Anda di halaman 1dari 6

Nama : Berlina Sindhi Aryanti

NIM : 1401420338

Mata Kuliah : Pendidikan IPA

Jawablah petanyaan-pertanyaan dengan jelas dan tuliskan sumber/acuannya!

1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Pemulihan Pembelajaran!

2. Apakah yang dimaksud dengan Kurikulum Prototipe?

3. Mengapa kita memerlukan Kurikulum Prototipe?

4. Apa pergantian ini tidak terlalu cepat? Kesannya seperti "Ganti Menteri Ganti
Kurikulum".

5. Mengapa Kurikulum Prototipe dijadikan opsi? Mengapa tidak langsung ditetapkan


untuk semua sekolah?

6. Apa kriteria sekolah yang boleh menerapkan Kurikulum Prototipe?

7. Jelaskan tentang Profil Pelajar Pancasila (P3)

8. Mengapa pelajaran IPA dan IPS dijadikan satu pada jenjang SD?

9. Apakah pendekatan tematik masih digunakan dalam kurikulum prototipe?

10. Jelaskan fase capaian pembelajaran!

11. Apa yang dimaksud modul ajar?

12. Sebutkan 7 tema utama yang disiapkan Kemendikbudristek yang perlu dikembangkan
menjadi modul topik dasar!

Jawaban

1. Kebijakan pemulihan pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk


mengatasi permasalahan learning loss atau ketinggalan pembelajaran. Implementasi
kurikulum oleh satuan pendidikan dapat menggunakan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran peserta didik dan harus memperhatikan ketercapaian
kompetensi peserta didik di satuan pendidikan dalam rangka pemulihan pembelajaran.
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=iWH3FK3InS4
2. Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung
pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project
Based Learning) untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan Profil
Pelajar Pancasila.
Sumber : https://uns.ac.id/id/uns-opinion/menguak-paradigma-baru-kurikulum-
prototipe- 2022.html#:~:text=Kurikulum%20prototipe%20merupakan%20kurikulum
%20berbasi s,sesuai%20dengan%20Profil%20Pelajar%20Pancasila.
3. Berbagai studi nasional maupun internasional menunjukkan bahwa Indonesia telah
mengalami krisis pembelajaran (learning crisis). Krisis tersebut semakin parah akibat
merebaknya pandemi Covid-19. Banyak dari anak-anak Indonesia yang tidak mampu
memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Selain itu,
beragam studi tersebut juga memperlihatkan kesenjangan pendidikan yang curam di
antar wilayah dan kelompok sosial di Indonesia. Sehingga kita memerlukan
kurikulum ini harapannya dapat mengatasi krisis pembelajaran.
Sumber : https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5895560/mengapa-sekolah-perlu-
kurikulum-prototipe-ini-penjelasan-kemdikbud
4. Menanggapi hal tersebut, kemdikbud menjelaskan bahwa berbicara tentang
pergantian kurikulum, maka kita harus bedakan dua hal. Dua hal yang harus
dibedakan adalah kurikulum nasional dan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Kurikulum Nasional adalah kurikulum yang ditetapkan pemerintah sebagai acuan
para guru untuk menyusun kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Sedangkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kutikulum yang seharusnya secara
periodik dievaluasi dan diperbaiki agar sesuai dengan perubahan karakteristik murid
serta perkembangan isu kotemporer. Oleh karenanya, kerangka kurikulum nasional
harus memberikan ruang inovasi. Kerangka kurikulum nasional haruslah dirancang
sebagai kerangka yang dapat dan harus dikembangkan lebih lanjut oleh masing-
masing sekolah. Pada intinya, kurikulum nasional seharusnya relatif ajeg, dan tidak
cepat berubah. Namun kerangka kurikulum nasional harus memberikan ruang
adaptasi dan perubahan yang cepat ke tingkat sekolah. Kemdikbud juga mengatakan
bahwa sebenarnya, laju perubahan kurikulum kita tidak terlalu cepat, bahkan
melambat.
Sumber : https://prsoloraya.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-
1113481243/pergantian-kurikulum-terlalu-cepat-ganti-menteri-ganti-kurikulum-ini-
tanggapan-kemdikbud?page=3
5. Ada Dua Tujuan Mengapa Kurikulum Tersebut Dijadikan Sebagai Opsi :
1. Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
ingin menegaskan bahwa sekolah memiliki kewenangan dan tanggungjawab
mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan dan konteks dari masing- masing
sekolah.
2. Dengan kebijakan opsi kurikulum ini, untuk mendukung proses perubahan
kurikulum nasional agar terjadi secara lancar dan bertahap.
Sumber : https://naikpangkat.com/penjelasan-kemendibud-mengenai-mengapa-
kurikulum-prototipe-tidak-langsung-ditetapkan-untuk-semua-sekolah/
6. Kurikulum Prototipe dapat diterapkan di masing-masing sekolah, tidak terbatas baik
itu sekolah yang memiliki fasilitas yang bagus atau fasilitas yang belum memadai
ataupun sekolah yang berada di perkotaan. Kesiapan sekolah tentu berbeda-beda pasti
ada kesenjangan mutu di sekolah ataupun di madrasah. Oleh karena
itu Kemendikbudristek menyiapkan skema tingkat penerapan kurikulum, berdasarkan
hasil survei yang diisi oleh sekolag ketika mendaftar. Ada dua skema dalam
menerapkan Kurikulum Prototipe di sekolah:
1. Sekolah yang sudah terbiasa mengadaptasi materi dan kerangka kurikulum akan
disarankan untuk mengadopsi kurikulum prototipe secara penuh kemudian diberi
penguatan dan rekognisi formal.
2. Sekolah yang belum terbiasa mengadaptasi materi dan kerangka kurikulum akan
disarnakan untuk mencoba menerapkan secara parsial.
Sumber : https://kabarbanten.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-
593490126/kurikulum-prototipe-berikut-kriteria-sekolah-yang-boleh-
menerapkannya?page=2
7. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang
hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis,
dan kreatif.
Sumber : http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila
8. Pada buku saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka dijelaskan, alasan penggabungan
kedua mata pelajaran tersebut lantaran anak usia SD cenderung melihat segala sesuatu
secara utuh dan terpadu. "Selain itu, mereka masih dalam tahap berpikir
konkret/sederhana, holisitik, dan komprehensif, namun tidak detail. Penggabungan
pelajaran IPA dan IPS diharapkan dapat memicu anak untuk dapat mengelola
lingkungan alam dan sosial dalam satu kesatuan," demikian bunyi buku saku tersebut.
Pelajaran IPA dan IPS yang kemudian akan digabung menjadi IPAS tersebut baru
mulai diajarkan di kelas III. Tujuannya untuk menguatkan kesadaran peserta didik
terhadap lingkungan sekitarnya, baik dari aspek alam maupun sosial.
Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2022/02/22/20315621/kurikulum-
merdeka-pelajaran-ipa-ips-di-sd-digabung-informatika-jadi- mapel#:~:text=Pada
%20buku%20saku%20Tanya%20Jawab,sesuatu%20secara%20ut uh%20dan
%20terpadu.&text=%22Selain%20itu%2C%20mereka%20masih%20dala m,dan
%20komprehensif%2C%20namun%20tidak%20detail.
9. Pembelajaran tematik yang sebelumnya hanya terbatas pada kelas 4, 5, dan 6 SD saja,
pada Kurikulum Prototipe pembelajaran tematik bisa diterapkan pada jenjang SMP
dan SMA. Sebaliknya, pada jenjang SD juga bisa dilakukan pembelajaran berbasis
mata pelajaran, bukan tematik semata.
Sumber : https://mediaindonesia.com/opini/461869/kurikulum-prototipe
10. CP dirumuskan dalam bentuk fase-fase yang menyatakan target capaian untuk rentang
waktu yang lebih panjang (bukannya per tahun seperti kurikulum terdahulu). Durasi
setiap fase dapat berbeda untuk setiap jenjang pendidikan. Penggunaan istilah “fase”
dilakukan untuk membedakannya dengan kelas karena peserta didik di satu kelas
yang sama bisa jadi belajar dalam fase pembelajaran yang berbeda. Ini merupakan
penerapan dari prinsip pembelajaran sesuai tahap capaian belajar atau yang dikenal
juga dengan istilah teaching at the right level (mengajar pada tahapan/tingkat yang
sesuai). Apabila peserta didik kelas 5 masih harus belajar materi Fase B (fase untuk
kelas 3-4), misalnya, maka guru dapat menggunakan materi pelajaran fase tersebut. Di
PAUD terdapat fase awal yang disebut fase pondasi (TK B). Fase fondasi ini
mencakup capaian perkembangan yang diharapkan dikuasai oleh anak jenjang PAUD
hingga SD kelas awal sehingga terlihat adanya transisi kemampuan dari PAUD ke SD
termasuk di dalamnya kesiapan bersekolah. Pembelajaran di SD berbeda dengan
pembelajaran di PAUD termasuk kompetensi yang diharapkan di dalamnya.
Pembelajaran di PAUD tidak menggunakan mata pelajaran tetapi muatan
pembelajaran yang didalamnya mengintegrasikan keenam aspek perkembangan
sedangkan di SD pembelajaran mengacu pada mata pelajaran meski disajikan secara
tematik. Di jenjang SD terdapat 3 fase yaitu
 fase A (kelas 1 – 2),
 fase B ( kelas 3-4) dan
 fase C ( kelas 5 – 6.
Di jenjang SMP terdapat 1 fase yaitu fase D, dengan durasi 3 tahun, untuk kelas 1- 3
SMP.
Terdapat 2 fase di SMA, yaitu fase E ( kelas 10) dan fase F ( kelas 11-12). Perbedaan
durasi fase ini lebih didasari oleh alasan praktikal dan bukan teoritis. Durasi 2 tahun
di SD disebabkan banyaknya sekolah yang menggunakan kelas multi usia (multi
aging class) dengan mengakomodir 2 kelas. Sedangkan durasi fase di SMP didasari
oleh alasan tahap perkembangan dan di SMA didasari oleh kebutuhan siswa SMA
untuk memperkuat materi dan keterampilan di SMP dan peminatan. Dengan fase
diharapkan siswa akan dapat memiliki banyak waktu untuk menjalani proses belajar
sehingga dapat mengupas konsep-konsep dan mempelajari keterampilan kunci,
sehingga materi dapat dihantarkan dengan eksploratif dan pendalaman, bukan sekadar
transfer pengetahuan.
Sumber : https://sman21makassar.sch.id/?p=3399
11. Modul ajar ialah sejumlah alat atau sarana media, metode, petunjuk, dan pedoman
yang dirancang secara sistematis dan menarik. Modul merupakan implementasi dari
Alur Tujuan Pembelajaran yang dikembangkan dari Capaian Pembelajaran dengan
Profil Pelajar Pancasila sebagai sasaran. Modul ajar disusun sesuai dengan fase atau
tahap perkembangan peserta didik, mempertimbangkan apa yang akan dipelajari
dengan tujuan pembelajaran, dan berbasis perkembangan jangka panjang.
Sumber : https://www.yoru.my.id/2021/10/pengertian-modul-ajar-di-sekolah-
penggerak.html#:~:text=Modul%20ajar%20ialah%20sejumlah%20alat,dirancang%20
secara%20sistematis%20dan%20menarik.&text=Modul%20ajar%20ialah%20merupa
kan%20implementasi,Profil%20Pelajar%20Pancasila%20sebagai%20sasaran.
12. Kemendikbudristek menyediakan 7 tema utama yang perlu dikembangkan menjadi
modul dengan topik dan tujuan yang lebih spesifik, yaitu: Bangunlah Jiwa dan
Raganya; Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI; Bhinneka Tunggal
Ika; Gaya Hidup Berkelanjutan; Kearifan Lokal; Kewirausahaan; dan Suara
Demokrasi.
Sumber : https://news.detik.com/kolom/d-5892718/kurikulum-prototipe-guru-
penggerak-dan-transformasi-pendidikan

Anda mungkin juga menyukai