12Ips 3 /33
Tewasnya remaja yang bernama Sanu yang berumur 17 tahun tersebut diduga
menjadi korban penganiayaan. Kasus tewasnya Sanu bermula dari adanya
pertikaian antara kelompok bermotor. Saat kejadian, korban bersama rekannya
yang anggota GBR mlintas di aerah Dago. Pada saat kelompok GBR melewati
Moonraker mereka saling meledek. Sehingga kelompok Moonraker
tersinggung kemudian dikejar. Asi I kejar- kejara n terjadi. Saat itu, korban
tertinggal dan teratuh. Akibatnya, korban menjadi bulan bulanan dari
kelompok lawan. Sehingga dilakukan penganiayaan oleh kelompok
Moonraker. Dan akibat dari penganiayaan itu, korban meninggal dunia.
Sedangkan pelaku melarikan diri dan akhirnya beberapa hari polisi bisa
menangkapnya.
Dampak Negatif Adanya Perubahan Sosial pada Kasus Berita di Atas , yaitu:
1. Disintegritas social
Adanya pembuly-an (peledekan) antara kelompok GBR dan Moonraker
menimbukan perpecahan hingga penganiayaan yang berujung pada
kematian.
2. Kenakalan remaja meningkat
Kenakalan remaja dapat diebabkan oleh faktor lingkungan pertemanan.
Dimana pola perilaku seorang remaja bisa dipengaruhi dari pola perilaku
teman- teman di lingkungannya. Hal itu di pengarui oleh perkembangan
zaman, dimana masyarakat mulai mengabaikan nilai dan norma. Hal itu
di karenakan ada banyak faham- faham baru yang masuk ke Indonesia
yang sebenarnya kurang sesuai dengan norma di Indonesia.
3. Meningkatnya kriminalitas
Tindak kriminalitas seringkali muncul akibat perubahan social.
Tindakan ini cukup meresahkan masyarakat. Kejahatan juga disebakan
oleh pengaruh budaya dari luar yang akhirnya menyebabkan
penyimpangan norma yang ada di masyarkat.
Penggunaan Alat Pembayaran Digital di Indonesia Meningkat Pesat
Oleh Tira Santia pada 15 Jan 2020, 11:48 WIB
Liputan6.com, Jakarta- Hasil survey Ipsos Indonesiaan digital berkembang pesat pada
2019.” Latar belakang adanya survey ini terkait adanya fenmena cashless society di Indonesia,
dimana menurut data dari Bank Indonesia, seama tahun 2019 saja telah terjadi 4,7 juta jumlah
transaksi cashless, dan 128 triliun volume transaksi cashless di Indonesia, sehingga evolusi
pembayaran sudah terjadi dengan pesatnya,” kata Managing Director Ipsos Indonesia Soeprapto
Tan, dalam ajang Ipsos Maketing Summit 2020: Indonesia The Next Cashless Society, Pullman
Jakarta Central Park, Jakrta, Rabu (15/1/2020).
Tentunya hal itu dipengaruhi oleh kehadiran teknologi dan digitalisasi di Indonesia, mampu
mengubah kebiasaan masyarakat dalam menggunakan alat pembayaran, dari yangsemula tunai
menjadi nontunai.
Survei itu dilakukan ke 1.000 responden yangbermukim di Jawa 66 persen, Sumaera 21 persen,
Kalimantan 6 persen, Sulawesi 4 persen, Bali 4 persen dan Nusa Tenggara 1 persen.
Hasilnya terungkap beberapa fakta menarik, bahwa sebanyak 25 persen responden menggunakan
pembayaran digital, karena memberikan pengalaman yang menyenangkan, dan sebanyak 26
persn karena merasa lebih aman, nyaman dan yakin.
Melalui Studi The Next Cashless Society, menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya
menggunakan satu jenis dompet digital, karena hanya sebanyak 21 persen, sementara 28 pesen
menggunakan dua jenis dan 47 peren menggunakan tiga jenis atau lebih , dan dompet digital
yang paling digunakan adalah OVO dan GOPAY.
Penelitian juga mengungkapka pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kartu nontunai,
terungkap e-money, dan Flazz merupakan kartu yang paling sering digunakan dalam
bertransaksi, dimana sebanyak 47 persen hanya memiliki sat kartu, 30 pesen memiliki dua kartu
dan 23 persen memiliki tiga atau lebih kartu nontunai.
Penggunaan nontunai ini dimanfaatkan masyarakat, untuk melakukan berbagai transaksi
keuangan seperti berbelanja online, membayar tagian listrik, membayar makanan di restoran,
membayar penggunaan alat transportasi, menonton bioskop dan berbaga layanan perbankan
digital.
Diketahui terdapat tiga segmen motivasi masyarakat memiih alat pembayaran non-tunai, yakni
konsumen yang tidak takut akan pembayaran non tunai (reassure), konsumen yang menikmati
pembayaran non tnai dan memperkaya hidup (encourage), serta konsumen yang beranggapan
bahwa pebayaran non tunai adalah hal baru yang mengikuti perkembangan zaman (inspire).
Dari hasil studi tersebut terlihat bahwa masyarakat Indonesia saat ini, sudah mulai terbiasa
dengan pembayaran nontunai dalam kehidupan mereka sehari- hari. “Dengan berbagai motivasi
penggunaan pembayaran no-tunai tesebut, menunjukkan kedepannya jumlah pengguna layanan
pembayaran digital aka semakin melesa, dan hal ini harus disiapkan ekosistem yang semakin
mumpuni baik dari sisi pemerintah, infrastruktr dan juga swasta,” pungkasnya.
Sumber : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4156035/penggunaan-alat-pembayaran-digital-
di-indonesia-meningkat-pesat
Deskripsi Singkat Isi Berita: