Ketika seseorang menyatakan bahwa dirinya adalah pengungsi dan ingin mendapatkan
perlindungan Internasional, namun belum di asesmen oleh UNHCR atau pihak otoritas
pemerintah yang berkompeten, maka mereka disebut sebagai Pencari Suaka.
Pengungsi Anak
tanpa Pendamping
Anak-anak yang melakukan perjalanan ke luar Negara kebangsaannya karena
penganiayaan, yang disebabkan oleh alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan
dalam kelompok sosial dan partai politik tertentu, tanpa perlindungan orang
tua atau pendamping dewasa lain yang dapat memberi perlindungan
Internally Displaced
People (IDPs)
Orang yang harus mengungsi di negaranya sendiri karena
faktor bencana alam atau bencana yang disebabkan oleh
manusia.
Stateless
• Sulit tidur
• Cepat emosi dan agresif
• Sedih
• Perasaan cemas
• Merasa bersalah
• Tidak bisa fokus atau konsentrasi
• Berpikir negatif
• Meningkatnya keluhan fisik, seperti: sakit
kepala, sakit di punggung bagian belakang, dll
• Menarik diri dari komunitas
Tantangan dalam Penanganan Pengungsi Anak tanpa
Pendamping
Dari Sisi Pengungsi Anak
• Kondisi menekan yang berlangsung sangat lama, dan masih mereka alami
dan penuh ketidakpastian
• Pengalaman traumatis dimasa lalu pada sebagian pengungsi dan minimnya
dukungan emosional dari keluarga dan kerabat
• Kondisi sosial-ekonomi-budaya: Kendala bahasa, perbedaan budaya, kondisi
keuangan, dll
• Kurangnya pengakuan negara yang berdampak pada masih terbatasnya
akses layanan dan fasilitas yang mereka dapatkan. Termasuk untuk
mendapatkan bantuan hukum, akses ke rumah aman, dan lain sebagainya
• Masih diperlukannya intrumen hukum tambahan guna pemenuhan hak
mereka
Tantangan dalam Penanganan Pengungsi Anak tanpa
Pendamping
Dari Sisi Pekerja Sosial
• Tekanan stres yang berat dan berkelanjutan karena sikap dan perilaku yang
ditujukkan pengungsi anak ke pekerja sosial.
• Dilema etik. Melihat masih banyak anak-anak Indonesia yang membutuhkan dukungan
dari Pekerja Sosial, namun tuntutan pekerjaan mendorong diri untuk mendukung
pengungsi anak luar negeri.
• Tekanan dari masyarakat atau aparat pemerintah yang mempertanyakan posisi
pekerja sosial sebagai warga negara Indonesia.
• Perbedaan budaya dan bahasa.
Pengalaman Bekerja dengan Pengungsi Anak tanpa
Pendamping
Bersama Save the Children di tahun 2018-2019, Program for Refugee memiliki tujuan
meningkatkan dan memperkuat mekanisme Perlindungan Anak, serta meningkatkan
dukungan psikososial dan ketahanan (resiliensi) pengungsi anak tanpa pendamping
• Memastikan hak-hak anak terpenuhi selama anak tinggal di tempat penampungan
sementara lewat pendampingan yang dilakukan tim Pekerja Sosial
• Memberikan pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas soft skills untuk anak yaitu
Pelatihan Peningkatan Resiliensi (Youth Resilience Program) dan Pelatihan Keterampilan
Hidup (Transferable Life Skills)
• Menginisiasi pembentukan PATBM (Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat) di
wilayah tempat penampungan pengungsi anak sementara
Pengalaman Bekerja dengan
Pengungsi Anak tanpa
Pendamping
• Menyediakan layanan konseling ringan oleh pekerja sosial dan konseling
klinis lanjutan oleh psikolog
• Memfasilitasi kegiatan sukarela dari pihak luar untuk anak-anak di
penampungan sementara yang bertujuan untuk memberikan ketrampilan
yang baru (batik, melukis, pelatihan bahasa Indonesia dan inggris, dll)
• Membuka kesempatan kepada anak-anak pengungsi untuk mengikuti
kegiatan pelatihan bersama dengan masyarakat lokal yang diselenggarakan
oleh berbagai pihak di luar tempat penampungan
• Memberikan pelatihan pengasuhan yang baik untuk para pengungsi dewasa
Terima Kasih