Anda di halaman 1dari 11

SANG PENCERAH

Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96

KEBIASAAN MEMBACA CERPEN DENGAN


KETERAMPILAN MENULIS NARASI

Cecep Nuryadin
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakukltas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiayh Buton
Email: cepnuryadin@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebiasaan siswa dalam membaca cerpen dan
mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Pengumpulan data menggunakan
metode kuesioner dan tes tulis. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan: (1) kebiasaan membaca
cerpen siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri dengan jumlah siswa 48 dapat diketahui bahwa
sebanyak 29 siswa (82,88%) berada pada kategori sedang, 13 siswa (11,71%) berada pada kategori
tinggi, dan 6 siswa (5,41%) berada pada kategori rendah; (2) keterampilan menulis narasi siswa
Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Kota Baubau dengan jumlah siswa 48 dapat diketahui bahwa
sebanyak 27 siswa (58,56%) berada pada kategori sedang, 12 siswa (17,12%) berada pada kategori
tinggi, dan 9 siswa (24,32%) yang berada pada kategori rendah. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kebiasaan membaca cerpen dengan keterampilan menulis narasi mempunyai
hubungan timbal balik. Hal ini dikarenakan dalam cerpen pasti terdapat narasi yang menjadi dasar
dalam sebuah cerpen.

Kata Kunci: Kebiasaan, Membaca Cerpen, Menulis Narasi

1. Pendahuluan khusus. Menulis bukanlah suatu pekerjaan

Sebagai salah satu keterampilan yang mudah dan dapat dimiliki oleh setiap

berbahasa, menulis merupakan kegiatan orang tanpa bekerja dan berlatih.

yang kompleks karena penulis dituntut Meskipun telah disadari bahwa

untuk dapat menyusun dan penguasaan bahasa tulis diperlukan dalam

mengorganisasikannya dalam formulasi kehidupan sehari-hari, dalam

ragam bahasa tulis. Melalui kegiatan kenyataannya pengajaran menulis kurang

menulis siswa dapat mengkomunikasikan mendapatkan perhatian. Umumnya, guru

ide/gagasan dan pengalamannya. Siswa dalam pembelajaran belum menggunakan

juga dapat meningkatkan dan memperluas metode yang bervariasi serta ketiadaan

pengetahuannya melalui tulisnnya. media. Akibatnya, kemampuan menulis

Mengingat besarnya manfaat yang dapat siswa menjadi rendah. Seorang guru dalam

dipetik dari menulis, sudah seharusnya pembelajaran menulis selalu mengadakan

pembelajaran menulis mendapat perhatian tanya jawab, menjelaskan konsep menulis,


SANG PENCERAH
Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96
Cecep Nuryadin: Hubungan Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Keterampilan Menulis…

meminta siswa membaca materi. dapat memudahkan dalam memahami


Demikian halnya dalam pembelajaran berbagai jenis tulisan sebagai pengayaan
berbicara seperti membaca teks pidato dalam menulis. Pengalaman-pengalaman
atau mendengarkan cerita. Pada kegiatan yang tertuang dalam tulisan orang lain
pembelajaran, siswa membuat teks pidato dapat menambah informasi dan
berupa tulisan atau ketika menjawab memberikan dorongan untuk menulis. Ide
pertanyaan terkait cerita yang telah dan pengetahuan baru dapat diperoleh
diperdengarkan, baik secara lisan ataupun ketika membaca. Oleh karena itu,
tertulis. Hal itulah yang mendukung kebiasaan membaca dan kemampuan
pendapat Farris tersebut bahwa menulis memiliki hubungan yang erat.
keterampilan yang satu berkait dengan Kurangnya minat dan kebiasaan
keterampilan lainnya. siswa dalam membaca sangat berpengaruh
Nurgiyantoro (2010: 422) dalam peningkatan kemampuan siswa
menegaskan bahwa kemampuan menulis dalam menulis. Hal ini disebabkan karena
merupakan aspek bahasa yang paling siswa terbiasa menggunakan bahasa lisan
rumit. Kemampuan menulis lebih sulit sebagai alat komunikasi langsung daripada
dikuasai dibandingkan tiga keterampilan bahasa tulis. Selain itu, penggunaan bahasa
bahasa yang lain bahkan oleh penutur asli lisan cenderung lebih mengarah pada
bahasa yang bersangkutan sekali pun. Hal bahasa yang tidak baku. Dengan demikian,
ini disebabkan keterampilan menulis kemampuan siswa dalam memperkaya
menghendaki penguasaan berbagai unsur kosakata pun mengalami kendala.
kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu Pengembangan ide dalam kegiatan
sendiri yang akan menjadi isi karangan, menulis pun mengalami kesulitan.
baik unsur bahasa maupun unsur isi Ada beberapa faktor yang
haruslah terjalin sehingga menghasilkan melatarbelakangi kurangnya minat siswa
karangan yang runtun dan padu. Oleh dalam membiasakan diri untuk membaca.
karena itu, agar dapat menulis sebuah Misalnya faktor internal, yaitu kurangnya
karangan atau teks, membaca teks atau minat dan kemamuan siswa untuk
karangan terkait sangat membantu untuk membaca. Faktor eksternal yaitu faktor
mengembangkan ide. Dengan terbiasa yang berasal dari luar diri siswa seperti
membaca, perbendaharaan kosakata yang lingkungan pergaulan siswa. Canggihnya
dimiliki akan semakin bertambah. teknologi yang berkembang sekarang ini
Demikian pula dengan terbiasa memahami mempermudah siswa dalam mencari
kalimat-kalimat yang ditulis orang lain informasi. Siswa tidak perlu bersusah

87
SANG PENCERAH
Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96
Cecep Nuryadin: Hubungan Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Keterampilan Menulis…

payah membaca buku hanya untuk merasa terbebani ketika mereka diminta
mencari informasi yang mereka butuhkan. untuk menulis karangan narasi.
Buku-buku teks dengan desain dan Kebiasaan membaca siswa kelas X
tulisan-tulisan yang terkesan di Madrasah Aliyah Negeri Kota Baubau,
membosankan juga dapat mengurangi terutama kebiasaan membaca cerpen yang
minat siswa untuk membaca. Informasi masih rendah menyebabkan siswa
dan contoh-contoh yang disajikan dalam kesulitan menemukan ide. Siswa
buku-buku pelajaran terkadang belum memerlukan waktu yang lama untuk
disesuaikan dengan perkembangan menemukan kalimat pertama dan kesulitan
informasi yang dapat membangkitkan memilih kosakata yang tepat. Hal itu
minat baca siswa. Hal itu menyebabkan terjadi karena kebiasaan membaca siswa
siswa kurang minat untuk membaca dan yang masih kurang, sehingga pengetahuan
menjadikan buku sebagai pilihan terakhir dan ide mereka terbatas. Oleh karena itu,
untuk mendapat informasi. Oleh karena perlu diketahui hubungan antara kebiasaan
itu, pembiasaan membaca siswa membaca cerpen dengan kemampuan
mengalami kendala karena kurang minat menulis narasi pada siswa.
dan motivasi yang dapat membangkitkan Tujuan penelitian ini adalah unutuk
kemauan siswa untuk membaca. mengetahui sejauh mana kebiasaan siswa

Pada kegiatan pembelajaran siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Kota


Baubau dalam membaca cerpen dan
Madrasah Aliyah Baubau Kelas X terdapat
mendeskripsikan kemampuan siswa Kelas X di
standar kompetensi tentang membaca
Madrasah Aliyah Negeri Kota Baubau dalam
cerpen dan menulis paragraf. Salah satu
menulis karangan narasi.
jenis paragraf dalam kegiatan
2. Metode Penelitian
pembelajaran menulis tersebut adalah
Metode penelitian dalam penelitian ini
menulis karangan narasi. Hasil wawancara
yaitu metode survey. Sugiono, (2014:17)
singkat dengan beberapa siswa
menjelaskan bahwa metode Survey adalah
menunjukkan siswa memiliki kendala
metode riset dengan menggunakan kuesioner
dalam penulisan karangan narasi dan sebagai instrument pengumpulan datanya.
kebiasaan membaca siswa masih kurang. Tujuannya untuk memperoleh informasi
Siswa merasa malas dan enggan ketika tentang sejumlah responden yang dianggap
diminta membaca cerpen. Hal itu mewakili populasi tertentu. Secara umum
menyebabkan siswa membutuhkan waktu metode survei terdiri dari dua jenis, yaitu

yang relatif lama untuk menghasilkan deskriptif dan eksplanatif (analitik) sedangkan

sebuah karangan narasi. Selain itu, siswa jenis penelitian ini merupakan jenis

88
SANG PENCERAH
Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96
Cecep Nuryadin: Hubungan Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Keterampilan Menulis…

penelitian ex post facto, yaitu jenis 6. X.6 9 16 25


penelitian yang menjelaskan mengapa dan 7. X.7 11 13 24

bagaimana suatu variabel dapat Jumlah 79 88 167

berhubungan dan mempengaruhi variabel Sumber: Tata Usaha Madrasah Aliah Negeri
Kota Baubau
lain.
Penelitian ex post facto merupakan Sampel
penelitian untuk menjelaskan atau Sampel adalah sebagian atau wakil
menemukan bagaimana variabel-variabel populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:
dalam penelitian saling berhubungan atau 131). Sampel harus mewakili populasi atau
berpengaruh. Selain itu jenis penelitian ini sampel merupakan populasi dalam bentuk
menjelaskan gejala-gejala atau perilaku itu kecil. Sampel penelitian ini diambil
terjadi. Sugiono, (2014:19). dengan menggunakan proporsional
Populasi dan Sampel random sampling. Untuk menentukan
Populasi besarnya sampel menurut Arikunto (2006:
Populasi adalah wilayah generalisasi
130) apabila sampel kurang dari 100, lebih
yang terdiri atas objek atau subjek yang
baik diambil semua sehingga penelitiannya
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
penelitian populasi. Jika populasinya lebih
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
besar dapat diambil antara 10-15% atau
kemudian ditarik kesimpulannya (Arikunto,
20-25% atau lebih. Dengan menggunakan
2006: 89). Populasi ini terdiri dari sejumlah
objek yang akan diteliti dan paling sedikit contoh variabel di atas, sampel dapat
mempunyai karakteristik atau sifat yang sama. berupa beberapa siswa dari seluruh siswa
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X. Hal ini juga dimaksudkan agar
Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Kota populasi memiliki kesempatan atau
Baubau. peluang yang sama sebagai sampel

Tabel 3.1 Populasi Kelas X Madrasah Aliah


penelitian dan sampel dalam penelitian ini

Negeri Baubau adalah kelas X.1 dan X.2 yang jumlahnya


48 orang siswa atau 25% dari jumlah
No. Kelas Laki- Perempuan Jumlah
keseluruhan.
laki
Teknik Pengumpulan Data
1. X.1 15 10 25
Teknik Angket
2. X.2 12 11 23
Teknik angket digunakan untuk
3. X.3 12 11 23
memperoleh data mengenai kebiasaan
4. X.4 8 14 22
5. X.5 12 13 25 membaca cerpen. Metode yang digunakan
adalah metode angket tertutup, artinya

89
SANG PENCERAH
Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96
Cecep Nuryadin: Hubungan Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Keterampilan Menulis…

angket tersebut dilaksanakan secara Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data


langsung kepada responden untuk diisi Kebiasaan Membaca Cerpen
sesuai petunjuk atau ketentuan. Angket Interval Frekuen Frekuens Persentas Persenta
si i e (%) se Kumulatif
berupa pernyataan yang berkaitan dengan Kumulat (%)
70 – 83 3 3 7.2% 7.2%
if
kebiasaan membaca yang sesuai dengan
84 – 98 13 12 34.2% 41.1%
kisi-kisi kebiasaan membaca.
99 – 113 22 20 43.2% 84.7%
Teknik Tes
114 – 128 7 13 10.8% 95.5%
Teknik ini digunakan untuk
129 – 143 3 48 4.5% 100%
memperoleh data tentang kemampuan
menulis narasi. Tes menulis narasi ini Total 48 100%

berupa permintaan untuk membuat sebuah Untuk menganalisis suatu variabel,


karangan narasi. Teknik tes adalah diperlukan kategori skor variabel. Oleh
serentetan pertanyaan atau latihan serta sebab itu, untuk mengetahui skor variabel
alat yang digunakan untuk mengukur diperlukan perhitungan mean dan standar
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, deviasi ideal, sehingga untuk mengetahui
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh kecenderungan masing-masing skor
individu atau kelompok (Arikunto, 2006: variabel digunakan skor ideal dari subjek
127). penelitian sebagai criteria perbandingan.
3. Pembahasan Pengidentifikasian kecenderungan variabel
Variabel Kebiasaan Membaca Cerpen kebiasaan membaca cerpen dikategorikan
Variabel bebas dalam penelitian ini menjadi tiga macam dengan ketentuan
adalah kebiasaan membaca cerpen. sebagai berikut.
Intrumen yang digunakan dalam penelitian a. Tinggi : MI + SDI ke atas

adalah angket tertutup sejumlah 40 butir b. Sedang : (MI - SDI) - (MI + SDI)

pertanyaan dengan skor antara 4-1. Skor c. Rendah : MI - SDI ke bawah

tertinggi yang mungkin dicapai oleh siswa Harga mean ideal (MI) dan standar
adalah 160, dan skor terendah yang deviasi ideal (SDI) dihitung berdasarkan
mungkin dicapai oleh siswa adalah 40. norma berikut ini.
Skor tertinggi yang diperoleh dari data MI = ½ (skor tertinggi ideal + skor
adalah 143 dan skor terendah yang terendah ideal)
1
diperoleh dari data adalah 73. Berdasarkan SDI = /6 (skor tertinggi ideal - skor
data tersebut diperoleh pula rata-rata (M) terendah ideal)
sebesar 101,25, median (Me) sebesar Berdasarkan angket kebiasaan
108,77, dan modus (Mo) 101,54. membaca cerpen, diketahui skor tertinggi

90
SANG PENCERAH
Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96
Cecep Nuryadin: Hubungan Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Keterampilan Menulis…

ideal adalah 160 dan skor terendah ideal dengan kategori rendah sebanyak 6 siswa
adalah 40. Dengan demikian, selanjutnya (5,41%). Dengan demikian, dapat ditarik
dapat diketahui MI dan SDI sebagai kesimpulan bahwa kebiasaan membaca
berikut. cerpen siswa berada pada kategori sedang
MI = 1/2 (160 + 40) = 100 SDI pada interval 83-117.
= 1/6 (140 - 40) = 17 2. Variabel Keterampilan Menulis Narasi
Setelah diketahui mean ideal dan standar Penelitian ini untuk
deviasi ideal, dapat disusun kriteria mengungkapkan keterampilan menulis
sebagai berikut. narasi. Intrumen yang digunakan dalam
Tinggi = 100 + 17 = 117 ke atas penelitian ini adalah tes menulis karangan
Sedang = (100 - 17) - (100 + 17) = 83 - narasi. Skor tertinggi yang mungkin
117 dicapai oleh siswa adalah 100 dan skor
Rendah = 100 - 17 = 83 ke bawah terendah yang mungkin dicapai oleh siswa
Berdasarkan data tersebut dapat adalah 53. Skor tertinggi yang diperoleh
dibuat distribusi kecenderungan sebagai siswa adalah 90 dan skor terendah yang
berikut. diperoleh adalah 62. Dari data diperoleh
pula rata-rata (M) sebesar 82, 54, median
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data
(Me) 71,65, dan modus 82,5.
Kebiasaan Membaca Cerpen Berdasarkan
Skor Ideal Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data
Keterapilan Menulis Narasi
Interval Katego F fr% fK frh%
ri
Interval Frekuensi Frekuensi Persentas Persentase
117 ke Tinggi 13 11.71 13 11.71 Kumulati e (%) Kumulatif
atas % % f (%)
83 – 117 Sedang 29 82.88 35 94.59
% % 61 – 65 3 4 8.11% 26.13%
83 ke Rendah 6 5.41% 48 100%
bawah 66 – 70 3 6 4.50% 30.63%

Berdasarkan tabel tersebut, dapat 71 – 75 11 10 15.32% 36.94%


diketahui bahwa siswa yang memiliki
76 – 80 12 12 19.82% 56.76%
kebiasaan membaca cerpen dengan
kategori tinggi sebanyak 13 siswa (11.71 81 – 85 10 16 24.32% 81.08%
%), siswa yang memiliki kebiasaan
86 – 90 9 48 18.92% 100%
membaca cerpen dengan kategori sedang
sebanyak 29 siswa (82,88%) dan siswa Total 48 100%

yang memiliki kebiasaan membaca cerpen

91
SANG PENCERAH
Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96
Cecep Nuryadin: Hubungan Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Keterampilan Menulis…

Berdasarkan hasil tes keterampilan sebanyak 27 siswa (58,56%) dan siswa


menulis narsi diketahui skor tertinggi ideal yang memiliki keterampilan menulis narasi
100 dan skor terendah ideal adalah 53. dengan kategori rendah sebanyak 9 siswa
Dengan demikian, selanjutnya dapat (24,32%). Dengan demikian, dapat ditarik
diketahui MI dan SDI sebagai berikut. kesimpulan bahwa keterampilan menulis
MI = 1/2 (100 + 53) = 76,5 SDI = 1
/6 narasi siswa berada pada kategori sedang
(100 - 53) = 7,5 pada interval 69-84.

Setelah diketahui mean ideal dan standar Pembahasan Hasil Penelitian


deviasi ideal, dapat disusun kriteria Penelitian ini dilakukan di
sebagai berikut. Madrasah Aliyah Negeri Baubau. Populasi
Tinggi = 76.5 + 7.5 = 84 ke atas dalam penelitian ini ada 7 kelas dengan
Sedang = (76.5 - 7.5) - (76.5 + 7.5) = 69 - jumlah siswa 167 orang. Sampel penelitian
84 ini diambil sebesar 25% sehingga didapat
Rendah = 76.5 - 7.5 = 69 ke bawah sampel sebanyak 2 kelas dengan jumlah
Berdasarkan data tersebut dapat siswa sebanyak 48. Teknik penyampelan
dibuat distribusi kecenderungan sebagai yang digunakan adalah Proporsional
berikut. Rando Sampling.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data
mendeskripsikan kebiasaan membaca
Keterampilan Menulis Narasi Berdasarkan
cerpen dan keterampilan menulis narasi
Skor Ideal
siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri
Interval Kategor F fr% fK frh% Baubau. Selain itu, penelitian ini juga
i
bertujuan untuk menguji hubungan antara
84 ke Tinggi 12 17.12 10 17.12
atas % % kebiasaan membaca cerpen dengan
69 – 84 Sedang 27 58.56 38 75.68
% % keterampilan menulis siswa Kelas X

69 ke Rendah 9 24.32 48 100% Madrasah Aliyah Negeri Baubau.


bawah % 1. Kebiasaan Membaca Cerpen
Dari hasil pengumpulan data
Berdasarkan tabel tersebut dapat
kebiasaan membaca cerpen dengan jumlah
diketahui bahwa siswa yang memiliki
siswa sebanyak 48 orang, 12 siswa
keterampilan menulis narasi dengan
(11.71%) memiliki kebiasaan membaca
kategori tinggi sebanyak 12 siswa (17.12
cerpen tinggi. Siswa sebanyak 12 orang ini
%), siswa yang memiliki keterampilan
rata-rata memiliki tujuan dalam membaca.
menulis narasi dengan kategori sedang

92
SANG PENCERAH
Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96
Cecep Nuryadin: Hubungan Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Keterampilan Menulis…

Selain itu, siswa juga merasakan manfaat Namun, dari hasil penelitian terhadap
dari hasil membaca cerpen sehingga objek sebanyak 48 siswa, ada 6 orang
merasa termotivasi untuk membaca cerpen (5.41%) yang memiliki skor rata-rata 72.
dan menyediakan waktu khusus untuk Jika melihat daftar distribusi data
membaca. Siswa dengan sendirinya kebiasaan membaca cerpen berdasar skor
memiliki keinginan untuk membaca karena ideal seperti pada Tabel 4.2, skor tersebut
kegiatan membaca cerpen ini telah berada pada kategori rendah. Keenam
dilakukan secara berulang, baik untuk siswa tersebut masih belum dapat
menyerap informasi ataupun mendapat menentukan tujuan dan menemukan
hiburan sebagai kebutuhan pribadi. Hal ini manfaat membaca cerpen yang
sesuai dengan teori Danifil (1985: 60-61). menyebabkan siswa merasa enggan dan
kurang motivasi untuk membaca. Selain
Dari hasil perhitungan distribusi
itu, siswa juga tidak dapat mengikuti
data kebiasaan membaca cerpen berdasar
jalannya cerita karena merasa enggan
skor ideal seperti pada Tabel 4.2. siswa
untuk membaca cerpen, sehingga siswa
sebanyak 29 rata-rata memiliki skor 82.88.
cenderung malas ketika sampai pada
Siswa yang memiliki kategori kebiasaan
kegiatan pembelajaran membaca cerpen.
membaca sedang ini rata-rata dapat
mengikuti jalan cerita dan mengambil Dari pengertian kebiasaan
manfaat dari kegiatan membaca. Namun, membaca dan perbandingan aspek
siswa masih belum memiliki tujuan kebiasaan membaca dengan hasil
tertentu dalam membaca, sehingga siswa perolehan skor kebiasaan membaca cerpen
memerlukan motivasi agar dapat memiliki siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri
keinginan untuk membaca dan Baubau tersebut membuktikan bahwa
menyediakan waktu khusus untuk kebiasaan membaca cerpen siswa masih
membaca cerpen agar melakukan kegiatan kurang. Siswa rata-rata masih memiliki
membaca secara berulang dan menjadi motivasi dan minat baca yang kurang,
kebiasaan. sehingga menyebabkan siswa kurang
Kebiasaan membaca merupakan tertarik untuk membaca cerpen. Selain itu,
kegiatan yang dilakukan secara sukarela siswa juga tidak menyediakan waktu
dan berulang-ulang serta memerlukan khusus untuk membaca yang
motivasi dan kesadaran bahwa membaca menyebabkan siswa tidak memiliki waktu
merupakan kebutuhan pribadi untuk untuk melakukan kegiatan membaca
mendapat informasi maupun hiburan. secara berulang.. Dari 48 siswa, 29 siswa

93
SANG PENCERAH
Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96
Cecep Nuryadin: Hubungan Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Keterampilan Menulis…

(82.88%) berada pada kategori kebiasaan dalam penulisan kata dan tanda baca.
membaca cerpen sedang. Dengan Sedangkan 9 siswa berada pada kategori
demikian, dapat disimpulkan bahwa rendah karena siswa belum mampu
kebiasaan membaca siswa Kelas X mengungkapkan gagasan dengan bahasa
Madrasah Aliyah Negeri Baubau berada yang sesuai sehingga pesan yang hendak
pada kategori sedang. disampaikan kurang dimengerti oleh
2. Keterampilan Menulis Narasi pembaca. Selain itu, siswa juga belum
Dari skor hasil menulis narasi dapat memilih kosakata yang tepat untuk
siswa, 12 siswa (17.12%) memiliki skor mengungkapkan gagasan dan terjadi
interval 84 ke atas. Skor ini berada pada banyak kesalahan dalam penggunaan tanda
kategori keterampialan menulis tinggi. baca.
Meski siswa yang berada pada kategori ini 3. Hubungan antara Kebiasaan Membaca
rata-rata masih belum dapat menempatkan Cerpen dengan Keterampilan Menulis
tanda baca dengan tepat, namun siswa Narasi
dapat menyampaikan pesan dan Meninjau pembahasan pada tiap
menguasai struktur karangan narasi variabel di atas, dapat diketahui bahwa
dengan baik. Selain itu, siswa juga kebiasaan membaca cerpen siswa berada
memiliki kemampuan menyusun kalimat pada kategori sedang. Hal tersebut sesuai
dan memilih kosakata yang tepat dalam dengan kerangka pikir pada bab
mengungkapkan ide-ide yang tertuang sebelumnya. Apabila kebiasaan membaca
dalam tulisan narasi siswa. Hal ini sesuai cerpen tinggi, maka keterampilan menulis
dengan pendapat Gie (2002: 3) yang narasi siswa juga akan tinggi dan
mengatakan bahwa menulis merupakan sebaliknya. Setelah dilakukan perhitungan
kegiatan mengungkap gagasan, dan analisis dengan bantuan komputer
menyampaikan melalui bahasa tulis program SPSS, dalam penelitian ini
kepada masyarakat pembaca untuk ditemukan hasil pengujian hipotesis yang
dipahami. menyatakan bahwa terdapat hubungan
Hasil penelitian membuktikan yang signifikan antara kebiasaan membaca
siswa sebanyak 27 (58.56%) berada pada cerpen dengan keterampilan menulis narasi
kategori sedang. Hal ini disebabkan karena siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri
siswa rata-rata sudah mampu Baubau.
menyampaikan pesan dengan baik, tetapi
Kesimpulan
masih belum dapat memilih kosakata
Berdasarkan data yang diperoleh
dengan tepat dan melakukan kesalahan

94
SANG PENCERAH
Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96
Cecep Nuryadin: Hubungan Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Keterampilan Menulis…

dari hasil penelitian serta hasil analisis 3. Terdapat hubungan yang positif
statistik yang telah dilakukan, kesimpulan dan signifikan antara kebiasaan
yang dapat dikemukakakan adalah sebagai membaca cerpen dengan
berikut. keterampilan menulis narasi siswa.
1. Tingkat membaca cerpen siswa Hal ini ditunjukkan dengan
Kelas X Madrasah Aliyah Negeri koefisien korelasi sebesar 0,943
Baubau menunjukkan berada pada taraf signifikansi 1%. Dengan
dalam kategori sedang. Sebanyak demikian, makin tinggi kebiasaan
13 siswa (11,71%) memiliki membaca cerpen, akan semakin
kebiasaan membaca tinggi, 29 tinggi pula keterampilan menulis
siswa (82,88%) memiliki kebiasaan narasi siswa.
membaca cerpen dengan kategori Daftar Pustaka
sedang, dan siswa yang memiliki
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar
kebiasaan membaca cerpen dengan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
kategori rendah sebanyak 6 siswa
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
(5,41%). Dengan demikian,
Penelitian Suatu Pendekatan
kebiasaan membaca cerpen siswa
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
belum maksimal.
Darmadi, Kaswan. 1997. Meningkatkan
2. Tingkat keterampilan menulis
Kemampuan Menulis. Yogyakarta:
narasi berada dalam kategori
ANDI.
sedang. Siswa yang memiliki
Enre, Fachrudin Amvo. 1988.
keterampilan menulis narasi
Meningkatkan Kemampuan
dengan kategori tinggi sebanyak 12
Menulis. Jakarta: Departemen
siswa (17,12%), siswa yang
Pendidikan dan Kebudayaan.
memiliki keterampilan menulis
Gie, The Liang. 2002. Terampil
narasi dengan kategori sedang
Mengarang. Yogyakarta: ANDI.
sebanyak 27 siswa (58,56%), serta
Keraf, Gorys. 2010. Eksposisi dan
siswa yang memiliki keterampilan
Deskripsi. Jakarta: Kompas
menulis narasi dengan kategori
Gramedia.
rendah sebanyak 9 siswa (24,32%).
. 2007. Argumentasi dan Narasi.
Hal ini tidak berbeda jauh dengan
Jakarta: Gramedia Pustaka
kebiasaan membaca cerpen, bahwa
Utama.
keterampilan menulis narasi belum
Moeliono, Anton M. 1994. Kamus Besar
maksimal.

95
SANG PENCERAH
Volume. 4 No. 1 Februari 2018, Hlm. 86-96
Cecep Nuryadin: Hubungan Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Keterampilan Menulis…

Bahasa Indonesia. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Statistik
Terapan untuk Penelitian Ilmu-
imu Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
. 2010. Penilaian Pembelajaran
Bahasa. Yogyakarta: BPFE.
. 2001. Penilaian dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Rosidi, Imron. 2009. Menulis... Siapa
Takut? Yogyakarta: Kanisius.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan
Dengan Prosa Fiksi.
Yogyakarta: Gama Media.
Soeparno, Yunus. 2010. Keterampilan
Dasar Menulis. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta Press.
Suriamiharja, dkk. 1996. Petunjuk Praktis
Menulis. Jakarta: Departemen
Pendidikandan Kebudayaan.
Tarigan, H.G. 2008. Membaca Sebagai
suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
. 2008. Menulis Sebagai suatu
Keterampilan Berbahasa.
Bandung:Angkasa

96

Anda mungkin juga menyukai