Anda di halaman 1dari 13

Penangkapan Kasus Gadget Bodong TEMPO Interaktif, Jakarta Penahanan Dian Yudha Negara dan Randy Lester Samu

u ramai diperbincangkan di dunia maya akhir pekan lalu. Bahkan, Dian dan Randy sempat menjadi topik terhangat di Twitter sejak 1 Juli 2011. Kasus yang menimpa Dian dan Randy terjadi pada tahun lalu. Dian ditangkap saat melakukan COD (cash on delivery) di City Walk, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Nov tahun lalu. Saat itu Dian menjual dua buah iPad 3G, Wi-Fi, 64 GB, yang dibeli di Singapura. Adapun Randy ditangkap di tempat yang sama karena menawarkan enam buah iPad 3G, Wi-Fi, 16 GB. Sebelumnya, keduanya menawarkan tool itu lewat situs Kaskus. Dian dan Randy dijerat dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Selain itu, mereka dinyatakan melanggar UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen karena tidak menyertakan buku primer berbahasa Indonesia. Virza Roy Hizza, kuasa hukum Dian dan Randy, menegaskan undang-undang yang digunakan penegak hukum untuk menjerat kliennya itu tidak kuat dan mengada-ada. Kami siap quarrel untuk lawan, kata Virza. Ternyata, kasus yang menimpa Dian dan Randy bukanlah yang pertama. Kepolisian Daerah Metro Jaya sudah menangani 11 kasus penjualan iPad dan BlackBerry bodong sepanjang Oktober 2010 hingga Juli 2011. Bahkan, saat ini polisi tengah mengejar bandar besar penjual tool ilegal di Jakarta. Jadi, tidak cuma kasus iPad Dian dan Randy saja. Kami mencari pelaku lebih besar, tunggu saja, kata Juru Bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Baharudin Djafar, Senin, 4 Juli 2011. Berdasarkan catatan Baharudin, kasus iPad ilegal itu terdiri dari tiga kasus. Termasuk delapan iPad yang dimiliki Dian Yudha Negara dan Randy Lester Samu, yang menjual iPad melalui situs sosial, Kaskus. Dua kasus iPad bodong lainnya, menurut Baharudin, sudah diungkap polisi sebelumnya. Pada 15 Oktober 2010, tersangka berinisial MM, 28 tahun, diciduk polisi di parkiran ITC Kuningan, Jakarta Selatan, karena kedapatan menjual iPad bodong. MM kedapatan menjual 13 section iPad bodong berspesifikasi 3G Wi-Fi dengan memori 16 dan 64 gigabita. Transaksi dengan konsumen melalui Internet, ungkapnya.

Pada 23 Apr 2011, polisi juga menciduk tersangka penjual delapan section iPad bodong di lobi Hotel Grand Tropical, Jakarta Barat. Tersangka adalah W, 28 tahun, diciduk saat bertransaksi dengan konsumennya. Berkas kasus W sudah P21 pada 16 Juni 2011 lalu. Kalau MM saya belum lihat catatannya, kata Baharudin. Sementara, untuk delapan kasus lain yang terdiri dari BlackBerry dan tool bodong, Baharudin belum menerima laporannya. Saya akan tanyakan dulu ke penyidik. Menurut Baharudin, tool bodong yang diperjualbelikan biasanya tidak memiliki dokumen resmi dan sertifikasi dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Dalam tiga kasus iPad di atas, para pelakunya melanggar Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Mereka terancam lima tahun penjara dan denda maksimal Rp 2 miliar karena tidak memiliki buku primer sebagai petunjuk penggunaan gadget. Para pelaku juga melanggar Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Para pelaku terancam 1 tahun penjara dan denda Rp 100 juta. Menurut Baharudin, perangkat telekomunikasi yang diperdagangkan di Indonesia wajib memperhatikan syarat teknis. Termasuk memiliki sertifikat dari Dirjen Postel, ujarnya. Baharudin berharap publik tidak salah kaprah terhadap kasus Dian dan Randy. Baginya, persepsi bahwa polisi mendiskreditkan situs sosial Kaskus adalah tidak benar. Kami cuma tidak mencari di Kaskus. Kami juga mengecek Glodok, katanya. Dia berharap dengan terungkapnya kasus tool bodong ini, harga tool resmi kembali stabil.

