keaktifian pemateri.

101
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terbagi menjadi beberapa
komponen yaitu: 1) Keberhasilan target jumlah dan sasaran peserta sosialisasi; 2)
Ketercapaian tujuan sosialisasi; 3) Ketercapaian target materi; 4) Kemampuan peserta
dalam penguasaan materi. Target peserta pelatihan seperti direncanakan sebelumnya
adalah 20-25 bapak-bapak warga Dusun Sinar Pagi, Desa Bagik Payung Selatan,
Kabupaten Lombok Timur. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini diikuti oleh 25 orang
peserta, dan semuanya merupakan calon pekerja migran, mantan pekerja migran, dan
sedang menjadi pekerja migran di luar negeri. Dengan demikian target peserta telah
tercapai.
Ketercapaian tujuan sosialisasi telah tercapai, dimana dalam hal ini peserta mampu
memahami materi yang disampaikan sehingga memudahkan peserta jika ingin lebih
mendalami Undang-Undang perlindungan pekerja imigran Indonesia, kedepannya
masyarakat lebih memilih untuk menjadi pekerja yang sesuai dengan prosedur karena
sudah ada undang undang yang mengatur hak dan kewajiban mereka kelak. Pekerja
migran sesuai dengan prosedur yang ada yakni tentang prosedural penempatan pekerja
migran Indonesia yang benar, menggunakan visa juga dokumen lain secara jujur, apa
adanya, sesuai yang telah diatur oleh undang-undang dan ketentuan hukum yang
berlaku. Ketercapaian sosialisasi juga dapat dilihat dengan adanya kemampuan peserta
dalam memahami pengertian dan perlindungan pekerja migran, pemahaman calon
pekerja migran, pengertian pekerja migran, kelengkapan dokumen-dokumen yang
dibutuhkan serta tugas dan tanggung jawab pemerintah pusat sampai pemerintahan desa
dalam memberikan informasi, hingga melakukan pemberdayaan kepada calon pekerja
migran Indonesia. Selanjutnya, ketercapaian target materi telah berhasil, target materi
telah tersampaikan secara keseluruhan. Kemudian, kemampuan peserta dalam
penguasaan semua materi secara umum sudah baik, namun masih terus perlu untuk
ditingkatkan dengan mengikutsertakan peran pemerintahan desa kedepanya.

Perlindungan pekerja migran Indonesia yang dibahas dalam Undang-Undang No.


18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia berasal dari adanya
keterjaminan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi, dihormati dan dijamin
penegakannya dalam bekerja sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UUD 1945.
Perlindungan pekerja migran Indonesia bertujuan untuk menjamin pemenuhan dan
penegakan hak asasi manusia sebagai warga negara dan pekerja migran Indonesia dan
menjamin perlindungan hukum, ekonomi, dan sosial pekerja migran Indonesia dan
keluarganya. Hak ini dapat didapatkan oleh segenap pekerja migran dengan catatan
pekerja migran harus mendaftarkan diri terlebih dahulu melalui lembaga pemerintah
yang telah ditunjuk dan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan adanya pemahaman tentang peraturan ini terkait perlindungan pekerja migran
akan membantu masyarakat yang memiliki keinginan menjadi pekerja migran untuk
mengikuti segenap prosedur yang ada dan kedepannya menjadi pekerja migran
Indonesia sesuai aturan yang berlaku. Adapun ketika menjadi pekerja migran Indonesia

102
yang sesuai procedural hak-hak yang didapatkan antara lain: hak memperoleh akses
peningkatan kapasitas diri melalui pendidikan dan pelatihan kerja, hak menguasai
dokumen perjalanan selama bekerja, hak menjalankan ibadah sesuai dnegan agama dan
keyakinan yang dianut, hak memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku,
memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja, memperoleh pelayanan yang
professional dan manusiawi serta perlakuan tanpa diskriminasi, memperoleh bantuan
dan perlindungan hukum memperoleh alat komunikasi, jaminan erlindungan
keselamatan dan keamanan, dll.
Gambar 2.
Foto Bersama Pemateri dan Peserta Sosialisasi

Sumber : Data Sekunder, 2022


Secara umum dari hasil sosialisasi yang dilakukan, masyarakat sebagai peserta
antusias dan sangat bersemangat dalam mengikuti kegiatan sosialisasi undang-undang
perlindungan pekerja migran Indonesia sebagai upaya pencegahan pekerja migran non
procedural. Hal ini dapat terpantau dari aktifnya peserta dalam bertanya, memecahkan
masalah yang ada dalam berdiskusi dan sebagainya. Selanjutnya dari hasil diskusi dan
tanya jawab yang dilakukan selama proses sosialisasi terlihat hampir 75% para peserta
mampu memahami materi dengan baik.
Evaluasi pelaksanaan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat menunjukkan
bahwa terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program
pengabdian. Adapun rinciannya sebagai berikut: 1) Faktor pendukung meliputi:
pemateri yang memiliki kemampuan cukup memadai dalam penguasaan materi,
antusiasme peserta dari masyarakat Dusun Sinar Pagi, Desa Bagik Payung, Kecamatan
Lombok Timur yang cukup tinggi, adanya dukungan yang baik dari RT dan beberapa
perangkat desa setempat yang menyambut baik pelaksanaan sosialisasi dan
menyediakan fasilitas tempat untuk berkegiatan. 2) Faktor penghambat yakni peserta
masih membutuhkan waktu untuk mencerna materi lebih dalam lagi terkait istilah
Pekerja Migran Indonesia yang dulunya hanya dikenal dengan istilah Tenaga Kerja
Indonesia.
103
Hasil evaluasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat akan dijabarkan sebagai
berikut: 1) Acceptabilitas, peserta cukup dapat menguasai materi tentang perlindungan
pekerja migran Indonesia yang disampaikan secara praktis. 2) Efektifitas, materi yang
disampaikan berguna bagi individu terutama bagi mereka yang sedang dan akan menjadi
pekerja migran Indonesia agar lebih memahami regulasi yang berlaku, dan
menjalankannya sesuai dengan prosedur yang ada, juga tentang materi keterlibatan
peran pemerintahan desa setempat untuk lebih mendampingi dan terus memantau atas
segala aktivitas terkait pekerja migran yang ada di Desa. 3) Ketepatan, materi yang
disampaikan sekiranya tepat sasaran sesuai dengan jumlah penduduk di Desa Sinar Pagi
Dusun Bagik Payung yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai pekerja migran
Indonesia. Harapannya materi yang disosialisasikan mudah dipelajari dan berguna
sebagai bekal dalam proses bekerja selanjutnya.

SIMPULAN
Program pengabdian kepada masyarakat tentang sosialisasi undang-undang
perlindungan pekerja migran Indonesia sebagai upaya pencegahan pekerja migran non
prpsedural di Desa Bagik Payung, Kabupaten Lombok Timur telah terlaksana dengan
baik dan lancar sesuai dengan rencana kegiatan yang direncanakan. Hal ini dibuktikan
dengan ketercapaian target kegiatan yang meliputi jumlah peserta, tujuan sosialisasi,,
materi yang disampaikan meliputi sosialisasi materi pekerja migran Indonesia
prosedural dan materi perlindungan pekerja migran Indonesia berdasarkan UU No. 18
Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, serta penguasaan materi
oleh peserta dengan adanya peningkatan pemahaman masyarakat tentang regulasi
tersebut. Seluruh peserta dari masyarakat Dusun Sinar Pagi, Desa Bagik Payung
memberikan sambutan dan antusiasme yang baik dalam kegiatan pengabdian tersebut,
hal ini dibuktikan dengan keaktifan peserta dalam berpartisipasi dan berdiskusi selama
kegiatan pengabdian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Adharinalti. (2012). Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Irregular di Luar Negeri.
Jurnal Rechtsvinding 1(1), 157-173.
Istianah, Imelda, J. I. (2021). Model Perlindungan Sosial Bagi Pekerja Migran Indonesia
Perempuan di Hongkong. SOSIO KONSEPSIA: Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 10(2), 111-121.
Mardizan, Lyzia. P., & Syamsir. (2018). Pengawasan Penerbitan Paspor Dalam Rangka
Pencegahan TKI Nonprosedural Di Kantor Imigrasi Kelas I Padang. Jurnal Ilmu
Administrasi Publik, 1(1), hal 97-115.
Mutia, Cindy. (September, 2020). Provinsi Asal Utama Pekerja Migran Indonesia.
Databoks.katadata.co.id. Diunduh dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/09/08/5-provinsi-asal-utama-
pekerja-migran-indonesia tanggal 2 Juni 2022

104
Nurul, Silmi. (September, 2021). Apa itu Pekerja Migran?. Kompas.com. Diunduh dari
: https://www.kompas.com/skola/read/2021/09/02/153000769/apa-itu-pekerja-
migran-?page=all/ tanggal 2 Juni 2022.
Rosalina, H. N., & Setyawanta, L. T. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja
Migran Sektor Informal dalam Perspektif Teori Bekerjanya Hukum di
Masyarakat. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 2(2). 174-187.
https://doi.org/10.14710/jphi.v2i2.174-187.
Santosa, Perdana, F.P., dkk. (2022). Penguatan Fungsi Keimigrasian Dalam Rangka
Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Dalam Pengiriman Buruh
Migran Non Prosedural Di Wilayah Perbatasan. Jurnal Indonesia Sosial
Teknologi, 3(2), 333-341.
Susapto. (Mei, 2022). Lombok Timur Hadapi Masalah Pekerja Migran Indonesia.
Validnews.id. Diunduh dari https://www.validnews.id/nasional/lombok-timur-
hadapi-masalah-pekerja-migran-indonesia tanggal 2 Juni 2022.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia

105

Anda mungkin juga menyukai