Anda di halaman 1dari 15

KEMAMPUAN MEMBACA TEKS PIDATO SEBAGAI SALAH SATU BENTUK

MEMBACA TEKNIK
MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA BERBASIS TI

Dosen Pengampu : Dr. Kundharu Saddhono, S. S, M. Hum

DISUSUN OLEH:

Nurul Sardiyah (K1217058)

KELAS B

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Membaca Teks Pidato Sebagai Salah Satu Bentuk Membaca Teknik
Nurul Sardiyah/K1217058

1. Keterampilan Berbahasa
Berbahasa merupakan kegiatan yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari manusia.
Kegiatan berbahasa dapat membantu manusia untuk menjalin hubungan dengan manusia
lainnya. Tidak hanya sebagai sarana untuk menjalin hubungan melalui bahasa sebagai
alat komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam berkomunikasi tentunya setiap
individu menggunakan keterampilan bahasa yang telah dimiliki. Meskipun setiap
individu memiliki tingkat kualitas berbahasa yang berbeda. Perbedaan kualitas
kemampuan berbahasa ini akan berdampak pada tercapainya tujuan komunikasi secara
optimal. Selain sebagai sarana komunikasi bahasa juga merupakan sarana manusia untuk
menyampaikan pemikiran atau penalaran, sikap dan perasaannya [CITATION Nin14 \l
1057 ]. Oleh sebab itu, manusia dituntut memiliki kemampuan berbahasa yang baik.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang membagi keterampilan bahasa menjadi
empat meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis [CITATION Gun79 \l 1057 ]. Keterampilan menyimak dan
membaca merupakan keterampilan bersifat reseptif. Keterampilan berbahasa yang
bersifat reseptif merupakan keterampilan yang digunakan untuk menangkap atau
memahami informasi baik dari bahasa lisan maupun tulisan. Sedangkan keterampilan
menulis dan berbicara merupakan keterampilan bersifat produktif. Keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif merupakan keterampilan yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau gagasan baik secara tertulis maupun secara lisan. Keempat
keterampilan berbahasa tersebut saling berhubungan satu sama lain dengan dasar proses-
proses berpikir yang mendasari bahasa. Sejalan dengan pendapat yang menyatakan
“Reading skills are specific abilities which enable a reader to read the written from as
meaningful language, to read anything written fluently. And to read, interact with the
message [CITATION Khu17 \l 1057 ]”. Dengan menguasai berbagai keterampilan
berbahasa manusia dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.
Terutama apabila dicermati lebih dalam lagi, sekarang ini hampir setiap bidang
kehidupan manusia tidak pernah luput dari aspek kebahasaan.
2. Keterampilan Membaca
Pada era modern saat ini membaca merupakan kegiatan yang sulit untuk dilakukan oleh
sebagian besar masyarakat, bukan karena tidak adanya fasilitas yang tidak memadai
tetapi kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca. Padahal di era
kemajuan teknologi saat ini menuntut manusia untuk menjadi seorang manusia
pembelajar. Tidak lagi mementingkan kompetisi namun lebih mengedepankan
kolaborasi. Hal tersebut tentunya memaksa masyarakat untuk mencari wawasan seluas-
luasnya, sehingga menuntut terciptanya masyarakat yang gemar membaca. Sejalan
dengan pendapat yang menyatakan bahwa membaca semakin penting dalam kehidupan
masyarakat yang kompleks karena setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca
(Sari, dkk, 2017). Tidak hanya bagi masyarakat secara umum, membaca merupakan
kegiatan penting bagi kalangan pelajar. Namun, kebanyakan dari mereka masih
menganggap membaca adalah suatu kegiatan yang membosankan.
Membaca memang telah masuk dalam segala aspek kehidupan. Segala jenis
infomasi bisa didapat dengan membaca. Dengan kemajuan teknologi yang ada tak
sepantasnya masyarakat memiliki minat yang rendah terhadap keterampilan membaca.
Kecanggihan gawai serta komputer turut memberikan andil besar dalam ketermudahan
mencari bahan atau sumber bacaan. Tetapi, membaca membutuhkan tingkat pemahaman
tertentu, agar maksud dan makna yang diperoleh dari membaca tidak salah penafsiran
[CITATION Sar16 \l 1057 ]. Kebanyakan masyarakat hanya sekadar membaca tanpa
memperhatikan kaidah-kaidah dalam membaca. Sehingga masyarakat tidak mendapatkan
tujuan dari keterampilan membaca yang telah dilakukan. Bahkan kebanyakan dalam
melaksanakan kegiatan membaca hanya sebagai tuntutan dari sebuah pekerjaan atau
pendidikan. Padahal membaca mampu memperbaiki kualitas belajar seseorang. Kualitas
proses pembelajaran memiliki banyak kriteria penilaian agar dapat menghasilkan proses
pembelajaran yang berkualitas. Namun, secara umum proses pembelajaran dikatakan
berkualitas apabila tujuan-tujuan pembelajaran telah tercapai (Herman, dkk, 2016).
3. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.
Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan
mendengar merupakan dua cara yang paling umum untuk mendapatkan informasi.
Informasi yang didapat dari membaca dapat berupa apa saja. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Hodgson dalam (Tarigan 2008: 7), membaca adalah proses yang dilakukan
dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri dengan membaca dalam
hati maupun dibaca keras-keras. Membaca merupakan salah satu bentuk kegiatan yang
dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh pemahaman tentang sesuatu
[CITATION Iri17 \l 1057 ]. Pemahaman terhadap bahan bacaan yang baik akan dibarengi
dengan proses menalar dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Membaca merupakan kegiatan menerima akan tetapi, untuk mendapatkan pemahaman
yang baik dan menyeluruh, kita tidak melakukannya dengan berpasrah diri. Untuk
memperoleh itu, kita secara aktif bekerja mengolah teks bacaan menjadi bahan yang
bermakna. Bahkan bukan hanya pemahaman yang di tuntut dalam membaca,melainkan
juga penggolahan bahan bacaan secara kritis dan kreatif. Membaca bukan hanya proses
mengingat, melainkan juga proses kerja mental yang melibatkan aspek-aspek berpikir
kritis. Hal ini sejalan dengan pendapat Tomkins dan Hoskinsson (1995: 197) yang
menyatakan bahwa membaca adalah “proses of decoding or dechipering the message
that the author has written” (Wardoyo, 2013).
Membaca merupakan proses penerimaan pemahaman terhadap materi yang ditulis
oleh seorang penulis. Pembaca harus bisa merekontruksi amanat atau isi yang tersurat
dan yang tersirat dalam bacaan yang dihadapinya. Karena menurut pendapat [CITATION
Kur12 \l 1057 ] membaca merupakan salah satu proses kejiwaan yang sangat rumit yang
berlangsung pada diri pembaca. Keterampilan membaca tidak hanya digunakan pada saat
mempelajari aspek membaca, namun pada dasarnya aspek bahasa seperti mendengarkan,
menulis dan berbicara juga tidak terlepas dari kegiatan membaca (Kartika, dkk, 2015).
Membaca sangat berpengaruh besar pada kehidupan sehari-hari, maka dari itu untuk
menjadi individu yang memiliki pengetahuan yang luas dan aktual kuncinya adalah selalu
membaca, mambaca, dan membaca terus.
           
4. Tujuan Membaca
Dalam kegiatan membaca hendaknya pembaca telah menetapkan tujuan, agar
kedepannya motivasi serta kebiasaan dalam membaca tetap ada. Dengan adanya tujuan
membaca, pembaca juga akan mudah memahami bahan bacaan. Sejalan dengan pendapat
dari [ CITATION Nur87 \l 1057 ] bahwa tujuan membaca akan mempengaruhi
pemerolehan pemahaman bacaan. Pembaca juga menggunakan kemampuan pemahaman
untuk menyimpulkan dari isi bahan bacaan. Jadi apabila sebelum membaca pembaca
memiliki tujuan terlebih dahulu, maka kegiatan memahami inti bacaan merupakan hal
yang mudah. Membaca juga membutuhkan kecerdasan kognitif dalam menangkap
pemahaman bacaaan . seperti pendapat yang menyatakan bahwa “readers infer the
meaning from the context activating their cognitive actions of eye movements
[CITATION Ulk17 \l 1057 ]”.
Keterampilan membaca diterapkan dalam berbagai ruang lingkup. Karena
membaca telah masuk kedalam seluruh aktivitas sehari-hari manusia. Ada yang membaca
sebagai hiburan untuk mengisi waktu luang, mencari informasi untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan, dan bahkan ada yang membaca tanpa memiliki tujuan
sebelumnya. Berbeda dengan ruang lingkup peserta didik, yang kegiatannya masih terikat
oleh instansi sekolah. Maka, kegiatan membaca bagi peserta didik merupakan sebuah
keharusan untuk menunjang proses pembelajaran. Sayangnya banyak peserta didik yang
masih malas membaca dan bahkan enggan untuk sekadar berkunjung ke perpustakaan.
Menurut Blanton, dan Irwin dalam Burns, dkk. yang dikutip Farida Rahim (2008: ll-12),
tujuan membaca adalah agar peserta didik dapat memperoleh kesenangan,
menyempurnakan membaca nyaring, menggunakan strategi tertentu, memperbaharui
pengetahuannya tentang suatu topik, mengaitkan informasi baru dengan informasi yang
telah diketahuinya, memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,
mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, menampilkan suatu eksperimen atau
mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan
mempelajari tentang struktur teks, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik
[CITATION Set11 \l 1057 ].

5. Manfaat Membaca
Membaca merupakan sebuah tuntutan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Terutama
bagi peserta didik dan para cendikia karena mereka merupakan kalangan pembelajar yang
harus selalu memperbarui pengetahuan. Membaca tetap memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari karena tidak semua informasi bisa didapatkan dari media
televisi ataupun radio [ CITATION Rah07 \l 1057 ]. Kegiatan membaca tidak hanya
untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas
pengetahuan tentang banyak hal mengenai kehidupan.
Gemar membaca nyatanya tidak tumbuh begitu saja dan dengan sendirinya serta
harus ada pendorong untuk memulainya .Bukan hanya keluarga, sekolahpun berperan
penting dalam pembentukan kebiasaan membaca. Mulai diberlakukannya GLS di seluruh
Indonesia dengan mewajibkan siswa untuk membaca selama 10 menit sebelum
melakukan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Ini adalah kebijakan yang sangat tepat
agar anak-anak mulai terbiasa dengan membaca. Membaca akan meningkatkan
kemampuan memahami kata dan meningkatkan kemampuan berpikir, meningkatkan
kreativitas dan juga berkenalan dengan gagasan-gagasan baru (Rahim 2008: 1-2). Oleh
sebab itu dengan membaca mampu menambah wawasan seseorang sehingga dapat
mengubah cara pandang seseorang terhadap dunia.
Demikian besar manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca. Dengan
kebiasaan membaca yang baik, seseorang dapat menimba berbagai pengalaman dan
pengetahuan, moral, peradaban, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
sampai pada tingkat perkembangannya yang sekarang ini merupakan akibat langsung dari
pembacaan buku-buku besar. Orang yang tidak mempunyai kebiasaan membaca yang
baik, akan terpenjara dalam dunianya, tidak mampu memgembangkan bakat yang
dimiliki serta cenderung memiliki pengetahuan yang rendah. Hal ini berarti bahwa orang
yang memiliki kebiasaan membaca yang buruk hanya dapat mengetahui hal-hal yang
terjadi pada lingkungan dekatnya dan hanya berhubungan dengan orang-orang tertentu
saja. Semakin aktif seseorang membaca maka akan semakin tinggi pengetahuan yang
didapatkan.
Dengan pengetahuan yang dimiliki maka seseorang akan mampu menghasilkan
sebuah karya melalui tulisan. Wawasan pengetahuan yang ada dalam diri individu
dituangkan melalui karya tulis. Melalui karya seseorang dapat mengungkapkan ide,
pikiran, dan perasaannya dengan media bahasa kepada pembaca (Supriyono, dkk, 2017).
Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik dan berkualitas, tentunya harus melewati
serangkaian proses yang panjang. Menulis merupakan kemampuan yangpaling akhir
dikuasai setelah mampu menyimak, berbicara, dan membaca. Hal tersebut tidak
mengherankan karena dalam menulis, diharuskan untuk menguasai berbagai unsur
kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri sehingga tulisan yang dihasilkan dapat
runtut dan padu, kohesif, dan kohern (Mahargyani, dkk, 2012).

6. Aspek-Aspek dalam Membaca


Dalam keterampilan membaca seseorang harus memperhatikan aspek-aspek seperti
berikut. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah (lower order) yang meliputi pengenalan bentuk
huruf; pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat
dan lain-lain); pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan
menyuarakan bahan tertulis); kecepatan membaca.
Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order) mencakup: memahami
pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal); memahami signifikan atau makna
(maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebuadayaan, dan reaksi pembaca);
evaluasi atau penilaian (isi, bentuk); kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah
disesuaikan dengan keadaan (Broughton, dkk, 1978: 211) dalam [ CITATION Dar17 \l
1057 ]. Kebiasaan membaca sangat dipengaruhi oleh faktor aktivitas terus-menerus yang
terkait dengan waktu, minat, motivasi dan lingkungan. Aktivitas waktu berkaitan dengan
proses panjang. Minat artinya kebiasaan membaca dipengaruhi oleh kemauan pembaca.
Motivasi merupakan dorongan dari dalam maupun luar diri pribadi. Lingkungan berarti
kebiasaan membaca dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan di sekitarnya (Wardoyo,
2013).
Tidak hanya aspek-aspek linguistik seperti fonem, morfem, kata, frase, pola
klausa, kalimat dan sebagainya. Minat baca juga mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan membaca pemahaman siswa. Dalam proses membaca, minat baca sangat
diperlukan. Sebab, apabila siswa membaca tanpa memiliki minat baca, maka mereka
akan merasa bahwa kegiatan membaca adalah kegiatan yang dipaksakan. Akan
berbanding terbalik bila siswa memiliki minat baca yang tinggi siswa akan membaca
dengan sungguh-sungguh tanpa dipaksa. Sehingga siswa mampu membaca secara
nyaman dan dapat mencapai kemampuan pemahaman tentang isi buku yang telah siswa
baca. Hasil peneletian yang relevan menyatakan bahwa kemampuan membaca siswa
dengan minat baca tinggi, lebih baik daripada siswa yang mempunyai minat baca rendah,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi minat baca siswa, kemampuan
membaca semakin tinggi (Saddhono,dkk, 2012: 63 ) Dengan minat baca diharapkan
mampu menggugah semangat membaca, terutama bagi siswa yang malas membaca
sebagai akibat negatif dari luar diri siswa

7. Jenis-Jenis Membaca
Membaca dapat digolongkan berdasarkan kriteria tertentu. Dilihat dari aspek kegiatannya
dapat digolongkan menjadi membaca teknik, membaca dalam hati, membaca cepat,
membaca rekreatif dan membaca analitik. Kesuksesan dari penguasaan berbagai teknik
membaca bergantung pada seorang guru. Bagaimana seorang guru menyampaikan materi
tentang teknik membaca. The success of reading skill teaching is highly dependent on the
reading teaching techniques used by the teachers [ CITATION Ara17 \l 1057 ]. Misalnya
membaca teknik sering disebut dengan membaca bersuara/membaca keras. Penekanan
membaca teknik terletak pada kemampuan pembaca dalam pengucapan atau pelafalan,
intonasi yang tepat sesuai isi dan situasi bacaan, serta sikap membaca yang tepat
[ CITATION Suk17 \l 1057 ]. Kegiatan membaca teknis (membaca nyaring) di samping
berfungsi untuk pemahaman diri sendiri juga untuk orang lain.
Membaca teknik dilaksanakan dengan “menyuarakan yang dibaca” . Penyuaraan
yang dibaca ini –di samping dijadikan alat memeriksa- masih juga perlu mendapat
perhatian, karena keharuan (emosi) tidak dapat dinyatakan (Ackbar, dkk, 1974).
Penyuaraan yang dibaca ini – di samping menjadi alat memeriksa – masih juga perlu
mendapat perhatian dalam kerangka membaca, karena keharuan tidak dapat dinyatakan
(Departemen P dan K 1974: 25-26). Media membaca teknik dapat berupa membaca teks
pengumuman, membaca berita, membaca teks pidato, dan membaca karya sastra.
Penekanan membaca teknik terletak pada kemampuan pembaca dalam pengucapan atau
pelafalan dan intonasi yang tepat sesuai dengan isi dan situasi bacaan, serta sikap
membaca yang tepat (Sukirno, 2017).
8. Pidato
Keterampilan berpidato merupakan salah satu bentuk komunikasi yang banyak digunakan
untuk berbagai keperluan. Bisa dengan cara membaca atau dengan berbicara tanpa teks.
Seseorang yang akan berpidato, hendaknya memiliki persiapan yang matang. Karena
sejalan dengan pendapat yang mengemukakan bahwa berpidato merupakan salah satu
wujud kegiatan berbahasa lisan [ CITATION Ari08 \l 1057 ]. Oleh sebab itu, berpidato
memerlukan dan mementingkan ekspresi gagasan penalaran dengan menggunakan bahasa
lisan yang didukung oleh aspek nonbahasa, seperti ekspresi wajah, kontak pandang, dan
intonasi suara. Pidato yang baik merupakan sebuah pidato yang dapat memberikan kesan
positif bagi para pendengar.
Umumnya pidato merupakan sebuah keterampilan berbicara di hadapan khalayak
ramai. Sesuai dengan pendapat Putri Pandan Wangi (2010:11) dalam [ CITATION
Sab151 \l 1057 ] yang menyatakan pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan
umum atau bisa dikatakan sebagai public speaking. Namun, pada kenyataannya pidato
dapat disampaikan dengan cara membaca teks. Hal ini merupakan wujud nyata dari salah
satu jenis membaca, yakni membaca teknik. Membaca pidato tidak sekadar hanya
membaca teks namun juga memerlukan pemahaman sepreti pendapat Hedge (189: 2000)
terdapat enam tipe pengetahuan untuk membantu pembaca teks memahami teks, yakni
(1) syntactic knowledge, (2) morphological knowledge, (3) general world knowledge, (4)
sociocultural knowledge, (5) topic knowledge, dan (6) genre knowledge [CITATION
Sap13 \l 1057 ].
Dalam membacakan teks pidato terlebih dahulu pembaca perlu memahami isi teks
tersebut, agar saat dibacakan pembaca mampu menjiwai teks. Hal ini sejalan dengan
pendapat (Javed et all, 2015) “Reading comprehension is an interactive process between
the reader and the text. During reading process, the reader extracts meaning from the
text by utilizing his/her previous knowledge through employing effective reading
comprehension strategies.” Tidak hanya kemampuan dalam pemahaman teks tetapi
orang yang berpidato hendaknya memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan materi
pidato. Karena berhasil tidaknya seseorang dalam membacakan teks pidato harus
diimbangi dengan pengetahuan yang cukup untuk memahami isi materi dari teks pidato
tersebut.

9. Metode-Metode Berpidato
Pidato menjadi hal penting yang harus disampaikan dalam acara-acara resmi. Karena
pidato adalah hubungan yang melibatkan orang banyak, maka dalam penyampaian pidato
seseorang harus mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Dan untuk berpidato
dibutuhkan kemampuan berbicara, beretorika. Terlebih dahulu kita harus mengetahui
metode-metode berpidato, agar pidato yang nantinya disampaikan sesuai dengan situasi
dan kondisi. (Rahmat, 2017) dalam (Anwar, 2003:34) dalam Jurnal Pesona (Amy Sabila
2015: 30-31) membagi metode berpidato menjadi beberapa. Impromtu merupakan pidato
pada acara resmi. Pidato metode ini tanpa persiapan dan tidak menggunakan naskah.
Biasanya pidato ini lebih lebih menekankan kemampuan berbicara. Manuskrip, metode
ini biasanya menggunakan naskah. Membacakan naskah dari awal sampai akhir.
Memoriter, pidato yang teksnya ditulis terlebih dahulu kemudian dalam penyampaian
diingat kata demi kata. Mengingat isi pesan pidato, di samping persiapan naskah dengan
baik. Ekstemporan, pidato dengan metode ini tidak menggunakan naskah. Merupakan
pidato paling baik dengan menekankan keterampilan berbicara. Semua metode berpidato
di atas masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Sehingga dalam memilih
metode pidato yang akan digunakan, disesuaikan dengan kemampuan individu serta
suasana acara.

10. Langkah-Langkah Berpidato


Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang
mendengar pidato tersebut. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato
menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event,
dan lain sebagainya. Dalam berpidato, penampilan, gaya bahasa, dan ekspresi kita
hendaknya diperhatikan serta kita harus percaya diri menyampaikan isi dari pidato kita,
agar orang yang melihat pidato kita pun tertarik dan terpengaruh oleh pidato yang kita
sampaikan. Agar tersampaikan dengan baik maka dalam membacakan teks pidato harus
mengikuti tata cara. Tata cara berpidato merujuk kepada langkah-langkah dan uraian
untuk memula, mengembangkan, dan mengakhiri pidato. Langkah-langkah persiapan
pidato menurut Anwar (2003:36) dalam Jurnal Pesona (Sabila 2015: 31-34) Persiapan
fisik adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh agar selalu
berada dalam kondisi prima (sehat).
Persiapan mental adalah usaha untuk menimbulkan kepercayaan diri sehingga
melahirkan perasaan mampu untuk berbicara di hadapan forum. Persiapan materi,
pengguasaan materi yang akan disampaikan di hadapan forum dengan sistematis, teratur,
luas, dan mendalam. Ketepatan memilih topik, memilih topik yang dapat menarik minat
pendengar (Saddhono & Slamet, 2012). Saat memilih topik teks pidato yang akan
dibacakan pembaca dapat mempertimbangkan minat, hasrat, dan kebutuhan
pendengarnya. The reader makes a semantic network of opinions as they try to identify
the meaning of a text. The reader uses language and visual skills to decode words and
combine words and phrases that construct meaning[CITATION Ahm17 \l 1057 ].

11. Faktor-Faktor Penunjang Keberhasilan Membaca Teks Pidato


Pidato merupakan suatu hal yang sangat penting baik waktu sekarang maupun pada
waktu yang akan datang, karena pidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran,
informasi, atau dari gagasan pembicara kepada khalayak ramai. Seorang yang berpidato
baik akan mampu menyakinkan pendengarnya untuk menerima dan mematuhi pikiran,
informasi, gagasan, atau pesan yang disampaikan. Agar dapat berpidato dengan baik, ada
beberapa faktor penunjang dalam keberhasilan membaca teks pidato. Sesuai dengan
pendapat dari Arsyad dan Mukti (1988) dalam[ CITATION Kus07 \l 1057 ]
memaparkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang keberhasilan berpidato. Faktor
kebahasaan meliputi ketepatan ucapan, tekanan, nada, diksi, dan ketepatan sasaran
pembicaraan. Faktor-faktor lain meliputi sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku;
pandangan harus diarahkan kepada pendengar; gesture dan mimik yang tepat;
kenyaringan suara; kelancaran dalam membaca.
Tampil di hadapan publik adalah sesuatu yang sulit apabila belum terbiasa.
Sukses tidaknya seseorang membacakan pidato erat hubungannya dengan tingkat
kepercayaan diri. Kepercayaan diri tersebut timbul karena seseorang memiliki
kepribadian yang baik. Kepribadian memegang peranan penting dalam mencapai
kesuksesan saat membacakan pidato. Kepribadian pembicara jauh lebih penting dari
bahan yang diketegahkannya [ CITATION Kri87 \l 1057 ]. Perlu diketahui bahwa
kecepatan membaca lebih cepat daripada kecepatan berbicara. Namun berbeda dengan
membaca teknik karena selain membaca juga harus menyampaikan materi yang telah
dibaca kepada pendengar. Suku-suku kata dalam bacaan harus ditangkap dan
disampaikan, apabila suku-suku kata ini diproyeksikan dengan lemah maka akan ada
yang hilang selama proses penyampaian [ CITATION Car05 \l 1057 ]. Sering terjadi
kesalahan dalam ketepatan ucapan, tekanan, nada, diksi, dan ketepatan sasaran
pembicaraan. Kesalahan tersebut terjadi karena beberapa kendala, yakni materi kalimat
bahasa Indonesia yang cukup sulit dan banyak, penguasaan kosakata yang kurang,
pemanfaatan waktu pemahaman teks yang kurang maksimal (Yahya, dkk, 2018)

12. Sistematika Membaca Teks Pidato


Pidato dapat disampaikan dalam dua cara, yakni pidato tanpa teks dan pidato dengan
membacakan teks. Pidato tanpa teks disebut juga dengan pidato ekstemporan. Pidato
dengan membacakan teks disebut juga pidato naskah. Dalam hal ini pemidato
membacakan pidato yang telah dipersiapkannya terlebih dahulu. Pidato dengan
membacakan teks, akan terkesan kaku apabila kita tidak pandai-pandai dalam
menyampaikannya. Sehingga dalam membacakan teks pidato hendaknya menggunakan
sistematika yang baik. Arsjad dan Mukti (1988:55) dalam [ CITATION Sab151 \l 1057 ]
mengemukakan sistematika berpidato sebagai berikut: Mengucapkan salam pembuka dan
menyapa hadirin. Salam yang diucapkan harus disesuaikan dengan pendengar. Salam
pembuka yan besifat umum, misalnya selamat pagi (disesuaikan dengan waktu). Jika
pendengar berasal dari kelompok muslim, salam pembuka yang diucapkan
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Menyampaikan pendahuluan yang
biasanya dilahirkan dalam bentuk ucapan terima kasih, ungkapan kegembiraan, atau rasa
syukur. Ucapan terima kasih kepada pembawa acara atau panitia memberikan
penghargaan kepada pendengar yang hadir. Dan tak lupa ucapan rasa syukur kepada
Tuhan. Menyampaikan isi pidato. Penyampaian topik pidato yang dibacakan dengan jelas
artikulasinya. Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato, agar mudah diingat oleh
pendengar. Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar
untuk melaksanakan isi pidato. Menyampaikan salam penutup. Salam yang diucapkan
harus sesuai dengan salam pembuka dan pendengar.

Daftar Pustaka

Ackbar, Broto, Usman, T., Simanjutak, & dkk. (1974). Pedoman Guru Membaca dan Menulis
Permulaan 2. Jakarta: Departemen P dan K.
Ahmadi, M. R. (2017). The Impact of Motivation on Reading Comprehension. International
Journal of Research and Education, 2(10), 2053-2060. doi:10.4304/tpls.2.10.2053-2060
Aratusa, Z. C. (2017). The Use Of Content-Based Summarizing Technique In Improving
Students' Reading Skills Of Madrasah. IJEE Indonesian Journal of English Education,
4(2), 208-220. doi:10.15408/ijee.v4i2.6153
Arifin, Z., & Tasai, A. (2008). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo.
Carpio, R. C., & Encarnacion, A. M. (2005). Private and Public Speaking. Manila: Yayasan
Obor Indonesia.
Darsiah. (2017). Memahami Keterampilan Membaca. Jurnal Universitas Muhammadiyah
Makassar, 1-9.
Harsono, A., S., R., Fuady, A., Saddhono, K. (2012). Pengaruh Strategi Know Want To Learn
(KWL) dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Siswa SMP
Negeri Di Temanggung. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya, 1 (1), 53-64.

Herman, F., H.,Saddhono, K., Waluyo, B. (2016). Penerapan Metode Demonstrasi dalam
Pembelajaran Teks Eksplanasi Siswa Sekolah Menengah Atas: Penelitian Tindakan
Kelas. Basastra Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya. 4 (2) :
45-59.

Iriani, S. (2017). Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas Iv Sdn
004 Pagaran Tapah Darussalam. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 6 (1), 89-97.
doi:org/10.33578/jpfkip.v6i1.4092
Italia, F., Saun, S., & Fitrawati. (2018). An Analysis Of Students’ Reading Ability In Reading
An Expository Text Of The Fifth Semester Students In English Deparment Of
Universitas Negeri Padang. Journal of English Language Teaching, 7(1), 23-31. doi:
105274/joelt.7.1.23-31
Javed, M., Eng, L. S., & Mohamed, A. R. (2015). Developing Reading Comprehension
Modules to Facilitate Reading Comprehension among Malaysian Secondary School ESL
Students. International Journal of Instruction, 8 (2), 139-154. doi: 1085274/ijoi.8.2.139-
154
Kartika, Y., Sabri, T., & Halidjah, S. (2015). Korelasi Antara Kemampuan Menyimak
Pembacaan Puisi dengan Kemampuan Membaca Puisi di Kelas III. Jurnal FKIP
Universitas Tanjungura, Pontianak, 4 (9), 1-12.
Khuruawan, P., & Dennis, N. K. (2017). A Study Of English Reading Comprehension Using
Content-based Instruction Approach. International Journal of Research - Granthaalayah,
5 (1), 368-375. doi: org/10.2378/ijor.5.1.368-375
Krichner, B. (1987). Petunjuk Berpidato yang Efektif. Jakarta: PT Pradnya Pratama.
Kurniawati, R. (2012). Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XII SMA di Surabaya.
Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, 1-9.
Kusmayadi, I. (2007). Think SMART Bahasa Indonesia . Bandung: Grafindo Media Pertama.
Ningsih, S. (2014). Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Bercerita Siswa Kelas
III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali. Jurnal
Kreatif Tadulako Online, 2 (4), 243-256.
Mahargyani, A., D., Waluyo, H., J., Saddhono, K. (2012). Peningkatan Kemampuan Menulis
Deskripsi Dengan Menggunakan Metode Field Trip Pada Siswa Sekolah Dasar. Basastra
Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya. 1 (1) : 138-152.

Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Malang: Sinar Baru.
Rahim, F. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. padang: Bumi Aksara.
Sabila, A. (2015). Kemampuan Berpidato dengan Metode Ekstemporan. Jurnal Pesona, 28-41.
Saddhono, K., & Slamet, S. Y. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Bandung: CV. Karya Putra Darwati.
Saputra, K. S. (2013). Analisis dan Evaluasi Materi Bahan Ajar pada Keterampilan Membaca:
Implikasi pada Proses Pembelajaran di Kelas. Postgraduate of Linguistics Studies, 1-8.
Sari, K. R., & et all. (2017, Desember). Keterampilan Membaca Cepat Melalui Metode Resitasi.
Jurnal Pendidikan Dasar , Vol 8 (2), 79-88.doi.org/10.21009/JPD.082.08
Sariyem. (2016). Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Baca dengan Kemampuan Membaca
Kritis Siswa Kelas Tinggi SD Negeri di Kabupaten Bogor. Jurnal Pendidikan Dasar, 2
(7), 329-340.
Setyawati, C. K. (2011). Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Membaca Melalui
Penerapan Teknik Tari Bambu. Jurnal llmiah Guru "COPE", 15 (2), 17-23.
Sukirno. (2017). Terampil Membaca Nyaring (1st ed.). Purwokerto: Pustaka Pelajar.
Supriyono, S., Wardani, N., E., Saddhono, K. 2017. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra Sejarah
Dalam Puisi “Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi” Karya Subagio Sastrowardoyo.
Jurnal Artefak. 4(2) : 153-160. http://dx.doi.org/10.25157/ja.v4i2.835
Tarigan, H. G. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Ulker, U. (2017). Reading Comprehension Strategies. International Journal of Social Sciences
& Educational Studies, 4 (3), 140-145.
Wardoyo, S. M. (2013). Teknik Menulis Puisi. Purbalingga: Graha Ilmu.
Yahya, M., Andayani, & Saddhono, K. (2018). Studi Kesalahan Penulisan Kalimat dalam
Karangan Pelajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Jurnal Bahasa, Sastra,
dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1), 1-20.
https://doi.org/10.15408/dialektika.v5i1.6295.

Anda mungkin juga menyukai