Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Membaca
2.1.1.1 Pengertian Membaca
Membaca merupakan istilah yang mengandung pengertian yang berbeda-
beda bagi setiap orang. Ada yang mengira bahwa membaca adalah sekadar
menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah kalimat
atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak (Sunar, 2008:46).
Membaca seperti ini tergolong jenis membaca permulaan seperti yang pernah
dilakukan di tingkat SD kelas 1 dan 2. Jika berpijak pada pandangan di atas,
tentulah banyak timbul anggapan yang keliru bahwa pembelajaran membaca
merupakan pelajaran termudah dikuasai tanpa banyak mengalami hambatan dan
kesulitan.
Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari
proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk
pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-
bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding
(penyandian) merujuk pada proses penterjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-
kata.
Proses recording dan decoding berlangsung pada kelas kelas awal, yaitu
SD kelas I, II dan III. Penekanan membaca pada tahap awal ialah proses
perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi
bahasa. Proses memahami makna lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD.
Dikemukakan oleh Crawley dan Mountain (1995) yang dikutip Farida
Rahim (2005:3) membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif.
Menurut pandangan tersebut membaca sebagai proses visual merupakan proses
menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi.
Sedangkan Klein, dkk (1996) yang dikutip oleh Farida Rahim (2005:3)
mengemukakan definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu
5
6

proses (2) membaca adalah strategis, membaca merupakan interaktif, membaca


merupakan suatu proses informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh
pembaca dalam membentuk makna.
Tarigan (1987:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Klein, dkk (dalam Rahim
(2005:3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup:
a. Membaca merupakan suatu proses
Merupakan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh
pembaca mempunyai peranan utama dalam membentuk makna.
b. Membaca adalah strategis
Pembaca yang efektif mengunakan berbagai strategi membaca yang sesuai
dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika
membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan
membaca. Anak yang berkembang dalam membaca, perbendaharaan
katanya menjadi bertambah dan cara pemahamanya akan berlangsung
dengan mudah dan cepat. Kalau hal ini tidak dapat terpenuhi maka hal-hal
yang tersurat dan yang tersirat tidak dapat tertangkap atau dipahami dan
proses membaca nya tidak terlaksana dengan baik.
c. Membaca merupakan interaktif
Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang
senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan memenuhi beberapa
tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah
dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan
keterampilan dasar terpenting pada manusia yaitu berbahasa. Membaca pada
hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolingustik, dan metakognitif.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Crawley dan Mountai,
(dalam Farida rahim 2005:2) bahwa membaca sebagai proses visual merupakan
7

proses menerjemahkan simbol tertulis ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu


proses berpikir membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pamahaman literal,
interpretasi, membaca kritis dan pemahan kreatif. Pengenalan kata bisa berupa
aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.
Hodgson (dalam Tarigan, 1987:7) mengemukakan pengertian membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulisan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca
merupakan suatu proses yang melibatkan penglihatan, ingatan, pemikiran,
kecerdasan, dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan melalui media kata-kata.

1.1.1.2.Tujuan Membaca
Tujuan membaca, secara umum, adalah mengerti dan memahami makna
atau arti yang terkandung dalam bacaan tersebut. Dengan mengerti dan
memahami makna yang terkandung dalam bacaan tersebut, maka dapat
menambah pengetahuan si pembaca tentang masalah yang tertuang di dalamnya.
Membaca sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena dengan
membaca kita dapat memperoleh berbagai pengetahuan. Banyak pengetahuan
yang ditulis atau dituangkan dalam bentuk tulisan, baik dalam buku-buku, surat
kabar, majalah, ataupun dalam media tulis lainnya.
Menurut Buletin Pusat Kemajuan Studi (dalam Widya Mariana, 2003)
orang dalam melakukan aktivitas membaca pasti memiliki tujuan tertentu di
antaranya:
1) Mencari informasi khusus.
Bahan bacaannya berupa ensiklopedi, kamus buku petunjuk, dan lain-lain.
2) Memperoleh ide-ide pokok bacaan/memperoleh gambaran singkat tentang isi
bacaan. Bahan bacaannya berupa buku teks, jurnal, dan lain-lain.
3) Memperoleh pemahaman serta mengingat isi bacaan.
Bahan bacaannya berupa buku teks, jurnal, dan lain-lain.
8

4) Rekreasi atau kesenangan.


Bahan bacaannya berupa novel, komik, cerpen, roman, dan lain-lain.

1.1.1.3. Membaca Nyaring


Menurut Rachmad Widodo (2009) membaca nyaring sering kali disebut
membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca
mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini yang perlu
mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta
isi bacaan itu sendiri. Di samping itu, pungtuasi atau tanda baca dalam tata tulis
bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan. Para siswa harus dapat membedakan
secara jelas intonasi kalimat berita, intonasi kalimat tanya, intonasi kalimat seru,
dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang sedang susah, marah, bergembira,
dan suasana lainnya. Siswa dapat memberi tekanan yang berbeda pada bagian-
bagian yang dianggap penting dengan bagian-bagian kalimat atau frasa yang
bernada biasa.
Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pembelajaran
membaca dan pembelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud
yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain,
misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si pembaca bertanggung jawab dalam
hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di
dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca
melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca
bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan,
suara, dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi
bacaan, karena mereka ini di pihak yang berkepentingan dengan kegiatan
pembaca.
Menurut Tarigan (2008) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau
kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama
dengan orang lain atau pendengar untuk menangkapserta memahami informasi,
pikiran, dan perasaan seorang pengarang.
9

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring


adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan
ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap
informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan,
sikap, ataupun pengalaman penulis

1.1.1.4.Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring


Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai
kemampuan, di antaranya adalah:
1) menggunakan ucapan yang tepat,
2) menggunakan frasa yang tepat,
3) menggunakan intonasi suara yang wajar,
4) dalam posisi sikap yang baik,
5) menguasai tanda-tanda baca,
6) membaca dengan terang dan jelas,
7) membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
8) membaca dengan tidak terbata-bata,
9) mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
10) kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
11) membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
12) membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa membaca
nyaring menuntut berbagai keterampilan. Daftar keterampilan berikut ini sangat
menolong para guru dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan dalam membaca nyaring (Tarigan 2008).
Menurut Tarigan (2008) Berikut ini adalah ketrampilan membaca nyaring
untuk siswa kelas 1 SD.
1) Mempergunakan ucapan yang tepat,
2) Mempergunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata),
3) Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah terpahami,
10

4) Menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti: titik (.), koma (,), tanda
tanya(?), dan tanda seru(!).

2.1.2 Kalimat
2.1.2.1.Pengertian kalimat
Menurut Moeliono (1988:63) kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau
teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.
Dalam wujud lisan kalimat diiringi dengan titi nada, disela oleh jeda, diakhiri oleh
intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya
perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan berbentuk latin, kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, dan
tanda seru. Sementara itu, disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang
berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepadan
garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. Tanda titik (.), tanda tanya (?), dan
tanda seru (!) sepadan dengan intonasi selesai, sedangkan tanda baca lainnya
sepadan dengan jeda. Adapun kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong
setelah tanda titik, tanda tanya, tanda perintah, dan ruang kosong sebelum huruf
kapital permulaan.
Hal ini dapat kita simpulkan bahwa sebuah kalimat adalah sebuah bagian
terkecil dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam bentuk lisan diikuti intonasi
sedangkan dalam bentuk tulisan menggunakan tanda baca.

2.1.2.2.Pengertian Kalimat Sederhana


Menurut Anton M. Moeliono (2008;30) kalimat sederhana merupakan
kalimat yang strukturnya menjadi dasar struktur kalimat suatu bahasa. Kalimat itu
ditandai oleh faktor kesesuaian bentuk makna, fungsi, kesederhanaan unsur, dan
posisi atau urutan unsur. Menurut kesesuain bentuk maknanya, kalimat sederhana
memiliki bentuk yang utuh atau legkap. Menurut fungsinya, kalimat sederhana
adalah kalimat berita. Ditinjau dari segi kesederhanaannya, kalimat sederhana
memiliki unsur-unsur minimal. Berdasarkan urutan unsur-unsurnya, posisi gatra-
gatra kalimat sederhana berurutan menurut segi ketergantungan di antara
11

sesamanya. Sifat ketergantungan ini ditentukan oleh struktur fungsionalnya SP,


SPO, SPK, atau SPOK.
Syarat pertama struktur kalimat sederhana adalah bentuknya yang lengkap,
dengan kata lain kalimat sederhana termasuk kalimat lengkap. Kelengkapan
bentuk kalimat sederhana merupakan kelengkapan minimal. Artinya, bila unsur-
unsur kalimat itu ditiadakan, maka kalimat itu bukan lagi kalimat sederhana.
Contoh: dia duduk, dia berlari, dia menangis, dia membaca.

2.1.3. Media Pembelajaran


2.1.3.1 Pengertian Media
Menurut Daryanto (2010:5) kata media berasal dari kata latin yang
berbentuk jamak dari medium. Batasan mengenai pengertian media sangat luas,
namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan
sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.
Menurut Criticos (dalam Daryanto, 2010:4) media merupakan salah satu
komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media adalah suatu
alat untuk menyampaikan sebuah pesan, dalam dunia pendidikan berarti alat
untuk menyampaikan pesan dalam pembelajaran.

2.1.3.2 Manfaat Media Secara Umum


Menurut Daryanto (2010:6) secara umum media mempunyai manfaat,
antara lain:
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siwa dengan
sumber belajar.
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori, dan kinestetiknya.
12

5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan


menimbulkan persepsi yang sama.

2.1.3.3.Manfaat Media Pembelajaran


Menurut Kemp and Dayton (dalam Daryanto, 2010:6) media pembelajaran
mempunyai beberapa manfaat yaitu:
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
2) Pembelajaran dapat lebih menarik.
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan di manapun.
7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.
8) Peran guru mengalami perubahan ke arah yang positif.

2.1.3.4.Fungsi Media Pembelajaran


Daryanto (2010:8) menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, media
memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima
(siswa).
Menurut Gerlach & Ely (dalam Daryanto, 2010:9) ada tiga kelebihan
media pembelajaran.
Pertama, kemampuan siksatif, artinya dapat menangkap,
menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian.
Dengan kemampuan ini, objek atau atau kejadian dapat digambar,
direkam, dipotert, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan apabila
diperlukan dapat ditunjukkan atau dinikmati kembali seperti
kejadian aslinya. Kedua, kemempuan manipulatif, artinya media
dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai
macam perubahan (manipulasi)sesuai keperluan.misalnya diubah
ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat diulang-ulang
penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media
mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali
penyajian secara serempak, misalnya TV atau Radio.
13

Maka dari itu, media sangatlah berperan penting kaitannya dengan


pembelajaran khususnya anak SD.

2.1.3.5.Klasifikasi Media Pembelajaran


Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan pemakaian dan
karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi yaitu menurut: (1)
Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) allen, (4) Gerlach dan Ely, (5) Ibrahim (dalam
Daryanto, 2010).
Menurut Wilbur Schramm, media digolongkan menjadi media rumit,
mahal, media sederhana. Wilbur Schramm juga mengelompokkan media menurut
kemempuan daya liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak, (2) liputan terbatas
pada ruangan, (3) media untuk belajar individual.
Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok yaitu beda
untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar
bergerak, film bersuara, dan mesin belajar.
Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media yaitu visual diam, film,
televisi, objek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku
teks cetak, dan sajian lisan.
Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri
fisiknya yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar
diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan smimulasi.
Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta
kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya yaitu media tanpa proyeksi dua
dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi;
televisi, video, komputer.

2.1.3.6.Karakteristik dalam Memilih Media Pembelajaran


Fungsi media pembelajaran sebagai alat bantu untuk meningkatkan hasil
belajar harus didukung ketepatan guru dalam memilih media yang akan
dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru
sebelum memilih media pembelajaran tertentu harus mengetahui betul materi
14

yang akan diajarkan, metode yang dipilih, kemudian menentukan media


pembelajaran yang akan digunakan.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Sudjana (2012) bahwa ada
beberapa kriteria dalam memilih media pembelajaran, yaitu:
(1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran
(2) Dukungannya terhadap isi bahan pelajaran
(3) Kemudahan memperoleh media
(4) Ketrampilan guru dalam menggunakannya
(5) Tersedia waktu untuk menggunakannya
(6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pemilihan media
harus memperhatikan beberapa pertimbangan di antaranya adalah ketepatan dalam
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, media
pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan bahan atau materi pengajaran
yang akan disampaikan.
Kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran itu sendiri
juga menjadi bahan pertimbangan ketika akan memilih sebuah media
pembelajaran. Apapun jenis media yang dipilih harus disesuaikan dengan
kemampuan guru untuk menggunakan media tersebut. Selain itu, media
pembelajaran juga harus disesuaikan dengan taraf berpikir siswa sehingga makna
yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dengan mudah oleh siswa.
Selain kriteria yang diungkapkan oleh Sudjana di atas, Arsyad (2002: 34)
juga mengemukakan bahwa dalam memilih media pembelajaran harus
mempertimbangkan beberapa hal yaitu: media tersebut praktis, luwes dan
bertahan, dan memiliki mutu teknis, artinya media yang digunakan dalam proses
belajar mengajar harus memiliki kualitas yang baik meskipun media tersebut
merupakan hasil karya guru sendiri, nilainya tidak mahal, dan sederhana. Media
yang dipilih bersifat fleksibel dan dapat digunakan di mana-mana dengan
peralatan yang tersedia di sekitar kita.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa apapun jenis
media pembelajaran yang akan kita gunakan, harus memenuhi kriteria di atas,
15

yaitu ketepatan dengan tujuan pembelajaran, mendukung isi materi yang


diajarkan, keterampilan guru dalam menggunakannya, dan sesuai dengan taraf
berpikir siswa.

2.1.3.7.Media Grafis Sebagai Media Pembelajaran


Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan
titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan atau simbol visual yang lain
dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan, merangkum suatu ide,
data atau kejadian (Daryanto, 2010:19).
Fungsi umum media grafis adalah untuk menyalurkan pesan dari sumber
kepenerima pesan. Sedangkan fungsi khususnya adalah untuk menarik pehatian,
memperjelas ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan bila
tidak digrafiskan.
Kelebihan media grafis adalah bentuknya sederhana, ekonomis, bahan
mudah direroleh, dapat menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu, tanpa memerlukan peralatan khusus dan mudah
menempatannya, sedikit memerlukan informasi tambahan.
Jenis-jenis media grafis meliputi sketsa, gambar, grafik, bagan, poster,
kartun dan karikatur, peta datar, dan transparansi OHP.
Webster (dalam Daryanto, 2010:20) mendefinisikan grafis sebagai seni
atau ilmu menggambar, terutama penggambaran mekanik. Dalam pengertian
media visual, istilah graphics atau graphic materials mempunyai arti yang lebih
luas, bukan sekedar menggambar. Dalam bahasa Yunani, graphikos mengandung
pengertian melukiskan atau menggambarkan garis-garis. Sebagai kata sifat,
graphics diartikan sebagai penjelasan yang hidup, uraian yang kuat, atau
penyajian yang efektif. Definisi tersebut kemudian dipadukan dengan pengertian
praktis, maka grafis sebagai media, dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan
gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan
kata-kata dan gambar. Pengungkapan itu bisa berbentuk diagram, sket atau grafik.
Kata-kata dan angka-angka dipergunakan sebagai judul dan penjelasan kepada
grafik, diagram, bagan/chart, poster, kartun, dan komik. Sedangkan sket, gambar,
16

dan lambang dipergunakan dalam media grafis untuk mengartikan fakta,


pengertian, dan gagasan yang pada hakikatnya menjadi penyampai presentasi
grafis. Jadi, grafis meliputi berbagai bentuk visual terutama gambar.
Menurut teori di atas, dapat disimpulkan bahwa media grafis termasuk
media visual. Saluran yang dipakai menyangkut penglihatan. Pesan yang akan
disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Selain
berfungsi secara umum sebagai penyalur pesan dari sumber kepada penerima
pesan, media grafis secara khusus berfungsi untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan, atau menghiasi fakta yang mungkin
akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

2.1.3.8. Prinsip Media Grafis


Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Daryanto, 2010:20-25) media grafis
mempunyai beberapa prinsip, yaitu prinsip kesederhanaan, keterpaduan,
penekanan, dan keseimbangan.
Prinsip kesederhanaan meliputi kesederhanaan dalam pemakaian kata-
kata, gambar, dan warna, keterpaduan menekankan adanya hubungan tiap bagian,
misalnya antara kata dengan gambar yang ada. Penekanan digunakan untuk
memberikan penekanan yang dapat memperkuat titik perhatian siswa, misalnya
penggunaan huruf huruf tebal, dan prinsip keseimbangan meliputi komposisi yang
simetris dan asimetris. Misalnya, keseimbangan antara gambar dengan tulisan.
Jadi, ketika kita membuat media grafis harus memperhatikan prinsip-
prinsip tersebut sehingga media pembelajaran tersebut bermanfaat bagi peserta
didik dalam mempelajari sebuah materi pelajaran

2.1.3.9. Jenis-Jenis Media Grafis


Media grafis termasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan
pesan, untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan lain-lain.
Menurut Indriana (2011:62) ada tujuh macam media grafis yaitu, (1)
grafik, (2) sketsa, (3) diagram, (4) poster, (5) bagan atau chart, (6) papan flanel,
(7) bulletin board.
17

Pendapat di atas, senada dengan yang diungkapkan Daryanto (2010:119)


bahwa media grafis memiliki beberapa jenis, yaitu bagan, grafik, komik, dan
poster.
Menurut Sudjana (dalam Daryanto, 2010:119) bagan adalah kombinasi
antara media grafis, gambar, dan foto yang dirancang untuk memvisualisasikan
secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atau gagasan. Sedangkan grafik
adalah media yang memvisualisasikan data-data dalam bentuk angka (Daryanto,
2010:124).
Komik didefinisikan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter
dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat huungannya dengan gambar,
dan dirancang untuk memberikan hiburan pada pembaca ( Daryanto, 2010:127).
Komik banyak digunakan dalam pembelajaran karena komik memiliki
beberapa kelebihan. Menurut penelitian dari Thorndike, diketahui bahwa anak
yang banyak membaca komik berdampak pada kemampuan membaca dan
penguasaan kosa kata anak.
Kelebihan yang lain ialah penyajian yang mengandung unsur visual dan
cerita yang kuat membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga membuat
pembaca untuk terus membaca sampai selesai, yang pada akhirnya siswa mampu
meningkatkan kemampuan membacanya dan meningkatkan hasil belajarnya.
Menurut Sudjana (dalam Daryanto, 2010:129) poster adalah media yang
kuat dengan warna serta pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang
yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti dalam
ingatannya.
Salah satu kekuatan yang tampak pada media grafis sebagai media
penyampai pesan adalah poster. Poster mampu mempengaruhi perilaku, sikap, dan
tata nilai masyarakat untuk berubah atau melakukan sesuatu. Hal yang membuat
poster memiliki kekuatan yang mudah dicerna oleh orang yang melihat, hal itu
dikarenakan poster lebih menonjolkan kekuatan pesan, visual, dan warna. Hal
tersebut sesuai dengan pandangan Sudjana (dalam Daryanto, 2010:129) bahwa
poster adalah media yang kuat dengan warna serta pesan dengan maksud unuk
18

menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan
yang berarti dalam ingatannya.
Poster yang dibuat untuk pendidikan pada prisipnya merupakan gagasan
yang diwujudkan dalam bentuk ilustrasi objek gambar yang disederhanakan dan
dibuat dalam ukuran besar. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian,
membujuk, memotivasi, atau memperingatkan pada gagasan pokok, atau fakta
tertentu. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Daryanto (2010:130) bahwa secara
umum poster berfungsi untuk memotivasi siswa, peringatan, dan memberikan
pengalaman kreatif.

2.1.3.10. Kriteria Media Grafis (Poster dan Komik) dalam Pembelajaran


Media grafis mempunyai jenis dan kriteria, yang akan dibahas dalam
laporan penelitian ini adalah media grafis yang penulis gunakan dalam
pembelajaran, yaitu poster dan komik.
1) Media poster
Poster dalam dunia pendidikan memiliki peran yang sangat penting saat
proses pembelajaran. Dalam hal ini, agar poster pembelajaran digunakan secara
efektif maka kita perlu mengetahui kriteria poster pembelajaran tersebut. Menurut
Joko (dalam Senny, 2011) kriteria media poster adalah sebagai berikut:
a. Sederhana, artinya poster yang ditampilkan tidak banyak tulisan atau ringkas
dan dibatasi hal-hal yang penting saja.
b. Menyajikan suatu ide dan untuk mencapai suatu tujuan yang pokok.
c. Barwarna, artinya warna yang digunakan harus menarik perhatian.
d. Isinya ringkas dan jitu, artinya pemilihan kata yang digunakan harus singkat,
padat, dan tepat sasaran.
e. Tulisannya mudah dibaca dan komunikatif.
f. Tepat guna, artinya tepat sasaran pada yang dituju dalam pembuatan poster
tersebut.
2) Media komik
Seperti halnya poster, komik dalam dunia pendidikan juga memiliki peran
yang sangat penting saat proses pembelajaran. Dalam hal ini, agar komik
19

pembelajaran digunakan secara efektif maka kita perlu mengetahui kriteria komik
pembelajaran tersebut. Menurut Joko (dalam Senny, 2011) kriteria media komik
adalah sebagai berikut:
a. Komik yang digunakan haruslah memperhatikan konsep pembelajaran atau
tujuan pembelajaran
b. Sesuai situasi dan kondisi.
c. Tepat sasaran, artinya sesuai dengan kebutuhan zaman.
d. Menarik, variatif, dan tidak membosankan.

2.1.3.11. Penerapan Media Grafis (Poster dan Komik) dalam Pembelajaran


Media grafis termasuk media visual. Media grafis yang akan dibahas dalam
laporan penelitian ini adalah media grafis yang penulis gunakan dalam
pembelajaran, yaitu poster dan komik.
g. Media poster
Menurut Daryanto (2010:129) menggunakan media poster dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu poster digunakan sebagai bagian dari kegiatan
belajar mengajar dan digunakan di luar pembelajaran yang bertujuan untuk
memotivasi siswa.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan media poster dalam kegiatan
belajar mengajar. Tujuannya adalah agar siswa tertarik terhadap materi yang
disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan diharapkan
kemampuan membaca anak dapat meningkat.
Berikut langkah-langkah penggunaan media poster dalam pembelajaran.
Menurut Daryanto (2010:29-30) ada tiga langkah yang pokok dalam
menggunakan media poster yaitu persiapan, pelaksanaan / penyajian, dan tindak
lanjut.
(1) Persiapan
Persiapan adalah kegiatan dari seorang guru yang akan mengajar dengan
menggunakan suatu media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang bisa
dilakukan oleh seorang guru pada langkah persiapan di antaranya: (a)
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sebagaimana bila akan
20

mengajar, (b) mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah
disediakan, (c) menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar
peserta didik dapat melihat dan mendengar dengan baik.
(2) Pelaksanaan / Penyajian
Seorang guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
suatu media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti: (a) kelengkapan
dan kesiapan peralatan yang akan digunakan, (b) menjelaskan tujuan yang
akan dicapai, (c) menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta didik
selama proses pembelajaran, (d) menghindari kejadian-kejadian yang bisa
mengganggu perhatian / konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.
(3) Tindak lanjut
Aktivitas ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman peserta didik
tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media tertentu.

b. Media komik
Komik adalah sebuah media yang menyampaikan cerita dengan
visualisasi atau ilustrasi gambar. Dengan kata lain, komik adalah cerita
bergambar, di mana gambar berfungsi untuk mendeskripsikan cerita agar si
pembaca mudah memahami cerita yang disampaikan oleh pengarang.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Daryanto menjelaskan bahwa komik
dapat didefinisikan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan
menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dan
dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca (Daryanto, 2010:127).
Menurut Daryanto (2010:128) memilih komik sebagai media
pembelajaran harus memiliki unsur visual dan cerita yang kuat, sesuai dengan
materi yang akan diajarkan agar siswa tertarik dan semangat.
Senada dengan pendapat tersebut, penelitian Thorndike ( dalam Daryanto,
2010:128), menerangkan bahwa anak yang membaca komik lebih banyak akan
berdampak pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosa kata jauh
lebih banyak daripada siswa yang tidak menyukai komik.
21

Penggunaan komik dalam pembelajaran ini dimaksudkan untuk


membangkitkan minat, mengembangkan perbendaharaan kata, dan keterampilan
membaca serta memperluas minat baca.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan slide show dari LCD
proyektor untuk menampilkan komik dengan harapan supaya siswa lebih fokus
ke materi yang diajarkan. Selain itu, penulis juga kesulitan bila harus
menyediakan komik untuk sejumlah siswa.
Adapun langkah-langkah penggunaan media komik secara garis besar
sama dengan langkah-langkah media visual yang lain, yaitu meliputi tahap
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
(1) Persiapan
Persiapan maksudnya kegiatan dari seorang guru yang akan mengajar
dengan menggunakan suatu media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang bisa
dilakukan pada langkah persiapan di antaranya: (a) membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran sebagaimana bila akan mengajar seperti biasa, (b)
mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan, (c)
menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar peserta didik
dapat melihat dan mendengar dengan baik.
(2) Pelaksanaan / Penyajian
Seorang guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti: (a) kelengkapan dan
kesiapan peralatan/media yang akan digunakan, (b) menjelaskan tujuan yang
akan dicapai, (c) menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta didik
selama proses pembelajaran, (d) menghindari kejadian-kejadian yang bisa
mengganggu perhatian / konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.
(3) Tindak lanjut
Aktivitas ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman peserta didik
tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media.
22

2.1.3.12. Pemanfaatan Media Grafis (Poster dan Komik) Untuk


Meningkatkan Keterampilan Membaca Nyaring
Pemanfaatan media dalam pembelajaran berfungsi untuk membantu
siswa memperjelas konsep yang diterima dari gurunya. Pemanfaatan media grafis
berupa poster dan komik juga berfungsi untuk menarik perhatian siswa dalam
pembelajaran membaca. Lebih-lebih siswa kelas rendah pada sekolah dasar,
pemanfaatan media sangat diperlukan karena anak-anak pada usia ini memerlukan
simbol untuk mewakili suatu konsep.
Pernyataan tersebut diperjelas oleh Piaget (dalam E. Fatimah,2010:25)
bahwa ciri khas anak usia 2 sampai dengan 7 tahun adalah kemampuan
menggunakan simbol untuk mewakili sebuah konsep. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa anak-anak pada usia tersebut akan lebih memahami sebuah konsep bila
langsung berhadapan dengan bendanya.
Perbedaan individu, baik dilihat dari perbedaan kognitif, kecakapan
bahasa, kecakapan motorik, latar belakang, bakat maupun perbedaan dalam
kesiapan belajar akan berpengaruh dalam cara belajarnya.
Menurut De Porter & Hemacki (dalam E.Fatimah, 2010:37) karakteristik
perilaku individu dilihat dari cara belajarnya salah satunya adalah karakteristik
perilaku individu dengan cara belajar visual, yang ditandai dengan salah satu
cirinya yaitu, anak lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang
didengar. Poster dan komik termasuk salah satu jenis media visual yang
menonjolkan gambar dan warna sehingga diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami materi tertentu.
Bertolak dari teori-teori di atas, penerapan media grafis poster dan komik
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam membaca nyaring bagi
siswa kelas satu atau siswa kelas rendah. Hal tersebut diasumsikan dengan adanya
media pembelajaran yang berwarna dan bergambar dapat menumbuhkan minat
anak dalam belajar. Selain itu, melalui komik atau poster siswa dapat belajar
membaca, memahami cerita dengan cara visualisasi, dan mengenal warna. Bila
anak sudah tumbuh minat dalam belajar tentunya juga akan meningkatkan
kemampuan anak dalam menguasai materi tersebut.
23

Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi manusia dari semua


mahluk hidup di dunia ini, karena hanya manusia yang bisa membaca. Dengan
membaca anak memerlukan sedikit berpikir keras untuk mengingat dan
mengucapkannya.
Menurut Doman (dalam daryanto, 2010:35) anak antusias dalam
melakukan pembelajaran membaca dengan media grafis berupa gambar-
gambar yang terdapat tulisannya seperti poster, komik, dan kartu kata
bergambar yang dibuat oleh guru sesuai tema-tema yang telah ditentukan,
sedangkan mengajarkan secara konvensional dengan mengeja huruf diikat
oleh kaidah aturan bahasa, aturan-aturan bahasa ini dalam
perkembangannya memperlambat keterampilan anak dalam membaca.
Sehubungan dengan hal itu, yang harus kita lakukan adalah tidak
mengajari anak membaca dengan mengeja seperti cara konvensional yang banyak
diterapkan di sekolah, seperti mengenal huruf, mengenal suku kata, mengenal
kata, dan akhirnya mengenal kalimat tetapi dengan mengenalkan satu kata yang
bermakna, yang sudah akrab pada pikiran anak dalam keseharian mereka.
Kemampuan membaca pada usia dini banyak mempengaruhi tingkat
intelegensi . Semakin dini seorang anak membaca, semakin gemar ia membaca,
semakin baik juga ia membaca. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian para ahli.
Salah satunya Durkin, dia telah mengadakan penelitian tentang pengaruh
membaca dini pada anak. Dia menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada
anak-anak dari membaca dini. Anak-anak yang telah diajar membaca sejak dini
pada umumnya lebih maju di sekolah.
Berdasarkan pada uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran poster dan komik diasumsikan dapat digunakan untuk membantu
meningkatkan kemampuan membaca nyaring pada anak usia dini atau pada siswa
kelas-kelas rendah.

2.2 Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini sebelumnya telah dilaksanakan
oleh Suwartin dari Kecamatan Blimbing, Kabupaten Boja. Dalam penelitiannya
yang berjudul “Peningkatan Konsep Baca Tulis Awal Bahasa Indonesia dengan
Menggunakan Media Kotak Kartu Huruf pada Siswa kelas 1 SDN Blimbing, Kec.
24

Boja, Kab. Kendal Tahun 2006/2007”, ditemukan adanya peningkatan konsep


baca tulis awal setelah guru menggunakan media kotak kartu huruf pada
pembelajaran membaca dan menulis minimal sampai memenuhi tuntutan
kurikulum.
Dalam kurikulum 2006 (KTSP), daya serap rata-rata murid SD Negeri
Blimbing pada mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 7,5. Pada penelitian ini
peningkatan daya serap dari 6,5375 menjadi 8,475. Dari aktivitas siswa, juga
tampak adanya perubahan-perubahan. Perubahan itu antara lain adanya motivasi
untuk belajar mandiri. Siswa mempunyai kreativitas untuk membaca, menulis
materi pelajaran yang penting, dan keberanian untuk bertanya, serta
mengemukakan pendapat meskipun perubahan itu masih relatif lambat.
Mengubah kebiasaan belajar konvensional menuju belajar aktif, kreatif,
mandiri, dan menyenangkan relatif sulit dilakukan secara cepat. Kebiasaan belajar
dengan mendengarkan penjelasan guru dan belajar apabila ada tugas / PR telah
berlangsung lama.
Bagi guru penggunaan media kotak kartu huruf dapat memberi
pengalaman bahwa mengajar memerlukan persiapan analisis materi baca dan tulis
kelas 1 SD, mana yang sulit dan mana yang mudah dipelajari oleh siswa secara
runtut dan lebih rinci sehingga guru dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
Meskipun ada hambatan, strategi penggunaan media kotak kartu huruf
harus tetap dilaksanakan. Sesuai dengan teori Boby D bahwa, kegiatan belajar
mengajar harus berlangsung dalam situasi dan kondisi yang menyenangkan. Siswa
tidak merasa terbebani oleh tugas dan materi pelajaran. Salah satu langkah
pembelajaran dengan menarik perhatian siswa melalui kotak huruf.
2.3 Kerangka Berpikir
Cara mengajar seorang pendidik dalam menyampikan materi pelajaran
sangat terbatas dan monoton. Hanya sebatas ceramah, Tanya jawab, diskusi, atau
simulasi sehingga pengalaman belajar yang didapatkan siswa tidak variatif.
Pembelajaran dengan media pembelajaran yang tepat akan mengurangi
kondisi pembelajaran yang monoton seperti di atas. Salah satu media
25

pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa


Indonesia pada siswa kelas rendah adalah media grafis.
Media grafis diberikan pada pembalajaran bahasa Indonesia karena siswa
kelas I SDN I Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan tahun
2011/2012 mempunyai kemampuan membaca nyaring yang cukup rendah. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai pada aspek membaca nyaring di semester satu masih
banyak nilai siswa yang belum mencapai KKM 65.
Media grafis merupakan media yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan membaca anank, khususnya pada aspek membaca nyaring. Adapun
media grafis yang dipilih guru dalam penelitian ini adalah poster dan komik.
Alasannya, komik atau poster dapat menarik semangat siswa dalam belajar karena
poster atau komik menonjolkan warna dan gambar yang cerah. Sementara itu,
siswa kelas I termasuk kategori anak yang masih belajar pada tahap visual atau
memahami materi yang ditunjang dengan ilustrasi gambar dan warna yang
menarik.
Kelebihan komik atau poster dapat menumbuhkan minat baca khususnya
membaca nyaring dan belajar membaca karena materi yang disajikan dikemas
secara menarik.
Berikut bagan kerangka berpikir Penggunaan Media Grafis dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring bagi Siswa Kelas 1 SDN1
Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan Semester Genap
Tahun Pelajaran 2011/2012:

Persiapan

Kemampuan Kemampuan
membaca membaca
Media Pengamatan nyaring siswa
nyaring siswa
grafis meningkat
masih rendah
Penyususnan
Laporan

Gambar 1
Kerangk Berpikir
26

2.4. Hipotesis
Berdasarakan kajian teori dan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian
tindakan kelas ini adalah kemampuan membaca nyaring kalimat sederhana pada
siswa kelas 1 SDN 1 Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan
Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 akan meningkat setelah dalam
pembelajaran menggunakan media grafis.

Anda mungkin juga menyukai