Penangkapan DPO kasus bom cirebon DetikNews, Sukoharjo - Nanang Irawan alias Nang Ndut, DPO kasus bom Cirebon, ditangkap polisi di Madiun, Jumat siang tadi. Namun pihak keluarga justru mensyukuri penangkapan lelaki yang dituding polisi sebagai perakit bom tersebut. "Alhamdulillah dia tertangkap dengan baik-baik, selamat dan tanpa ada perlawanan. Semula kami khawatir dia ditangkap dengan penembakan seperti yang terjadi selama ini," ujar Lilik Hadi

Suprapto, ayah kandung Nanang, saat ditemui di rumahnya di Kampung Waringinrejo, Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jumat (21/10/2011). Lilik selanjutnya menyerahkan proses hukum anaknya itu kepada polisi. Dia berharap Nanang diperlakukan seadil-adilnya dalam penyidikan kasus yang disangkakan kepadanya. Jika memang nantinya Nanang terbukti tidak bersalah, diharapkan Nanang segera dikembalikan kepada keluarga. "Setahu kami dia tidak pernah macam-macam. Dulu dia hanya bekerja di pabrik teksil di dekat rumah sini. Dia tidak pernah pergi jauh. Tapi sepenuhnya kami serahkan kepada kepada polisi," lanjut Lilik. Pihak keluarga memang pernah melaporkan hilangnya Nanang ketika nama Nanang masuk dalam DPO kasus terorisme atas nama Nanang Irawan alias Nang Ndut alias Gendut alias Rian. Pelaporan itu dilakukan karena pihak keluarga tidak mengira anaknya yang telah cukup lama hilang kontak, tiba-tiba masuk DPO. Pada bulan Mei lalu, Lilik Hadi Suprapto melapor ke Polsek Grogol, Sukoharjo. Kepada polisi, Lilik mengatakan Nanang telah meninggalkan rumah sejak beberapa bulan sebelumnya. Saat itu dia mengaku melakukan kontak terakhir dengan Nanang sekitar enam bulan sebelum nama Nanang masuk DPO. Menurut sumber di kepolisian, Nanang Irawan adalah salah satu dari anggota kelompok Sigit Qordhowi, yang tewas ditembak polisi beberapa waktu lalu. Sedangkan BNPT menyebut Nanang instruktur sekaligus parakit bom yang diledakkan Syarif di Mapolresta Cirebon.

Penangkapan Kasus Penipuan Jasa Pemberangkatan TKI Kompasiana-Bonsowoso;Wanita untuk melakukan bisnis memang tergolong banyak

mempercayainya walau akhirnya harus megalami kekecewan dengan janji-janjinya.di Bondowoso Jawa Timur seorang wanita cantik sintak Sylvia Wachjuni(40)warga jalan P. Antasari Gg blok E Kelurahan Air Putih Kecamatan Samarinda Ulu.harus rela digelandang petugas tim Buser Polres Bondowoso.setelah berhasi kabur dari Samarinda.tersangka ditangkap Senen(18/04/2011)

dipersembunyianya di Kecamatan Klabang Bondowoso disalah satu rumah rekanya.dan tim Buser Polres Bondowoso melakukan penagkapan setelah mendapat fax permohonan dari tim Buser Polres Samarinda Kaltim.tersangka terkait dengan penipuan jasa pemberangkatan tenaga kerja wanita (TKW)dan tersangka sendiri korbanya sudah puluhan yang melaporkan di dua tempat yaitu di Mapolsek Sunai Kujang dan Polres Samarinda didua wilayah hokum ini tersagka dilaporkan korbanya.dan sebesar Rp 60 juta rupiah dari semua korbanya yang berhasil digasak tersangka.Setelah dilakukan pemeriksaan di Mapolres Bondowoso langsung diserahkan ke tim penyidik Polres Samarinda yang sud ah berada di Bondowoso bersama tim Buser menagkap pelaku.AKP Bambang Setiawan Kasat Reskrim Polres Bonsowoso mendampingi AKBP Bonny Djiato Kapolres Bondowoso,membenarkan kejadian yang melakukan penagkapan pada salah satu DPO dari Polres Samarinda Kaltim.dan saat ini tersangka sudah diterbangkan ke Samarinda.ujarnya(yon)

Kasus Penangkapan Curanmor dan ternak Kompasiana-Bondowoso;Tim buser Jajaran polres Bondowoso kembali menangkap pelaku pencurian dengan pemberata pelaku curanmor(kendaraan bermotor) Selasa(21/12/2010) pukul 03.00 WIB tersakan atas nama Misu alias Riki(45) warga Wonokusumo Keacamatan Tapen dan Sukirno(30)yang masih tetangganya sendiri.dan penagkapan 2 tersangka ini adalah hasil pengembangan dari 2 tersangka yang tertangkap lebih awal dan saat ini sudah ditahan di Lembaga Pemasyarakata kelas 2 Bondowoso Kim dan Suwardi. sedangkan barang bukti yang berhasil diamankan adalah 1 buah yunit motor Supra Fit nopol P 3647 EG dan saat ini 2 tersangka ditahan di Mapolsek Klabang Pasalnya tempat kejadian perkaranya di wilayah hukum Polsek Klabang. dalam waktu bersamaan juga berhasil ditangkap pendah hasil curian hewan ternak seekor sapi.dimana.dan atas laporan korban Budiono(40) warga Desa Lombok Kecamatan Wonosari kehilangan sapi hewan ternaknya pada hari Rabo(15/12/2010) dan korban langsung melaporkan kehilangan seekor sapi kemapolsek Wonosari. Ditafsir harga sapi kisaran Rp 4.000.000.,dan polis berhasil menemukan sapi tesebut di kandang rumah Sutomo(45) warga Desa Sukosari Lor Kecamatan Sukosari(tersangka 480/penadah) dimana sapi tersebut dengan cirri-ciri sapi betina yang nyaris tak tumbuh bulu dibadanya dan kondisi sapi tersebut hamil 7 bulan.sedagkan 2 pelaku

pencurian masih diburu petugas namum identitasnya sudah dikantongi petugas.AKP Bamabng Seriawan Kasat Reskrim Polres Bondowoso mendampingi AKBP Bonny Djianto Kapolres Bondowoso membenarkan denga penagkapan dua kasus pencurian tersebut dan saat ini mereka masih diperiksa untuk pengembangan ke tersangka lainya,ujarnya saat dihubungi via telpon(yon)

Kasus Penangkapan Nazaruddin Orang yang identik dengan M Nazaruddin akhirnya tertangkap di Cartagena, Columbia, demikian keterangan resmi dari Menkopolhukan Djoko Suyanto di Metro TV. Stasiun TV Indosiar juga menyiarkan tentang penangkapan M Nazaruddin di Columbia. Tim gabungan yang ditugaskan pemerintah RI terdiri dari Polri, Kemenlu, Menkumham dan KPK. Djoko menjelaskan bahwa penangkapan Nazaruddin dilakukan serius, untuk menghindari fitnah, bahwa yang salah akan tetap dinyatakan salah, tidak ada yang ditutup-tutupi. Orang yang disangka Nazaruddin itu minta perlindungan Kedubes RI di Colombia. Di TV One, Djoko Suyanto menjelaskan berita penangkapan M Nazaruddin ini sudah disampaikan kepada presiden SBY, dan SBY berpesan agar orang yang secara fisik itu mirip sekali dengan Nazaruddin agar dijaga ketat oleh Dubes RI di Colombia, SBY juga berpesan agar yang besangkutan agar segera diadili oleh KPK. Dubes melaporkan ini tadi malam jam 21.30, melalui Menlu telah ditangkap seorang yang dicurigai sebagai Nazaruddin, pagi-pagi waktu sahur hal ini dilaporkan ke Presiden RI. Nazaruddin menggunakan paspor palsu dengan nama M Syarifuddin. Penangkapan dilakukan atas kerjasama dengan interpol luar negeri di Cartagena. Jam 8 tadi pagi, yang bersangkutan telah diberangkatkan ke Bogota, untuk proses lebih lanjut, apabila yang ditemukan itu benar-benar M Nazaruddin agar segera dibawa ke tanah air. Ruhut Sitompul menyatakan terima kasihnya kepada Menkopolhukam yang telah menangkap Nazaruddin. Ruhut setuju dengan Presiden agar yang bersangkutan diadili sesuai dengan perbuatannya, dan apabila ada kader Demokrat yang terlibat agar segera diadili juga apapun jabatannya. Ruhut sangat mendukung untuk pembersihan partainya yang terkena badai yang sangat keras.

Sementara itu Mubarok, menyatakan kegembiraannya atas ditangkapnya M Nazaruddin. Mubarok menyatakan sepandai-pandainya tupai melompat akan jatuh juga, mengulangi pernyataan sebelumnya. Tiga hari sebelumnya, Mubarok kedatangan tamu aneh bahwa Nazaruddin akan segera tertangkap, dan orang aneh ini ingin bertemu Presiden, tapi Mubarok tak menggubrisnya. Seberapa benar bahwa orang yang ditangkap itu memang benar-benar Nazaruddin, kita tunggu saja

Kasus Penangkapan Pembunuhan Wanita Dalam Koper dan Kardus Jakarta - Setelah sepekan menjadi teka-teki, pelaku pembunuhan Hertati (35), mayat dalam kardus dan ER (6), mayat dalam koper akhirnya tertangkap. Tersangka bernama Rahmat Awifi (26) itu ditangkap di tempat kerjanya di sebuah pabrik jok di kawasan Sunter, Jakarta Utara. "Dari hasil penyelidikan, tersangka R (Rahmat) berhasil kita tangkap di tempat kerjanya di pabrik jok di Sunter pada Jumat (21/10) pagi sekitar pukul 06.00 WIB," ujar Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Gatot Edy Pramono saat jumpa pers di kantornya, Jakarta, Jumat (21/10/2011) malam. Gatot menjelaskan, penangkapan pelaku berawal dari informasi warga yang mengaku sebagai adik Hertati. Polisi kemudian menyelidiki informasi tersebut dengan menemui keluarganya di Lampung beberapa waktu lalu. "Dari informasi itu kita menuju ke keluarga korban, sehingga kita dapatkan informasi soal kedekatannya dengan tersangka," kata Gatot.

Sementara itu, Kepala Subdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Helmy Santika mengatakan, dari hasil pengumpulan informasi terhadap keluarga korban, diketahui bahwa Hertati dan anaknya ER, dibawa ke Jakarta oleh Rahmat sejak dua bulan lalu. Dari keterangan adik korban pula, polisi akhirnya mengetahui alamat tinggal Hertati di Jakarta.

"Menurut adiknya, Hertati tinggal di kawasan Jakarta dekat pantai, cuma adiknya nggak tahu persis di mana alamatnya," kata Helmy. Dari keterangan adik korban, polisi menduga bahwa korban tinggal tidak jauh di kawasan Jakarta Utara juga bersama dengan calon suaminya, tersangka Rahmat. Polisi kemudian menelusuri dan mencari informasi kepada warga di setiap pelosok di Jakarta Utara. "Dari beberapa tempat yang didatangi, tidak ada yang mengenali wajah korban," katanya. Selain mengungkapkan soal alamat tinggal Hertati, adik Hertati juga memberi keterangan mengenai Rahmat. Menurut adik Hertati kepada tim, Rahmat bekerja di sebuah pabrik. "Adik korban mengatakan kalau calon kakak iparnya itu kalau kerja pakai sepatu boot dan kalau masuk kerja pakai fingerprint," jelas Helmy. Berdasarkan keterangan itu, polisi kemudian melakukan penyelidikan ke tempat-tempat perusahaan yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan adik Hertati. "Sehingga kita dapatkan informasi, bahwa tersangka bekerja di sebuah pabrik jok mobil di kawasan Sunter, Jakarta Utara," ungkapnya. Tidak menyia-nyiakan informasi tersebut, polisi kemudian menyelidiki ke pabrik tersebut. Dari keterangan pihak pabrik, ternyata Rahmat memang bekerja di tempat tersebut. "Nah si Rahmat ini kan kerjanya shift malam, selesai kerja paginya. Sehingga waktu pulang Jumat pagi tadi, kita langsung tangkap," papar Helmy. Setelah menangkap Rahmat, petugas kemudian mengembangkan kasus tersebut. Dari keterangan Rahmat, ia dibantu oleh temannya Kriswahyudi yang juga bekerja di tempat yang sama"Sementara Kris kerjanya siang, sehingga begitu motor Kris masuk, kita tutup gerbang lalu menangkapnya," kata Helmy. Kris ditangkap pada Jumat (21/10) siang, beberapa jam berselang setelah Rahmat ditangkap.

Kasus Penangkapan Oknum LSM Terkait Uang Palsu

Jakarta - Seorang oknum dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), berinisial AM, dibekuk polisi terkait tindak pidana uang palsu. Tersangka diduga menjadi perantara dalam transaksi uang palsu sebesar Rp 32 juta. Tersangka ditangkap oleh jajaran aparat dari Polsek Cempaka Putih dan Polres Sinjai. "Kita hanya membantu Polres Sinjai dalam penangkapan tersangka karena tersangka ada di wilayah Cempaka Putih. Untuk kasusnya, ditangani oleh Polres Sinjai karena kejadiannya juga ada di Sinjai," kata Kapolsek Cempaka Putih, Komisaris Polisi Adhie Santika saat dihubungi detikcom, Senin (17/10/2011). Adhie mengungkapkan,AM ditangkap di Jl Mardhani, Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada Minggu 16 Oktober malam. "Tersangka ngekos di situ selama satu tahun," kata Adhie. Adhie mengungkapkan, tersangka merupakan oknum LSM yang bergerak di bidang lingkungan hidup. "Dia juga mau mencalonkan diri jadi Bupati Sinjai untuk periode 2014," ungkap Adhie. Menurut informasi dari aparat Polres Sinjai yang disampaikan ke aparat Polsek Cempaka Putih, tersangka merupakan DPO dalam kasus uang palsu. Tersangka diduga berperan serta dalam peredaran uang palsu yang dilaporkan ke Polres Sinjai pada 11 Oktober 2011 lalu. "Informasinya, dia ikut serta dalam kasus uang palsu. Dia terima dari seseorang kemudian dikirim ke tersangka CH di Sulawesi sebesar Rp 32 juta. Dia perantara," jelas Adhie.

Adhie menyampaikan, kasus tersebut saat ini masih dalam pengembangan Polres Sinjai. Sementara tersangka hingga kini masih ditahan di Polsek Cempaka Putih. "Tersangka dititipkan di Polsek Cempaka Putih, besok baru dibawa ke Polres Sinjai," kata Adhie.

Tim Kementerian Hukum Selidiki Kasus Penangkapan Kalapas Nusakambangan

TEMPO Interaktif, Jakarta -Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakatan telah mengutus tim khusus guna merepons kasus penangkapan Kalapas Nusakambangan, Marwan Adli. "Tim sudah berada di Nusakambangan sejak siang tadi," ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Ditjen Pemasyarakatan, Murdiyanto (9/3). Tim itu, kata Murdiyanto, berasal dari petugas Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah. Tim yang dikomandani Kepala Divisi Pemasyarakatan, Mayun Mataram, itu diberikan mandat untuk merekomendasikan langkah operasional pasca penangkapan Marwan Adli serta berkoordinasi dengan BNN. "Penangkapan ini tentu akan menelantarkan sejumlah fungsi kerja seorang pimpinan," kata dia. Karena itu, Ditjen Pemasyarakatan berharap tim tersebut dapat merekomendasikan seseorang yang dinilai layak ditunjuk sebagai pelaksana tugas fungsi jabatan tersebut. "Mudah-mudahan dalam 1-2 jam ini adala keputusan," ujar Murdiyanto. Marwan ditangkap BNN kemarin sore. Cerita ini berawal dari pengungkapan kasus kepemilikan shabu seberat 380 gram milik Hertoni. Dari hasil penyidikan, BNN menemukan fakta baru bahwa mulusnya peredaran barang haram tersebut dalam penjara terjadi karena ia kerap memberikan upeti kepada Marwan. Murdiyanto mengaku sangat menghormati proses hukum yang sedang berjalan. Meski demikian, kata dia, Ditjen Pemasyarakatan sangat berkepentingan mengetahui detil kejadian dan sejauh mana keterlibatan Marwan dalam kasus tersebut, sebelum menjatuhkan sanksi. "Tim masih menggali semua keterangan," ujarnya.

Kasus Penangkapan Kapal Tanker BELAWAN- Terkait penangkapan Kapal Tanker MT Cosmic 11 oleh pihak Ditpolairdasu, Koalisi Masyarakat Demokrat Pemantau Minyak dan Gas Bumi (Komdep-Migas) Sumut, meminta Ditpolair agar me ngusut tuntas permasalahan tersebut. Pasalnya, sampai saat ini, 4 perusahaan yang diduga terlibat dalam permasalahan tersebut belum diperiksa.

Keempat perusahaan yang diduga terlibat yakni PT Pelayaran Nasional Aeromic di Batam selaku pemilik kapal, PT Cosmic Indonesia di Batam selaku penjual BBM yang dimuat ke MT Cosmic 11, PT Petrobas di Jakarta selaku penjual BBM ke Inalum dan PT Inalum selaku pembeli. Menurut Ketua Koalisi Masyarakat Demokrat Pemantau Minyak dan Gas Bumi(Komdep-Migas) Sumut CP Siregar, Selasa (13/9) mengatakan, pihaknya kecewa dengan Ditpolairdasu. Karena tak kunjung menyelesaikan persoalan dimaksud. Padahal sebelumnya, pihaknya memberikan apresiasi kepada Ditpolairdasu yang menyita kapal tanker MT Cosmic-11 atas dugaan manipulasi dokumen. Permasalahan ini sudah lebih dua minggu, kenapa sampai saat ini mereka belum dimintai keterangan. Anehkan?, ujar CP Siregar. Dia mengatakan, perbuatan para pihak yang terlibat terutama PT Petrobas bisa dikenakan pasal 54 UU No 22 tahun 2001 tetang Migas, karena diduga tidak memiliki izin niaga BBM jenis IDO (Industri Disel Oil) dari Dirjen Migas dan dapat dipidana penjara 3 tahun dan denda Rp30 miliar. Lebih lanjut dia menjelaskan, pihaknya curiga dengan dipindahkannya kapal MT Cosmic 11 yang sebelumnnya ditahan dan bersandar di salah satu dermaga di Belawan, saat ini telah berada di Kwala Tanjung, Batubara. Kita akan membawa masalah ini ke Menteri terkait dan Mabes Polri jika kasus ini tidak segera dituntaskan, ancamnya. Masih CP, dalam dokumen kapal disebutkan, BBM yang diangkut kapal tersebut adalah jenis solar (marine gas oil), namun berdasarkan hasil labolatorium Pertamina kilang Dumai, yang diminta Ditpolair melalui Pertamina Medan diketahui BBM yang diangkut Cosmic 11 berjenis IDO yang jelas berbeda dengan solar.a Sementara itu, Dirpolair Sumut Kombes Ario Gatut Kristianto, membantah kalau kapal tersebut dilepas. Dia mengatakan, Pihaknya hanya mengeser kapal tersebut ke Kwala Tanjung karena posisi kapal saat di Belawan telah mengganggu jalur pelayaran. Mana ada kami lepas kapal tersebut, cuma digeser dan kapal itu masih disegel disana, ujarnya. Saat disinggung tetang perkembangan kasus tersebut dan dugaan terlibatnya empat perusahaan, dia mengaku sedang menjemput pihak PT Inalum.

PT Inalum akan segera kami periksa, karena anggota masih menjemput mereka. Sedangkan perusahaan lainnya akan menyusul secara maraton, tandasnya.

Kasus dugaan Rekayasa Penangkapan Bobby Terdakwa Penggunaan Narkotika JAKARTA, KOMPAS.com - Kurang lebih sudah sembilan bulan, Bobby Derifianza (22), mahasiswa Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta mendekam di balik jeruji sel tahanan sejak dirinya ditangkap pada tanggal 18 Desember 2010. Ia sempat mendekam selama 117 hari di sel tahanan Polresta Bekasi Kota sampai akhirnya diserahkan ke rumah tahanan (rutan) Bulak Kapal, Bekasi. Proses persidangan Bobby pun kini masih bergulir di Pengadilan Negeri (PN) Bekasi. Ia didakwa empat tahun lantaran disebut-sebut mengkonsumsi narkotika bersama temannya, Afriska Prakasa (22). Namun, semua tuduhan itu dibantah Bobby baik di persidangan maupun saat penyidikan di kepolisian. Ibunda Bobby, Dewi, menuturkan banyak kejanggalan yang terjadi dalam kasus yang membelit anaknya itu. Ia menyatakan anaknya ditangkap bukan atas kesalahannya. "Anak saya tidak pernah memiliki atau memakai ganja. Tes urine yang disebut positif itu juga bohong, kata anak saya dia tidak pernah dites. Saya sudah lapor dua penyidik di Polres ke Propam Polda," ujar Dewi. Berikut kronologi kasus Bobby versi Dewi:

18 Desember 2010 Pukul 22.00 WIB. Mahasiswa Akademi Pimpinan Perusahaan (APP), Afriska Prakarsa (22) ditangkap di depan warnet Onestop, Jalan Agus Salim, Bekasi oleh dua penyidik yakni Komisaris Su dan Briptu Bay alias BM. Dari tangan Afriska, polisi menemukan ganja 1,2 gram. Afriska lalu dibawa ke mobil penyidik dan ditanyai dari mana barang itu berasal. Di situ, Afriska ditekan, sampai akhirnya mengaku mendapatkan ganja dari Bobby Derifianza (22), mahasiswa APP lain. Dari sana, penyidik yang sama langsung menuju rumah Bobby yang terletak di perumahan Victoria Park Residence, Kel Nusa Jaya, Karawaci, Tangerang.

18 Desember 2010 pukul 23.30 WIB. Bobby yang baru tiba di rumah seusai dari kampus langsung dibekuk dua anggota polisi. Ia pun dibawa ke mobil yang sama. Di mobil, Bobby diminta mengaku ganja hasil penangkapan Afriska. Bobby membantah dan mengaku tidak tahu menahu soal ganja yang dimiliki Afriska. Kedua mahasiswa ini pun akhirnya digelandang ke Polres Bekasi Kota. Meski ditangkap di dua tempat berbeda, di dalam BAP, Bobby dan Afriska disebutkan ditangkap bersama-sama di Bekasi.

20 Desember 2010 Orang tua Bobby mendatangi Polresta Bekasi Kota untuk menjenguk anaknya dan memintai kejelasan perihal penangkapan Bobby kepada penyidik. Di situ, penyidik Briptu Bay meminta uang Rp 10 juta. Namun, permintaan polisi ini tidak bisa disanggupi orang tua Bobby. Kasus pun tetap bergulir.

24-30 Desember 2010 Afriska mengeluarkan tiga buah surat yakni surat pernyataan Bobby tidak terlibat, kronologi kasus yang sebenarnya, dan pencabutan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Di dalam kronologi yang diceritakan Afriska, diketahui ia disuruh seorang perempuan D untuk membeli ganja dengan upah Rp 50.000. Ganja dibeli dari seorang bandar R. Saat hendak bertemu D, Afriska justru dibekuk polisi duluan. Surat-surat pengakuan Afriska ini kemudian ditunjukkan ke Kasat Narkoba Polresta Bekasi Kota, namun tak digubris. Polisi tetap meneruskan kasus ini. Namun, selama proses penyidikan kasus berlangsung, polisi hanya memeriksa Bobby dan Afriska, tidak ada saksi lainnya.

Pertengahan Januari 2011 Orang tua Bobby bertemu dengan seorang jaksa PN Bekasi berinisial AF kenalan orang tua Afriska. Di dalam pertemuan itu, jaksa menyarankan agar keduanya rela memberikan sejumlah uang ke penyidik Polres untuk diturunkan pasalnya. Jaksa itu juga meminta uang masing-masing Rp 15 juta. Atas saran jaksa ini, orang tua Bobby dan Afriska pun akhirnya kembali menghadap penyidik dan menyerahkan uang masing-masing Rp 3 juta kepada AKP Su untuk mengubah pasal dari pengedar menjadi pemakai dan menurunkan barang bukti bagi Afriska. Selain kepada AKP Su, Briptu BM juga ikut meminta uang lelah untuk melakukan tes urine kepada Bobby dan Afriska masing-masing Rp 750.000.

14 April 2011 Bobby dan Afriska dipindah ke rutan Bulak Kapal, Bekasi.

28 April 2011 Orang tua Bobby melaporkan AKP Su dan Briptu BM ke Propam Polda Metro Jaya atas dugaan pelanggaran etika profesi kepolisian.

30 Mei 2011 Sidang perdana digelar di PN Bekasi. Bobby dan Afriska didakwa bersama dengan pasal 111 subsider 127 Undang-undang Narkotika dengan ancaman hukuman 4 tahun.

25 Juli 2011 Majelis Hakim PN Bekasi melakukan konfrontasi keterangan dari saksi penyidik kepolisian dan kedua terdakwa. Bobby tetap membantah segala tuduhan dirinya terlibat. Afriska juga menerangkan dirinya ditangkap sendiri dan Bobby sama sekali tidak terlibat. Ia menyebut nama Bobby lantaran dipaksa polisi. Dalam kesaksian itu, Afriska juga kembali menyatakan mencabut BAP.

11 Agustus 2011 Jaksa penuntut umum menuntut Bobby dan Afriska 4 tahun penjara karena terbukti mengkonsumsi ganja secara bersama-sama.

19 Agustus 2011 Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar, menyatakan Propam Polda Metro Jaya menemukan adanya kelalaian yang dilakukan AKP Su dan Briptu BM. Kelalaian itu terkait penulisan waktu dan tempat penangkapan yang disebut diakui salah ketik oleh kedua penyidik. Belum ada sanksi yang dijatuhkan terhadap penyidik tersebut.

23 Agustus 2011 Bobby dan Afriska akan menghadapi pembacaan vonis dari majelis hakim PN Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai