Anda di halaman 1dari 10

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

PENERAPAN MEDIA KARTU CERITA UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA
KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)
NURUN NAJAH SUMBERKIMA
Lina Mayawati1, Ni Nym. Garminah2, Nym. Kusmariyatni3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail:Linmywhat@gmail.com1,garninyoman@yahoo.co.id2,
nyomankusmariyatni@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan


narasi siswa kelas V MI Nurun Najah Sumberkima setelah diterapkan media kartu cerita.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V semester II MI Nurun Najah Sumberkima
Tahun Pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 27 orang. Data kemampuan menulis
karangan narasi siswa dikumpulkan menggunakan tes hasil menulis karangan narasi.
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) terjadi peningkatan pada nilai rata-rata siswa dalam menulis
narasi sebesar 19,49% dari 60,55 pada siklus I menjadi 80,04 pada siklus II, (2) terjadi
peningkatan pada daya serap (DS) siswa sebesar 19,49% dari 60,55% pada siklus I
menjadi 80,04% pada siklus II, (3) terjadi peningkatan pada ketuntasan belajar (KB)
siswa sebesar 41% dari 37% pada siklus I menjadi 78% pada siklus II, (4) terjadi
perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis karangan narasi pada siswa
sebelum menggunakan media kartu cerita dengan setelah menggunakan media kartu
cerita. Hal ini berarti penerapan media kartu cerita berpengaruh positif terhadap
kemampuan menulis karangan narasi. Oleh karena itu, dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat diterapkan media kartu cerita untuk meningkatkan kemampuan menulis
karangan narasi siswa.

Kata kunci : media, kartu cerita, karangan narasi, kemampuan menulis

Abstract

This study aimed to determine the increase of the ability in writing narrative essays of the
fifth grade students of MI Nurun Najah Sumberkima through the application media story
cards. This research is a classroom action research which was conducted in two cycles.
The subjects were the second semester of fifth grade students of MI Nurun Najah
Sumberkima in the Academic Year of 2012/2013, as many as 27 people. The data of the
ability in writing narrative essays were collected using the test results of students’
narrative essays. The collected data was then analyzed by quantitative descriptive
method.
The results through the application of card media stories showed that (1) an increase in
the value of the students’ average in writing narrative by 19.49% from 60.55 to 80.04 in
the first cycle to the second cycle, (2) an increase in power absorption (DS) 19.49% of
the students at 60.55% in the first cycle to 80.04% in the second cycle, (3) an increase in
students’ mastery learning (KB) by 41% from 37% in the first cycle to 78 % in the second
cycle, (4) there is a significant difference in the ability in writing a narrative essay on
students before and after using the media story card. This means the application of
media card story has a positive effect on the ability in writing a narrative essay.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

Therefore, the learning can be applied to Indonesian media story cards to improve
students' ability in writing a narrative essay.

Keywords: media, story cards, narrative essay, writing skills

PENDAHULUAN Berdasarkan standar kompetensi dan


Keterampilan menulis merupakan kompetensi dasar tersebut, siswa kelas V
kegiatan yang tidak terpisahkan dari dituntut agar memiliki kemampuan menulis
kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. berdasarkan pengalaman. Oleh karena itu
Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif dipilih standar kompetensi dan kompetensi
dalam kegiatan pembelajaran dan dasar tersebut untuk diteliti agar dapat
merangsang keterampilan siswa dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas V
merangkai kata. Akan tetapi dalam dalam menulis karangan narasi.
penerapannya banyak orang mengalami Berbagai pengalaman yang diperoleh
kesulitan untuk membiasakan siswa belajar siswa secara bebas dapat diwujudkan
menulis. Penyebabnya adalah kesalahan melalui tulisan. Kenyataan menunjukkan
dalam hal pengajaran yang terlalu kaku bahwa siswa kelas V merasa sulit menulis
sehingga menimbulkan kesan bahwa pengalamannya dalam bentuk narasi. Hal
menulis itu sulit. Belum banyak guru yang ini diketahui dari hasil observasi yang
dapat menyuguhkan materi pelajaran dilakukan pada hari selasa, 10 April 2012.
dengan cara yang tepat dan menarik. Maka Pada saat itu siswa disuruh membuat
dari itu, wajar jika murid pun akhirnya tidak sebuah karangan narasi . Sebagian besar
mampu dan tidak menyukai pelajaran siswa ada yang menoleh ke kiri dan ke
menulis (mengarang) kanan untuk bertanya kepada temannya
Pembelajaran Bahasa Indonesia di ada juga yang diam saja tidak mengerjakan
sekolah dasar memiliki empat aspek apa-apa. Hal ini terjadi karena siswa tidak
keterampilan yang harus dikuasai oleh bisa membuat karangan atau tulisan narasi.
siswa. Keterampilan tersebut adalah Ada pula siswa yang ribut karena tidak bisa
keterampilan mendengarkan, membaca, membuat tulisan narasi, dan bermain-main
berbicara, dan menulis (Kurikulum 2006 dengan temannya.
KTSP: 34). Di samping hasil observasi yang
Menurut Zainurrahman (2011:2) dilakukan pada 10 April 2012,
menulis merupakan salah satu dari empat ketidakpahaman siswa menulis narasi
keterampilan berbahasa yang mendasar dapat ditunjukkan dari hasil penilaian
(berbicara, mendengar, menulis, dan menulis atau karangan. Hasil menulis
membaca). Diantara keterampilan karangan narasi menunjukkan bahwa:15
berbahasa yang lain, menulis merupakan orang siswa dari 27 orang (56 %) tidak
salah satu keterampilan yang tidak dikuasai mampu mendapatkan nilai 63 yang menjadi
oleh setiap orang, apalagi menulis dalam standar KKM mata pelajaran Bahasa
konteks akademik (academic writing), Indonesia di MI Nurun Najah Sumberkima.
seperti menulis esai, karya ilmiah, laporan Setelah dicermati ternyata siswa
penelitian, dan sebagainya. mengalami kesulitan menyusun kalimat,
Salah satu standar kompetensi pada memilih kata-kata, menyusun paragraf,
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V memilih tema, dan mengurutkan kejadian-
sekolah dasar adalah “Mengungkapkan kejadian yang dialami.
pikiran, perasaan, informasi, dan Dari temuan tersebut maka ditemukan
pengalaman secara tertulis dalam bentuk permasalahan-permasalahan: (1) siswa
karangan, surat undangan, dan dialog belum mampu menulis terstruktur untuk
tertulis” dengan kompetensi dasar “Menulis mengungkapkan ide atau membuat
Karangan Berdasarkan Pengalaman karangan dengan baik, (2) siswa tidak
dengan Memperhatikan Pilihan Kata dan dapat secara cepat dan tepat menulis
Penggunaan Ejaan” sesuai dengan standar karangan narasi, (3) siswa mengalami
kompetensi mata pelajaran Bahasa kesulitan dalam menyusun kalimat, memilih
Indonesia pada KTSP 2006. kata-kata, menyusun paragraf, memilih
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

tema, dan mengurutkan kejadian-kejadian dasar ini, beberapa media pembelajaran


yang dialami, dan (4) siswa bingung Bahasa Indonesia sangat perlu
menentukan bentuk karangan yang harus diaplikasikan dalam setiap pembelajaran
ditulis, sehingga sangat sulit untuk memulai Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Di
menulis. samping itu, penggunaan media
Untuk mengatasi kesulitan siswa pembelajaran merupakan salah satu upaya
dalam menulis narasi maka diupayakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar.
penggunaan media pembelajaran yang Dari uraian di atas dapat
relevan agar siswa lebih mudah menulis disimpulkan bahwa media pembelajaran
narasi. adalah wahana penyalur pesan berupa
Kata media berasal dari bahasa latin sumber-sumber belajar lain yang memadai
medius yang berarti ’tengah’,’perantara’ untuk mengkondisikan seseorang untuk
atau ’pengantar’. Pengertian media secara berinteraksi dan belajar sehingga tercapai
terminologi cukup beragam, sesuai sudut hasil belajar yang optimal.
pandang para pakar pendidikan. Sadiman Kedudukan media dalam
(2009:6) mengatakan media adalah pembelajaran sangat penting. Sebab media
perantara atau pengantar pesan dari dapat menunjang keberhasilan
pengirim ke penerima pesan. pembelajaran, begitupun sebaliknya tanpa
Menurut Oemar Hamalik (2001:125) adanya media dalam pembelajaran maka
mendefinisikan media sebagai teknik yang keberhasilan pembelajaran tidak dapat
digunakan dalam rangka lebih tercapai dengan baik. Bahkan kalau dikaji
mengefektifkan komunikasi antara guru dan lebih jauh, media tidak hanya sebagai
murid dalam proses pendidikan dan penyalur pesan yang harus dikendalikan
pembelajaran di sekolah. Secara lebih sepenuhnya oleh sumber berupa orang,
khusus, pengertian media dalam proses tetapi dapat juga menggantikan sebagian
belajar mengajar cenderung diartikan tugas guru dalam penyajian materi
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau pelajaran.
elektronis untuk menangkap, memproses, Dalam proses pembelajaran antara
dan menyusun kembali informasi visual materi, guru, strategi, media, dan siswa
atau verbal. menjadi rangkaian mutual yang saling
Menurut Asra (2007:5) kata media mempengaruhi sesuai kedudukan masing-
dalam ”media pembelajaran” secara harfiah masing. Guru berkedudukan sebagai
berarti perantara atau pengantar; penyalur pesan dan siswa berkedudukan
sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai penerima pesan. Sedangkan
sebagai suatu kondisi yang diciptakan media berkedudukan sebagai perantara
untuk membuat seseorang melakukan dalam pembelajaran.
suatu kegiatan belajar. Dengan demikian, Media pembelajaran dapat
media pembelajaran memberikan mempertinggi proses belajar siswa dalam
penekanan pada posisi media sebagai pembelajaran yang pada gilirannya
wahana penyalur pesan atau informasi diharapkan dapat mempertinggi hasil
belajar untuk mengkondisikan seseorang belajar yang dicapainya. Ada beberapa
untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat alasan, mengapa media pembelajaran
kegiatan belajar berlangsung bahan belajar dapat mempertinggi proses belajar siswa.
yang diterima siswa diperoleh dari media. Alasan berkenaan dengan manfaat media
Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran dalam proses belajar siswa
proses pembelajaran dan hasil antara lain: a) pengajaran agar lebih
pembelajaran, kita tidak boleh melupakan menarik perhatian siswa sehingga dapat
satu hal yang sudah pasti kebenarannya menumbuhkan motivasi belajar, b) bahan
yaitu bahwa pelajar sebanyak-banyaknya pengajaran akan lebih jelas maknanya
berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sehingga dapat lebih dipahami oleh para
sumber belajar yang memadai sulit siswa, dan memungkinkan siswa
diharapkan dapat diwujudkan proses menguasai tujuan pengajaran lebih baik, c)
pembelajaran yang mengarah kepada metode mengajar akan lebih bervariasi,
tercapainya hasil belajar yang optimal. Atas tidak semata-mata komunikasi verbal
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

melalui penuturan kata-kata oleh guru, kelompok agar dapat memenangkan


sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak permainan. Dalam kegiatan belajar
kehabisan tenaga, apalagi bila guru menggunakan media pembelajaran kartu
mengajar untuk setiap jam pelajaran, d) cerita ini, guru hanya bertindak sebagai
siswa lebih banyak melakukan kegiatan ”juri” atau ”wasit” yang menentukan waktu
belajar, sebab tidak hanya mendengarkan dan pemenang permainan. Dengan
uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti demikian siswa akan merasa tertantang
mengamati, melakukan, dan berusaha supaya mereka dapat
mendemonstrasikan, dan lain-lain. memenangkan permainan ini. Guru
Salah satu media pembelajaran yang bertugas sebagai motivator dan pengarah
cocok untuk digunakan adalah kartu cerita. agar persaingan antar siswa dapat berjalan
Media pembelajaran kartu cerita sebagai secara sehat. Artinya, siswa tidak berlaku
salah satu alat pembelajaran yang berupa curang, misalnya dengan melihat pada
kartu yang berisi kalimat digunakan dalam buku pelajaran, mencontoh siswa atau
upaya meningkatkan mutu hasil belajar kelompok lain, dan sebagainya.
siswa dalam pembelajaran mengarang. Sebelum melakukan pembelajaran
Media pembelajaran kartu bercerita dengan menggunakan media pembelajaran
adalah kartu yang berisi kalimat utama kartu cerita terlebih dahulu guru harus
yang harus dikembangkan siswa menjadi mengetahui tahap-tahap pelaksanaan
kalimat-kalimat penjelas agar menjadi media pembelajaran kartu cerita dalam
sebuah wacana (Depdikbud, 1997:16). pembelajaran. Tahap-tahap penggunaan
Secara berkelompok siswa menganalisis media pembelajaran kartu cerita adalah
kartu-kartu yang diberikan, sebagai berikut: 1) guru menginformasikan
mengurutkannya, kemudian membuat siswa tentang cara bermain kartu cerita dan
sebuah karangan dari rangkaian kartu menetapkan waktu permainan, 2) guru
yang telah diurutkan. membagikan kartu cerita kepada siswa, 3)
Media kartu cerita berisi kalimat siswa secara berkelompok berusaha
utama sebuah cerita sesuai dengan mengurutkan kartu-kartu tersebut sesuai
urutannya dan membentuk sebuah dengan urutannya yang tepat, guru
kerangka karangan yang baik. Dengan mengawasi, memotivasi, dan mengarahkan
penggunaan media kartu cerita dalam kegiatan siswa, 4) secara perwakilan, siswa
pembelajaran siswa diharapkan dapat menempelkan hasil kartu cerita di papan
mengorganisasikan daya nalarnya tentang tulis, 5) siswa membuat draf karangan
suatu cerita atau alur karangan secara narasi sesuai dengan urutan kartu cerita
tepat. yang sudah dibuat, 6) siswa melakukan
Kartu cerita sebagai salah satu media revisi apabila ada kesalahan draf karena
pembelajaran yang digunakan dalam upaya susunan kartu cerita yang salah, guru
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengawasi, memotivasi, dan mengarahkan
pembelajaran mengarang. Penggunaan kegiatan siswa, 7) secara perwakilan
media pembelajaran kartu cerita adalah kelompok, siswa membacakan hasil tulisan
dengan mengurutkan kartu-kartu yang narasi yang dibuat, 8) melakukan diskusi
berisi kalimat utama sebuah cerita sehingga kelas untuk menentukan urutan kartu cerita
sesuai dengan urutannya dan membentuk yang tepat dan pemenang permainan.
sebuah kerangka karangan yang baik. Dengan langkah-langkah
Dengan menggunakan media pembelajaran menggunakan media
pembelajaran kartu cerita, siswa diajak pembelajaran kartu cerita di atas, siswa
bermain sambil belajar. Artinya guru diarahkan untuk dapat mengorganisasikan
membuat suasana yang sedemikian rupa daya nalarnya tentang suatu cerita atau alur
sehingga siswa secara tidak disadari karangan secara tepat. Hal tersebut
melakukan kegiatan belajar dalam diharapkan dapat menambah pemahaman
permainannya. siswa tentang karangan daripada guru
Melalui media pembelajaran kartu menerangkan teknik dan cara mengarang
cerita ini siswa diajak berkompetisi dengan dari awal hingga akhir pelajaran. Dalam hal
siswa lainnya baik secara individu maupun
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

ini, siswa secara aktif dapat menyimpulkan METODE


sendiri materi pelajaran tersebut. Penelitian yang akan dilaksanakan
Beberapa kelebihan media kartu termasuk dalam jenis penelitian tindakan
cerita diantaranya: (1) siswa lebih aktif kelas (PTK), yang dilaksanakan secara
dalam berpikir dan mengolah sendiri berulang dalam bentuk siklus. Setiap siklus
informasi yang diberikan, (2) kegiatan terdiri dari 4 tahapan yang meliputi:
belajar lebih banyak bersifat membimbing perencanaan tindakan, pelaksanaan
dan memberikan kebebasan belajar kepada tindakan, observasi, dan evaluasi serta
siswa, (3) pembentukan semangat refleksi.
kebersamaan, kerja sama, dan saling Penelitian ini dilaksanakan di MI
menghargai pendapat sesama anggota Nurun Najah Sumberkima Kecamatan
dalam kelompok, (4) siswa lebih dikenalkan Gerokgak Kabupaten Buleleng Tahun
pada kompetisi yang sehat. Sedang Pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian ini
kekurangan dari media kartu cerita antara adalah siswa kelas V yang berjumlah 27
lain: (1) siswa terkadang saling orang siswa terdiri dari 11 orang siswa putri
mengandalkan dalam mengurutkan kartu dan 16 orang siswa putra. Yang menjadi
cerita, (2) suasana belajar yang dibentuk objek penelitian ini adalah kemampuan
dalam permainan terkadang membuat menulis karangan narasi. Peneliti dalam
siswa ada yang bermain-main dalam penelitian ini berperan sebagai guru
belajar, (3) kartu cerita sering dijadikan Bahasa Indonesia kelas V, sehingga
bahan permainan oleh siswa, (4) banyak diharapkan nantinya dapat memberikan
waktu yang dibutuhkan. Penggunaan media hasil yang optimal dalam pembelajaran.
pembelajaran kartu cerita adalah dengan Data yang dicari dalam penelitian ini
mengurutkan kartu-kartu yang berisi kalimat adalah data hasil tulisan narasi siswa.
utama sebuah cerita sehingga sesuai Untuk mengumpulkan data hasil tulisan
dengan urutannya dan membentuk sebuah narasi tersebut digunakan metode tes.
kerangka karangan yang baik. Metode tes digunakan untuk
Secara berkelompok siswa mengumpulkan data tentang hasil belajar
menganalisis dengan cara kartu-kartu yang siswa. Instrumen yang digunakan adalah
diberikan, mengurutkannya, kemudian tes keterampilan menulis kepada setiap
membuat sebuah karangan dari rangkaian siswa yang dikerjakan secara individu pada
kartu yang telah diurutkan. Proses setiap akhir pembelajaran.
pembuatan karangan dilakukan oleh Metode analisis data dalam penelitian
masing-masing siswa tidak secara ini menggunakan metode analisis deskriptif
berkelompok seperti pada saat kuantitatif. Agar data kemampuan menulis
menganalisis kartu cerita. karangan narasi dapat dianalisis dengan
Dengan menggunakan media analisis deskriptif kuantitatif, maka terlebih
pembelajaran kartu cerita, siswa akan lebih dahulu dihitung rata-rata ( X ), daya serap
mudah merangkai kalimat dan membuat (DS), dan ketuntasan belajar (KB).
karangan. Oleh karena itu, dalam penelitian Berhasil atau tidaknya siswa
ini mengkaji tentang Penerapan Media menulis karangan narasi secara klasikal
Kartu Cerita untuk Meningkatkan dapat diketahui melalui daya serap (DS)
Kemampuan Menulis Karangan Narasi dan ketuntasan belajar (KB).
pada Siswa Kelas V MI Nurun Najah Hasil perhitungan kemudian
Sumberkima Kecamatan Gerokgak dikonversikan ke dalam penilaian acuan
Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran patokan (PAP) skala 5 (Agung,2010:58).
2012/2013 dengan tujuan untuk Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis
mengetahui peningkatan kemampuan Karangan Narasi disajikan pada Tabel 1.
menulis karangan narasi setelah
penggunaan media kartu cerita pada siswa
kelas V MI Nurun Najah Sumberkima.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

Tabel 1. Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Karangan Narasi

Persentase Predikat
90 % - 100 % Sangat baik
80 % - 89 % Baik
65 % - 79 % Cukup
55 % - 64 % Kurang
0 % - 54 % Sangat kurang
Kriteria keberhasilan hasil belajar ketuntasan belajar karena ketuntasan
yang digunakan adalah tercapainya rata- belajar belum dianggap berhasil apabila
rata kelas minimal 70, daya serap siswa siswa tidak menguasai materi yang telah
minimal 85 %, dan ketuntasan belajar diajarkan
minimal 80 %. Sehingga rentangan hasil
belajar yang dicapai siswa 80 % - 89 % dan HASIL DAN PEMBAHASAN
masuk dalam kategori Baik. Dengan Berdasarkan hasil analisis data deskriptif
demikian dapat disimpulkan bahwa daya kuantitatif yang telah dilakukan, didapatkan
serap lebih baik dibandingkan dengan hasil seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Hasil Tulisan Narasi Siswa Siklus I

Kategori Hasil Standar Keterangan


Rata-rata kelas (X) 60,55 70.00 Di bawah standar/ Belum Tuntas
Daya serap (DS) 60,55 % 70 % Di bawah standar/ Belum Tuntas
Ketuntasan belajar (KB) 37 % 70 % Di bawah standar/ Belum Tuntas

Berdasarkan tabel di atas diperoleh Pencapaian daya serap (DS) sebesar


bahwa nilai rata-rata siswa tergolong belum 60,55% dan untuk ketuntasan belajar (KB)
tuntas karena belum mencapai standar hanya 37 %. Oleh karena itu, dapat
minimal yang ditentukan, yaitu 70. Daya dikatakan bahwa hasil menulis karangan
serap (DS) dan ketuntasan belajar (KB) narasi siswa pada siklus I termasuk dalam
secara klasikal tergolong kategori belum kategori belum tuntas. Hasil Tulisan Narasi
tuntas karena belum mencapai standar Siswa Siklus II disajikan pada Tabel 3.
minimal yang ditentukan, yaitu 70%.

Tabel 3. Hasil Tulisan Narasi Siswa Siklus II

Kategori Hasil Standar Keterangan


Rata-rata kelas (X) 80,04 70,00 Di atas standar / Tuntas
Daya serap (DS) 80,04 % 70 % Di atas standar / Tuntas
Ketuntasan belajar (KB) 78 % 70 % Di atas standar / Tuntas

Berdasarkan tabel di atas diperoleh Rata-rata kelas meningkat 19,49 dari


bahwa nilai rata-rata siswa, daya serap 60,55 pada siklus I menjadi 80,04. Daya
(DS), dan ketuntasan belajar (KB) tergolong serap (DS) meningkat 19,49 % dari 60,55
kategori tuntas karena sudah di atas % pada siklus I menjadi 80,04%.
standar minimal yang ditentukan, yaitu 70. Ketuntasan belajar (KB) meningkat 41 %
Hasil yang dicapai siswa untuk rata-rata (X) dari 37 % pada siklus I menjadi 78 % pada
sebesar 80,04. Daya serap (DS) sebesar siklus II. Persentase hasil menulis karangan
80,04 % dan untuk ketuntasan belajar narasi siswa disajikan pada Tabel 4.
mencapai 78 %.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

Tabel 4. Persentase Hasil Menulis Karangan Narasi Siklus I dan Siklus II

Kategori Siklus I Siklus II Keterangan Kesimpulan


Rata-rata (X) 60,55 80,04 Naik 19,49 Tuntas
Daya serap (DS) 60,55 % 80,04 % Naik 19,49 % Tuntas
Ketuntasan belajar (KB) 37 % 78 % Naik 41 % Tuntas

Hasil menulis karangan narasi siswa siswa siklus I dan siklus II terlihat bahwa
pada siklus II sudah jauh meningkat bila terjadi peningkatan yang cukup signifikan.
dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah Peningkatan yang paling tinggi terjadi pada
mampu menggunakan ejaan yang benar, kategori ketuntasan belajar (KB). Secara
pemilihan diksi sudah tepat, kalimat sudah umum kriteria keberhasilan minimal sudah
runtut, tema dan judul karangan juga sudah terlampaui. Ini berarti bahwa penggunaan
sesuai dengan kartu cerita. Oleh karena media kartu cerita secara efektif mampu
itu, dapat dikatakan bahwa hasil menulis meningkatkan kemampuan siswa dalam
karangan narasi termasuk kategori tuntas. menulis karangan narasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Penggunaan media kartu cerita ini
penggunaan media kartu cerita mampu bertujuan agar siswa mampu menyusun
meningkatkan kemampuan siswa menulis dan mengurutkan kartu cerita menjadi
karangan narasi. sebuah kerangka karangan yang bagus.
Berdasarkan hasil tersebut, perbaikan Selanjutnya, kerangka karangan yang
pembelajaran masih perlu dilaksanakan. sudah tersusun bagus tersebut
Karena kriteria penelitian yang ditentukan dikembangkan dengan kalimat sendiri
sudah tercapai dan siklus penelitian telah menjadi sebuah karangan yang lengkap.
berakhir, perbaikan pembelajaran pun tidak Dengan strategi ini ternyata terjadi
bisa dilaksanakan. Namun, perbaikan peningkatan hasil yang memuaskan.
pembelajaran dengan jalan membimbing Kendala yang ditemukan pada siklus I
siswa akan dilakukan oleh guru melalui adalah siswa kurang antusias dalam
pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu, menyusun kartu cerita. Hal ini terjadi karena
peneliti memberi masukan kepada guru media kartu cerita yang digunakan seragam
sebagai berikut: 1) siswa perlu mendapat untuk semua kelompok dan dicetak tidak
bimbingan yang intensif tentang berwarna. Untuk mengatasi kendala ini
penyusunan kalimat tunggal, penggunaan sekaligus untuk menarik minat siswa, maka
huruf kecil, huruf kapital, dan penulisan kata pada siklus II kartu cerita yang digunakan
depan. 2) siswa tetap dibimbing pada saat berbeda-beda untuk masing-masing
berdiskusi, sehingga diskusi menjadi lebih kelompok dan kartu cerita dicetak warna.
terarah. Hal ini akan berpengaruh pada Strategi ini ternyata berhasil. Siswa sangat
cepat lambatnya penyelesaian tulisannya. antusias dalam menyusun kartu cerita dan
3) siswa perlu diberikan kesempatan aktif berdiskusi dengan teman-temannya,
membaca hasil penyusunan kartu cerita sehingga menghasilkan susunan kartu
temannya, sehingga siswa mampu cerita yang bagus. Susunan kartu cerita
membandingkan hasil tulisannya sendiri tersebut merupakan sebuah kerangka
dengan tulisan temannya. Hal ini akan karangan yang utuh sehingga siswa
membantu siswa di dalam memperkaya dengan kemampuan masing-masing
kosa kata. mampu mengembangkan kerangka
Berdasarkan hasil penelitian menulis karangan tersebut menjadi sebuah
karangan narasi pada siswa kelas V yang karangan narasi yang memenuhi syarat.
telah dilaksanakan dalam dua siklus Siswa mengembangkan kerangka karangan
menunjukkan terjadinya peningkatan hasil sesuai dengan topik yang telah
tulisan karangan narasi siswa melalui ditentukannya. Pada kesempatan itu, guru
penerapan media kartu cerita. sebagai partner belajar siswa, sehingga
Dengan memperhatikan tabel 4 tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
tentang perbandingan hasil tulisan narasi Secara leluasa siswa melakukan aktivitas
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

menyusun kartu cerita sehingga menjadi PENUTUP


tulisan narasi. Dengan demikian, tulisan Berdasarkan hasil penelitian dan
narasi berhasil disusun oleh siswa melalui pembahasan yang telah diuraikan
kondisi belajar yang interaktif. Dalam kelas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
yang interaktif, diupayakan antara siswa penggunaan media pembelajaran kartu
yang satu dan lainnya serta antara guru cerita dapat meningkatkan kemampuan
dan siswa menjalin komunikasi untuk menulis karangan narasi siswa kelas V MI
mewujudkan tulisan narasi. Arini (2010: 44) Nurun Najah Sumberkima pada saat
mengutip teori Cummins dalam Gibbons menulis karangan narasi. Hal ini dapat
(1993) menyatakan sebagai berikut, dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-
“Perkembangan anak dalam belajar di rata (X) sebesar 19,49 dari 60,55 menjadi
sekolah ditekankan pada sebuah kelas 80,04. Daya serap (DS) mengalami
yang interaktif. Kelas yang interaktif peningkatan sebesar 19,49 % dari 60,55 %
merupakan kelas yang tidak berpusat pada menjadi 80,04 %. Ketuntasan belajar (KB)
guru dan di dalam kelas itu sungguh- mengalami peningkatan sebesar 41 % dari
sungguh ada kesempatan berkomunikasi 37 % menjadi 78 %.
antara siswa dan guru serta antara siswa Berdasarkan simpulan di atas, saran
dan siswa lainnya”. yang dapat disampaikan adalah sebagai
Dalam situasi kelas yang interaktif, berikut. 1) Siswa hendaknya senantiasa
guru tidak hanya mendorong siswa agar belajar menulis yang nantinya dapat
menghasilkan tulisan narasi berdasarkan dimanfaatkan pada pelajaran menulis pada
kartu cerita, tetapi juga menciptakan situasi jenjang pendidikan yang lebih tinggi, 2)
agar siswa aktif belajar. Bimbingan guru Guru sekolah dasar hendaknya berusaha
sangat diperlukan pada saat siswa mencari informasi yang lebih banyak
mengalami kesulitan. Bimbingan guru yang tentang strategi pembelajaran menulis yang
diberikan kepada siswa pada dasarnya dapat meningkatkan kemampuan siswa
merupakan pembuka jalan untuk mencapai dalam menulis karangan narasi, 3) Guru
tingkat keterampilan menulis secara hendaknya aktif dan kreatif membimbing
mandiri. Bila siswa telah mampu menulis siswa selama kegiatan menulis karangan
tanpa bimbingan guru, secara perlahan- narasi baik secara individual maupun
lahan bimbingan dikurangi. Hal ini senada berkelompok sehingga kemampuan siswa
dengan pernyataan Vygotsky (dalam menulis karangan narasi meningkat.
Gunning 1992: 400) yang dikutip Arini Dengan demikian, siswa akan tertarik
(2005: 43) dengan teori scaffolding yaitu melakukan aktivitas menulis, baik di
bimbingan yang diberikan guru kepada sekolah maupun di rumah, 4) Guru
siswa hanya berfungsi sebagai perancah hendaknya berupaya memilih dan
untuk memperkuat potensi siswa mencapai memanfaatkan media pembelajaran yang
tingkat kemampuan yang maksimal. Hal ini sesuai dengan materi yang diajarkan.
berarti bahwa siswa diberikan bimbingan Dengan media pembelajaran siswa menjadi
apabila siswa memerlukannya. Dengan lebih tertarik untuk belajar, 5) Pihak sekolah
bimbingan itu, siswa lebih percaya pada dan kepala sekolah hendaknya berupaya
hasil kegiatan yang telah diperolehnya. memfasilitasi pelaksanaan pembelajaran
Apabila siswa telah mampu mewujudkan dengan menyediakan sarana pembelajaran
tulisan narasi tanpa difasilitasi oleh guru, yang sesuai.
maka bimbingan tidak diperlukan lagi.
Dengan demikian, siswa menjadi siswa DAFTAR RUJUKAN
yang mandiri, baik pada saat mereka Agung, A.A. Gede. 2005. Metode Penelitian
bekerja secara berkelompok maupun Pendidikan. Singaraja: IKIP Negeri
secara individu. Disamping itu, siswa Singaraja.
memiliki kemandirian belajar meskipun
tidak didampingi oleh guru. Mereka juga Agung, A.A. Gede. 2010. ”Penelitian
memiliki kemandirian dalam menentukan Tindakan Kelas”. Makalah disajikan
topik yang ditulis serta kemandirian dalam Workshop Jurusan PGSD. FIP
mengembangkan topik menjadi tulisan.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

Undiksha. Singaraja 27 September Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006


2010. Pedoman Penilaian di Sekolah Dasar.
Jakarta.
Agung, A.A. Gede. 2010. Evaluasi
Pendidikan. Singaraja: FIP Endrayani, IGAE. 2010. Penerapan Model
Universitas Pendidikan Ganesha. Pembelajaran Berbasis Masalah
(problem- Based Learning) dan
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian penilaian Dokumen portofolio untuk
Tindakan Kelas. Yogyakarta: meningkatkan Efektivitas Belajar
Universitas Negeri Yogyakarta. Siswa pada Mata Pelajaran KKPI di
Tersedia pada http://scribd.com Kelas XII TMO3 SMK Negeri 3
(diakses tanggal 13 April 2012). Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan).
Singaraja: FTK Universitas
Arini, Ni Wayan. 2002. Implementasi Pendidikan Ganesha.
Tahapan Proses Manulis Menurut
Tompskins dalam pembelajaran Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar
Menulis Narasi di Sekolah Dasar. Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Laporan Penelitian (tidak diterbitkan).
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Handayani, I Gusti Ayu. 2011. Penggunaan
Kartu Bercerita untuk Meningkatkan
Arini, Ni Wayan. 2005. Implementasi Aktivitas dan Kemampuan Menulis
Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing Karangan narasi Siswa Kelas V SD
dalam menulis deskripsi pada Siswa No. 1 Penglatan. Skripsi (tidak
Kelas 4 SD Nomor 2 Banjar Bali diterbitkan). Singaraja: FIP
Singaraja. Laporan Penelitian (tidak Universitas Pendidikan Ganesha.
diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri
Singaraja. Kurikulum 2006 KTSP. Standar Kompetensi
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Arini, Ni Wayan. 2006. Mengefektifkan Sekolah Dasar dan Madrasah
Pembelajaran Menulis Deskripsi Ibtidaiyah. 2008. Jakarta: Departemen
dengan Memanfaatkan Benda-benda Pendidikan Nasional.
Lingkungan Kelas Sebagai Sumber
Belajar Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Muliadi. 2007. Kemampuan
No. 3 Kampung Anyar Singaraja. Mengembangkan Karangan narasi
Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Berdasarkan Teks Wawancara oleh
Singaraja: FIP Universitas Pendidikan Siswa Kelas 1 SMPN 1 Kecamatan
Ganesha. Seunagan Kabupaten Nagan Raya.
Skripsi (tidak diterbitkan). FKIP
Asra, dkk. 2007. Bahan Ajar Cetak PJJ: Universitas Syiah Kuala Darussalam,
Komputer dan Media Pembelajaran di Banda Aceh. Tersedia pada
SD. Jakarta: Dirjen Dikti Departemen http://downloads.ziddu.com/downloadfile/90
Pendidikan Nasional. 47841/Pend-Bhs-Indonesia 4.zip.html
(diakses tanggal 12 April 2012).
Azhar Arsyad. 2009. Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan
Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Depdikbud. 1997. Pedoman Pembuatan Prestasi Pustaka Publisher
dan Penggunaan Alat Peraga/Praktik
Nana Sudjana, Ahmad Rivai. 2010. Media
Sederhana Mata Pelajaran Bahasa Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Indonesia untuk Sekolah Dasar. Algensindo
Jakarta: Depdikbud.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

Neni Suherni. 2009. Penggunaan Media


Pembelajaran Kartu Bercerita untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis
Karangan Narasi Siswa Kelas V SD
Negeri 2 Kenanga Kabupaten
Cirebon. Skripsi (tidak diterbitkan).
FKIP Universitas Pendidikan
Indonesia, Sumedang. Tersedia pada
http://www.scribd.com (diakses pada
tanggal 21 Mei 2012).

Sadiman, Arief S., dkk. 2009. Media


Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Sholeh Hamid, Moh. 2011. Metode


Edutainment. Yogyakarta: Diva Press.

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. 2006.


Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis


Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa

Warsidi, Edi dan Farika. 2008. Buku


Sekolah Elektronik (BSE) Bahasa
Indonesia Kelas V. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. 1991.


Media Pengajaran. Jakarta: Dirjen
Dikti Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Zaki, Muhamad. 2009. Penerapan


Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Memahami Bacaan
Wacana Narasi Siswa Kelas 5 SD No.
4 Gerokgak. Skripsi (tidak diterbitkan).
Singaraja: FIP Universitas Pendidikan
Ganesha

Zainurrahman.2011. Menulis: Dari Teori


Hingga Praktik (Penawar Racun
Plagiarisme). Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai