Anda di halaman 1dari 10

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SEKOLAH DASAR

PATRISIUS ATENG

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pancasakti

Pendidikan Bahasa Indonesia

ABSTRAK

Pembelajaran keterampilan berbicara adalah materi yang sangat penting diajarkan di sekolah.
karena melalui pembelajaran berbicara siswa diharapkan mampu
mengungkapkan/menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan, atau perasaannya dengan baik.
Akan tetapi, dalam pembelajaran berbicara belum diajarkan sebagaimana mestinya sesuai
tuntutan kurikulum. Pembelajaran berbicara sebaiknya dilakukan melalui latihan, bukan dengan
menyuguhkan teori-teori berbicara. Untuk mengajarkan latihan berbicara dapat disampaikan
dengan menggunakan metode ulang ucap, memerikan, menjawab pertanyaan, bertanya,
pertanyaan menggali, reka cerita gambar, bercerita, melaporkan, dan metode bermain peran.
Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran berbicara bias dilakukan dengan melaksanakan
penilaian. Teknik penilaian yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan berbicara siswa
adalah dengan cara menugaskan kembali sesuai dengan apa yang hendak dinilai.

Kata Kunci: Pembelajaran, Keterampilan berbicara

ABSTRACT

Learning speaking skills is a very important material taught in schools. because through speaking
learning students are expected to be able to express / convey their thoughts, opinions, ideas,
ideas, or feelings well. However, speaking learning has not been taught properly according to the
demands of the curriculum. Speech learning should be done through practice, not by presenting
speaking theories. To teach speaking exercises can be conveyed using the method of repeating
speech, memerikan, answering questions, asking questions, digging questions, drawing story
stories, storytelling, reporting, and role-playing methods. To know the success of biased
speaking learning is done by carrying out assessments. The assessment technique that can be
used to assess a student's speaking success is by reassigning according to what they want to
assess.

Keywords: Learning, Speaking Skills

A.Pendahuluan

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terutama mencakup tiga bagian: (1) keterampilan bahasa
Indonesia; (2) pengetahuan tata bahasa Indonesia atau bahasa Indonesia; (3) apresiasi sastra.
Menurut (Tarigan, 2015), keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat bidang, yaitu
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Berdasarkan keempat aspek tersebut maka keterampilan lisan merupakan salah satu
keterampilan yang paling penting, karena berkaitan dengan komunikasi, dan adanya
pembelajaran lisan seringkali menimbulkan permasalahan di kalangan guru bahasa Indonesia.
Pertanyaannya adalah hipotesis ini: "Mengapa saya harus belajar berbicara bahasa?". Apakah
siswa kita tidak pandai berbicara? “Siswa kami sangat pandai berbicara, mereka sudah pandai
berbicara. Mereka sudah bisa mengungkapkan keinginan, keinginan dan perasaan
mereka.Namun sebagian besar siswa tidak memiliki satu hal, yaitu kurang pandai berbicara di
tempat formal dan umum. Biasanya mereka hanya bisa ngobrol dengan teman dekat dan di depan
orang yang sama. Kemampuan berbicara di tempat formal dan umum tidak hanya ditemukan di
kalangan siswa. Banyak orang dewasa tidak kaya. Bahkan mereka yang memiliki tugas berbicara
di depan umum (seperti guru, misionaris, dan konselor) masih belum pandai berbicara. Misalnya,
seorang misionaris atau guru, hadirin masih mengeluh bahwa khotbah atau pengajarannya tidak
ada artinya. Beberapa orang mengeluh: “Saya tidak tahu apa yang saya bicarakan.” Semua orang
normal memang bisa memiliki kemampuan untuk berbicara.. Akan tetapi, keterampilan berbicara
tidak dapat dimiliki oleh setiap manusia. Bukan berarti bahwa keterampilan berbicara tidak
dapat dimiliki oleh semua orang. Setiap orang yang mau berlatih dengan sungguhsungguh dapat
terampil berbicara. Oleh karena itu, sekolah perlu belajar berbicara. Semoga siswa kami mahir
dalam berbicara bahasa Inggris. Belajar berbicara adalah hal yang sangat penting dan tidak boleh
diabaikan. Karena melalui pembelajaran semacam ini diharapkan siswa mampu
mengungkapkan / menyampaikan pemikiran, pendapat, gagasan, pemikiran atau perasaannya
dengan baik. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran bahasa Inggris lisan di sekolah yaitu
melalui penggunaan bahasa Indonesia untuk mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan dan
pengalaman, serta menjalin komunikasi dan interaksi sosial, sehingga siswa dapat berkomunikasi
dengan benar dan benar dalam berbagai bahasa. situasi. Dengan anggota komunitas lainnya.
Namun, pembelajaran lisan di sekolah diyakini tidak diajarkan semaksimal mungkin sesuai
dengan persyaratan kurikulum.

Dharmawan dalam (dewi, 2020)Keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia yaitu suatu
keterampilan yang perlu dikuasai dengan baik keterampilan ini merupakan suatu indikator
penting bagi keberhasilan seorang dalam belajar bahasa.Salah satau peran penting dari berbicara
adalah bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan baik terhadap orang lain.Keterampilan
bebicara itu adalha salah satu keterampilan yang haraus bisa dikuasai semua orang.Sebab,dalam
pembelajaran bebicara disekolah baik guru maupun siswa harus bisa berkomunikasi dengan baik
dan mudah dipahami.Jadi berkomunikasi itu adalah salah satu peran penting keterampilan
berbicara diajarkan.(Subana & Sunarti, n.d.) Ada tiga teknik penguasaan keterampilan bahasa
lisan, yaitu, teknologi bimbingan merupakan teknologi pembelajaran bahasa lisan, yang
dilakukan dengan meminta siswa mengatakan hal yang persis sama dengan contoh yang ada;
teknologi semi-terpandu adalah teknologi pembelajaran bahasa lisan, yang mengacu pada Untuk
ini dilakukan dengan meminta siswa mengatakan / mendeskripsikan apa yang sudah ada. Melalui
teknologi ini siswa dapat dengan leluasa mengembangkan kemampuan bahasanya sesuai dengan
tingkat kemampuannya sendiri, sedangkan teknologi gratis adalah teknologi dimana siswa harus
dapat menjelaskan hal-hal tertentu secara bebas, tanpa materi tertentu atau tanpa bimbingan dan
bimbingan tertentu. Dalam ketiga metode pembelajaran ini, keterampilan individu dan kelompok
dalam kegiatan lisan dapat ditingkatkan.Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi, sebagai salah satu sekolah yang berada di daerah perkotaan sudah selayaknya
pembelajarannya senantiasa didukung dengan teknologi. Media yang digunakan dalam kegiatan
ini adalah media audio visual dengan dua metode penggunaan. Pertama, media audio visual yang
digunakan guru untuk menyampaikan materi, dan juga memberikan contoh laporan kegiatan.
Kedua, media yang digunakan siswa untuk menghasilkan laporan kejadian yang dapat disaksikan
bersama.Hambatan yang dihadapi siswa dalam berpidato berasal dari faktor internal dan
eksternal. Hambatan tersebut antara lain hambatan dari pembicara itu sendiri (internal) dan
hambatan dari luar pembicara (eksternal). Hambatan internal adalah hambatan yang ditimbulkan
di dalam speaker. Melihat permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi guru dan siswa ketika belajar bahasa
Inggris lisan. Jika masalah diketahui, setidaknya bisa diperbaiki.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dan deskriptif. Deskripsi kualitatif
dirancang untuk memperoleh karakteristik demografis yang jelas, obyektif, sistematis dan
akurat.Deskripsi kualitatif gambar-gambar situasi aktual merupakan program penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ekspresi lisan orang, ucapan dan tingkah laku. Alasan
mengapa desain penelitian deskriptif ini dapat dipilih adalah karena dapat mendeskripsikan
kemampuan ekspresi lisan siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia, dan rancangan kualitatif
merupakan desain untuk mengetahui kemampuan ekspresi lisan siswa.

C.HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut hasil penelitian peneliti berupa observasi, studi literatur dan wawancara dengan
narasumber, data yang diperoleh selama proses penelitian meliputi respon atau tanggapan siswa
terkait dengan aspek-aspek sebagai berikut: (1) Kemampuan lisan siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia ; (2)) Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan lisan. Kemudian
menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui kemampuan lisan siswa dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan lisan siswa.Menurut (NURGIYANTORO, 2001)bentuk-bentuk
kemampuan berbicara yang dipilih harus memungkinkan siswa untuk tidak saja mengucapkan
kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaannya.
Pengajaran keterampilan berbicara disesuaikan dengan tingkat penguasaan berbahasa siswa.

a.Kegiatan berbicara

Kegiatan lisan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, dan komunikasi
merupakan kegiatan lisan yang sering dilakukan manusia ketika berinteraksi dengan orang lain.
Karena berbicara merupakan salah satu aspek dari kemampuan bahasa alami yang dimiliki
manusia. Tidak seperti kemampuan bahasa lainnya (seperti membaca dan menulis), tidak semua
orang normal dapat membaca dan menulis. Keterampilan membaca dan menulis membutuhkan
latihan yang lebih spesifik. Namun, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk
berbicara.Tarigan dalam(Tambunan, n.d.)mendefinisikan bahwa berbicaraadalah kemampuan
mengucapkanbunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.Sebab, seseorang yang dinyatakan terampil
berbicara adalah orang yang sanggup berbicara dalam segala situasi, kapan saja, dan dimana saja
dia berada. Kemampuan berbicara yang diharapkan dari pembelajaran di sekolah adalah agar
siswa terampil berbicara. Keterampilanberbicara yang diharapkan adalah kemampuan
mengungkapkan 5 pendapat, ide, gagasan, pemikiran, atau perasaannya di muka umum dalam
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kemampuan berbicara dalam segala situasi inilah yang
belum dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.Saat ini, masalah paling serius yang
dihadapi siswa kita di bidang bahasa lisan adalah jika mereka diminta untuk berbicara di depan
umum, mereka akan diam dan menggaruk-garuk kepala. Namun jika diminta diam, mereka akan
mengobrol (berbisik) dengan teman. Mereka akan berbicara dengan teman atau orang di sekitar.
Keadaan ini tidak hanya dijumpai pada siswa, tetapi juga sering dijumpai pada orang dewasa.
Negara kita tidak bisa berbicara di depan umum. Orang Indonesia memiliki kemampuan untuk
memberikan komentar, tetapi jika komentar publik diperlukan, hanya sedikit orang yang dapat
berkomentar. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kemampuan lisan siswa kita
adalah kemampuan lisan informal, atau istilah yang lebih populer disebut kemampuan
mengobrol. Kalau bicara orang Indonesia itu ahlinya.Orang Indonesia sanggup ngerumpi mulai
jam 7.00 sampai jam 19.00 tetapi ketika diminta berbicara di muka umum hanya sebagian kecil
yang mampu. Tidak semua orang bisa mengkomunikasikan ide / ide, pendapat atau menjelaskan
masalah di depan umum. Itu membutuhkan keterampilan dengan keterampilan tertentu. Agar
pembelajar Indonesia memiliki keterampilan lisan, diperlukan proses pelatihan yang tepat.
Kemampuan berbicara bukanlah kemampuan genetik yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Namun, tidak semua orang memiliki keterampilan lisan yang disebutkan dalam artikel ini. Untuk
memperoleh kemampuan ini, Anda harus mengambil semua bentuk ujian dalam bentuk
pelatihan, instruksi atau bimbingan intensif (Arsjad & Mukti, 1988)

b.Materi pembelajaran berbicara disekolah

Materi pembelajaran berbicara yang akan diajarkan di sekolah teknik merupakan kegiatan lisan
tanpa teori lisan..(Slamet & Saddhono, n.d.)mencatat bahwa materi pembelajaran berbicara yang
tertera dalam kurikulum mencakup kegiatan, (1) berceramah, (2) berdebat, (3) bercakap-cakap,
(4) berkhotbah, (5) bertelepon, (6) bercerita, (7) berpidato, (8) bertukar pikiran, (9) bertanya,
(10) bermain peran, (11) berwawancara, (12) berdiskusi, (13) berkampanye, (14) menyampaikan
sambutan, selamat, pesan, (15) melaporkan, (16) menanggapi, (17) menyanggah pendapat, (18)
menolak permintaan, tawaran, ajakan, (19) menjawab pertanyaan, (20) menyatakan sikap, (21)
menginformasikan, (22) membahasa, (23) melisankan isi drama, (24) menguraikan cara
membuat sesuatu, (25) menawarkan sesuatu, (26) meminta maaf, (27) member petunjuk, (28)
memperkenalkan diri, (29) menyapa, (30) mengajak, (31) mengundang, (32) memperingatkan,
(33) mengoreksi, dan (34) tanya-jawab.Materi –materi diajarkan dengan tujuan untuk
memudahkan mahasiswa dalam melakukan kegiatan perkuliahan. Melatih siswa untuk berbicara,
berdebat, berbicara, berkhotbah, menelepon, bercerita, berbicara, bertukar pikiran, mengajukan
pertanyaan, bermain peran, wawancara, berdiskusi, berkampanye, memberi komentar, memberi
selamat atau menyampaikan informasi, melaporkan, Membalas, menyangkal pendapat, menolak
permintaan, menolak tawaran atau undangan, menjawab pertanyaan, menyatakan sikap,
menginformasikan, berbicara, mengeja drama, menjelaskan bagaimana melakukan sesuatu,
menawarkan sesuatu, meminta maaf, memberikan instruksi, memperkenalkan diri, menyapa,
mengundang, Undangan, peringatan, koreksi dan pertanyaan dan jawaban.Di kebanyakan
sekolah, proses pembelajaran bahasa secara lisan adalah guru menyampaikan teori lisan.
Misalnya, ketika mempelajari materi fonetik, siswa akan dipengaruhi oleh jenis-jenis tuturan,
antara lain tuturan naratif, tuturan argumentatif, tuturan deskriptif dan tuturan persuasif.
Memberi kuliah, menentukan topik, mencari bahan pembantu, menyiapkan langkah-langkah
naskah, dan metode kuliah, yaitu metode teks, metode memori dan metode untuk segera
digunakan. Hal seperti ini banyak ditemui di sekolah. Berdasarkan materi di atas, mahasiswa
belum mendapatkan perkuliahan dan pelatihan lainnya. Sesuai dengan karakteristik
pembelajaran, materi di atas dapat diajarkan dengan metode sebagai berikut. Metode yang dapat
digunakan untuk mempelajari bahasa secara lisan adalah:

1. Metode pengulangan

Guru menerapkan metode pengulangan kepada siswa dengan menggunakan suara sendiri
atau rekaman tertentu, kemudian meminta siswa untuk mengucapkannya kembali sesuai
dengan model suara yang didengarnya. Bunyi yang dimainkan bisa dalam bentuk kalimat
sederhana, contoh: guru “ini buku baru”. Kemudian siswa tersebut mengulangi: "Ini
adalah buku baru".

2. Metode tampilan suara ada di dalam gambar.


Misalnya, guru menunjukkan gambar “komputer laptop” dan bertanya “Gambar apa ini?”
Sambil bersamaan siswa menjawab: “Itu gambar komputer laptop”. Anda juga dapat
bertanya kepada siswa tentang metode ini satu per satu dengan menunjukkan gambar atau
benda yang berbeda kepada setiap siswa.
3. Metode pemberian
mengacu pada penggambaran detil dari objek atau aktivitas. Bentuk pemberian detail
dapat berupa struktur objek atau langkah-langkah kegiatan. Misalnya, mintalah siswa
untuk memperhatikan benda atau gambar. Berikutnya, mintalah siswa untuk
mendeskripsikan atau menguraikan apa yang guru tunjukkan kepada mereka. Misalnya,
guru menampilkan "tiga alat tulis". Oleh karena itu, siswa disebutkan melihat alat tulis,
"pensil, buku, penghapus".
4. Metode Mejawab Pertanyaan
Metode ini memancing siswa untuk berani bertanya jawab. Misalnya, guru dapat
meminta seorang siswa untuk memperkenalkan diri kepada siswa lain secara bergantian.
Metode ini dapat juga dilakukan dengan cara guru mengajukan sejumlah pertanyaan
kepda siswa tentang nama, alamat, atau hobi masingmasing siswa. Setiap siswa
diharapkan dapat menjawab setiap pertanyaan guru.
5. Metode Bertanya

Metode bertanya dapat dilakukan dengan caranya meminta siswa mengajukan pertanyaan
berbagai hal tentang suatu benda, di antaranya mengenai gunanya, cara membuat dimana
benda itu, dijualnya dimana, terbuat dari apa. Misalnya tentang pensil,dimana pensil
dibuat, dimana dijual, dan apa kegunaannya. Untuk menerapkan metode ini, sebaiknya
guru terlebih memberikan contoh untuk mengajukan pertanyaan

6. Metode desain gambar


Metode bergambar dapat diterapkan oleh guru dengan menunjukkan gambar atau
rangkaian gambar. Atur siswa untuk memperhatikan gambar, kemudian guru meminta
siswa untuk berbicara tentang gambar.
7. Metode bercerita
Misalnya, mintalah siswa untuk bercerita tentang pengalaman, kenangan atau peristiwa
yang mereka alami, atau peristiwa yang dirancang dengan baik. Misalnya, guru meminta
siswa sebelum kelas menceritakan tentang upacara bendera yang diadakan Senin lalu
8. Metode Bermain Peran
Metode ini dapat dilakukan dengan menugaskan siswa untuk memainkan peran orang
terkenal. Oleh karena itu, bermain peran dan berbicara peran diajarkan kepada siswa.
(suyatno, 2004)mencatat dalam bukunya Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra bahwa
teknik pembelajaran berbicara dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.: a.
Wawancara b. Cerita Berpasangan c. Pidato Tanpa Teks d. Pidato dengan Teks e.
Mengomentari Film/Sinetron/Cerpen/Novel f. Debat g. Menjadi Pembawa Acara h.
Memimpin Rapat i. Menerangkan Penggunaan Obat/Makanan/Minuman/Benda lainnya j.
Bermain Peran k. Info Berantai l. Cerita Berangkai

c. Penilaian Keterampilan Berbicara

Keterampilan bahasa lisan sangat kompleks karena tidak hanya perlu memahami masalah yang
akan diberitakan, tetapi juga membutuhkan kemampuan menggunakan alat verbal dan nonverbal.
Oleh karena itu, banyak aspek atau faktor yang harus ditentukan dalam penilaian pembelajaran
lisan. Namun demikian, meskipun banyak kendala, upaya evaluasi dalam pembelajaran lisan
harus didorong dan dilaksanakan. Guru dapat menggunakan tiga jenis tes penilaian untuk
mengukur kemampuan lisan siswa, yaitu:

(1) Tes respon terbatas ini digunakan untuk mengukur kemampuan lisan siswa secara terbatas
atau singkat, termasuk tes untuk tes jenis ini.

 Tes respons yang ditargetkan, mengharuskan siswa untuk meniru petunjuk yang
diberikan oleh guru,
 Tujuan tes logo atau tanda gambar adalah untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa
kelas bawah dengan menggunakan gambar sederhana sebagai dasar bertanya.
 Menguji dengan lantang, guru meminta siswa membacakan dengan lantang kalimat atau
paragraf yang disediakan dalam bentuk kalimat lepas dan paragraf lengkap,
(2) Tes instruktif, terkadang menuntut guru memberikan bimbingan untuk mendorong siswa
mendemonstrasikan keterampilan lisannya. Tes terpandu termasuk tes parafrase, tes penjelasan
dan tes bermain peran terpandu.

(3) tes wawancara ini tidak hanya sebatas menanyakan nama siswa, usia, pekerjaan kepada
orang yang diwawancarai. Penilaian keterampilan berbicara dilaksanakan untuk mengetahui
kemampuan pembelajar dalam menggunakan bahasa secara lisan untuk menyampaikan pikiran,
perasaan, dan keberadaannya. (Supryadi, 2013)menyatakan bahwa “tes berbicara umumnya
dianggap tes yang paling sukar. Salah satu sebabnya adalah bahwa hakikat keterampilan
berbicara itu sendiri sukar didefinisikan. Pengalaman dalam kenyataan menunjukkan bahwa ada
orang yang disebut pendiam, ada juga yang banyak bicara, tetapi kalau berbicara, kualitasnya
ditinjau dari segi pilihan kata, tata bahasa, dan penalarannya, orang yang termasuk banyak bicara
tadi belum tentu lebih baik. Orang yang pandai atau berpendidikan tinggi juga belum tentu
pembicaraannya lancar dan mudah dipahami.

D. PENUTUP

Pembelajaran berbicara harus diajarkan sesuai dengan persyaratan kursus. Tidak perlu lagi
belajar bahasa secara lisan, sehingga siswa yang belum memahami bahasa secara lisan bisa
menjadi mahir setelah menyelesaikan studinya. Belajar berbicara bukanlah pelajaran yang sia-
sia. Jika dipelajari dengan benar, pembelajaran ini akan sangat berarti. Pembelajaran berbicara
menuntut kreativitas guru untuk memodifikasi isi pembelajaran sesuai dengan kondisi dan
kondisi sekolah. Belajar berbicara di satu tempat atau daerah tidak bisa sama dengan belajar di
daerah tertentu. Diharapkan dengan artikel ini dapat meninjau kembali pengetahuan para guru
yang hampir melupakan pemahamannya tentang materi, metode, teknik, dan penilaian hasil
pembelajaran lisan. Saya berharap pembelajaran tidak lagi terbengkalai di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, M. . G., & Mukti, U. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Erlangga.
dewi, k. (2020). Meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui model pembelajaran role
playing berbantuan media audio visual. 25, 11.
NURGIYANTORO. (2001). PENILAIAN DALAM PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA.
BPEE.
Slamet, St. y, & Saddhono, K. (n.d.). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. karya
putra darwati.
Subana, M., & Sunarti. (n.d.). STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA
BERBAGAI PENDEKATAN METODE TEKNIK DAN MEDIA PENGAJARAN. cv pustaka setia.
Supryadi. (2013). Evluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. UNG Press.
suyatno, S. (2004). Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. SIC.
Tambunan, P. (n.d.). PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SEKOLAH DASAR.
11.
Tarigan, H. G. (2015). BERBICARA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBICARA
(Review). PT.Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai