Anda di halaman 1dari 2

PRESS RELEASE

Update Kasus FIN888, Heboh Broker Internasional Ditetapkan Tersangka,


Korban Desak Pelaku Utama Segera Ditersangkakan Dan Penyitaan Aset Dilakukan

JAKARTA - Kuasa Hukum korban penipuan berkedok robot trading FIN888 Oktavianus Setiawan
dan TB Ade Rosidin mengungkapkan kecewaannya kepada penyidik yang menangani kasusnya.
Pasalnya, sehingga sekarang penyidik belum menetapkan pelaku utama yaitu Wakil Direktur PT
Jababeka, Tbk Tjahjadi Rahardja sebagai tersangka.

Mereka bahkan menduga, penyidik sudah ‘masuk angin’ karena Tjahjadi Raharja merupakan
pengusaha properti besar yang diduga melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang nilai
mencapai Rp1 triliun. Penyidik terkesan enggan menyetuh pelaku utama, sehingga mereka curiga ada
‘permainan’ di belakangnya.

“Terus terang kami heran, mengapa penyidik seakan melindungi Tjahjadi Rahardja dan terkesan
ingin menimpalkan semua kesalahan kepada aktor-aktor peran pembantu. Baru-baru penyidik
kembali menetapkan 2 orang tersangka baru yakni Sam Goh seorang WNA Singapura dan Sumarno
alias Marno alias MC. Sebelumnya 2 afiliator FIN888 sudah dijadikan tersangkan,” kata TB Ade
Rosidin kepada sejumlah awak media, di Jakarta, Jumat, 9 Juni 2023.

Sam Goh sendiri kata Rosidin, adalah pemilik dari Samtrade FX yang merupakan Sponsor Klub
Sepakbola Liga Inggris dan LA Liga. Sementara Marno selaku orang yang diserahkan uang sejumlah
61,2 Juta US$ (sekitar Rp1 triliun) oleh Tjahjadi Rahardja berdasarkan keterangan dokumen
Affidavit yang telah di-Appostile-kan oleh Kemenkumham RI.

“Beberapa waktu lalu, untuk kesekian kalinya kami bersama para korban kembali menyambangi
Subdit 5, Tipideksus Bareskrim Mabes Polri untuk menanyakan perkembangan perkara terkait
investasi bodong FIN888 yang merugikan 800 korban dengan total kerugian lebih dari Rp170 miliar,
namun penyidik mashi tertutup terkait kejelasan status Tjahjadi Rahardja,” jelas Rosidin.

Menurut Rosidin, dengan ditetapkannya dua orang tersebut. Itu artinya dokumen Affidavit menjadi
kunci acuan, karena Samgoh dan Marno ditetapkan sebagai tersangka baru oleh Penyidik Bareskrim
tanpa adanya Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada yang bersangkutan.

“Bahkan bukti-bukti yang ada sebenarnya aliran uang korban disetorkan kepada rekening perorangan
dan 6 Perseroan Terbatas yang ada di Indonesia. Ini membuktikan Affidavit yang kami sertakan
sebagai bukti yang disita penyidik dapat menjadi acuannya,” tegasnya.

Jika dalam Affidavit, lanjutnya, ada 3 nama disebut (Sam Goh, Tjahjadi Rahardja, dan Marno) yang
berkaitan dengan uang sejumlah 61,2 juta US$, dan dua diantaranya sudah ditetapkan menjadi
tersangka kenapa yang satu nama lagi (Tjahjadi Rahardja) tidak ditetapkan? Padahal, nama Marno
hanya disebutkan saja oleh Tjahjadi Rahardja di dalam bukti komunikasi dengan Sam Goh yang ada
di dalam Affidavit 3.

Sementara itu, Oktavianus Setiawan mengatakan, keterlibatan Samgoh, Tjahjadi Rahardja, dan
Marno sudah setahun lalu mereka sampaikan ke penyidik dan pimpinannya. Namun dia heran,
mengapa baru sekarang penyidik mendengarkan dan mempelajari bukti-bukti yang serahkan dan
dijalankan? Ini artinya ada dugaan ‘masuk angin’ dan ‘no viral no justice’ di Indonesia benar adanya.

“Sekarang suka tidak suka aset-aset disampaikan penyidik mengenai aliran uang kerugian korban
sejumlah 61,2 Juta US$ sudah lenyap semuanya. Ini menjadi aib penanganan kasus di Bareskrim
Mabes Polri, dimana kasus FIN888 menjadi satu-satunya kejahatan investasi bodong yang nihil aset
sitaannya,” kata Oktavianus.
Kasus FIN888 ini, kata Oktavianus sangat ironi. Selama ini masyarakat tahu betul, bagaimana
mumpuninya para penyidik kepolisian dalam melacak aset hasil kejahatan. Terlihat bagaimana
gencarnya penyidik pada kasus lain dalam menyita aset dari para tersangka. Misalnya, kasus robot
trading Net89 dan DNA Pro.

“Hebatnya, penyidik pula berhasil menyita banyak aset dalam kasus Evotrade yang ditangani oleh
unit yang sama dengan kasus Fin888. Namun untuk kasus Fin888 ini, kemampuan itu tidak terlihat
bahkan cenderung mandul. Apakah karena dalam kasus FIN888 ini pengusaha besar?,” tanya
Oktavianus.

Akibat berlarut-larutnya penanganan kasus Fin888, lanjutnya, penyidik seakan-akan memberi


kesempatan kepada para pelaku untuk menyembunyikan hasil kejahatannya. Belum lagi perlakuan
Kanitnya kepada korban saat akan menghadap untuk beraudiensi.

Oktavianus mengatakan, hingga saat ini penyidik menyampaikan belum ada sitaan, dan mereka
cenderung menyalahkan Ketua PPATK, Ivan Yustiavandana yang katanya sejak tanggal 11
Agustus 2022, penyidik meminta data-data aliran dana dari para pelaku, namun diabaikan oleh
PPATK.

“Seharusnya jika tidak atau belum mendapatkan jawaban, dikejar dan di follow-up terus. Jangan juga
penyidik dan pimpinannya malas-malasan, atau memang sengaja memberikan waktu dan kesempatan
bagi para pelaku untuk menyembunyikan, mengalihkan, menyamarkan, atau mengkonversikan hasil
kejahatannya,” tandas Oktavianus.

Terkiat kecurigaannya kepada para penyidik, Oktavianus mengatakan, pihaknya sudah melapor
berbagai instansi terkait. Salah satunya Karo Wassidik Bareskrim Mabes Polri Brigjen. Pol. Iwan
Kurniawan, S.I.K., M.Si, terkait Gelar Perkara Khusus adanya penyidik nakal yang menangani
kasus FIN888.

Kuasa hukum dan para korban telah pula audisensi dan diterima oleh Jampidum Kejaksaan RI
langsung beserta Tim, dan komitmennya. Juga ke Jaksa Agung Muda Pengawasan, Dir Kamneg
Tibun TPUL Kejaksaan Agung, serta seluruh Tim Jaksa Penuntut Umum perkara FIN888
berkomitmen bersama bersama para korban FIN888 kasus ini sampai tuntas.

Saat tanya terkait langkah-langkah Tim Kuasa Hukum FIN888 untuk Para Korban FIN888 ke
depannya, Oktavianus menjawab, pihaknya juga sudah meminta audiensi dengan Kemenkopolhukam
sekaligus Ketua Komite Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Prof. Dr. H. Mohammad
Mahfud Mahmodin, S.H., S.U., M.I.P.

“Melalui Asisten beliau, Pak Imam, katanya berita ini sudah sampai ke bapak (Mahfud
Mahmodin). Kini sedang ditangani dan telah dibentuk tim untuk kasus FIN888. Kami
berharap rekan-rekan media pantau terus kasus FIN888. JPU segera menetapkan pelaku utama
Tjahjadi Rahardja sebagai tersangka. Tidak sebaliknya melindungi, jangan sampai terjadi kegaduhan
hukum secara nasional,” harapnya.

Oktavianus khawatir kasus ini di-P-21-kan (lengkap) sebelum Tjahjadi Rahardja dijadikan
tersangka. Padahal bukti-bukti yang ada bahkan pengakuan Tjahjadi Rahardja bahwa dirinya ada
keterkaitan dengan FIN888 terang benderang, disamping nama-nama seperti Benny Djuharto, Edy
Maryanto, Suryani Dewi Juwono, Notaris Siti Djubaedah juga harus ditetapkan sebagai tersangka,
serta segera sita aset-aset demi keadilan para korban FIN888. ***

Anda mungkin juga menyukai