Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Model Sinektik...

158

PENERAPAN MODEL SINEKTIK BERORIENTASI AKTIVITAS


DAN KREATIVITAS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN
MENGUNGKAPKAN KARAKTERISASI TOKOH
DALAM TEKS BIOGRAFI

R. Rutiningsih

Abstract: Membaca dan menulis adalah dua keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk
dikuasai oleh siswa. Namun, hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Baleendah
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji: (a)
perbedaan aktivitas siswa menggunakan model pembelajaran sinektik dan model konvensional, (b)
perbedaan kreativitas siswa menggunakan model pembelajaran sinektik dan model konvensional,
(c) perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran sinektik dan model
konvensional, (d) korelasi antara kreativitas dan hasil belajar, dan (e) tanggapan pengamat dan
siswa terhadap penggunaan model sinektik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode campuran dengan desain tertanam. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
Negeri 1 Baleendah dan sampel acak dipilih dengan kelas X IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan
kelas X IPA 3 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes dan non-tes. Instrumen
tes yang digunakan adalah tes kemampuan siswa untuk mengekspresikan karakterisasi karakter
dan instrumen non-tes yang diterapkan adalah dalam bentuk kuesioner, observasi, dan wawancara.
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1)
Kegiatan siswa yang menggunakan model synectics lebih baik daripada yang menggunakan yang
konvensional. Ini didukung oleh data indeks gain dengan perbandingan yang mencapai rata-rata
35,64: 21,50. 2) Kreativitas siswa yang menggunakan model sinektik lebih baik daripada yang
menggunakan model konvensional. Ini didukung oleh data indeks gain dengan perbandingan
yang mencapai rata-rata 16,20: 13,46. 3) Hasil belajar siswa yang menggunakan model sinektik
lebih baik daripada yang menggunakan model konvensional. Ini didukung oleh data indeks gain
dengan perbandingan yang mencapai rata-rata 21,12: 18,34. 4) Ada hubungan antara kreativitas
dan hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,875 di kelas dengan model sinektik
dan 0,824 di kelas dengan pembelajaran konvensional. 5) Tanggapan siswa dan pengamat terhadap
model pembelajaran sinektik sangat positif dengan skor kuesioner rata-rata yang mencapai 43,58
dan 46,50 yang tergolong kategori sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut, model synektik dalam
kegiatan belajar mengajar sangat cocok digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran untuk mengekspresikan karakterisasi karakter dalam teks biografi.

Keywords: synectics model, activity, creativity, learning outcomes, biography text

PENDAHULUAN membaca yang bersifat mekanis


Arus informasi yang sangat deras dilakukan dengan membaca nyaring,
dan tak terbendung pada abad membaca bersuara, sedangkan untuk
ini membuat peserta didik harus keterampilan membaca pemahaman
memiliki keterampilan membaca dilakukan dengan membaca dalam
sesuai dengan jenis kepentingannya. hati.
Tarigan (2015:12) mengemukakan dua Pada pelaksanaan
aspek penting dalam membaca, yaitu pembelajaran membaca, keterampilan
keterampilan yang bersifat mekanis membaca secara langsung
(mechanical skills) dan keterampilan berhubungan dengan keterampilan
yang bersifat pemahaman menulis. Dengan membaca, peserta
(comprehension skills). Keterampilan didik akan memiliki wawasan yang
159 Wistara, Vol. I, No. 2, Agustus 2018

luas, karakter yang positif, dan bahwa membaca dan mengarang


perbendaharaan kata yang semakin berkaitan erat, walaupun kedua-
banyak. Hal ini akan berpengaruh nya merupakan kemampuan-
baik pada aktivitas menulis yang kemampuan bahasa yang sangat
dilakukannya. Peserta didik yang berbeda.
jarang membaca akan mengalami
kesulitan ketika harus melakukan Berdasarkan penjelasan
aktivitas menulis karena terbatasnya tersebut dapat dikatakan bahwa
wawasan dan kebahasaannya. menulis dan membaca merupakan
Sekaitan dengan aktivitas kemampuan berbahasa yang berbeda,
membaca dan menulis, Dalman tetapi keduanya saling terkait dalam
(2015: 9) menjelaskan bahwa meningkatkan pengetahuan dan daya
menulis adalah kegiatan berbahasa nalar seseorang. Peserta didik yang
yang bersifat produktif, sedangkan terampil menulis merupakan orang
membaca adalah kegiatan berbahasa yang memiliki banyak wawasan.
yang sifatnya reseptif dan keduanya Untuk memperoleh wawasan yang
merupakan aktivitas berbahasa luas dapat dilakukan dengan membaca.
ragam tulis. Pada aktivitas menulis Dengan demikian pengembangan
seseorang mengungkapkan hasil kedua keterampilan ini perlu mendapat
pikiran dan perasaannya melalui prioritas yang sama.
pemilihan kata yang selektif dan Tim Kemdikbud (2016:6)
mengemasnya menjadi sebuah tulisan menjelaskan bahwa kemampuan
yang bermakna. Berbeda halnya membaca dan menulis sangat
dengan aktivitas membaca yang diperlukan untuk membangun sikap
menekankan pada memaknai lambang kritis dan kreatif terhadap berbagai
bunyi tertulis dan mengolah informasi fenomena kehidupan yang mampu
yang tertuang dalam tulisan tersebut. menumbuhkan kehalusan budi,
Walaupun keduanya berbeda dalam kesetiakawanan, dan sebagai bentuk
aktivitas mental kegiatan berbahasa, upaya melestarikan budaya bangsa.
tetapi keduanya berhubungan dengan Melalui kegiatan pembelajaran dan
kegiatan berbahasa tulis. pelaksanaan tes hasil belajar, peserta
Tampubolon (2015: 7) didik diarahkan untuk menguasai
menjelaskan keeratan membaca dan kedua keterampilan tersebut.
menulis sebagai berikut. Dalam kenyataannya, banyak
peserta didik yang belum menguasai
Dalam membaca tingkat lanjut, kedua keterampilan berbahasa
pembaca memperoleh dua jenis tersebut. Berdasarkan hasil observasi
pengetahuan, yaitu informasi- pelaksanaan pembelajaran membaca
informasi baru dari bacaan dan menulis di SMAN 1 Baleendah
dan cara-cara penyajian dalam pada peserta didik kelas X diketahui
karangan. Selain memperkaya bahwa respons peserta didik pada
pengetahuan, membaca lanjut pembelajaran tersebut terlihat kurang
juga meningkatkan daya nalar. positif dan terkesan tidak tertarik.
Kedua hal tersebut dapat membina Aktivitas peserta didik dalam
dan meningkatk an kemampuan
pembelajaran rendah. Kreativitas
mengarang dalam diri pembaca.
Faktor-faktor kognitif inilah yang peserta didik dalam menyampaikan
menjadi alasan untuk mengatakan gagasan belum tampak dan hasil
Penerapan Model Sinektik... 160

belajar belum maksimal. mengetahui definisi biografi. Haryanta


Temuan tersebut senada (2012:22) mengemukakan, bahwa
dengan yang diungkapkan oleh guru biografi adalah buku yang isinya
bahasa Indonesia kelas X di SMAN 1 mengisahkan riwayat hidup seseorang
Baleendah yang penulis wawancarai. dan memberikan informasi tentang
Pengolahan data penilaian akhir perkembangan pribadi maupun
semester menunjukkan hasil yang mengenai karyanya, yang dihubungkan
masih jauh dari kriteria ketuntasan dengan keadaan zaman tertentu.
minimal, yaitu 56,89 dari KKM Sebagai sebuah genre teks,
75. Hasil tersebut mengindikasikan teks biografi dibangun oleh sebuah
bahwa kompetensi peserta didik dalam struktur. Struktur teks biografi menurut
membaca dan menulis masih rendah. Kosasih (2014:157) adalah sebagai
Oleh karena itu, perlu dirancang berikut.
kegiatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas, kreativitas, . Orientasi atau setting: Orientasi
dan hasil belajar peserta didik. merupakan bagian yang menjelaskan
Pembelajaran mengungkapkan pengenalan tokoh yang berisi
karakterisasi tokoh dalam teks gambaran awal tokoh yang diceritakan
dalam biografi tersebut.
biografi merupakan pembelajaran
. Peristiwa dan Masalah: Bagian
membaca yang berdampingan peristiwa atau kejadian yang berisi
dengan keterampilan menulis. Dalam sebuah peristiwa atau kejadian
praktiknya, setelah peserta didik pernah dialami, termasuk didalamnya
membaca sebuah teks biografi, peserta berisi tentang masalah yang pernah
didik harus dapat mengugkapkan isi dihadapinya dalam tujuan serta
bacaan tersebut dengan mengacu pada cita-citanya. Hal-hal yang menarik,
pertanyaan-pertanyaan dari tingkat mengagumkan, mengesankan, dan
ingatan sampai pada mengkreasi mengharukan pernah dialami tokoh
yang merupakan ranah kognitif diuraikan dalam bagian ini.
tertinggi dalam taksonomi berpikir. . Reorientasi: Reorientasi adalah bagian
penutup yang berisi pandangan penulis
Penyampaian isi bacaan tersebut
terhadap tokoh yang bersifat opsional
dilakukan secara tertulis. artinya dapat ada atau tidak.
Hal ini dapat diperoleh melalui
pembelajaran berbasis keterampilan Berdasarkan pendapat tersebut,
abad XXI atau dikenal dengan istilah struktur teks biografi yang baik
4C (Creative, Critical thinking, sekurang-kurangnya dibangun oleh
Communicative, dan Collaborative) orientasi atau setting dan peristiwa
yang diintegrasikan dengan PPK serta masalah. Untuk bagian reorientasi
(Penguatan Pendidikan Karakter), bersifat manasuka. Tidak setiap teks
Literasi, dan HOTS (Hight Order biografi dilengkapi dengan bagian ini.
thinking of Skills). Dalam https:// Semua bergantung pada pertimbangan
mbscenter.or.id/site/page/id/553 penulisnya.
dijelaskan, bahwa desain pembelajaran Sebuah teks tidak akan tercipta
seperti ini yang dituju oleh Kurikulum tanpa adanya bahasa. Beberapa
2013. Pembelajaran berpusat pada kaidah kebahasaan teks biografi
peserta didik. adalah seperti yang dijalaskan oleh
Untuk memahami tulisan Tim Kemdikbud (2015:235), yaitu:
berbentuk biografi, kita perlu
161 Wistara, Vol. I, No. 2, Agustus 2018

