Anda di halaman 1dari 5

Nama: Sinta Septiana Sari

12Ips 3 /33

Ribut Geng Motor di Balik Pengeroyokan Remaja hingga Tewas di


Bandung
Dony Indra Ramadhan- detikNews
Selasa, 15 Des 2020 09:28 WIB
Bandung- Kasus temuan mayat lelaki tergeletak di kawasan Dago Bandung akhirnya terungkap.
Ada rebut antar geng motor dibaik tewasnya remaja lelaki bernama Sanu Sandani (17) ini.
Jasd Sanu awalnya ditemukan di sisi alan Ir Juanda (Dago) Bandung pada Minggu (1/11) lalu.
Sejak awal, Sanu diduga menjadi korban penganiayaan.
Beberapa minggu berselang, polisi pun berhasi mengungkap pelaku pelaku penganiayaan
tersebut. Dua orang akni M Tegar Maulana! (19) dan Rizal Ramadhani alias Takur (22) ditagkap.
Mereka ditangkap personel Satreskrim Polrestaes Bandung yang dipimpin Kasat Reskrim Kmpol
Adanan Mangopang. “Kita lakukan penyelidikan dan kita berhasil melakukan penangkapan
terhadap kedua pelaku yang saat ini sedang kita proses”, ujar Kapolrestabes Bandung Kombes
Ulung Sampurna Jaya di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Senin
(14/12/2020).
Menurut Ulung, usai beraksi para tersangka tersebut melarikan diri ke sejumlah tempat. Mereka
diketahui kabur hngga ke Garut, Tasik hingga Subang. “Kebanyakan mereka kabur ke wiayah
masih diJawa Barat,” tuturnya.
Berdasarkan hasil penyelidikan dan pemeriksaan mendalam, Ulung mengatakan kasus tewasnya
Sanu bermula dari adanya pertikaian antara kelompok bermotor. Saat kejadian, korban bersama
rekannya yang diduga anggota GBR melintas di dearah Dago.
“Nah pada aat kelompok GBR melewati Monraker mereka saling meledek. Sehingga kelompok
Moonraker tersinggung kemudian dikejar,”ujar Ulung.
Aksi kejar- kejaran terjadi. Saat itu, korban tertinggal dan terjatuh. Akibatnya, korban menjadi
bulan bulanan dari kelompok lawan. “Sehingga dilakukan penganiayaan oleh kelompok
Moonraker. Sehingga korban tersebut meninggal dunia. Pengeroyokan dilakukan dengan
menggunakan tagan kosong, batu hingga kayu,” tuturnya.
Sumber: https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5295325/ribut-geng-motor-di-balik-
pengeroyokan-remaja-hingga-tewas-di-bandung

Deskripsi Singkat Isi Berita:

Tewasnya remaja yang bernama Sanu yang berumur 17 tahun tersebut diduga
menjadi korban penganiayaan. Kasus tewasnya Sanu bermula dari adanya
pertikaian antara kelompok bermotor. Saat kejadian, korban bersama rekannya
yang anggota GBR mlintas di aerah Dago. Pada saat kelompok GBR melewati
Moonraker mereka saling meledek. Sehingga kelompok Moonraker
tersinggung kemudian dikejar. Asi I kejar- kejara n terjadi. Saat itu, korban
tertinggal dan teratuh. Akibatnya, korban menjadi bulan bulanan dari
kelompok lawan. Sehingga dilakukan penganiayaan oleh kelompok
Moonraker. Dan akibat dari penganiayaan itu, korban meninggal dunia.
Sedangkan pelaku melarikan diri dan akhirnya beberapa hari polisi bisa
menangkapnya.

Dampak Negatif Adanya Perubahan Sosial pada Kasus Berita di Atas , yaitu:

1. Disintegritas social
Adanya pembuly-an (peledekan) antara kelompok GBR dan Moonraker
menimbukan perpecahan hingga penganiayaan yang berujung pada
kematian.
2. Kenakalan remaja meningkat
Kenakalan remaja dapat diebabkan oleh faktor lingkungan pertemanan.
Dimana pola perilaku seorang remaja bisa dipengaruhi dari pola perilaku
teman- teman di lingkungannya. Hal itu di pengarui oleh perkembangan
zaman, dimana masyarakat mulai mengabaikan nilai dan norma. Hal itu
di karenakan ada banyak faham- faham baru yang masuk ke Indonesia
yang sebenarnya kurang sesuai dengan norma di Indonesia.
3. Meningkatnya kriminalitas
Tindak kriminalitas seringkali muncul akibat perubahan social.
Tindakan ini cukup meresahkan masyarakat. Kejahatan juga disebakan
oleh pengaruh budaya dari luar yang akhirnya menyebabkan
penyimpangan norma yang ada di masyarkat.
Penggunaan Alat Pembayaran Digital di Indonesia Meningkat Pesat
Oleh Tira Santia pada 15 Jan 2020, 11:48 WIB

Liputan6.com, Jakarta- Hasil survey Ipsos Indonesiaan digital berkembang pesat pada
2019.” Latar belakang adanya survey ini terkait adanya fenmena cashless society di Indonesia,
dimana menurut data dari Bank Indonesia, seama tahun 2019 saja telah terjadi 4,7 juta jumlah
transaksi cashless, dan 128 triliun volume transaksi cashless di Indonesia, sehingga evolusi
pembayaran sudah terjadi dengan pesatnya,” kata Managing Director Ipsos Indonesia Soeprapto
Tan, dalam ajang Ipsos Maketing Summit 2020: Indonesia The Next Cashless Society, Pullman
Jakarta Central Park, Jakrta, Rabu (15/1/2020).
Tentunya hal itu dipengaruhi oleh kehadiran teknologi dan digitalisasi di Indonesia, mampu
mengubah kebiasaan masyarakat dalam menggunakan alat pembayaran, dari yangsemula tunai
menjadi nontunai.
Survei itu dilakukan ke 1.000 responden yangbermukim di Jawa 66 persen, Sumaera 21 persen,
Kalimantan 6 persen, Sulawesi 4 persen, Bali 4 persen dan Nusa Tenggara 1 persen.
Hasilnya terungkap beberapa fakta menarik, bahwa sebanyak 25 persen responden menggunakan
pembayaran digital, karena memberikan pengalaman yang menyenangkan, dan sebanyak 26
persn karena merasa lebih aman, nyaman dan yakin.
Melalui Studi The Next Cashless Society, menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya
menggunakan satu jenis dompet digital, karena hanya sebanyak 21 persen, sementara 28 pesen
menggunakan dua jenis dan 47 peren menggunakan tiga jenis atau lebih , dan dompet digital
yang paling digunakan adalah OVO dan GOPAY.
Penelitian juga mengungkapka pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kartu nontunai,
terungkap e-money, dan Flazz merupakan kartu yang paling sering digunakan dalam
bertransaksi, dimana sebanyak 47 persen hanya memiliki sat kartu, 30 pesen memiliki dua kartu
dan 23 persen memiliki tiga atau lebih kartu nontunai.
Penggunaan nontunai ini dimanfaatkan masyarakat, untuk melakukan berbagai transaksi
keuangan seperti berbelanja online, membayar tagian listrik, membayar makanan di restoran,
membayar penggunaan alat transportasi, menonton bioskop dan berbaga layanan perbankan
digital.
Diketahui terdapat tiga segmen motivasi masyarakat memiih alat pembayaran non-tunai, yakni
konsumen yang tidak takut akan pembayaran non tunai (reassure), konsumen yang menikmati
pembayaran non tnai dan memperkaya hidup (encourage), serta konsumen yang beranggapan
bahwa pebayaran non tunai adalah hal baru yang mengikuti perkembangan zaman (inspire).
Dari hasil studi tersebut terlihat bahwa masyarakat Indonesia saat ini, sudah mulai terbiasa
dengan pembayaran nontunai dalam kehidupan mereka sehari- hari. “Dengan berbagai motivasi
penggunaan pembayaran no-tunai tesebut, menunjukkan kedepannya jumlah pengguna layanan
pembayaran digital aka semakin melesa, dan hal ini harus disiapkan ekosistem yang semakin
mumpuni baik dari sisi pemerintah, infrastruktr dan juga swasta,” pungkasnya.

Sumber : https://www.liputan6.com/bisnis/read/4156035/penggunaan-alat-pembayaran-digital-
di-indonesia-meningkat-pesat
Deskripsi Singkat Isi Berita:

Kehadiran teknologi dan digitalisasi di Indonesia, mampu mengubah kebiasaan masyarakat


dalam menggunakan alat pembayaran, dari yang semula tunai menjadi non –tunai. Hal itu
juga dilakukan survey tentang fenomena cashless society di Indonesia, hasilnya pun
terungkap beberapa fakta menarik, bahwa sebanyak 25 persen responden menggunakan
pembayaran digital karena memberikan pengalaman yang menyenangkan. Dan sebanyak 26
persen karena merasa lebih aman, nyaman dan yakin

Penggunaan non-tunai ini dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan berbagai transaksi


keuangan seperti berbelanja onine, membayar tagihan listrik, membayar makana di restoran,
membayar pengguaan alat transportasi, menonton bioskop dan berbagai layanan perbankan
digital. Hal itu terlihat bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini, sudah mulai
terbiasa dengan pembayaran non-tunai dalam kehidupan mereka sehari- hari.

Dampak Positif Tentang Adanya Perubahan Sosial, yaitu

1. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Perkembangan iptek dapat mengubah nilai- nilai lama menjadi nilai- niali baru. Hal
ini dapat mendorong berbagai inovasi dan memudahkan kehidupan masyarakat
menuju perubahan social ke a rah modernisasi. Sebagai contoh pada kasus berita di
atas adalah metode pembayaran dari tunai menjadi non-tunai
2. Eektivitas dan Efisiensi Kerja Meningkat
Hal itu berkaitan dengan penggunaan alat produksi yang tepat dalam menghasilkan
produk lebih cepat, lebih banyak, dan tepat sasaran. Dimana saat kita melakukan
transaksi pada saat pembelian tidak perlu membawa dompet yang berisi banyak
uang, cukup membawa handpone/smartphone dengan menye-can kode barkot yang
ada di tempat pembayaran.
3. Nilai dan Norma Baru Telah Terbentuk
Dalam kehidupan masyarakat, perubahan social akan terjadi secara terus- menerus.
Oleh karena itu, perubahan tersebut memerlukan nilai- nilai dan norma- norma
dalam menjaga arus perubahan agar tidak menyimpang dari aturan yang telah ada.

Anda mungkin juga menyukai