Anda di halaman 1dari 20

KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS NON FIKSI

BAGI SISWA SEKOLAH DASAR


Berlina Sindhi Aryanti
Email:
berlinaaryanti@gmail.com

Abstrak
Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran.
Keterampilan menyimak merupakan dasar keterampilan dalam komunikasi lisan. Seperti yang
kita tahu bahwa keterampilan menyimak sangat penting bagi siswa karena merupakan pembuka
bagi keterampilan berbahasa yang lainya. Keterampilan ini bisa dilatih dengan menyimak teks
nonfiksi yang juga merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai bagi siswa sekolah
dasar. Ada berbagai anggapan yang muncul pada siswa sekolah dasar yang menganggap
kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang tidak menarik, membosankan,dan menghabiskan
waktu, padahal manfaat dari kegiatan menyimak sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal
ini menandakan bahwa pembelajaran menyimak teks nonfiksi merupakan salah satu
pembelajaran yang penting untuk dilaksanakan. Pentingnya pembelajaran menyimak teks
nonfiksi di sekolah dasar yaitu dapat melatih daya pikir siswa terhadap hal-hal yang telah
disimaknya. Semakin tinggi daya ingat siswa dalam menyimak maka semakin tinggi pula
kecerdasan siswa. Seperti halnya pada materi pembelajaran menyimak teks nonfiksi, untuk
mengetahui informasi dari berita, pidato, iklan, petunjuk, dialog dan iklan, siswa tidak sekedar
melihat berita di televisi saja, akan tetapi siswa juga harus menyimak dengan cermat segala
informasi yang telah diberitakan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu menghidupkan
suasana dalam kelas sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar pada materi pembelajaran
menyimak teks nonfiksi.

Kata Kunci : Keterampilan Menyimak, Teks Nonfiksi, Sekolah Dasar

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan
melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar keterampilan dalam
komunikasi lisan. Apabila kemampuan seseorang dalam menyimak kurang, dapat
dipastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik yang didengar dengan baik. Dalam
pembelajaran di jenjang Sekolah Dasar, terdapat satu kompetensi yang harus dicapai
siswa yaitu menemukan pokok-pokok pikiran dari teks nonfiksi seperti pokok – pokok
berita, pidato, iklan, petunjuk, dialog dan iklan (apa, siapa, mengapa, dimana, kapan
dan bagaimana) yang didengar atau ditonton melalui radio/TV. Hal ini menandakan
bahwa pembelajaran menyimak teks nonfiksi merupakan salah satu pembelajaran yang
penting untuk dilaksanakan. Pentingnya pembelajaran menyimak teks nonfiksi di
Sekolah Dasar yaitu dapat melatih daya pikir siswa terhadap hal-hal yang telah
disimaknya. Semakin tinggi daya ingat siswa dalam menyimak maka semakin tinggi
pula kecerdasan siswa. Seperti halnya pada materi pembelajaran menyimak teks
nonfiksi, untuk mengetahui informasi dari berita, pidato, iklan,
petunjuk, dialog dan iklan, siswa tidak sekedar melihat berita di televisi saja, akan tetapi
siswa juga harus menyimak dengan cermat segala informasi yang telah diberitakan.
Konsentrasi penuh dalam menyimak teks nonfiksi merupakan hal utama dalam
menyimak. Hal tersebut terbukti bahwa siswa yang menyimak informasi dengan
cermat dan penuh konsentrasi maka informasi yang diperoleh juga lengkap, namun
sebaliknya siswa yang tidak menyimak informasi dengan cermat maka informasi yang
didapat juga tidak akan lengkap.
Menyimak merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang
penting. Menurut Pada usia prasekolah (s.d. 5 tahun) kegiatan berbahasa yang paling
banyak dilakukan oleh seorang anak adalah menyimak dan berbicara. Pada usia ini,
anak berupaya keras mempelajari Bahasa (bahasa) (melalui menyimak) dan
mengaplikasikannya dengan cara berbicara. Kegiatan menyimak dan berbicara
merupakan kegiatan berbahasa yang sangat dekat. Orang tidak akan memiliki modal
berbicara kalau tidak ada informasi yang telah diketahui (melaui proses menyimak)
terlebih dahulu (Rustam Effendi, 2016). Maka dari itu, keterampilan menyimak harus
dikuasai terlebih dahulu dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan berbahasa
yang lain. Kegiatan menyimak dapat terlihat dari kehidupan sehari-hari yang
dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak, misalnya dalam dialog
antaranggota keluarga, percakapan antarteman dan aktivitas pendidikan di sekolah
(Tarigan, 2008:2).
Berbagai anggapan siswa Sekolah Dasar (sekolah dasar) terhadap kegiatan
menyimak merupakan kegiatan yang tidak menarik, membosankan, dan menghabiskan
waktu. Kejenuhan siswa dalam menyimak terjadi karena siswa merasa dipaksa untuk
melakukan kegiatan menyimak. Padahal manfaat dari kegiatan menyimak sangat
penting bagi kehidupan manusia. Seperti halnya menyimak, dengan menyimak
informasi siswa dapat mengetahui segala hal yang terjadi di belahan dunia ini, meliputi
kasus-kasus yang sedang terjadi di berbagai negara, keanekaragaman suku dan budaya
yang terdapat di berbagai negara, beragam keajaiban dunia yang terdapat di dunia dan
berbagai jenis makhluk hidup yang terdapat di dunia.
Menurut Hermawan (2012: 34-35) dalam Prihatin (2017) memaparkan bahwa
banyak sekolah yang kurang meperhatikan pelajaran menyimak dibandingkan dengan
keahlian-keahlian komunikasi lainnya. Sejak dari taman kanak-kanak hingga SMU
umumnya siswa menerima pelajaran dan pelatihan dalam hal membaca dan menulis.
Setiap tahun terpaan terhadap keahlian membaca dan menulis terus berjalan. Begitu
juga terhadap keahlian dalam percakapan mendapat perhatian yang cukup besar.
Apabila dibandingkan dengan pelatihan dalam bidang membaca, menulis, dan
berbicara, maka pelatihan dalam bidang menyimak sangat kurang. Tentu saja keadaan
seperti ini sangat ironis mengingat 50% komunikasi manusia adalah menyimak.
Tarigan (1994:2) dalam kaitannya dengan pembelajaran menyimak di sekolah, kegiatan
menyimak sering kali diremehkan oleh siswa
Materi menyimak teks nonfiksi akan dapat membangkitkan minat siswa dalam
belajar. Sehingga siswa tidak merasa terbebani dalam mengikuti pembelajaran. Selain
itu guru juga lebih mudah mengetahui kemampuan siswa dalam mengingat informasi
dalam teks nonfiksi. Sehingga dalam menganalisis unsur-unsur penting yang terdapat
dalam teks, siswa yang cermat dalam menyimak teks nonfiksi akan dapat mengetahui
informasi secara jelas dan lengkap namun sebaliknya siswa yang tidak cermat dalam
menyimak teks nonfiksi juga tidak dapat memperoleh informasi dengan jelas dan
lengkap.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisis
keterampilan menyimak teks nonfiksi bagi siswa sekolah dasar. Karena penulis ingin
menganalisis sejauh mana keterampilan menyimak pada teks nonfiksi diantaranyateks
berita, pidato, iklan, petunjuk, dialog dan iklan yang diterapkan pada siswa Sekolah
Dasar.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimak?
1.2.2. Bagaimana struktur, fungsi, dan aspek kebahasaan teks nonfiksi sebagai bahan
untuk menyimak teks tulis maupun teks lisan?
1.2.3. Bagaimana langkah-langkah efektif untuk memfasilitasi keterampilan
menyimak bagi siswa sekolah dasar?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa itu keterampilan menyimak
1.3.2. Untuk memahami struktur, fungsi, dan aspek kebahasaan teks nonfiksi sebagai
bahan untuk menyimak teks tulis maupun teks lisan
1.3.3. Untuk mengetahui langkah-langkah efektif untuk memfasilitasi keterampilan
menyimak bagi siswa sekolah dasar
1.4. Manfaat
1.4.1. Untuk penulis
Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis untuk lebih memahami mengenai
keterampilan menyimak teks nonfiksi.
1.4.2. Untuk pembaca
Memberikan informasi dan gambaran kepada pembaca mengenai keterampilan
menyimak cerita nonfiksi

2. Kerangka Teoritis
2.1. Keterampilan Menyimak
Keterampilan adalah kemampuan dasar pada diri manusia yang harus dilatih,
diasah, serta dikembangkan secara terus menerus sehingga menjadi potensial dalam
melakukan sesuatu. Selain itu untuk mengembangkan keterampilan diperlukan proses
pengasahan akal atau pemikiran. Sehingga mendorong timbulnya keterampilan khusus.
Gordon (1994) mendefinisikan keterampilan sebagai sekumpulan kemampuan dalam
diri seseorang, yang diimpelementasikan pada sistem pelaksanaan pekerjaan itu secara
lebih mudah serta efektif.
Menyimak merupakan kegiatan meresepsi, mengolah, serta menginterpretasi
suatu permasalahan dengan melibatkan panca indera (indra) seseorang. Menyimak
berhubungan dan bermanfaat dengan menyimak dan berbicara, menyimak dan
membaca, berbicara dan membaca, serta ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
Berdasarkan pengertian di atas, ketrampilan (keterampilan) menyimak adalah
kemampuan dimana seseorang dapat meresepsi, mengolah serta menginterpretasi suatu
permasalahan dengan melibatkan panca indera (indra)
2.2. Teks Nonfiksi Bahan Menyimak
2.2.1. Berita
Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang
sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, Internet (internet), atau dari
mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak.
2.2.2. Pidato
Pidato meupakan (merupakan) kegiatan penyampaian gagasan, pikiran,
informasi, kepada khalayak ramai.
2.2.3. Petunjuk
Petunjuk adalah nasihat, ajaran, dan ketentuan-ketentuan yang patut
dituruti untuk melakukan, menggunakan, dan membuat sesuatu.

2.2.4. Dialog
Tarigan (1991: 149) menjelaskan dialog sederhana adalah pertukaran
pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu antara dua atau lebih
pembaca.
2.2.5. Iklan
Iklan adalah pesan atau berita yang bertujuan untuk membujuk
seseorang agar tertarik dengan sesuatu yang ditawarkan.
2.3. Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar atau anak SD adalah mereka yang berumur antara 6-12
tahun atau biasa disebut dengan proses intelektual. Pengetahuan anak akan berkembang
pesat seiring dengan bertambahnya usia. Di samping itu keterampilan yang dikuasai
juga akan semakin beragam.
Pada periode ini minat anak terfokus pada semua hal yang bersifat dinamis
bergerak. Implikasinya anak cenderung untuk melakukan berbagai aktivitas yang
berguna pada proses perkembangannya nanti.
a. Karakteristik Siswa Kelas Rendah
Anak dengan usia 6-7 tahun dianggap sudah matang untuk masuk sekolah.
Menurut Notoatmodjo, siswa kelas rendah sekolah dasar mempunyai beberapa
karakteristik khusus, antara lain sebagai berikut.
1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan
jasmani dengan prestasi sekolah.
2. Siswa memiliki kecenderungan memuji diri sendiri.
3. Suka membanding-bandingkan diri dengan anak lain.
4. Anak pada masa ini, terutama umur 6-8 tahun, menghendaki nilai yang baik
tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
5. Tunduk pada peraturan-peraturan permainan yang ada di dalam dunianya.
6. Jika tidak bisa menyelesaikan suatu soal, maka soal itu tidak dianggap penting.
b. Karakteristik Siswa Kelas Tinggi
Siswa sekolah dasar kelas tinggi juga mempunyai beberapa karakteristik
yang berbeda dengan kelas rendah. Berikut adalah beberapa karakteristik siswa
kelas tinggi.
1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.
2. Realistik serta memiliki rasa ingin tahu dan ingin belajar.
3. Menjelang akhir masa ini, siswa memiliki minat terhadap hal-hal atau mata
pelajaran khusus.
4. Pada umur 11 tahun anak memerlukan bantuan guru atau orang-orang dewasa
lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya. Di umur
ini umumnya anak mendapatkan tugas-tugas dengan beban dan menghadapi
tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
5. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
6. Anak-anak gemar membentuk kelompok sebaya. Biasanya untuk bisa bermain
bersama-sama. Dalam permainan biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan
permainan tradisional, melainkan mereka membuat peraturan sendiri.
5, Ketepatan dan kelengkapan bagian isi dan pembahasan (tampak benang merah
keilmiahannya), penataan paragraf, penulisan kalimat, penggunaan dan struktur kajian teoritis
dalam artikel.
Dalam aspek ke empat sudah sesuai namun ada beberapa ejaan yang masih salah.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Keterampilan Menyimak
3.1.1. Pengertian Menyimak
Menyimak adalah proses menangkap bunyi-bunyi bahasa dengan penuh
perhatian serta menerima dan mengolahnya kembali menjadi suatu informasi
atau pengetahuan. Kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan
makna dengan mendengar. Perbedaan antara keduanya yaitu dimana (dimana)
mendengar tidak ada unsur kesengajaan sedangkan mendengar terdapat unsur
kesengajaan untuk memeroleh informasi atau pengetahuan.
3.1.2. Tujuan Menyimak
Tujuan utama dari menyimak yaitu Menangkap (menangkap),
memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan
simakan.
a. Mendapatkan Fakta
Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat
berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio,
televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah,
percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan
dengan teman sekerja, sekelas dsb. Kegiatan pengumpulan fakta atau
informasi ini di kalangan pelajar dan mahasiswa banyak sekali
dilakukan melalui menyimak.
b. Menganalisis Fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis.
Harus jelas kaitan antar unsur fakta, sebab dan akibat apa yang
terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan pembicara harus
dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam
bidang yang relevan.
c. Mengevaluasi Fakta
Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah
mengevaluasi fakta-fakta yang disampaikan pembicara. Dalam situasi
ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan seperti antara lain
:
1) Benarkah fakta yang diajukan?
2) Relevankah fakta yang diajukan?
3) Akuratkah fakta yang disampaikan?
d. Mendapatkan Inspirasi
Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan
ilmiah atau jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan
fakta. Mereka menyimak pembicaraan orang lain semata-mata untuk
tujuan mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak
memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti, dorongan,
suntikan semangat, atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang
mereka hadapi. Mereka ini sangat mengharapkan pembicara yang
isnpiratif (inspiratif), sugestif dan penuh gagasan orisinal. Pembicaraan
yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani, dari
direktur perusahaan, orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.
e. Menghibur Diri
Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti
bioskop, sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini
adalah orang-orang yang sudah lelah letih dan jenuh. Mereka perlu
penyegaran fisik dan mental agar kondisinya pulih. Karena itulah
mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri. Sasaran yang mereka
pilih pun tertentu, misalnya menyimak pembicaraan cerita-cerita lucu,
banyolan percakapan pelawak, menonton pertunjukan yang kocak
seperti yang dibawakan Grup Srimulat.
f. Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan
keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan
seseorang pembicara pada segi:
1. Cara mengorganisasikan bahan pembicaraan
2. Cara penyampaian bahan pembicaraan
3. Cara memikat perhatian pendengar
4. Cara mengarahkan perhatian pendengar
5. Cara menggunakan alat bantu seperti mikrofon, alat peraga, dsb.
6. Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan
3.1.3. Tahap Menyimak
Tahap dalam proses menyimak seseorang akan dijelaskan pada uraian
berikut ini.
a. Tahap Mendengarkan
Pada tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya. Jadi, kita
masih berada dalam tahap hearing.
Dari penjelasan tersebut tahap mendengarkan berarti pendengar
mendengarkan apa yang diucapkan pembicara, Misalnya di dalam kelas
pendidik menjelaskan kepada peserta didik.
b. Tahap Memahami
Tahap ini terjadi setelah kita mendengar maka akan ada keinginan
bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang
disampaikan oleh pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam tahap
understanding.
Dari penjelasan tersebut tahap memahami berarti pendengar
mengerti apa yang disampaikan pembicara, misalnya : peserta didik
mengerti apa yang telah dijelaskan oleh pendidik.
c. Tahap menginterpretasi / menafsirkan
Penyimak yang baik, cermat, dan teliti belum puas jika hanya
mendengar dan memahami dengan baik isi ujaran sang pembicara, dia ingin
menafsirkan atau menginterpretaskan (menginterpretasikan) isi, butir-butir
pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu, dengan demikian, sang
penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
Dari penjelasan tersebut tahap menginterpretasi berarti pendengar
menafsirkan atau melakukan maksud yang telah dipahami dari pembicara,
misalnya peserta didik melakukan tugas yang diperintahkan pendidik yang
sebelumnya telah dijelaskan.
d. Tahap menilai/mengevaluasi sebelum dan sesudah tanda / tidak perlu spasi)
Setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi
pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat
serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan serta
kebaikan dan kekurangan pembicara, dengan demikian, sudah sampaipada
tahap evaluating.
Dari penjelasan tersebut tahap menilai/mengevaluasi berarti menilai
dari hasil interpreting baik mengenai keunggulan dan kelemahan. Misalnya
pendidik dan peserta didik membahas bersama sama apa yang telah
dikerjakan peserta didik.
e. Tahap menanggapi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.
Penyimak menyambut, mencamkam, menyerap serta menerima gagasan
atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaraannya, penyimak pun sampai pada tahap menanggapi
(responding).
Dari penjelasan tersebut tahap menanggapi berarti pembicara dan
pendengar dapat mengetahui hasil kegiatan menyimak, misalnya pendidik
dapat mengetahui hasil akhir pembelajaran di kelas mengerti atau tidak
mengerti.
3.1.4. Tahap Pembelajaran Menyimak
1. Tahap Pendahuluan (Pra Menyimak)
Pada tahap ini dilakukan persiapan kegiatan menyimak serta berbagai
usaha untuk meningkatkan minat siswa. Guru menjelaskan isi materi yang
akan diperdengarkan, siswa membaca artikel yang relevan, melihat foto
atau gambar. Selain itu, guru juga menerangkan pengetahuan latar
belakang yang dianggap penting seperti untuk apa kegiatan mendengar itu
dilakukan.
2. Tahap Kegiatan (Saat Menyimak)
Dalam kegiatan ini guru menyuruh siswa mendengarkan media audio
seperti kaset rekaman, video, suara asli, dan sebagainya. Cara menyuruh
mendengarkannya, seperti berapa kali mendengarnya, mendengar terus
menerus (terus-menerus) dari awal sampai akhir, atau menyuruh
mendengar sambil menghentikan rekaman/ucapan pada bagian-bagian
tertentu yang telahditetapkan, hal ini berbeda-beda tergantung pada tingkat
kemampuan siswa, banyaknya materi, tujuan menyimak, dan sebagainya.
Sehingga untuk itu guru harus mempertimbangkan atau memberikan
ketegasan secara tepat mengenai kelas yang dipegangnya.
3. Tahap setelah kegiatan (Pasca Menyimak)
Pada kegiatan akhir ini diadakan tanya jawab tentang isi materi yang
barusan diperdengarkan, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
kesan-kesannya, atau menyimpulkan dari sudut isi materi. Lalu guru
mengadakan penjelasan atau kesimpulan akhir dengan cara menggunakan
lembaran foto copy yang berisi aspek-aspek tata bahasa, ungkapan-
ungkapan, keterampilan atau starategi menyimak

3.2.Struktur, Fungsi, Dan (dan) Aspek Kebahasaan Teks Nonfiksi Sebagai


(sebagai) Bahan Untuk Menyimak Teks Tulis Maupun (maupun) Teks Lisan/
Kata penghubung menggunakan awalan kecil
3.2.1. Berita
Berita adalah salah satu produk jurnalistik yang mudah ditemui di
berbagai media, baik online, cetak, maupun televisi. Berita berisikan laporan
atas kejadian atau peristiwa yang sedang dan telah terjadi.
1. Struktur
a. Judul (headline)
Judul merupakan kata kunci yang mewakili keseluruhan isi
berita. Dalam teks berita, judul biasanya memuat tentang kejadian yang
akan dibahas. Judul yang menarik akan memungkinkan pembaca
tertarik terhadap berita yang disampaikan.
b. Teras berita (lead)
Teras berita atau lead adalah bagian yang penting dalam berita.
Lead terletak pada paragraf pertama dalam teks berita. Lead mencakup
inti dari keseluruhan isi berita. Lead juga menjadi salah satu penentu
bagi pembaca untuk melihat isi berita lebih lanjut.
c. Tubuh (body)/isi berita
Bagian ini merupakan inti dari berita. Tubuh berita merupakan
kelanjutan dari isi berita. Berita akan dibahas lebih rinci secara
keseluruhan pada bagian ini.
d. Penutup
Bagian ini berupa pernyataan atau kesimpulan akhir berita dan
juga salam penutup.
2. Unsur-unsur Berita
Unsur-unsur yang ada dalam berita yaitu apa (what), siapa (who),
dimana (di mana) (where), kapan (when), mengapa (why), dan bagaimana
(how) atau bisa disingkat 5W+1H.
a. Unsur “apa” digunakan untuk menanyakan apa yang terjadi dalam
peristiwa atau dalam berita tersebut.
b. Unsur “siapa” digunakan untuk menanyakan siapa saja orang yang
terlibat dalam peristiwa tersebut.
c. Unsur “Dimana” Di mana) digunakan untuk menanyakan tempat
kejadian.
d. Unsur “Kapan” digunakan untuk menanyakan kapan peristiwa itu
terjadi.
e. Unsur “Mengapa” digunakan untuk menanyakan mengapa hal itu bisa
terjadi.
f. Unsur “bagaimana” digunakan untuk menanyakan bagaimana kejadian
itu terjadi. sebuah berita
3. Aspek Kebahaaan Berita
Kaidah kebahasaan teks berita harus sesuai kaidah jurnalistik.
Menurut Herman RN dalam buku Jurnalistik Praktis (2018), bahasa
jurnalistik adalah bahasa yang sederhana, mengutamakan pilihan kata atau
kalimat yang mudahdipahami oleh pembaca. Berikut kaidah kebahasaan
teks berita:
1. Verbatransitif, merupakan verba yang dapat diubah ke bentuk pasif.
2. Verbapewarta, verba yang mengindikasikan suatu percakapan.
Contohnya kata, ujar, gagas, tukas, ucap, tutur, dan sejenisnya.
3. Adverbia, kelas kata yang memberikan keterangan tempat, waktu,
suasana, ataucara.
4. Konjungsi, yaitu kata penghubung. Contohnya dan, atau, lalu,
kemudian, serta, dan sejenisnya.
5. Kutipan langsung, kalimat yang diucapkan narasumber dan ditulis
menggunakan tanda petik.
6. Kutipan tidak langsung, informasi dari nara sumber yang ditulis ulang
tanpa tanda petik. Penulis menggunakan kutipan tidak langsung agar
mempermudah pembaca memahami teks berita. Karena bahasa lisan
terkadang kurang dapat dipahami bila dituangkan begitu saja, tanpa
ada penyesuaian dengan ragam tulis.
7. Bahasa yang digunakan baku, sederhana, menarik, singkat, padat,
lugas, dan komunikatif.
8. Bahasa dalam teks berita harus netral atau obyektif (objektif).
9. Memuat bahasa denotatif atau arti sebenarnya. Bahasa yang digunakan
tidak boleh ambigu dan menimbulkan salah persepsi.
3.2.2. Pidato
Pidato adalah kegiatan menyampaikan pikiran secara lisan melalui cara
berbicara di depan banyak orang atau di depan umum.
1. Fungsi Pidato
Fungsi atau tujuan pidato yang utama adalah untuk menyampaikan
pikiran dari orang yang melakukan pidato. Selain itu, pidato juga bisa
berfungsi sebagai ajakan kepada orang yang mendengarkan, misalnya
pidato kebangsaan yang mengajak pendengarnya bersama-sama berjuang
untuk negara. Pidato juga dapat digunakan untuk memberikan informasi
kepada pendengarnya, agar informasi itu lebih mudah dipahami. Dari
pidato yang disampaikan, pendengar juga bisa memahami pola pikir atau
pendapat dari orang melakukan pidato.
2. Struktur Pidato
1) Pembukaan Pidato
Pada bagian pembukaan pidato ini, orator akan menyampaikan
pembukaan berupa salam, ucapan syukur, hingga ucapan penghormatan.
Ucapan syukur biasanya disampaikan untuk mengungkapkan rasa syukur
karena orator dapat menyampaikan pidatonya di depan orang banyak.
Sedangkan ucapan penghormatan disampaikan untuk menghormati dan
menyapa orang-orang penting yang datang ke acara pembacaan pidato. Di
bagian pembukaan ini juga, orator biasanya akan menyampaikan
pendahuluan pidato. Saat menyampaikan pendahuluan pidato, orator akan
menyampaikan topik atau garis besar dari permasalahan yang akan
disampaikan dalam pidatonya.
2) Isi Pidato
Dalam sebuah pidato, bagian isi pidato merupakan bagian yang
paling penting. Isi pidato merupakan bagian yang paling penting karena
pada bagian inilah inti dari pidao yang ingin disampaikan dapat
tersampaikan dengan baik. Pada bagian isi pidato, orator juga akan
menyampaikan secara jelas dan detail tentang apa yang ingin disampaikan.
Isi dari pidato dapat berupa ajakan, hal yang dipikirkan olehorator, maupun
imbauan yang ingin disampaikan kepada orang yang mendengarkan.
3) Penutup
Setelah menyampaikan isi pidato, bagian terakhir pada strutur
pidato adalah penutup pidato. Bagian penutup berisi rangkuman dari
pidato yang sudah disampaikan dari isi pidato yang telah disampaikan.
Pada bagian penutup, juga disampaikan salam penutup, misalnya berupa
ucapan terima kasih kepada orang-orang yang sudah mendengarkan.
3. Aspek Kebahasaan Pidato
Kalimat yang mendominasi teks ini adalah kalimat pernyataan yang
berisi sebagai berikut.
1) Kalimat saran
Kalimat saran adalah kalimat yang berisi usul agar dapat
dipertimbangkan oleh orang lain. Kalimat saran pada umumnya ditandai
dengan penggunaan kata sebaiknya, seharusnya, dan lain-lain.
2) Kalimat ajakan
Kalimat ajakan berisi anjuran untuk diikuti oleh pendengar. Kalimat
ajakan bertujuan agar pendengar berbuat seperti yang dikehendaki
pemberi pidato. Kalimat ajakan pada umumnya ditandai dengan
penggunaan kata mari, marilah, ayo, mohon, tolong, dan sebagainya.
3) Kalimat arahan
Kalimat arahan merupakan kalimat yang bertujuan untukmemberikan
petunjuk kepada pembaca atau pendengar. Pada umumnya, kalimat
arahan ditandai dengan penggunaan kata harus.
3.2.3. Petunjuk
Prosedur adalah langkah demi langkah untuk melakukan sesuatu yang
disusun secara sistematis dan bertahap mulai dari awal sampai akhir. yang
memuat sifat-sifat tertentu atau suatu kebiasaan.
1. Tujuan Prosedur
Tujuan utama prosedur adalah menunjukkan dan menjelaskan tentang
cara atau langkah-langkah melakukan sesuatu dengan benar. Langkah-
langkah tersebut disusun secara berurutan agar mudah diikuti.
2. Struktur Teks Prosedur
Struktur teks prosedur ada tiga yaitu tujuan, material, dan langkah-
langkah. Berikut penjelasan lengkapnya masing-masing:
a. Tujuan, merupakan struktur pertama teks prosedur. Bagian tujuan ini
berisi tentang tujuan pembuatan teks prosedur tersebut serta hasil akhir
yang ingin dicapai jika sudah melakukan langkah demi langkah yang
diinstruksikan.
b. Material, merupakan bagian yang menginformasikan keperluan apa saja
yang dibutuhkan. Misalnya alat, bahan, atau material lainnya yang akan
digunakan selama proses berlangsung.
c. Langkah – langkah, merupakan tahapan yang harus diikuti untuk
memperoleh hasil akhir sesuai tujuan teks prosedur itu sendiri. Langkah-
langkah ini harus disusun secara berurutan mulai dari awal sampai akhir,
dan jangan sampai ada langkah yang terlewat.
3. Ciri-ciri Teks Prosedur
a. Berisi informasi. Bermaksud untuk menunjukkan atau menjelaskan
sesuatu kepada para pembaca.
b. Adanya langkah-langkah, proses atau tata cara yang harus dilakukan.
Biasanya disajikan dalam bentuk poin-poin bernomor. Namun dapat
juga berbentuk paragraf berurut.
c. Adanya batasan, larangan atau saran selama melaksanakan proses.
4. Aspek Kebahasaan Teks Prosedur
a. Menggunakan pola kalimat perintah atau kalimat imperatif agar diikuti
pembaca. Contohnya buatlah, bukakan, sirami, lipatlah, dan lain-lain.
b. Menggunakan konjungsi atau kata hubung dalam mengurutkan tahapan
kegiatan. Contohnya kemudian, lalu, selanjutnya, berikutnya,
setelahitu, dan lain-lain.
c. Menggunakan kata kerja aktif. Contohnya membungkus, membuka,
menyiram, memilih, dan lain-lain.
d. Menggunakan kata keterangan dalam menyatakan waktu, tempat dan
cara secara akurat. Contohnya tajam, pagi hari, jam 08.00, dan lain-
lain.
3.2.4. Dialog Interaktif
Dialog interaktif merupakan dialog yang dilakukan di acara televisi
maupun radio atau forum-forum umum yang melibatkan peran pendengar
untuk ikut menanggapi dan juga menanyakan seputar isi pembicaraan dalam
dialog tersebut.
1. Fungsi Dialog Interaktif
Fungsi dialog interaktif yakni untuk membahas suatu masalah dengan
tujuan mendapatkan jalan keluar atau solusi dari masalah yang tersebut.
Dengan kita menyimak dialog interaktif yaitu kita tidak akan ketinggalan
informasi terkini mengenai berbagai hal atau masalah yang sedang hangat
dibicarakan di masyarakat.
2. Unsur-unsur Dialog Interaktif
a. What yang maksudnyadialog harus memiliki tema atau hal penting
mengenai hal apa yang akan dibahas.
b. Who, maksudnya yakni harus ada siapa saja orang yang akan dilibatkan
dalam dialog interaktif tersebut. Selain itu, unsur “Who” ini juga
menunjukkan bagaimana cara memilih narasumber yang akan diajak
untuk berdialog.
c. When, maksudnya yakni kapan dialog interaktif tersebut akan
dilakukan. Meliputi tanggal maupun jam pasti dialog tersebut
dijadwalkan.
d. Where, yakni dimana tempat diadakannya dialog interaktif tersebut.
e. Why, artinya mengapa dialog interaktif ini dirasa penting untuk
dilakukan.
f. How, yakni bagaimana proses dan juga hasil yang diharapkan dari
diadakannya dialog interaktif ini.
3. Ciri-ciri Dialog Interaktif
a) Dalam berdialog melibatkan banyak orang yakni tidak dilakukan secara
sendiri namun banyak pelaku yang terlibat dari dialog tersebut baik
langsung maupun tidak langsung.
b) Terdapat tanya jawab antara pewawancara dengan narasumber, agar
dialog berjalan lancar.
c) Dialog dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
d) Biasanya dialog interaktif ditayangkan di acara televisi maupun radio.
4. Aspek Kebahasaan Dialog Interaktif
a. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi
kronologis). Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula,
kemudian.
b. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa
yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan,
menghadap, beristirahat.
c. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang
dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan,
menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
d. Menggunakan kata-kata sifat (descritive language) untuk
menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud
misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.
3.2.5. Iklan
Iklan merupakan salah satu media promosi yang efektif dalam memasarkan
berbagai produk kepada konsumen karena daya jangkuannya yang luas dan
masif. tujuannya untuk memperkenalkan suatu produk, baik barang maupun
jasa kepada masyarakat, guna menarik perhatian masyarakat untuk mengenali,
membeli, hingga mengomsumsi atau menggunakan produk yang diiklankan.
1. Unsur-unsur Iklan
a. Attention (perhatian). Iklan yang baik harus dapat menarik perhatian
masyarakat umum.
b. Interest (minat). Setelah mendapat perhatian, maka harus ditingkatkan
menjadi minat sehinga timbul rasa ingin tahu secara terperinci dalam
diri konsumen.
c. Desire (keinginan). Suatu cara mengerakan keinginan suatu konsumen.
d. Conviction (rasa percaya). Untuk mendapat rasa percaya dalam diri
konsumen, maka sebuah iklan harus ditunjang berbagai kegiatan
peragaan seperti pembuktian atau sebuah kata – kata.
e. Action (tindakan). Tindakan merupakan suatu tujuan akhir dari
produsen untuk menarik konsumen agar membeli atau menggunakan
produk dan jasanya.
2. Aspek Kebahasaan Iklan
a. Menggunakan slogan
Slogan ialah kalimat yang mudah diingat, menarik, dan
mencolok. Slogan biasanya berupa susunan kata tertentu yang memberi
penjelasan secara singkat terhadap suatu produk atau jasa sehingga
mudah diingat.
Misalnya:
Merdeka atau mati
Say no to drugs
b. Kalimat Persuasif
Maksudnya kalimat ini bertujuan meyakinkan serta membujuk
pembaca agar menerima gagasan penulis terhadap sesuatu. Ada
beberapa kalimat persuasif di iklan produk tersebut.
c. Memakai Subjek Orang Pertama
Biasanya, teks iklan akan menggunakan subjek orang pertama
atau tunggal / jamak Seperti aku, saya, dan kami, untuk mengganti
instansi pemasang iklan. Subjek yang dipakai di teks iklan itu ialah
subjek orang pertama jamak, yaitu kami.
3.3.Langkah-langkah Efektif Untuk Memfasilitasi Keterampilan Menyimak di
Sekolah Dasar
3.3.1. Teknik Pembelajaran Menyimak
Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses
pembelajaran berlangsung. Teknik pembelajaran juga dapat diatikan sebagai
cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik. Berikut teknik dalam pembelajaran menyimak.
Menurut Jatiyasa (2012) memaparkan bahwa teknik atau cara
pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif untuk
menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah
Dasar. Selain itu, melalui penggunaan Teknik menyimak yang beragam
menjadikan pembelajaran lebih menarik bagi siswa.
Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru dalam
proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Simak – Ucap
Teknik ucapan-ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan secara
cermat. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kata berimbuhan,
semboyan, dan puisi pendek. Model tersebut dapat dibacakan oleh guru atau
berupa rekaman suara guru atau suara orang lain. Model ini disimak dan
ditiru siswa.
2. Simak - Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah
guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
3. Simak - Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama
bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian
siswa diminta menerka nama benda itu.
4. Simak - Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut
membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan
pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir
menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa
apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
3.3.2. Metode Pembelajaran menyimak
1. Metode Simak-Ulang Ucap (metode Integratif)
Biasanya digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dan cara
pengucapannya. Mengintegrasikan keterampilan menyimak danberbicara.
Metode ini biasanya digunakan pada kelas rendah atau sekolah dasar.
Metode ini masuk pada pembelajaran bahasa dan sastra dan lebih condong
pada ekspresi atau keterampilan berbicara.
Langkah-langkah :
1) Guru sebagai model pembelajaran membacakan atau memutar
rekaman bunyi bahasa tersebut, seperti fonem , kata mutiara, puisi
pendek dengan perlahan-lahan serta intonasi yang jelas dan tepat.
2) Siswa meniru ucapan guru. Peniruan ini dapat dilakukan secara
individu, kelompok atau klasikal.
3) Simak kerjakan (metode integratif)
2. Metode simak terka
Dapat masuk dalam bahasa dan sastra,
Langkah-langkah :
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut namanya.
Deskripsi tersebut dikomunikasikan kepada siswa dan siswa
mendengarkan serta menerka benda apa yang dimaksud oleh guru.
Misal,Guru mengatakan, “Bentuknya bulat, kecil, panjang serta lurus.
Bagian depan dibuat runcing, dapat digunakan untuk menulis”
Siswa : Pensil
3. Metode Simak Tulis
Langkah-langkah :
Metode simak tulis dikenal dengan dikte/imlak. Guru mempersiapkan
bahan-bahan yang akan didiktekan kepada siswanya. Siswa menulis apa
yang diucapkan oleh guru.
Misalnya :
Guru : Tulislah kata/kalimat “Ini Mama ”
Siswa : Mendengarkan dengan cermat, kemudian menulis, “Ini Mama “
4. Metode Memperluas kalimat
Langkah-langkah :
Guru mengucapkan kalimat sederhana. Siswa menirukan ucapan guru.
Guru mengucapkan kata atau kelompok kata. Siswa menirukan ucapan
guru. Selanjutnya siswa disuruh menghubungkan ucapan yang pertama
dan kedua sekaligus, sehingga menjadi kalimat yang panjang. Misalnya :
Guru : Kakak belajar
Menirukan kakak belajar (memerintahkan) menyambung kalimat
Siswa : Kakak belajar di kamar belajar
5. Metode Bisik Berantai
Langkah-langkah :
Guru membisikkan kaliamat kepada seseorang siswa. Siswa tersebut
membisikkan kalimat tersebut kepada siswa kedua, dan seterusnya sampai
anak terakhir. Guru memeriksa apakah kalimat pesan tersebut sampai
kepada siswa terakhir dengan benar.
6. Metode Menjawab Pertanyaan
Langkah-langkah :
Siswa-siswa yang merasa malu untuk membicarakan atau bercerita dapat
dibimbing dengan pertanyaan guru, sehingga siswa bersangkutan
menjawab pertanyaan guru. Pertanyaan yang ajukan dapat berupa berbagai
jenis pertananyaan sesuai dengan tema yang diajarkan. Misalnya, untuk
memperkenalkan diri siswa, guru dapat mengajukan sejumlah pertanyaan
kepada siswa mengenai nama orang tua, jumlah, umur, jumlah keluarga
dan sebagainya.
7. Metode Identifikasi Tema/Kalimat Topik/Kata Kunci
Langkah-langkah ;
Metode identifikasi tema, kalimat topik, dan kata kunci ini pada prinsipnya
sama. Perbedaannya terletak pada materi yang harus diidentifikasi.
Identifikasi tema untuk sebuah wacana/cerita. Siswa disuruh menerka
tema/topik/ judulnya. Kalimat topik untuk semua paragraf. Sedangkan kata
kunci untuk sebuah kalimat. Apabila hal ini belum dapat dilaksanakan,
guru dapat melatih siswa dengan cara memberikan pertannyaan yang
memancing ke arah pengidentifikasian yang tepat. Hal ini juga baik untuk
mengembangkan diskusi kelas/kelompok, yang berarti pula memupuk
kerjasama antar siswa. Contoh :Silakan mencari cerita sederhana yang
terdiri dari beberapa paragraf !
Ambil dalah satu paragraf untuk didiskusikan kalimat topiknya.Ambil
salah satu kalimat. Tentukan bersama siswa kata kuncinya: Ayah pulang
dari kantor, Katakuncinya kalimat tersebut adalah Aayah_Pulang.
8. Metode Menyelesaikan Cerita
Langkah-langkah :
Guru bercerita siswa menyimak cerita tersebut dengan seksama. Guru
berhenti bercerita, ceritanya baru sebagian. Cerita dilanjutkan oleh anak
secara bergilir sampai cerita itu selesai sebagai suatu keutuhan. Cerita
seperti ini seolah memaksa siswa untuk menyimak dengan teliti jalan
ceritanya sambil menghayati cerita tersebut. Mengapa ? Karna siswa harus
menyelesaikan cerita secara bergilir.
9. Metode Parafrase
Paraprase berarti alih bentuk, dalam pembelajaran bahasa, paraprase
biasanya diwujudkan dalam bentuk pengalihan bentuk puisi ke prosa atau
memprosakan sebuh puisi. Guru mempersiapkan puisi sederhana yang
sekiranya sesuai dengan karakteristik kelas yang dibelajarkan. Puisi
tersebut dibacakan kepada siswa dan siswa menyikam dengan seksama.
Pembacaan puisi tersebut hendaknya dengan jeda yang jelas dan intonasi
yang tepat. Setelah selesai siswa disuruh bercerita isi puisi dengan
bahasanya sendiri dalam bentuk prosa.
10. Metode Merangkum
Merangkum berarti menyingkat atau meringkas dari bahan yang telah
disimak. Dengan kata lain menyimpulkan bahan simakan secara singkat
dan kata-katanya sendiri. Siswa mencari intisari bahan yang disimaknya.
Bahan yang disimak sebaiknya wacana yang pendek dan sederhana sesuai
dengan tingkat kematangan anak.
11. Metode langsung
Menyimak dengan ada informasi apa langsung disimak, menyimak
disaat itu juga tempat ia mendapat informasi.

4. Simpulan dan Rekomendasi


4.1. Simpulan
Simpulan berisi tentang hasil akhir yang menjelaskan mengenai keseluruhan artikel yang telah
dijelaskan. Pada artikel ini terdapat tiga point kesimpulan. Yang pertama keterampilan
menyimak, kedua struktur, fungsi, dan aspek kebahasaan teks nonfiksi sebagai bahan untuk
menyimak teks tulis maupun teks lisan, dan yang ketiga langkah-langkah efektif untuk
memfasilitasi keterampilan menyimak bagi siswa sekolah dasar
Berikut simpulan yang telah disunting:
1. Menyimak adalah proses menangkap bunyi-bunyi bahasa dengan penuh perhatian serta
menerima dan mengolahnya kembali menjadi suatu informasi atau pengetahuan.
Keterampilan adalah kemampuan dasar pada diri manusia yang harus dilatih, diasah, serta
dikembangkan secara terus menerus sehingga menjadi potensial dalam melakukan sesuatu.
Selain itu untuk mengembangkan keterampilan diperlukan proses pengasahan akal atau
pemikiran. Menyimak merupakan kegiatan meresepsi, mengolah, serta menginterpretasi
suatu permasalahan dengan melibatkan panca indera seseorang. Menyimak berhubungan
dan bermanfaat dengan menyimak dan berbicara, menyimak dan membaca, berbicara dan
membaca, serta ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
2. Teks nonfiksi bahan menyimak diantaranya yaitu berita, pidato, petunjuk, dialog, dan juga
iklan yang memiliki struktur, fungsi, dan aspek kebahasaan yang berbeda-beda. Berita
merupakan teks berupa informasi dari media masa, sedangkan pidato dari pembicara,
dialog melalui pembicaraan dua orang, prosedur menginformasikan seputar langkah-
langkah, dan iklan digunakan sebagai media promosi. Bahan-bahan teks tersebut dapat
digunakan sebagai pembelajaran ketrampilan menyimak di sekolah dasar.
3. Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif
untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar.
Selain itu, melalui penggunaan Teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran
lebih menarik bagi siswa. Beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru dalam
proses belajar mengajar di Sekolah Dasar. Simak-ucap, simak-kerjakan, simak-terka,
simak-berantai. Sedangkan metode pembelajaran menyimak terdiri dari, metode simak
ulang-ucap (metode integratife), metode simak terka, metode simak tulis, metode
memperluas kalimat, metode bisik berantai, metode menjawab pertanyaan, metode
identifikasi tema/kalimat topik/kata kunci, metode menyeselasikan cerita, metode
parafrase, metode merangkum, metode langsung,

5. Rekomendasi
Pada dasarnya, saran bertujuan untuk memperbaiki makalah yang telah disusun. Oleh
karena itu, dalam sub bab saran haruslah mengandung kata-kata harapan seperti “oleh karena
itu”, “alangkah baiknya”, “penulis berharap”, dan beberapa kata lainnya yang memiliki
maksud yang sama.
Berikut saran yang telah disunting
Rekomendasi
Menurut penulis, bagi calon guru sekolah dasar supaya mempelajari lebih dalam tentang
keterampilan menyimak. Serta lebih memahami dengan baik keterampilan menyimak.
Keterampilan menyimak sangat penting bagi siswa sekolah dasar. Keterampilan ini dapat
mempermudah siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Keterampilan menyimak
merupakan dasar dari keterampilan-keterampilan lainnya. Oleh karena itu, penulis berharap
artikel ini dapat menambah wawasan mengenai keterampilan menyimak
Daftar Pustaka berupa nama penulis, judul tulisan, penerbit, identitas penerbit, dan tahun
terbit. Daftar pustaka berisi kutipan-kutipan dari batang tubuh artikel. Penulisan daftar pustaka
memiliki ketentuan salah satunya harus sesuai dengan urutan huruf abjad.
Berikut daftar pustaka yang telah disunting
DAFTAR PUSTAKA

Aminawati, Bangkit Filsafat. 2019. Ketrampilan Menyimak Pidato. (Diakses : selasa, 31-08-
2021/09.31)https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-berita-menurut-para-ahli.html
(Diakses : Selasa, 31-08-2021/ 10.04)

Daeng, Kembong and Amir, Johar and Hamsa, Akmal (2010). Pembelajaran Keterampilan
Menyimak. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, Makassar.

DosenSosiologi.com (2020) Pengertian Keterampilan, Macam, dan Contohnya. Diakses


Selasa, 31-08-2021 dari https://dosensosiologi.com/pengertian-keterampilan/

Effendi, R. (2016). Keterampilan Menyimak di Sekolah Dasar, 2, 43-49.

http://eprints.undip.ac.id/58882/3/BAB_III.pdf.. (Diakses : Selasa, 31-08-2021)

Herman, RN (2018) Jurnalistik Praktis. Banda Aceh : Syiah Kuala University Press.

Jatiyasa, W. (2012). Pengajaran Keterampilan Menyimak di Sekolah Dasar, 3, 57-67.

Naibaho, Fromsiska (2015) Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk Write Dan
Minat Belajar Terhadap Kemampuan Menyimak Teks Berita Siswa Kelas Viii Smp Swasta
Free Methodist-1 Helvetia Tahun Pelajaran 2013/2014. Masters Thesis, UNIMED.

Prihatin, Y. (2017). Problematika Keterampilan Menyimak Dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia, 5, 45-52.

Sapani, Suardi, dkk. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Setyaningsih, Dwi. 2019. Keterampilan Berbahasa Menyimak Kritis Ceramah dengan Metode
Kontekstual. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Bahasa
Indonesia Universitas Sebelas Maret. Diakses dari https://osf.io
Tarigan, Djago.1991. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Thraboni, Gamal. 2020. Contoh Teks Berita beserta Strukturnya & Unsur 5W1H. (Diakses :
Selasa, 31-08-2021/ 11.46)

Wibowo, Dwi Cahyadi. 2017. Tujuan Pembelajaran Menyimak.


http://dwicahyadiwibowo.blogspot.com/2017/04/tujuan-pembelajaran-menyimak.html
(Diakses : selasa, 31-082021/10.03)

Anda mungkin juga menyukai