menggunakan pronomina (kata ganti) terjadi karena setiap orang memiliki


orang ketiga tunggal ia atau dia atau keyakinan sendiri tentang gagasan
beliau; banyak menggunakan kata perbuatan baik atau buruk. Berbagai
kerja tindakan, adjektiva, kata kerja kebijakan yang terdapat dalam diri
pasif, banyak menggunakan kata kerja seseorang turut mewarnai karakter
yang berhubungan dengan aktivitas seseorang. Kebajikan seseorang dapat
mental dan kata sambung, kata depan, ditumbuhkan melalui pembiasaan
ataupun nomina yang berkenaan berbuat baik.
urutan dengan waktu. Upaya meningkatkan hasil
Berkaitan dengan karakterisasi belajar peserta didik yang memadukan
tokoh, Permadi dan Arifin (2016:6) keterampilan membaca dan menulis
menjelaskan definisi karakter sebagai pada pembelajaran mengungkapkan
berikut. karakterisasi tokoh dalam teks
biografi dapat diciptakan melalui
Kata karakter berasal dari bahasa model pembelajaran yang mendorong
Latin Character yang berarti alat keaktifan dan kreativitas peserta didik.
memahat/mengukir. Character Hal ini sejalan dengan pendapat Abidin
adalah watak atau sifat seseorang (2015:187) yang menyatakan, bahwa
yang tumbuh dan berkembang
pembelajaran menulis sebaiknya
bersama temperamen. Sifat
dikemas melalui penciptaan sejumlah
seseorang yang sudah melekat
sejak manusia itu hadir ke dunia aktivitas yang harus dilakukan oleh
bisa berubah, tetapi mungkin juga peserta didik selama pembelajaran
tidak berubah. secara aktif dan kreatif.
Model pembelajaran yang
Pendapat tersebut menjelaskan dianggap mampu untuk meningkatkan
bahwa karakter adalah sifat aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar
bawaan individu yang berkembang peserta didik pada pembelajaran
bersama temperamen. Akan tetapi, mengungkapkan karakterisasi tokoh
lingkungan memiliki andil dalam dalam teks biografi adalah sinektik
pembentukan karakter seseorang. yang digagas oleh Gordon. Joyce
Penciptaan lingkungan yang baik akan dkk. (2016:250) menjelaskan, bahwa
berdampak baik bagi pembentukan sinektik dirancang untuk memberikan
karakter seorang anak, demikian pula peluang kepada pembelajar
sebaliknya menemukan cara baru dalam melihat
Pusat Kurikulum Nasional segala hal, mengekspresikan diri, dan
dalam Suparno (2015:28) mendekati masalah.
menjelaskan, bahwa karakter adalah Sinektik adalah salah satu
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian model pembelajaran yang termasuk ke
seseorang yang terbentuk dari hasil dalam rumpun model the information
internalisasi berbagai kebajikan models. Feldhusen & Treffinger
(virtues) yang diyakini dan digunakan dalam Munandar (2014:200)
sebagai landasan untuk cara pandang, menjelaskan, bahwa teknik sinektik
berpikir, bersikap, dan bertindak. yang dikembangkan oleh William J.J.
Dalam menghadapi permasalahan Gordon merupakan teknik berpikir
yang sama, setiap orang akan bersikap kreatif yang menggunakan analogi
berbeda dengan yang lainnya. Hal itu dan metafor (kiasan) untuk membantu
pemikir menganalisis masalah dan
Penerapan Model Sinektik... 162

mengembangkan berbagai sudut kombinasi yang digunakan pada


tinjau. penelitian ini yaitu Embedded Design
Model pembelajaran sinektik (penyisip). Metode penelitian ini
merupakan model yang tepat sebenarnya merupakan penguatan
digunakan dalam pembelajaran saja dari proses penelitian yang
bahasa, khususnya dalam keterampilan menggunakan meode tunggal
menulis. Model ini memberikan (kualitatif ataupun kuantitatif), karena
kebebasan kepada peserta didik untuk pada metode penyisipan (embedded
berkreasi dengan tulisannya. Hal apa design) peneliti hanya melakukan
pun yang dituangkan peserta didik mixed (campuran) pada bagian tertentu
dalam karangannya merupakan bentuk dengan pendekatan kualitatif pada
kreativitas yang berharga. penelitian yang berkarakter kuantitatif.
Permasalahan yang menjadi Demikian pula sebaliknya (Indrawan
kajian dalam penelitian ini adalah dan Yaniawati, 2014: 84).
sebagai berikut: (1) Apakah aktivitas Proses pengumpulan data
peserta didik yang menggunakan kuantitatif dilakukan melalui penilaian
model pembelajaran sinektik lebih aktivitas belajar, tes kreativitas, tes
baik dibandingkan dengan peserta hasil belajar, dan angket. Sedangkan,
didik yang menggunakan model pengumpulan data kualitatif dilakukan
pembelajaran konvensional? (2) melalui observasi keterlaksanaan
Apakah kreativitas peserta didik yang model pembelajaran sinektik dan
menggunakan model pembelajaran wawancara kepada peserta didik
sinektik lebih baik dibandingkan mengenai pemanfaatan model sinektik
dengan yang menggunakan model pada pembelajaran mengungkapkan
pembelajaran konvensional? (3) karak-terisasi tokoh dalam teks
Apakah hasil belajar peserta didik yang biografi.
menggunakan model pembelajaran Metode Concurrent Embedded
sinektik lebih baik dibandingkan Strategy ini menggunakan dua
dengan yang menggunakan model kelas, yaitu kelas kontrol dan
pembelajaran konvensional? (4) kelas eksperimen. Kedua kelas ini
Apakah terdapat korelasi antara dipilih berdasarkan kehomogenan
kreativitas dan hasil belajar peserta kemampuan kelas dan dipilih secara
didik yang menggunakan model bertujuan (purposive sample). Dari
pembelajaran sinektik dengan yang kelas yang terpilih, kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran diberi pembelajaran dengan model
konvensional? (5) Bagaimanakah sinektik, sedangkan kelas kontrol diberi
tanggapan peserta didik dan pengamat model pembelajaran konvensional.
tehadap pemanfaatan model sinektik Penelitian ini dilaksanakan di
pada pembelajaran mengungkapkan SMA Negeri 1 Baleendah, Jalan R.A.A.
karakterisasi tokoh dalam teks Wiranatakusumah No. 30 Kelurahan
biografi? Baleendah, Kecamatan Baleendah,
Kabupaten Bandung. Populasi yang
METODE digunakan dalam penelitian ini adalah
Jenis penelitian yang diterapkan peserta didik kelas X SMA Negeri 1
dalam penelitian ini adalah penelitian Baleendah Kabupaten Bandung tahun
eksperimen dengan menggunakan pelajaran 2017/2018.
Mixed Methods. Metode penelitian Pemilihan sampel dilakukan
163 Wistara, Vol. I, No. 2, Agustus 2018

secara random sampling, yaitu bahwa terdapat perbedaan skor


pengambilan sampel secara acak rerata yang bermakna dari dua kelas
tanpa memperhatikan strata yang ada penelitian. Dengan demikian, penulis
dalam polulasi itu. Pemilihan sampel menyimpulkan bahwa aktivitas
secara acak dilakukan karena populasi peserta didik yang menggunakan
bersifat homogen. Sampel yang model pembelajaran sinektik lebih
dipilih dua kelas, satu kelas untuk baik dibandingkan dengan peserta
kelas eksperimen yang memperoleh didik yang menggunakan model
pembelajaran dengan model sinektik pembelajaran konvensional.
dan satu kelas kontrol yang memperoleh
pembelajaran konvensional. Instrumen 2. Kreativitas Peserta Didik
yang akan digunakan dalam penelitian Tes kreativitas diberikan
ini berbentuk tes dan nontes. Semua pada kedua kelas penelitian. Hasil
instrumen bisa digunakan dalam tes kreativitas menunjukkan, bahwa
penelitian ini setelah melalui uji peserta didik kelas eksperimen pada
validitas dan reliabilitas. kegiatan pretes memperoleh skor
total sebesar 439 dengan rerata 13,30.
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan pembelajaran
1. Aktivitas Peserta Didik dengan menggunakan model sinektik
Hasil pengamatan pada kedua (post-test) peserta didik memperoleh
kelas penelitian dijelaskan melalui skor total kreativitas sebesar 649
perolehan data masing-masing kelas. dengan rerata 19,09. Skor total pretes
Kelas eksperimen (model sinektik) peserta didik pada kelas kontrol adalah
mendapat skor total dari Pengamat 467 dengan rerata 13,34. Setelah
I sebesar 1172 dengan rerata 35,52, melakukan pembelajaran dengan
dan dari Pengamat II memperoleh menggunakan model konvensional
skor total sebesar 1180 dengan rerata (post-test) peserta didik memperoleh
35,76. Sedangkan, kelas kontrol skor total kreativitas sebesar 475
(model konvensional) mendapat skor dengan rerata 13,57.
total dari Pengamat I sebesar 745 Kreativitas peserta didik pada
dengan rerata 21,29 dan dari Pengamat kelas eksperimen mencapai skor rerata
II memperoleh skor total sebesar 760 indeks gain 16,20, sedangkan skor
dengan rerata 21,71. rerata indeks gain kreativitas peserta
Secara keseluruhan aktivitas didik kelas kontrol adalah 13,46.
peserta didik pada kelas eksperimen Berdasarkan Hasil uji
lebih tinggi dibandingkan dengan perbandingan data ditemukan nilai
peserta didik kelas kontrol. Aktivitas signifikansi (Sig.(2-tailed)) sebesar
peserta didik pada kelas eksperimen 0,000. Nilai signifikansi pengujian
mencapai skor rerata indeks gain tersebut < 0,05. Hal ini menunjukkan
35,64, sedangkan skor rerata indeks bahwa terdapat perbedaan skor
gain aktivitas peserta didik kelas rerata kreativitas yang bermakna
kontrol adalah 21,50. dari dua kelas penelitian. Dengan
Berdasarkan Hasil uji demikian, penulis menyimpulkan
perbandingan data ditemukan nilai bahwa kreativitas peserta didik yang
signifikansi (Sig.(2-tailed)) sebesar menggunakan model pembelajaran
0,000. Nilai signifikansi pengujian sinektik lebih baik dibandingkan
tersebut < 0,05 yang menunjukkan dengan peserta didik yang
Penerapan Model Sinektik... 164

menggunakan model pembelajaran konvensional.

3. Hasil Belajar Peserta Didik


Tes kemampuan mengungkapkan karakterisasi tokoh diberikan kepada
kedua kelas penelitian. Hasil penilaian terhadap pretes diketahui, bahwa peserta
didik kelas eksperimen memperoleh skor total sebesar 556 dengan rerata 16,85.
Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model sinektik (post-
test) peserta didik memperoleh skor total hasil belajar sebesar 838 dengan rerata
25,39. Peserta didik kelas kontrol pada kegiatan pretes memperoleh skor total hasil
belajar sebesar 632 dengan rerata 18,06. Setelah melakukan pembelajaran dengan
menggunakan model konvensional (post-test) peserta didik memperoleh skor total
hasil belajar sebesar 652 dengan rerata 18,63.
Hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen mencapai skor rerata
indeks gain 21,12, sedangkan skor rerata indeks gain kreativitas peserta didik kelas
kontrol adalah 18,34. Untuk mengetahui kebermaknaan hasil belajar peserta didik,
dilakukan pengujian data rerata hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol menggunakan Mann Whitney Test dengan taraf signifikasinya
0,05.

Uji Perbandingan Hasil Belajar


pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

Test Statisticsa
Hasil Belajar
Mann-Whitney U 1697.000
Wilcoxon W 4182.000
Z -2.677
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
a. Grouping Variable: Kelompok Data

Berdasarkan Hasil uji perbandingan data ditemukan nilai signifikansi (Sig.


(2-tailed)) sebesar 0,007. Nilai signifikansi pengujian tersebut < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor rerata hasil belajar yang bermakna
dari dua kelas penelitian. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa hasil
belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran sinektik lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.

4. Korelasi Antara Kreativitas dan Hasil Belajar


Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran sinektik diperoleh
bahwa nilai koefisien korelasi antara kemampuan mengungkapkan karakteri-sasi
tokoh dan kreativitas mengungkapkan karakterisasi tokoh sebesar 0,875 dengan
signifikansi (Sig.(2-tailed)) = 0,000 yang menunjukkan tanda positif. Hal ini
berarti bahwa ada hubungan searah antara dua kemampuan yang diuji. Artinya,
jika kemampuan mengungkapkan karakterisasi tokoh meningkat, akan diikuti oleh
meningkatnya kreativitas.
Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh
165 Wistara, Vol. I, No. 2, Agustus 2018

bahwa nilai koefisien korelasi yang diisi oleh pengamat dengan skala
antara kemampuan mengungkapkan penilaian menggunakan rentang skor
karakterisasi tokoh dan kreativitas 1 – 5.
sebesar 0,824 dengan signifikansi (Sig. Hasil pengamatan
(2-tailed)) = 0,000 yang menunjukkan menunjukkan bahwa Pengamat I
tanda positif. (P01) memberi skor 100 dengan
Dengan demikian, dapat rerata 4,83 dan Pengamat II (P02)
diketahui bahwa korelasi antara memberi skor 103 dengan rerata
kemampuan mengungkapkan 4,09. Penggabungan nilai dari kedua
karakterisasi tokoh dan kreativitas pengamat menghasilkan rerata skor
mengungkapkan karakterisasi tokoh 101,5. Berdasarkan kategori yang
menunjukkan adanya hubungan telah ditentukan, skor tersebut berada
yang searah antara dua kemampuan pada kategori sangat baik. Oleh karena
yang diuji. Artinya, jika kemampuan itu, penulis menyimpulkan bahwa
mengungkapkan karakterisasi model sinektik pada pembelajaran
tokoh meningkat, akan diikuti oleh mengungkapkan karakterisasi dalam
meningkatnya kreativitas peserta didik teks biografi sudah terlaksana dengan
pada pemblajaran tersebut. sangat baik.

5. Tanggapan Peserta Didik dan 6. Wawancara


Pengamat tehadap Model Sinek- Wawancara diperlukan untuk
tik melengkapi data kuantitatif yang
Hasil pengolahan data diperoleh dari tes kreativitas dan hasil
menunjukkan bahwa skor rerata angket belajar mengungkapkan karakterisasi
pada kelas eksperimen mencapai 43,58. tokoh dalam teks biografi, angket skala
(kategori sangat baik), sedangkan sikap, maupun observasi aktivitas
pada kelas konvensional diperoleh peserta didik. Wawancara yang
skor rerata 33,43 (kategori sedang). dilakukan berkenaan dengan penerapan
Rerata skor angket dari Pengamat I model sinektik dalam pembelajaran
adalah 46 dan dari Pengamat II adalah mengungkapkan karakterisasi tokoh
47. Rerata skor dari kedua pengamat dalam teks biografi.
adalah 46,5. Berdasarkan kategorinya, Intinya, peserta didik
skor tersebut berada pada kategori berpendapat bahwa model
sangat baik. Dengan demikian dapat pembelajaran sinektik menyenangkan,
disimpulkan bahwa tanggapan Peserta meningkatkan aktivitas dan kreativitas
didik dan pengamat terhadap model peserta didik. Mereka menambahkan
pembelajaran sinektik adalah positif. bahwa teks biografi yang dipelajari
agar bervariasi dan diselipkan adanya
Keterlaksanaan Model game dalam pembelajaran.
Pembelajaran Sinektik Berdasarkan deskripsi
Penjaringan data melalui wawancara tersebut, penulis
instrumen ini dilakukan untuk menyimpulkan bahwa peserta didik
mengetahui model pembelajaran menyambut sangat positif penggunaan
sinektik yang dirancang dalam model sinektik pada pembelajaran
penelitian ini sudah terlaksana mengungkapkan karakterisasi tokoh
sepenuhnya atau belum. Untuk itu, dalam teks biografi. Mereka berharap
penulis menyiapkan lembar observasi model pembelajaran seperti ini
Penerapan Model Sinektik... 166

bisa terus dikembangkan dan dapat capai rerata skor 43,58 dan 46,50
diterapkan pada pembelajaran lainnya. dalam kategori sangat baik.
Berdasarkan simpulan tersebut
SIMPULAN ada saran yang perlu disampaikan
Berdasarkan hasil penelitian dan dalam upaya meningkatkan hasil
pembahasan yang telah dikemukakan, belajar peserta didik melalui penerapan
penulis dapat menyimpulkan sebagai model sinektik berorientasi aktivitas
berikut. dan kreativitas pada pembelajaran
1. Aktivitas peserta didik yang mengungkapkan karakterisasi tokoh
melakukan pembelajaran dengan dalam teks biografi, yaitu bahwa model
menggunakan model pembelaja- pembelajaran sinektik merupakan
ran sinektik adalah sangat tinggi model pembelajaran yang menarik dan
dibandingkan peerta didik yang menyenangkan bila dirancang dengan
menggunakan model pembelajaran baik. Akan tetapi, pengelolaan kelas
konvensional dengan perolehan perlu dioptimalkan oleh pendidik
skor rerata indeks gainnya adalah agar pembelajaran dan hasil belajar
35,64 : 21,50. Hal ini menunjukkan dapat sesuai dengan waktu yang
bahwa aktivitas peserta didik yang direncanakan.
menggunakan model pembelajaran
sinektik lebih baik dibandingkan DAFTAR PUSTAKA
model pembelajaran konvensional. Abidin, Yunus. 2015. Pelajaran
2. Kreativitas peserta didik yang Membaca Berbasis Pendidikan
menggunakan model pembelajaran Karakter. Bandung: Refika
sinektik lebih baik dibandingkan Aditama.
dengan peserta didik yang meng- Dalman. 2016. Keterampilan Menulis.
gunakan model pembelajaran kon- Jakarta: Rajagrafindo Persada.
vensional. Perbandingan rerata in- Eri K, Desi. 2017. Mengintegrasikan
deks gainnya adalah 16,20 : 13,46. PPK, Literasi, 4C, dan HOTS
3. Hasil belajar peserta didik yang dalam membuat RPP Kurikulum
menggunakan model pembelajaran 2013 Terbaru Tahun Pelajaran
sinektik lebih baik dibandingkan 2017-2018. (Online) Tersedia:
dengan peserta didik yang meng- https://mbscenter.or.id/site/page/
gunakan model pembelajaran kon- id/553 diakses tgl 5 Agustus 2017
vensional. Perbanding-an rerata Hamalik, Oemar. 2015. Kurikulum
indeks gainnya adalah 21,12 dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
: 18,34. Aksara.
4. Terdapat korelasi antara kreativitas Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus
peserta didik dan hasil belajar pe- Sastra Indonesia dan Kebahasaan.
serta didik pada pembelajaran me- Surakarta: Aksarra Sinergi Media.
ngungkapkan karakterisasi tokoh Herdian. 2010. Kemampuan Berpikir
dalam teks biografi. Semakin baik Kreatif Siswa. (Online) Tersedia:
kreativitas peserta didik maka ke- https://herdy07.wordpress.
mampuan peserta didik dalam me- com/2010/05/27/kemampuan-
ngungkapkan karakterisasi tokoh berfikir-kreatif-siswa/ diakses tgl
juga akan semakin meningkat. 5 Agustus 2017
5. Tanggapan peserta didik dan pen- Indrawan, Rully dan Poppy Yaniawati.
gamat terhadap model pembelaja- 2014. Metodologi Penelitian,
ran sinektik adalah positif, men-
Penerapan Model Sinektik... 168

Bandung: Refika aditama.


Joyce, Bruce dkk. 2016. Models of
Teaching. Edisi Kesembilan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementerian Pendidikan dan
kebudayaan. 2015. Bahasa
Indonesia, Ekspresi Diri dan
Akademik. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan kebudayaan.
Kementrian Pendidikan dan
kebudayaan. 2016. Silabus Mata
PelajaranBahasa Indonesia,
Ekspresi Diri dan Akademik.
Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan kebudayaan.
Munandar, Utami. 2014.
Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014.
Penilaian Autentik. Jakarta:
Bumi Aksara
Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta:
RajaGrafindo.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tampubolon, DP. 2015. Kemampuan
Membaca, Teknik Membaca
Efektif dan Efisien. Bandung:
Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2015. Membaca
sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai