Anda di halaman 1dari 83

contoh proposal skripsi PTK

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN BAHASA


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DI KELAS VII
SMP NEGERI 1 LEMBANG
PROPOSAL SKRIPSI

oleh
Nurul Hikmah
0808899
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011

PROPOSAL SKRIPSI
A. Judul Penelitian
Judul penelitian ini adalah Penerapan Tekhnik Permainan Bahasa untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Puisi di Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang.
B. Latar Belakang Masalah
Menulis merupakan kegiatan atau keterampilan yang masih dipandang sulit dan kompleks oleh
sebagian besar siswa. karena menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir yang mensyaratkan
sekaligus menuntut adanya kemampuan berfikir yang memadai yang menggambarkan keluasan
wawasan dan menuntut berbagai aspek terkait lainnya, seperti penguasaan materi tulisan, pengetahuan
Bahasa tulis, dan motivasi yang kuat.
Pengajaran Bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan
kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Pada hakekatnya pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan
siswa. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka dapat meningkatkan minat baca terhadap
karya sastra, karena dengan mempelajari sastra siswa diharapkan dapat menarik berbagai manfaat dari
kehidupannya. Maka dari itu seorang guru harus dapat mengarahkan siswa memiliki karya sastra yang
sesuai dengan minat dan kematangan jiwa mereka. Berbagai upaya dapat dilakukan salah satunya
dengan memberikan tugas untuk membuat karya sastra yaitu menulis puisi.
Keterampilan menulis puisi perlu ditanamkan kepada siswa sejak dini, sehingga mereka mempunyai
kemampuan untuk mengapresiasikan puisi dengan baik. Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya
ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, melainkan berpengaruh mempertajam terhadap
kepekaan perasaan, penalaran, serta kepekaan anak terhadap masalah kemanusiaan. Kemampuan
tersebut ditentukan oleh beberapa faktor penting dalam proses pembelajaran menulis puisi. Selain

penerapan model, metode dan strategi yang tepat, juga yang sangat menentukan adalah peranan guru
dalam proses pembelajaran terhadap siswa.
Dalam proses pembelajaran menulis puisi di kelas VII SMP Negeri I Lembang, masih ditemukan
beberapa kendala dan hambatan yang timbul dari guru maupun siswa di antaranya yaitu dalam proses
pembelajaran menulis puisi selama ini kurang menggembirakan. Hal ini diperoleh dari hasil penelitian,
pengamatan dan wawancara dengan guru kelas VII dan siswa kelas VII SMP Negeri I Lembang pada hari
Jumat tanggal 19 0ktober 2011 dalam pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru tidak bisa menggunakan
teknik atau metode lain selain Tanya jawab, diskusi dan ceramah. Selain itu guru juga jarang
menggunakan media dalam pembelajaran menulis dan hanya memberi contoh yang ada di buku ajar.
Jadi, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam menulis puisi. Sedangkan peserta
didik memerlukan suatu system pendidikan yang memberikan peluang untuk dapat mengekspresikan
dirinya secara leluasa.
Dari hasil wawancara pada sebagian siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang mengatakan bahwa
siswa sering merasa malas dan mengalami kesulitan dalam pebelajaran menulis puisi yang dikarenakan
oleh beberapa factor, yaitu sulitnya menemukan ide atau inspirasi untuk menulis, sulitnya menuagkan ide
ke dalam bentuk kalimat yang baik, dan sulitnya merangkai kalimat menjadi sistematis.
Melihat dari kondisi tersebut, akhirnya penulis mempunyai ide untuk memperbaiki pembelajaran
tersebut dengan menerapkan teknik Permainan Bahasa dalam pembelajaran menulis puisi di kelas VII
karena bermain merupakan pemicu kreativitas. Anak yang banyak bermain akan meningkat

kreativitasnya (Charlotte Buhler, dalam Sugianto, 1997), bermain merupakan sarana untuk
mengubah potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Maka dari itu penulis mengambil Teknik
Permainan Bahasa dalam pembelajaran menulis puisi dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas VII.

C. Perumusan dan Pemecahan Masalah


1. Rumusan masalah
Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan pada tanggal 19 oktober 2011, penulis menemukan
beberapa permasalahan mendasar yang menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan menulis
puisi di kelas VII SMP Negeri 1 Lembang. Permasalahan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut. Permasalahan yang pertama adalah hampir sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 1
Lembang kesulitan untuk menulis puisi dengan bahasanya sendiri, kata-katanya sendiri atau pun
gagasannya sendiri, karena guru langsung memberikan contoh puisi dan menyuruh siswa untuk
menuliskan contoh puisi tersebut tanpa memberikan kesempatan pada siswa untuk menulis puisi
dengan kemampuannya sendiri atau dengan kata-katanya sendiri, bahasanya sendiri, atau pun
dengan gagasannya sendiri. Padahal puisi akan lebih indah apabila ditulis dengan kata-kata
sendiri, kemampuannya sendiri, atau pun dengan gagasannya sendiri. Permasalahan yang kedua,
siswa kesulitan menentukan tema sebuah puisi. Permasalahan yang ketiga adalah siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Lembang mendapat kesulitan menggunakan kata-kata (kosakata) untuk
dituangkan ke dalam sebuah puisi yang ingin mereka tulis. Masalah umum penelitian ini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan desain pembelajaran menulis puisi dengan teknik Permainan Bahasa
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang?

2.

Apakah pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik Permainan Bahasa
dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang?

2. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan yang dirumuskan di atas, maka suatu model dituntut untuk dapat
mengakibatkan siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran menulis puisi. Alternatif yang
akan dikembangkan adalah dengan menggunakan teknik Permainan Bahasa. Menurut Soeparno
(1998:60) pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu
keterampilan tertentu dengan cara yang menggembirakan. Dengan teknik Permainan Bahasa siswa
akan aktif dalam membuat kalimat hingga mampu mengembangkan menjadi sebuah puisi.
Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam teknik
Permainan Bahasa yaitu sebagai berikut; perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam
perencanaan guru mengkondisikan siswa pada situasi belajar yang menyenangkan, guru
mengecek kehadiran siswa dan guru mengadakan apersepsi dengan mengadakan tanya jawab
dengan siswa tentang pengalaman yang menarik dan menyenangkan yang pernah mereka alami.
Pada proses pelaksanaan guru memberikan penjelasan tentang puisi dan cara-cara membuat puisi
yang menyenangkan dengan kemampuan mereka sendiri, guru menuliskan sebagian puisi secara
langsung dengan kata-kata sendiri guna untuk merangsang kemampuan berbahasa mereka lalu
guru bersama siswa melengkapi puisi tersebut dengan kata-kata yang mereka kuasai sesuai
dengan teknik Permainan Bahasa yang telah dijelaskan, setelah itu guru memberikan kesempatan
pada siswa dengan berkelompok untuk membuat puisi dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan teknik yang telah diberikan oleh guru. Sedangkan pada proses evaluasi guru menilai
ketepatan penentuan tema dengan puisi yang telah dibuat, guru menilai penggunaan kata-kata,
sesuai atau saling berkaitan atau tidaknya kata-kata tersebut dengan tema yang ingin
disampaikan oleh siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut:jika pembelajaran menulis puisi dilaksanakan dengan teknik permainan bahasa, maka
kemampuan menulis puisi pada kelas VII SMP Negeri 1 Lembang akan meningkat
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penulis yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui desain pembelajaran puisi dengan menggunakan teknik permainan bahasa dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri 1 Lembag
2. Untuk mengetahui meningkatnya kemampuan menulis puisi dengan menerapkan Teknik Permainan
Bahasa di Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah:
1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dalam menerapkan teknik Bermain Kata atau Bahasa daam kegiatan
pembelajaran menulis serta dapat mengatahui tingkat keberhasilan penerapan teknik ini.
2. Bagi Guru
Dapat membantu dalam meningkatkan pembelajaran menulis pada siswa di masa yang
akan datang, selain itu dapat membantu guru untuk menentukan suatu teknik yang kreatif
yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran, mampu menarik perhatian dan
memberi motivasi kepada para pembelajar.
3. Bagi Siswa
Dari hasil penelitian ini siswa diharpkan memiliki kemampuan menulis puisi dengan baik dan
terampil dalam menciptakan karya sastra khususya puisi.

F. Kerangka Teori
1. Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan
cara menggembirakan. Apabila ketermpilan yang diperoleh dalam permainan itu berupa
keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan permainan bahasa
(Soeparno,1998:60).
2. Meningkatkan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperbaiki yang
sudah ada.
3.

Kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan, kecakapan.

4. Menulis puisi adalah mengekspresikan pengalaman batin mengenai kehidupan manusia, alam,
dan Tuhan melalui media bahasa tulis yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
G. Rencana dan Prosedur Penelitian
1. Rencana Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Lembang .
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang
c. Lamanya Penelitian
Lamanya penelitian diperkirakan selama kurang lebih 4 Bulan.
2. Desain dan Metode Penelitian
a. Desain Penelitian
Sebagai upaya mencari pembuktian dan solusi dari masalah yang diangkat dalam penelitian ini,
peneliti telah menentukan dan merancang desain penelitian dengan desain Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Ebbut dalam Wiriatmadja mengatakan: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
sajian sistimatika dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru
dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (2005: 12). Beberapa alasan pemilihan metode
penelitian dengan menggunakan PTK adalah hal pertama dikernakan TPK sangat kondusif untuk
membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Kedua,
PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi professional dalam kegiatan proses

KBM. Ketiga, dengan melaksanakan tahap-tahap dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses
pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Keempat,
pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang pengajar (guru), karena tidak perlu
meninggalkan kelas pada saat KBM berlangsung. Kelima, dengan melaksanakan PTK pengajar
menjadi lebih kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai
implementasi dan adaptasi berbagai teori dan taknik pembelajaran serta bahan ajar yang
dipahaminya.
b. Metode Penelitian
Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,
dijelaskan bahwa Metode adalah cara yang teratur dan terarah untuk mencapai tujuan. Metode
merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk mnciptakan situasi pembelajaran yang benarbenar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran Proses Belajar Mengajar dan tercapainya
prestasi belajar anak yang memuaskan. Selanjutnya Surakhmad mengatakan, Metode adalah
suatu cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan (1985: 31). Oleh karena itu,
metode yang relevan dengan suatu kegiatan akan menunjang keberhasilan suatu penelitian.
Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari data secara
merata dari peserta didik secara komprehensif tentang pembelajaran menulis puisi.
3. Prosedur Penelitian
a. Perencanaan tindakan
Guru dan peneliti secara kolaboratif merencanakan tindakan, langkah-langkah perencanaan
tindakan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Permohonan ijin kepada Kepala Sekolah dan guru kelas VII, serta guru-guru kelas lainnya
sebagai mitra peneliti.
2) Mengadakan penelitian awal untuk memperoleh data.
3) Memperkenalkan model pembelajaran yang dianggap lebih efektif untuk pencapaian indicator.
4) Menyusun rencana pembelajaran dengan model Bermain Kata atau Bahasa.
5) Menyiapkan instrumen pengumpul data untuk digunakan dalam pelaksanaan tindakan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas VII SMP Negeri 1
Lembang. Guru kelas VII bersama peneliti melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan
menerapkan teknik bermain kata. Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai pada tahap atau siklus
pertama maka dilanjutkan pada tahap atau siklus berikutnya.
c. Analisis dan Refleksi Dalam tahap ini penulis akan menganalisa dan menginterpretasikan data dari hasil
observasi, apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai target yang telah ditentukan atau belum,
sehingga dapat ditentukan rencana pembelajaran berikutnya.
d. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan dengan teliti dan sistematis untuk tujuan
tertentu.
2) Wawancara
Wawancara marupakan teknik pengeumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan
responden. Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat siswa
mengenai proses belajar yang dialami oleh mereka.

3)

Tes
Tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran sebuah contoh perilaku.
4) Catatan Lapangan
Catatan Lapangan digunakan sebagai pengumpul data dalam penilaian kualitatif untuk mencatat
kejadian-kejadian selama proses berlangsung.

H. Jadwal Penelitian
NO
KEGIATAN
1.
Penyusunan Proposal

I.

2.
3.

Seminar Proposal
Penyempurnaan Proposal

4.

Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan data
b. Tindakan siklus I
c. Tindakan siklus II
d. Tindakan siklus III

WAKTU PELAKSANAAN
Minggu pertama bulan November
sampai minggu ketiga bulan Desember
2011
Minggu pertama bulan Januari 2012
Minggu kedua bulan januari sampai
minggu akhir bulan Februari 2012
Minggu kedua bulan Maret 2012
Minggu ketiga bulan Maret 2012
Minggu keempat bulan Maret 2012
Minggu kelima bulan Maret 2012

5.

Pengolahan data dan analisis data

6.

Penyusunan dan revisi laporan

Biaya
Rencana Pengeluaran
No
Jenis
1. Penyusunan Proposal
ATK
2. - Kertas Folio/HVS
- Spidol Marker
3. Penggandaan Laporan
Transportasi
4.

Minggu pertama sampai minggu kelima


bulan April 2012
Bulan Mei sampai Bulan Juni 2012

Volume
1 paket

Biaya
Rp. 40.000,00

1 rim
2 buah
1 paket
Rp 12.000 (PP)/hari
(Rp. 12000x 120 hari
)

Rp. 36.500,00
Rp. 11.000,00
Rp. 600.000,00

Jumlah
Terbilang: Dua juta seratus dua puluh tujuh ribu lima ratus.

J. Dafar Pustaka
Hatimah, Ihat dkk. 2006. Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI PRESS

Rp. 1.440.000
Rp.2.127.500

Sumantri, Mulyani dan Johar Permana. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Wiriatmadja, R. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda
Dadan. 2006. Berbagai Pendekatan Dalam Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS
Diposkan oleh Flawless di 23.18

Contoh 2

CONTOH PROPOSAL SKRIPSI PTK


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIF PROBLEM
SOLVING(CPS) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN
ALJABAR KELAS V11 A SMP N 1 SUSUKAN, SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2010/2011
INSTRUMEN SKRIPSI

Oleh:
TRISNAWATI
07310401

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


IKIP PGRI SEMARANG
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal skripsi dengan judul
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIF PROBLEM
SOLVING(CPS) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN

ALJABAR KELAS V11 A SMP N 1 SUSUKAN, SEMARANG TAHUN PELAJARAN


2010/2011
yang disusun oleh:
Nama
:
NPM
:
Jurusan :

Heri Cahyono
07310199
Matematika

Telah disetujui dan disahkan pada:


Hari
:
Tanggal
:
Semarang, Januari 2010
Pembimbing II

Pembimbing I
Prof.Dr Sunandar MPd
NIP. 1960111319920310001

Drs.Rasiman MPd
NIP. 196011211987031001
Mengetahui
DEKAN FPMIPA

Ary Susatyo N., S,Si., M.Si.


NIP. 1969082619994031002
A. JUDUL
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIF PROBLEM
SOLVING(CPS) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN
ALJABAR KELAS V11 A SMP N 1 SUSUKAN, SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2010/2011
B.

LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks.
Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga
manusia itu bertumbuh sebagai pribadi yang utuh.Manusia bertumbuh melalui belajar, tidak
dapat melepaskan diri dari mengajar .Mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan
yang tidak dapat di pisahkan.proses kegiatan tersebut sangat di pengaruhi oleh faktor yang
sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Dengan belajar manusiadapat mengembangkan potensi-potensi yang
di bawanya sejak lahir.Aktualisasi potensi ini sangat berguna bagi manusia untuk dapat
menyesuaikan diri demi pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan manusia makin lama makin
bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat
memenuhi kebutuhan kebutuhan tersebut.

Dalam proses pembelajaran ada komponen yang terlibat dan tidak dapat di pisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Komponen- komponen itu adalah: tujuan, bahan, alat dan
metode,sarana serta penilaian.Tujuan dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai
pedoman keberhasilan belajar, sedangkan isi tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah
hasil belajar yang di harapkan. Metode dan alat bantu pelajaran berfungsi sebagai alat
transformasi pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di capai. Sehingga metode dan
alat bantu pengajaran yang di gunakan harus efektif dan efisien. Sarana sangat di perlukan
dalam rangka menciptakan interaksi, sebab interaksinya hanya mungkin terjadi bila ada
sarana waktu,tempat dan sarana-sarana lainnya. Sedangkan penilaian merupakan alat ukur
berhasil tidaknya tujuan pembelajara ( Suryosubroto, 2002: 158 )
Berdasarkan informasi dari Bp.Didik Heru Darwono Spd. Guru yang mengajar
matematika disekolah tersebut bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa pada tahun
ajaran 2009/2010 pada materi pokok aljabar adalah 5,5. Nilai rata-rata tersebut kuarang
dari nilai KKM (kriteria ketuntasan minimum), yang diharapkan yaitu 6,5. Dalam hal ini guru
telah melakukan berbagai uasha agar nilai harian siswa dapat meningkat, namun usaha
yang dilakukan belum menunjukan hasil yang optimal.
Selain itu ada juga permasalahan kurangnya keberaniaan siswa untuk
mengungkapkan kesulitan yang dialaminya kepada guru dalam memahami m ateri yang di
ajarkan, sehingga siswa bersifat pasif dalam menerima materi pelajaran dan akhirnya siswa
merasa malas untuk belajar.
Dari urain, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: "Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan
Model Pembelajaran Creatif Problem Solving (CPS) Dengan Pendekatan Kontekstual Pada
Pokok Bahasan Aljabar Kelas V11 A SMP N 1 Susukan, Semarang Tahun Pelajaran
2010/2011".
Dalam hal ini guru harus mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
materi pelajaran dan mampu menyajikan model pembelajaran yang menarik. Penggunaan
bermacam-macam metode dan modal mengajar di sekolah masih sangat terbatas yang
telah dikenal oleh dunia pendidikan dewasa ini mempunyai dasar-dasar psikiligis dan
pengalaman terapan yang cukup kuat. Dalam berbagai macam metode mengajar banyak
menyajikan sejumlah usaha yang dapat di tempuh oleh guru dalam merancang lingkungan
belajar mengajar agar murid dapat menggunakan strategi yang lebih baik.
Untuk memecahkan masalah yang terjadi dikelas VII SMP Negeri I Susukan maka
dilakukan penelitian tindakan kelas yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi dimana
praktik-praktik pembelajaran sebelumnya tersebut dapat mencapai suatu tujuan dari
permasalahan khususnya pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu alternatifnya
adalah denngan menggunakan penggabungan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dan model pembelajaran Creatif problem solving dengan pendekatan konstektual. Dalam
penggabungan model pembelajaran ini kelas dibagi mejadi kelompok-kelompok belajar
terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan dalam
pembelajaran. Setiap anggota kelompok diharapkan bekerja sama,berdikusi, tukar menukar
informasi dan menyelesaikan persoalan yang dikembangkan oleh peran aktif sesama siswa
dalam kelompok. Sehingga setiap siswa bertanggung jawab, baik dalam pembelajaran
sendiri maupun pembelajaran kelompok. Dengan interaksi aktif antar siswa dalam
memahami materi dan menghadapi soal atau masalah bersama dapat mencari jalan keluar
agar kekurang pahaman siswa akan standar kompetensi dapat teratasi secara menyeluruh
dan menumbuhkan minat serta mampu meningkatkan hasil belajar.
Pembelajaran tipe jigsaw ini menekankan model pembelajaran siswa belajar
kelompok atau tim yang beranggotakan 4-5 orang siswa yang heterogen kemampuanya.

Setiap siswa bertanggung jawab atas penugasan bagian materi pembelajaran dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain.
Problem solving merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswa diajak untuk
bisa memecahkan masalah. Metode pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving siswa
diajak berfikir memecahkan masalah. Tujuan dari problem solving adalah siswa diajak
berfikir yang dimulai dengan mengidentifikasi masalh kemudian mencari alternatif yang
paling tetap sebagai jawaban yang tepat dari masalah tersebut.penginsentifikasi masalah
adalah menemukan persoalan dari konsep-konsep bahan ajar yang disampaikan oleh guru,
kemudian merumuskan dalam bemntuk pertanyaan, sedangkan alternatif pemecahan
masalah adalah mengkaji jawaban pertanyaan dari berbagai sumber yaitu buku pelajaran,
pengalaman, dan faktor dari sumber lainya
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep pembelajaran yang menekankan
pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara
nyata. sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi dan
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik akan merasakan pentingnya belajar
dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.
dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam setatus
apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari
berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri
yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru
sebagai pengarah dan pembimbing.
Berdasarkan pandangan diatas, jelas bahwa pendidikan menuntut adanya
keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Jadi guru
dituntuut mampu mengemangkan pembelajaran matematika yang berdasarkan pada
kompetensi yang harus dikuasai siswa, serta mampu menumbuhkan keatifitas siswa. Salah
satunya adalah pengajaran dengan pendekatan konstektual.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam
status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka
pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri
sendiri yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu, mereka
memerlukan guuru sebagai pengaruh dan pembimbing.

C. PENEGASAN ISTILAH
Untuk memperjelas permasalahan dan pencapaian hasil sesuai dengan yang diharapkan
dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberikan penjelasan tentang arti beberapa kata
atau istilah yang tercamtum dalam judul skripsi. Dengan penjelasan ini diharapkan dapat
menghindari adanya perbedaan penafsiran atas istilah-istilah yang digunakan dalam skripsi
ini.
1. Upaya
Upaya adalah usaha akal, ikhtiar yang dilakukan individu atau kelompok. (tim
penyusun kamus pusat bahasa, 2007: 852)
2. Meningkatkan
Meningkatkan
adalah
menaikkan
(derajat,
taraf,
dsb),
memperbaiki,
memperhebat
(produksi, dsb). ( tim penyusun balai pustaka,2007: 820 )
3. Hasil belajar
Hasil adalah sesuatu yang disapat dari jerih payah. (Tim penyusun balai pustaka, 2007 :
351)
Bertambahnya pengetahuan, bertambahnya ketrampilan dan meningkatnnya mutu sikap
seorang terhadap sesuatu hal bila dibadingakn dengan keadaanya sebelumnuya .
4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar progam
belajar tumbuh dan berkembang secara maksimal (Tim MKPBM, UPI, 2001).
5. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pengajaran dimana siswa
bekerjasama dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan, latar belakang sosial,
ekonomi, jenis kelamin dan suku yangberbeda.Dalam pembelajaran kooperatif tugas utama
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi.Jadi ketuntasan atau keberhasilan
belajar menjadi tanggung jawab bersama dalam kelompok tersebut (Lie, 2002: 28).
6. Pembelajaran Kooperatf Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif yang beranggotakan 4 samapai 6 orang siswa dengan karakteristik yang
heterogen.Bahkan akademik yang disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap
siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari
suatu bagian yang sama dan selanjutnya, berkumpul untuk saling membantu mengkaji
bahan tersebut (Ibrahim, 2000: 21).
7. Creatif Problem Solving
Problem solving adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa diajak untuk bisa
memecahkan masalah.metode pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving siswa
diajak berfikir memecahkan masalah. Tujuan dari problem solving adalah siswa diajak
berfikir yang dimulai dengan mengidentifikasi masalh kemudian mencari alternatif yang
paling tetap sebagai jawaban yang tepat dari masalah tersebut.penginsentifikasi masalah
adalah menemukan persoalan dari konsep-konsep bahan ajar yang disampaikan oleh guru,
kemudian merumuskan dalam bemntuk pertanyaan, sedangkan alternatif pemecahan
masalah adalah mengkaji jawaban pertanyaan dari berbagai sumber yaitu buku pelajaran,
pengalaman, dan faktor dari sumber lainya
8. Konstektual

9.

Pembelajara konstektual (Contextual Teacing and learning) adalah konsep belajar


yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia
nyata oleh siswa. Dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupanya mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. (Baharudin, Ekhsa Nurwahyuni, 2007).
Pokok Bahasan Aljabar.
Jika bentuk aljabarnya ax2 + bx + c dengan a, b, dan c adalah konstanta dan x2,
x adalah variabel maka :
Bentuk aljabar tersebut memiliki 4 suku, yaitu ax2, bx, dan c;
a disebut koeisien dari x2, b disebut koefisien dari x, c disebut konstanta, x2 dan x disebut
peubah atau variabel.
bx dan cx merupakan suku-suku sejenis, sedangkan ax2 ,
bx,dan c diseqbut suku-suku
berlainan jenis.
Berdasarkan penegasan istilah diatas, maka arti keseluruhan dari Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan
Model Pembelajaran Creatif Problem Solving(CPS) dengan Pendekatan Kontekstual Pada
Pokok Bahasan Aljabar Kelas V11 A Smp N 1 Susukan, Semarang Tahun Pelajaran
2010/2011 adalah suatu penelitian tindakan kelas untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa yang menggunakan Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran Creatif Problem
Solving(CPS) dengan Pendekatan Kontekstual Pada Pokok Bahasan Aljabar Kelas V11
Smp N 1 Susukan, Semarang Tahun Pelajaran.

D. PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah perpaduan antara model pembelajaran kooperatiftipe jigsaw dan model
pembelajaran kreatif problem solving dengan pendekatan konstektual dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi pokok aljabar pada kelas VII SMP Negeri I Susukan,
Semarang tahun pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimana aktifitas siswa kelas VII A SMP Negeri I Susukan, Semarang tahun pelajaran
2010/2011 pada proses pembelajara matematika?.
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
a. Dengan perpaduan antara model pembelajaran kooperatiftipe jigsaw dan model
pembelajaran kreatif problem solving dengan pendekatan konstektual dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi pokok aljabar pada kelas VII A s SMP Negeri I Susukan,
Semarang.
b. Aktifitas siswa kelas VII A SMP Negeri I Susukan, Semarang tahun pelajaran 2010/2011.
2. Manfaat.
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
a. Bagi siswa
1) Memudahkan siswa dalam memahami materi.
2) Siswa berlatih memecahkan masalah secara kelompok.
3) Dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar.
b. Bagi guru

1) Dapt membantu guru mengarahka siswanya untuk dapat memahami materi melalui
aktifitas kelompoknya dengan pendekatan konstektual.
2) Meringankan kerja guru dalam proses belajar mengajar.
c. Bagi peneliti
Peneliti dapat pengalaman langssung dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
F. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Pengertian belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.pengetahuan ketrampilan, kebiasaan,
kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dan dimodifikasi dan berkembang disebabkan
belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalaam didri orang
itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti
berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu ketrampilan berlatih. Definisi
memiliki pengertian bahawa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian
atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian ataau ilmu merupakan usaha manusia
untukmemenuhi kebutuhanya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai
sebelumnya. Sehingga dengan baelajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti
dan melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2) sebagai landasan
penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan beberapa definisi tentang belajar sebagai suatu perubahan (Darsono, 2001:
3).
Menurut Skiner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Education
Psykology: The Tachhing-Leaching Proces,berpendapat bahwa belajr adalah suatu proses
adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang langsung secara progesif.
Sedangkan menurut hilgard (1962:252) as the process by which an activity
originates or is changed through responding to a situatin. Dalam hal ini hilgard
menekankan pada mengorganisasikan perubahan dalam merespons suatu situasi. Mogan
(1961: 187) learning is any relatifely permanent change in behavior that is a result of past
esperience, yang artinya morgan menekankan pada tetapnya perubahan tingkah laku
(secara relatif) sesudah belajar.
Jadi belajar adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan
menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkngan yang melibatkan proses kognitif
2. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai
dari hasil pengalaman.
Menurut konsep sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosialisasi,
pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memellihara kegiatan belajar tersebut
sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat
kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.
Jadi pembelajaran adalah suatu proses atau cara untuk menjadikan orang belajar,
mengatur , mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
3. Hasil belajar matematika

1.
a)

b)

a.

b.

c.

d.

e.

2.

Hasil belajar dan proses belajar, kedua-duanya sangat penting. Di dalam belajar ini,
terjadi proses berfikir. Seseorang di katakan berfikir bila orang itu melakkan kegiatan
mental, bukan kegiatan motorik,walaupun kegiatan motorik ini dapat pula bersama- sama
dengan kegiatan mental tersebut.
Dalam kegiatan mental itu, orang menyusun hubungan-hubungan antara-antara
bagian informasi yang telah di peroleh sebagai pengertian. Karena itu orang jadi memahami
dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan
pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang di pelajari.
Secara global, faktor-fakto yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi
tiga macam, yakni:
Faktor internal (faktor dari dalam siswa),yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
Faktor yang darisiswa sendiri meliputi dua aspek : aspek fisiologis dan psikologis.
Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti plajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertaii
pusing kepala brat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehinggga
materi yang dipelajarinya pun krang atau tidak berbekas.
Aspek psikologis
Banyak faktor termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhui kuantitaas dan
kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor rohaniahsiswa yang pada
umumnya dipandang lebih esensial itu aadalh sebagai berikut : 1) tingkat
kecerdasan/intelegensi siswa; 2)sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi
siswa.
Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkunnggan dengan cara yang
tepat (Reber, 1988)
Sikap siswa
Sikap siswa adlah internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Bakat siswa
Secara umum bakat, adalah kemepuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pad amasa yang akamdatang (Chalpin, 1972; Reber, 1988). Dengan
demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki balat dalam arti berpotensi untuk
mencaoai prestasi sampai ketingkat tertentusesuai dengan kapasiitas masing-masing. Jadi
secara global bakat itumirip dengan intelegensi.
Minat siswa
Secara sederhana minat itu berati kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Rober (1988),minatbtidak termasuk istilah
populer dala psiokologi karena ketergantunganya yang banyak pada faktor-faktor internal
kainya seperti: pemusatan perhattian, keigintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Motifasi siswa
Pengertian dari motivasi adalah keaadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok
daya (energizer) untuk bertingkah laku secara lemah (Gleitmen, 1986; Reber, 1988).
Faktor eksternal (faktor dari luaar siswa), yakni kondisi lingkungan diluar siswa.

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni ;
faktor lingkkungan sosial dan aktor lingkungan nonsosial.
a. Lingkunga sosial
Lingkungan sosial yang lebh banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua
dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sfat orang tua, praktek pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga,dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi
dampak baik maupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasi yang dicapai oleh siswa.
Contoh kebiasaan yang diterapkan orang tua dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti
kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih
buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tdak mau belajar melainkan juga ia cenderung
berperilaku mmenyipan, terutama perilaku menyimpang yang berat seperti antisosial
(Patterson & Loeber, 1984).
b. Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadan cuaca dan
waktu belajar yang digunaan siswa. Faktor-faktor diapndang turut menentukan tingkat
keberhasilan siswa.
3. Faktor pendekatan belajar siswa
yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran. Dan dapat dipahami
sebagai seggala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menjunjung keekfetifan
dan efisiensi proses ppembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Jadi hasil belajar matematika adalah usaha yang di lakukan individu atau
siswa untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukanya dengan
maksud memperoleh perubahan dengan dirinya baik berupa pengetahuan, ketrampilan
ataupun sikap sehhingga proses balajar menajar menjadi efektif. Hasil belajar dalam
penelitian ini adalah kemempuan siswa dalam menyelesaikan soal aljabar dan dilihat dari
nilai rata-rata siswa 5,5. Upaya ini juga dilakukan untuk meningkatkan kecakapan siswa
dalam belajar mmengajarserta siswa dapat bersosialisasi dengan kelompoknya degan baik.
4. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang mendukung pembelajaran konstekstual. Sistem pengajaran cooperatif lrearning dapat
didefinisikan sebagaisistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk didalam
struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993) yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerjasama, dan proses kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivis, pembelajaran koperatif merupakan strategi belajar dengansejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran menurut Anita Lie dalam bukunya
cooperative learning, bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan
sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap copperatif learning, untuk itu harus
diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu:

a. Saling ketergantungan positif


b. Tanggung jawab perseorangan
c. Tatap muka
d. Komunikasi antar kelompok
e. Evaluasi proses kelompok
Tujuan pembelajaran cooperative learning berbeda dengan kelompok konvensional
yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan
situsasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan
pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim (2000: 7) yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki
prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting yang lainnya, serta dapat memberi
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dan orangorang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting
dimiliki oleh siswa sebab saat itu banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan
sosial
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
kawan-kawan. Menurut Arends (Ahmad Sudrajat, 2008) pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam
satu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa belajar dibagi dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi
pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli.

Kelompok Asal
(4 sampai 6 anggota yang heterogen dikelompokkan)
@#x
$&
@#x
$&

@#x
$&
@#x
$&
@#x
$&
xxx
xx
@@@
@@
###
##
&&&
&&
$$$
$$

(Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari kelompok asal)


Gambar 1. Hubungan Antara Kelompok Asal dan Kelompok Ahli
(Ibrahim, 2000: 22)

a.
1)
2)
3)

Langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai


berikut:
Kelompok Asal (Base Group)
Membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6
siswa dengan kemampuan berbeda.
Bagikan materi atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Masing-masing siswa dalam kelompok mendapat tugas atau materi yang berbeda dan
memahami informasi yang berada didalamnya.

b. Kelompok Ahli
1) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki tugas/materi yang sama dalam satu
kelompok.
2) Dalam kelompok ahli ini, guru menugaskan siswa belajar bersama untuk menjadi ahli
sesuai dengan materi atau tugas yang menjadi tangpgung jawab siswa.

3) Tugaskan bagisemua angota kelompok ahli untuk memahamidan dapat menyampaikan


informasi tentang hasil dari materi atau tugas yangtelah dipahami kelompok asal.
4) Apabila tugas sudah seleai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali
kelompok asal.
5) Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari
tugas di kelompok ahli.
6) Apabila kelompok sudah menyelsaikan tugasnya secara keseluruhan masing-masing
kelompok melaporkan hasilnya dan mempresentasikan di depan kelas.
Jadi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya.
Kelebihan
1) Siswa lebih mudah menemukan dan memakai konsep-konsep yang sulit apabila mereka
saling mendiskusikanya masalah tersebut dengan teman-temannya.
2) Melalui diskusi akan terjadi diskusi komunikasi karena siswa saling berbagi ide atau
pendapat.
3) Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik sehingga meningkatkan daya nalar.
Kekurangan
1) Memerlukan waktu yang cukup lama
2) Tidak dapat digunakan di kelas rendah
6. Pembelajaran Creatif Problem Solving (CPS)
Problem solving adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa diajak untuk bisa
memecahkan masalah.metode pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving siswa
diajak berfikir memecahkan masalah. Tujuan dari problem solving adalah siswa diajak
berfikir yang dimulai dengan mengidentifikasi masalh kemudian mencari alternatif yang
paling tetap sebagai jawaban yang tepat dari masalah tersebut.penginsentifikasi masalah
adalah menemukan persoalan dari konsep-konsep bahan ajar yang disampaikan oleh guru,
kemudian merumuskan dalam bemntuk pertanyaan, sedangkan alternatif pemecahan
masalah adalah mengkaji jawaban pertanyaan dari berbagai sumber yaitu buku pelajaran,
pengalaman, dan faktor dari sumber lainya.
Kebaikan dan keburukan problem solving adalah sebagai berikut ;
Kebaikan pembelajaran creatif problem solving (CPS)
a. Mendidik siswa berpikir secara sistematis
b. Mampu mencari berbagai jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi.
c. Siswa dapat belajar menganalisis sesuatu masalah dari berbagai aspek.
d. Mendidik siswa untuk tidak mudah putus asa.
e. Mendidik siswa percaya diri
Kelemahan pembelajaran creatif problem solving (CPS)
a. Memerlukan waktu yang cukup lama
b. Tidak dapat digunakan di kelas rendah
c. Dapat menjadikan pelajaran tertinggal
Langkah-langkah pembelajaran problem solving
Adapun langkah-langkah pembelajaran problem solving antara lain ;
1. Persiapan

Jenis kegiatan belajar mengajar:


a. Menentukan dan menjelaskan masalah
b. Menyediakan alat-alat atau buku yang relevan dengan masalah tersebut.
2. Pelaksanaan
Jenis kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
a. siswa mengadakan identifikasi masalah
b. merumuskan hipotesis atau jawaban sementara dalam pemecahan masalah tersebut.
c. mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan masalah
d. Menguji hipotesis (siswa berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dengan data yang
ada)
3. Evaluasi atau tindak lanjut
Jenis kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
a. Membuat kesimpulan pemecahan masalah
b.Memberi tugas pada siswa untuk mencatat hasil pemecahan masalah
Jadi Creatif Problem Solving merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswa
diajak untuk bisa memecahkan masalah. Metode pemecahan masalah bukan hanya
sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam
problem solving siswa diajak berfikir memecahkan masalah.
7. Pendekatan konstektual
A. Hakikat Pengajaran dan Pembeljaran Konstektual
Pengajaran dan pembelajaran konstektual atau contextual teaching and
learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga
negara ddan tenagakerja (US. Departement of education The National School-to work
Office yang dikutip oleh Blanchard 2001 )
Pendekatan konstektual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK
sampai denngan SMU untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar
sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah
yang disimulasikan (University of Washington, 2001).
B. Penerapan Pendekatan Konstektual di Kelas
Pembelajaran CTL mempunyai tujuh komponenutama, yaitu konstruktivisme
(Constructivism), inkuiri (Inquiri), Bertanya (Quistionong), masyarakat belajar (Learning
Comunity), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (Autehentic
Assesment). Sebuah kelas dikatakan mengguunakan pendekatan CTL jka menerapka
ketujuh prinsip tersebut kedalam pembelajaranya. CTL dapt diterapkan dalam kurikulum
apa saja, dan kelas yang bagaimanapu keadaanya (Depdiknas, 2002)
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut :
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak-anak akan lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahhuan dan ketrampilan
barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkn kegiatan inkuiri kesemua topik
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok)
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan
7) Lakukan penilaia yang sebenarnyadengan berbagai cara.

Dalam CTL, hal-hal yang bisa gigunakan sebagi menilai prestasi siswa, antara lain (1)
proyek/kegiatan dan laporanya; (2) PR (Pekerjaan Rumah); (3) kuis; (4) Karya Siswa; (5)
Presentasi atau penampilan siswa; (6)Demonstrasi; (7Laporan; (8) Jurnal; (9) hasil tes tulis;
dan (10)Karya tulis.
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep pembelajaran yang menekankan
pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara
nyata. sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi dan
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik akan merasakan pentingnya belajar
dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya
G. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Creatif Problem Solving dengan
Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Creatif Problem Solving dengan
Pendekatan Kontekstual adalah suatu gabungan pembelajaran yang menggambungkan inti
dari pembelajaran dari Cooperatif Tipe Jigsaw dan Creatif Problem Solving dengan
pendekatan Konstektual agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran dengan baik.
Adapun tahap-tahap pembelajaran gabungan pembelajaran koperatif tipe Jigsaw dan
Creatif problem solving dengan pendekatan konstektual adalah sebagai berikut:
1 Menentukan dan menjelaskan masalah
2 Menyediakan alat-alat atau buku yang relevan dengan masalah tersebut.
3 Membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6
siswa dengan kemampuan berbeda.
4 Bagikan materi atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
5 Masing-masing siswa dalam kelompok mendapat tugas atau materi yang berbeda dan
memahami informasi yang berada didalamn
6 Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki tugas/materi yang sama dalam satu
kelompok.
7 Dalam kelompok ahli ini, guru menugaskan siswa belajar bersama untuk menjadi ahli
sesuai dengan materi atau tugas yang menjadi tanggung jawab siswa.
8 Tugaskan bagi semua angota kelompok ahli untuk memahamidan dapat menyampaikan
informasi tentang hasil dari materi atau tugas yang telah dipahami kelompok asal.
9 Apabila tugas sudah seleai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali
kelompok asal.
10 Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari
tugas di kelompok ahli.
11 Apabila kelompok sudah menyelsaikan tugasnya secara keseluruhan masing-masing
kelompok melaporkan hasilnya dan mempresentasikan di depan kelas.
12 Evaluasi pekerjaan siswa
13 Membuat kesimpulan pemecahan masalah
14 Memberi tugas pada siswa untuk mencatat hasil pemecahan masalah.
H. Materi Aljabar.
Berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi edisi 2007 mata pelajaran matematika
kelas VII semester I pada kompetensi mengaplikkasikan aljabar terdiri dari sub bab. Materi
pembelajaran yang diajarkan kepada siswa dalam pokok bahasan aljabar selengkapnya
seperti uraian berikut:
A. BENTUK ALAJABAR
1. Pengertian aljabar
Jika bentuk aljabarnya ax2 + bx + c dengan a, b, dan c adalh konstanta dan x2, x adalah
variabel maka :

Bentuk aljabar tersebut memiliki 4 suku, yaitu ax2, bx, dan c;


a disebut koeisien dari x2, b disebut koefisien dari x, c disebut konstanta, x2 dan x disebut
peubah atau variabel.
bx dan cx merupakan suku-suku sejenis, sedangkan ax2 ,
bx,dan d diseqbut suku-suku
berlainan jenis.
2. Penabahan dan pengurangan suku sejenis
Sebelum pembahasan lebih jauh, ingat kembali hukum distributif berikut:
a(b+c) = ab + ac atau ba + ca = (b+c)a
a(b-c) = ab - ac atau ab - ac = (b-c)a
dengan demikian,berlaku pula :
3x + 2x = (3+2)x = 5x
3x 2x = (3-2)x =1x
Jelas bahwa untuk suku-suku yang tidak sejenis tidak dapat dilakukan penambahan dan
pengurangan
3. Menemukan sifat-sifat perkalian dan pembagiansuku seejenis dan berbeda jenis
a. Perkalian suku sejenis dan berbeda jenis
Pada bab sebelumnya, kamu telah mempejari sifat-sifat perkalian bilangan berpangkat
sebagai berikut:
am x an = a x a x a....x a x a x a x...x a = am+n
m faktor

n faktor

atau :
am x an = am+n
b. Pembagian suku sejenis dan berbeda jenis
Dimana untuk setiap bilangn a dengan m > n, n adalah bilangan asli berlaku:
m faktor
m

a :a =

=a

m-n
n faktor

atau disederhanakan lagi menjadi:


am : an = am-n
B. PENERAPAN BENTUK ALJABAR DALAM ARITMETIKA
Dalam praktik sehari-hari, banyak permasalahan atau persoalan yang dapat dipecahkan
dengan menggunakan perhitungan matematika, terutama dalamm kegiatan ekonomi.
Misalnya, dalam dunia perdagangan dikenal dengan istilah laba, rugi, harga jual, netto,
dan sebagainyamenggunakan operasi bentuk aljabar. Untuk lebih jelasnya, perhatika uraian
berikut!
1. Menghitung nilai keseluruhan dan nilai per unit.
Untuk menentukan nilai keseluruhan dan nilai per unit, terlebih dahulu kamu harus
mengetahui apa itu n ilai keseluruhan adan nilai per unit.
Nilai keseluruhan = banyaknya unit x nilai per unit.
Dari rumus diatas dapat dikembangkan lagi menjadi:
Banyaknya unit =
dan
Nilai per unit =
2. Perhitungan dalam kegiatan ekonomi
a. Laba dan rugi
Harga jual, harga beli, laba,dan rugi

1.
2.
3.

b.
1.

2.

3.
a.

Dalam perdaganngan seseorang akan membeli suatu barang dengan harga tertentu, yang
disebut harga beli, kemudian dijualnya dengan harga tertentu yang disebutharga jual.bila
seoarng pedagang menjual barang dengan harga lebih tinggi dari harga beli maka
dikatakan ia mendapatkan laba. Sebaliknya, bila menjulnya dengan harga lebih rendah dari
harga beli maka dikatakan rugi. Begitu pula, bila harga jualnya sama dengan harga belinya
maka dikatakan impas.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Laba diperoleh apabila harga jual lebih tinggi dari harga beli, sehingga berlaku rumus :
Laba = harga jual harga beli
Rugi diperoleh apabila harga jual lebih rendah dari harga beli, sehingga diperolleh ruumus:
Rugi = harga beli-harga jual
Impaa terjadi jika harga jual sama dengan harga beli
Jika laba dinyatakan dengan U, rugi dengan R, harga jual denga J, dan harga beli dengan
B maka persamaan laba dan rugi diatas diperoleh:
Laba
Rugi
U = J-B
R = B-J
J = B+U
dan
J = B-R
B = J U
B = J+R
Rabat, bruto, tara, dan netto
Rabat
Dalam belanja, kadang-kadanng kita menjumpai tulisan belnja diatas Rp10.000,00
mendapat diskon 10%. Kata-kata pada tulisan tersebut artinya bila kita belanja melebihi
harga Rp10.000,00; berarti kita mendapatkan potongan 10%, sehingga diskon disebut juga
dengan kata lain, yaitu potongan harga
Bruto, tara, dan netto
Ditempat perbelajaan uga sering kita jumpai barang yang tertuls kata bruto, tara, dan netto.
Misalnya pada sebuah karung beras tertulis;
Bruto 50kg
Netto 49kg
Artinya berat keseluruhan dari beeras karung adalah 50kg, sedangkan berat berasnya saja
adalah 49kg, sehingga berat karungnya 1kg. Berat keseluruhan disebut berat kotor atau
berat bruto, berat berasnya saja disebut erat netto.berta karung yang merupakan selisih
bruto dan netto disebut tara.
Atau dapat ditulis
Tara = bruto netto
Keterangan
Bruto = berat kotor
Neto = berat bersih
Tara = selisih antara bruto dan neto.
Pajak dan bunga tunggal
pajak
Pajak merupakan iuran yang harus dibayarkan masyarakat kepada pemerintah. Kita
sering mendengar istilah pajak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pajak pendapatan,
pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan pajak undian, dan sebagainya. Pajak biasanya
dinyatakan ddalam persen dan umunya dalam tempo satu tahun. Namun begitu, untuk
pajak undian dipotong langsung dari besarnya hadiah.
Dapat dirumuskan:
Pajak = %pajak x modal

b. bunga tunggal
dalam kehidupan sehari-hari, kita serinng mendengar orang menabung uang di bank,
meminjam uang dikoperasi, dan sebagainya. Orang menabung dibank biasanya
mendapatkan bunga. Sedangkan orang yang meminjam uang baik dibank maupun
dikopersai, biasanya harus membayar bunga.buga tabungan merupakan bunga tunggal
yaitu bunga yang dihitung dari suatu modal yang tetap nsaja. Besarnya bunga dihitung
dalam persen, baik untuk satu bulan maupun satu tahunyang dihitung dari pokok pinjaman
ataupun pokok modal. Sedangkan untuk mehitun bunga, menggunakan rumuus berikut:
bunga per bulan = x % bunga perbulan x modal
bunga per tahun = x%bunga per tahun x modal
I.

Kerangka berfikir
Untuk meningkatkan keaktifan siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami aljabar dalam kehidupan ekonomi di SMP denganmembangun sendiri
pengetahuan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari, maka perlu dipilih metode
mengajar yang tepat. Pemilihan metode mengajar tersebut dapat menambah ketertarikan
minat an motivasi siswadi alam proses belajar mmengajar terutama pada materi aljabar.
Model pembelajarn yang sesuai adalah dengan adanya pembelajaran yang menarik dan
menyenagkan bagi siswa. Maka siswa akan mudah mempelajari matematika karena belajar
matematika menyenagkan, pada akhirnya kemampuan belajar anak meningkat dan nilai
pelajaran matematika akan mencapai ketuntasan.

J.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka toritik di atas, maka hipotesis penelitian tindakan ini adalah sebagai
berikut:
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dan Model Pembelajaran Creatif Problem Solving(Cps) Dengan Pendekatan
Kontekstual Pada Pokok Bahasan Aljabar Kelas V11 Smp N 1 Susukan, Semarang Tahun
Pelajaran 2010/2011

K. RENCANA PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di VII A SMP Negeri 1 susukan, semarang yang
beralamat di kecamatan Susukan.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V11 A SMP Negeri 1 susukan yang
terdiri dari 40 siswa.
C. Faktor Penelitian
a. Faktor Siswa
1) Hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan alajbar yaitu
meliputi, penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan.
2) Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika pada pokok bahasan faktorisasi
suku aljabar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan CPS denagn
pendekatan konstektual.
b. Faktor Guru
Melihat cara guru membuat rencana pelaksannaan pembelajaran dan bagaiman
pelaksanaanya dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dan CPS dengan
pendekatan kotekstual.
D. Rencana Tindakan

Penelitian yang dilakukan berupa penelitian tindakan kelas yaitupenelitian yang dilakuan
untuk meneliti hal- hal yang terjadi pada kelompok sasaran dan hasilnya dapat langsungdi
kenakan pada kelompok yang bersangkutan dengan ciri utama adanya partisipasi dan
kolaborasi antara peneliti dengan sasaran
Peneliti yang di lakukan untuk 2 siklus sebagai berikut:
Siklus 1: Melakukan simulasi aritmatika sosial dalam kehidpan sehari-hari
Siklus 2: Menyelesaikan operasi aljbar dalam kegiatan ekonomi
Pendekatan ketrampilan proses sebagai upaya pemecahan masalah meliputi rencana
tindakan yang telah direncanakan sebanyak dua siklus, yaitu sebagai berikut
1. Rencana tindakan siklus 1
a. Rencana (planing)
1) Identifikasi dan klarifikasi semua masalah- masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru
dalam kegiatan belajar mengajar.
2) Membuat rencana pembelajaran tentang kolaborasi pembelaajaran kooperatif jigsaw dan
problem solving dengan pendekatan kontekstual
3) Menyiapkan alat bantu mengajar, alat evaluasi yang berupa test observasi.
b. tindakan (action)
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi aljabar.
2) Gurumembenuk kelompok kelas yag anggotanya terdri dari 5-6 siswa secara heterogen.
3) Guru membagikan soal kepada masing-masing kelompok.
4) Guru memberi waktu agar masing-masing siswa mwmpelajari masalh yang diberikan.
5) Guru mengubah bentuk kelompok dengan cara penukaran jumlah anggota kelompok
menurut soal yang diterima dan membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
6) Dengan bimbingan guru siswa berdiskusi dalam kelompok ahi untuk memperoleh jawaban.
7) Guru meminta siswa kembali ke kelompok asal.
8) Guru meminta siswa untuk menjelaskan kepada kelompok asal.
9) Guru meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja.
10) Guru bersama siswa membahas soal tersebut.
11) Guru bersama siswa bersama-sama membat kesimpulan.
12) Guru melakukan evaluasi terhada hasil kerja melalui post tes.
c. Observasi (observation)
1) Penelliti mengamati mengenai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, kerja sama
dalam kelompok diskusi dan kepandaian mengemukakan ide jawaban serta minat siswa
dalam pembelajaran matematika.
2) Peneliti mengamati siswa dalam menjelskan jawaban didepan guru dan teman-temannya.
3) Peneeliti mengamati guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan kolaborasi
pembelajaran kooperatif jigsaw dan problem solving dengan pendekatan konstektual.
d. Analisis dan refleksi
Hasil pada tahap pengamatan yaitu tentang siswa dalam menerima dan
menyelesaikan soal, juga cara guru pada waktu membimbing siswa, di kumpulkan untuk
analisis dn di evaluasi oleh peneliti. Kemudian peneliti dapat merefleksikan diri tentang
berhasil tidaknya yang telah dilakukan. Hasil dari siklus 1 digunakan untuk perbaikanperbaikan pada siklus 2
2. Rencana tindakan siklus 2
a. Rencana (planing)
1. Identifikasi dan klarifikasi semua masalah- masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru
dalam kegiatan beljar mengjar.
2. Membuat rencana pembelajaran tentang kolaborasi pembelaajaran kooperatif jigsaw dan
problem solving dengan pendekatan kontekstual

3.
b.
1.
2.
3.
4.
5.

Menyiapkan alat bantu mengajar, alat evaluasi yang berupa test observasi.
Tindakan (action)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi aljabar.
Guru membenuk kelompok kelas yag anggotanya terdri dari 5-6 siswa secara heterogen.
Guru membagikan soal kepada masing-masing kelompok.
Guru memberi waktu agar masing-masing siswa mwmpelajari masalh yang diberikan.
Guru mengubah bentuk kelompok dengan cara penukaran jumlah anggota kelompok
menurut soal yyang diterima dan membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
6. Dengan bimbingan guru siswa berdiskusi dalam kelompok ahi untuk memperoleh jawaban.
7. Guru meminta siswa kembali ke kelompok asal.
8. Guru meminta siswa untuk menjelaskan kepada kelompok asal.
9. Guru meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja.
10. Guru bersama siswa membahas soal tersebut.
11. Guru bersama siswa bersama-sama membat kesimpulan.
12. Guru melakukan evaluasi terhada hasil kerja melalui post tes.
c. Observasi (onservation)
1) Peneliti mengamati megenai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, kerja sama
dalam kelompok diskusi dan kepamdaian mengemukakan ide jawaban serta minat siswa
dalam pembelajaran matematika.
2) Peneliti mengamati siswa dalam menjelaskan jawaban didepan guru dan teman-temannya.
3) Peneliti mengamati guruu dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan kolaborasi
model kooperatif tipe jigsaw dan problem solving dengan pendekatan konstektual.
d. Analisis dan refleksi
Hasil pada tahap pengamatan yaitu tentang siswa dalam menerima dan menyelesaikan
soal, juga cara guru pada waktu membimbing siswa, di kumpulkan untuk analisis dn di
evaluasi oleh peneliti. Diharapan pada siklus III ini, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran Creatif
Problem Solving (CPS) dengan Pendekatan Kontekstual Pada Pokok Bahasan Aljabar
Kelas V11 A Smp N 1 Susukan, Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011
E.

b.
c.
d.

Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Sumber data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah siswa kelas VII A SMP Susukan,
catatan guru dalam menliti.
Jenis data
Data yang diperoleh adalah kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari:
Hasil belajar siswa dalam menyelesaikan masalah dengan linier.
Keaktifan belajar siswa.
Kerja sama siswa dalam kelompok.
Kterkaitan perencanaan dan pelaksanaan.
Cara Pengambilan Data
Hasil belajar siswa dalam penyelesaian masalah diperoleh dari hasil tes tertulis dalam
bentuk tes uraian.
Keaktifan siswa diambil dari pengamatan.
Kerjasama siswa dalam kelompok diambil dari pengamatan.
Ketertaitan perencanaan dan pelaksanaan tindakan diambil dari lembar pengamatan.

F.

Metode penyusunan instrumen.

1.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.

1. Menetukan Materi
Materi dalam penelitian ini adalah tentanng sub materi pokok Aljabar yang diajarkan pada
siswa kelas VII A semester I SMP Negeri I Susukan.
2. Menyusun Kisi-kisi
Pembuatan ksi-kisi tes sangat diperlukan. Hal ini bertujuan untuk menjaga siswa agar tes
yang disusun tidak menyimpang dari materi.
3. Menetukan Tipe Test
Tipe soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian. Soal tes tersebut adalah
tes yang diberikan setelah sub materi pokok tersebut selesai.
4. Uji Coba Perangkat Tes
Tujuan diadakan uji coba perangkat tes adaalah untuk mengetahui validitas, reabilittas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda.
5. Analisis Perangkat Tes
a. validitas
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat validitas suatu instrument. Suatu
instrumen yang valid mempunyai validitasyang tinggi. Valliditas berkenaan dengan
ketepatan alat penilai ( instrumen ) eterhadap aspek yang dinilai shingga benar-benar
menilai apa yang seharusnya dinilai (Arikunto, 2006:168 ).
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran (validitas logis) dan pengalaman
(validitas empiris). Validitas logis tes ini dapat dicapai krena kesesuaian dengan kurikulum
bidang matematika kelas VII SM. Sedangkan validitas empiris dari tes ini melalui uji coba
dengan menggunakan rumus korelaasi product moment untuk mengetahui tiap item, yaitu:
rxy =
Dimana:
rxy
= Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
N
= Banyaknya peserta tes
XY = Jumlah perkalian skor item dan skor total
X
= Jumlah skor item
Y
= Jumlah skor total
X2 = Jumlah kuadrat skor item
Y2 = Jumlah kuadrat skor item
(Arikunto, 2006:170 )
Setelah didapat harga rxy kemudian dikonsultasikan pada tabel harga kritik product
moment dengan taraf signifikan 5%, jika r xy> rtabel maka soal tersebut valid. Item soal yang
tidak valid tidak dipakai atau diperbaiki.
b. Reliabilitas
Reabillitas artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Menurut (Arikunto,
2006:178 ), suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebutt
dapat memberikan hasil yang tepat. Dalam menentuukan harga reliabilitas dalam peneltian
digunakan rumus alpha, sebagai berikut :
r11 =
(Arikunto, 2006: 196)
Keterangan:
r11
= reliabilitas yang dicari
K
= banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal
b2 = jumlah varians butir
t2 = varians total
Dengan rumus varians dapat dicari t2 yaitu :c

t2 =
Nilai r11 yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan r product moment pada
tabel dengan ketentuan jika r11> rtabel, maka tes tersebut reliabel.
Kriteria penjumlahan reliabilitas tes yaitu setealah didapat harga kemudian harga di
konsultasikan dengan harga r product momen pada tabel. Jika maka tes yanng
diucicobakan reliabel
Kriteria penafsiran reliabilitas sebagai berikut :
Jika 0,000 0,200 : reliabilitas sangat rendah.
Jika 0,002 0,400 : reliabilitas rendah
Jika 0.400 0,600 : relianilitas cukup
Jika 0.600 0,800 : re;obilitas tiggi
Jika 0.800 1,000 : reliabilitas sanngat tinggi
c.

i.
ii.
iii.
d.

Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal uraian menggunakan metode penskoran
dengan metode global yaitu dengan rumus :
P=
Keterangan :
P = tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran di klarifikasikan sebagai berikut :
Jika banyaknya testee gagal 0% P 27%, maka butir soal termasuk kategori rendah.
Jika banyaknya testee gagal 27% P 72%, maka butir soal termasuk kateogori
sedang.
Jika banyaknya testee gagal 0% P 100%, maka butir soal termasuk kategori sukar.
Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai
(kelompok atas) dengan siswa yang kurang pandai 9
(kelompok bawah). suatu soal diangga baik apabila siswa yang pandai dapatmejawab
yang benar, sehingga dengan semakin besar daya pembeda soal, maka soal tersebut
semakin baik, untuk menghitung daya pembeda digunakan :
t=
keterangan :
t
= daya pembeda
MH
= Rata-rata dari kelompok atas
ML
= Rata-rata dari kelompok bawah
= Jumlah kuadrat deviasi individu dari kelompok atas
= jumlah kuadrat deviasi individu dari kelompok bawah.
= 27% x N ( jumlah sampel)
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan dengan taraf signifikan 5%.
Daya pembeda dikatakan signifikan apabila dengan dk = ( ) + ( ).

G. Analisis Data
1. Data mengenai keaktifan siswa dalam belajar matematika
Untuk mengetahu seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
matematika, maka analisis ini dilakukan pada instrumen lembar observasi siswa dengan
menggunakan teknik diskriptif melalui prosentase.
Adapun penghitungan prosentase keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
matematika adalah sebagai berikut :

Kriteria Penilaian :
Skor penilaian = x 100%
Skala penilaian :
A:4
A : Sangat baik
A : 86% - 100%
B:3
B : Baik
B : 76% - 85%
C:2
C : Sedang
C : 66% - 75%
D:1
D : Kurang
D: 65%
Skor maksimum : 40
Skor minimum : 10
2. Data mengenai hasil belajar siswa dalammenyelesaikan soal-soal tentang aljabar
Data mengenai hasil belajar diambil dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal tentang aljabar yang dianalisis melalui hasil post test pada masing-masing siklus,
kemudian diaanalisis lagi dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar
secara kklasikal. Adapun rumus yang digunakan :
a. Menghitung rata-rata nilai :
Untuk menghitung rata-rata klasikal, digunakan rumus rata-rata nilai :

=
Keterangan :
= Rata-rata nilai
= jumlah seluruh nilai
= jumlah siswa
b. Menghitung ketuntasan belajar
Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa dapat ditentukan ketunttasan belajarnya baik
tuntas secara individu maupun tuntas secara klasikal.
i.
Ketuntasan belajar individu
Seorang siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan individu, jika siswa tersebut
memperoleh tinggkat penguasaan materi minimal 65% atau memperoleh nilai 6,5 atau 65.
Tuntas belajar individu =
ii.
Ketuntasan belajar klasikal
Suatu kelas dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar klasikal, jika minimal 85% dari
jumlah siswa yang ada dikelas tersebut mencapai tingkat ketuntasan individu.
Tuntas belajar klasikal =
3.

Dengan mengenai minat siswa terhadap pembelajaran matematika


Untuk menetahui seberapa minat siswa dalam pembelajara aljabar khususnya dalam
soal yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw danmodel pembelajaran creatif problem solving dengan pendekatan
konnstektual, maka digunakan lembar angket minat yng berupa kolom isian cheklist,
dengan kriteria penilaian seebagai berikut :
31 40 = minat siswa tinggi
21 30 = minat siswa sedang
10 20 = minat siswa rendah
Skala penilaian :
SS : Sangat Setuju
SS
:4
S
: Setuju
S
:3
KS : Kurang Setuju
KS
:2

TS : Tidak Setuju
Skor maksimum
: 40
Skor minimum
: 10
4.

a.
b.
c.
d.

5.

TS

:1

Data mengenai kerja sama dengan kelompok


Untuk menngetahu bagaiman kerja sama dalam kelompok dalam menyellesaikan soalsoal aljbar dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan model pembelajaran
creatif problem solving dengan pendekatan konstektual, maka digunakan angket kerjasam
siswa yang bberupa angket pilihan ganda, dengan kriteria sebagai berikut :
31 40 = kerjasama dalam kelompok tinggi
21 30 = kerjasama dalam kelompok sedang
10 20 = kerjasama dalam kelompok rendah
Skala penilaian :
Skor = 4
Skor = 3
Skor = 2
Skor = 1
Skor maksimum
= 40
Skor minimum
= 10
Data mengenai aktifitas guru dalam proses belajar mengajar
Untuk mengetahui seberapa besar aktiffitas guru dalam proses kegiatan belajar
mengajar matematika didalam kelas, maka analisis in dilakukan pada instrumen lembar
observasi guru dengan menggunakan teknik diskriptif melalui prosentase.
Adapun perhitungan presentase aktifitas guru dalam melaksanakan proses kegiatan
belajar mengajar adalah sebagai berikut:
Skor penilaian = x 100%
Skala penilaian
A =4
A = Sangat baik
A ; 85% -100%
B =3
B = Baik
B : 75% - 85%
C =2
C = Sedang
C : 66% - 75%
D =1
D = kurang
D : 65%
Skor maksimum : 40
Skor minimum : 10

H. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian tindakan kelas tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
model pembelajaran kretif problem solving dengan pendekatan konstektual indikator
keberhasilanya meliputi :
1. Guru dapat meningkatkan kinerja dalam pembelajaran. Dalam hal ini dapat dilihat dai
perubahan perbaikan yang dilakukan oleh guru pada setiap pembelajaran sehingga
kesalahan-kesalahan dalam proses pembelajarn dapat diminimalkan. Guru dapat
dikatakandapat meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran apabila mencapai
presentase keberhasilan 85%.
2. Siswa dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasamanya didalam pembelajaran serta
mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik, dengan prosentase sebenarnya
85%.

3.

Siswa dapat meningkatkan hasil belajar dalam menyelesaikan masalah materi aljabar
dengan ketuntasan belajar individu 65% dan ketuntasan belajar klasikal sekurangkuranggnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada dalam kelas.

Bab I

Bab II

Bab III

Bab IV

Bab V

I.

SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI


Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini maka secara keseluruhan
sistematika penulisn skripsi susun menjadi tiga bagian yaitu :
A. Bagian awal
Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman persetjuan, halaman pengesahan, motto,
halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi daftar lampiran, abstrak.
B. Bagian Inti
Bbagian inti terdiri dari lima bab yaitu:
: Pendahulan, berisi latar belakang peneggasan istilah, rumusan masalah, cara
pemecahan masalah, serta sistematika penulisan skripsi.
: Landasan teori dan hipootesis tindakan; membahas teori belajar, pembelajaran, model
pembelajaran kopooperatif tipe jigsaw model pembelajaran problem solving dengan
pendekatan konstektual, ringkasan maeri aljabar, kerangkka berfikir dan hipotesis tindakan.
: Rencana penelitian; berisi lokasi penelitian, subjek penelitian, rencana tindakan, metode
pengumpulan data dan iindikator kberhasilan.
: Pembahasan ; membaha hasil penelitian, implikasi teori, tindakan yang diambilsebagai
hasil, penelitian terhadap hasil dan analisis data
: penutup; berisi kesimpulan dan saran
C. Bagian Akir
Daftar pustaka
Lampiran-lampiran

DAFTAR PUSTAKA
Mulyati M.Pd, 2005. Psikologi Belajar Yogyakarta: CV Andi ovset
Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Darsono, dkk. 2001. Belajar Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Ibrahim, H.M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.
KBBI.2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudjana. 2005. Matode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudrajat,
Akhmad.
2008. Penetapan
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
(KKM).Dalam http://akhmadsudrajat/wordpress.com/2008/08/15/pengertian-fungsi-danmekanisme-penetapan-kriteria-krtuntasan-minimal-kkm/, tanggal 28 Oktober 2009.
TIM MKPBN UPI. 2001 Strategi Pembelajaran matematika KontemporerBandung UPI
Suherman, E. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sukino.2007. Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Penyusun tim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : balai Pustaka
Baharudin dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Malang Arruzz media
Hamruni Msi. 2009. Startegi dan Model-model Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan. Yogyakarta
: UIN
Trianto, S.Pd., M.Pd. 2007.pembelajaran Inovatif broreantasi konstruktivistik. Jakarta Prestasi
pustaka
Hodoyo Herman. 1990. Strategi belajar matematika . Perpustakaan ikip pgri semarang
Munandar Utami 2008, Psikologi Belajar. Jakarta
Rajawali PEB

Skripsi

mbing I

LEMBAR BIMBINGAN

Nama
NPM

: Trisnawati
: 07310401
: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dan Model Pembelajaran Creatif Problem Solving(Cps) Dengan Pendekatan
Kontekstual Pada Pokok Bahasan Aljabar Kelas V11 Smp N 1 Susukan.
:

NO

Hari/Tanggal

Materi Bimbingan

Tanda Tangan

Skripsi

mbing I

LEMBAR BIMBINGAN

Nama
NPM

: Heri Cahyono
: 07310199
: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dan Model Pembelajaran Creatif Problem Solving(Cps) Dengan Pendekatan
Kontekstual Pada Pokok Bahasan Aljabar Kelas V11 Smp N 1 Susukan.
: Prof. Dr Sunandar M.Pd

NO

Hari/Tanggal

Materi Bimbingan

Tanda Tangan

Skripsi

mbing I

LEMBAR BIMBINGAN

Nama
NPM

: Heri Cahyono
: 07310199
: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dan Model Pembelajaran Creatif Problem Solving(Cps) Dengan Pendekatan
Kontekstual Pada Pokok Bahasan Aljabar Kelas V11 Smp N 1 Susukan.
: Drs Rasiman M.Pd

NO

Hari/Tanggal

Diposkan oleh Ghamblang News di 12.18

Materi Bimbingan

Tanda Tangan

Contoh 3

PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF (SKRIPSI)


BISA UNTUK PTK
Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan
deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori,
gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan
pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahanpermasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan
untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan
data empiris di lapangan.
Format Proposal Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan
dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis
yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang
masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian,
kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun
pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok
masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk
diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat
pendahuluan )

2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara
tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya.
Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan
identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya
disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk
kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan
variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara
variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan
masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti

memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan


yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat
kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam
matapelajaran Matematika?. (Tips membuat rumusan masalah )
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam
penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan
rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara
merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan
menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian
dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara
tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam
matapelajaran Matematika.
4. Hipotesis Penelitian (jika ada)
Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian.
Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak
membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian
tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian
kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah
peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah
rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari
kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan
paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis
penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan
antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi
lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah
sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam
bentuknya yang ringkas.
Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional.
Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya
hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan
sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan
positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar
mereka dalam matapelajaran Matematika.

Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang


tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi
dalam matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat
kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a)
menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan
dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat,
padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.
5. Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian
terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan
dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan
penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari
uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa
penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk
dilakukan.
6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal
yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan
penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap
seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal
ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu,
tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang
diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis.
Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian,
sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi
penelitian.
7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel
yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian.
Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi
subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian
tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun,
keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi
temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan
penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari
dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua

hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa


dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun
karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala
yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak
memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.
8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan
akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna
seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi
penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsepkonsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi.
Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika
istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel
penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti
tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada
pengertian yang diberikan oleh peneliti.
Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan
diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifatsifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung
definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok
digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel.
Contoh definisi operasional dari variabel prestasi aritmatika adalah
kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah,
mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal.
Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya
konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan
pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional
memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa
yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang
lain. (Lihat Glossary)
9. Metode Penelitian
Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian
paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi
dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5)
analisis data.
a. Rancangan Penelitian

Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang


digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama
penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai
strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang
valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam
penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah
yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabelvariabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel
terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental
selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian
noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi
penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan
dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris,
survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di
samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang
dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabelvariabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)
b. Populasi dan Sampel
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang
dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi
jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih
cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian
eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden
dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek
tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat
tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya
sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat.
Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif,
dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat.
Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam
pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud
menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap
populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan
kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan
kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam
bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-

batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan


teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.
c. Instrumen penelitian
Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan
prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan
alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan
terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel
yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen
yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis,
terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi
instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh
peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan
reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan
dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode
terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan
bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang
digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang
kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan
dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat
diganti dengan Alat dan Bahan.
d. Pengumpulan Data
Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah
petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c)
jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti
menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu
dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk
menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui
pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu
dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses
pelaksanaan penelitian.
e. Analisis Data
Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat
dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu

statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial


terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan
jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan
dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau
hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk
diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya,
bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik
memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi
yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis
dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara
tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan
penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan
tertentu.
Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang
digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik
analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya
tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik
analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer),
maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci.
Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan
programnya, misalnya SPSS for Windows.
(lihat analisis )
10. Landasan
Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap
suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu)
sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum
mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil
penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan
dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi,
teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori
yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka
memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel)
yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa
argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.

Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang


diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam.
Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut
peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan
penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang
relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara
terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka
dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian,
disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan
seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan
lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah
terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber
kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada
temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan
sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka
dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang
dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta
sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu
pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan
disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang
pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti
berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang
akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip
kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip
relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang
dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin
sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip
kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang
pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga
terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan
untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan
masalah yang diteliti.
11. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah
disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan
sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak

dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka


yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan
dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang
ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan
urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,
2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat
penerbitan, dan 5. nama penerbit.
diambil dari : infoskripsi.com

Contoh 4

Contoh Proposal Skripsi Pendidikan Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam
Proses Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar Siswa
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk


mempersiapkan kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi. Pendidikan bisa
diraih dengan berbagai macam cara salah satunya pendidikan di sekolah. Menurut
Suharsimi Arikunto (1997:4) menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan ada lima
faktor yang berpengaruh yaitu: (1) guru dan personil lainnya, (2) bahan pelajaran,
(3) metode mengajar dan sistem evaluasi, (4) sarana penunjang dan (5) sistem
administrasi. Kelima faktor tersebut di lingkungan sekolah.

Menurut Suparlan (2008:71) sebuah pendidikan mempunyai tiga komponen utama


yaitu guru,siswa dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan
dan komponen-komponen tersebut berada di lingkungan sekolah agar proses
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Pendidikan disekolah merupakan kewajiban bagi seluruh warga Negara


Indonesia, untuk itu pemerintah telah mencanangkan Wajib Belajar 9 Tahun. Hal ini
sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3 yang mnyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi individu beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Potensi yang dimiliki siswa berbeda-beda, begitu juga dengan cara


mengembangkan potensi yang dimiliki. Cara mengembangkan bergantung kepada
keinginan yang dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi setiap
pribadi masing-masing. Motivasi merupakan suatu kondisi yang dimiliki oleh setiap
siswa untuk bertingah laku. Menurut W.S. Winkel (1983:29) siswa yang sudah
duduk di Sekolah Menengah Atas/Kejuruan harusnya lebih dipengaruhi oleh
motivasi intrinsik, karena siswa tersebut sudah mempunyai kesadaran pentingnya
belajar untuk masa depan. Namun dalam realita masih banyak siswa yang belum

dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut,


sehingga guru mempunyai peran penting untuk mengembangkan motivasi intrinsik
tersebut.

Motivasi yang dimiliki oleh setiap siswa pun berbeda-beda, terutama


motivasi dalam hal belajar atau sering disebut dengan motivasi belajar.

Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow (1948) yang diterjemahkan oleh Kasijan
(1984:360) motivasi dalam belajar harus dibantu dengan bimbingan untuk
memahami arti dalam kegiatan belajar agar siswa tersebut mempunyai keinginan
untuk mempelajari yang seharusnya dipelajari. Jika keinginan setiap siswa dalam
belajar harus didukung oleh bimbingan yang sesuai maka motivasi siswa dalam
belajar pun akan semakin meningkat sehingga tujuan dari motivasi pun juga akan
tercapai, yaitu prestasi belajar.

Menurut B. R. Bugelski (1956) yang diterjemahkan oleh Kasijan (1984:361)


motivasi sangat berhubungan erat dengan perhatian dan sikap guru berperan
sangat penting untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan penuh perhatian.
Dengan demikian, guru merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam
menumbuhkan motivasi siswa. Guru adalah komponen yang sangat penting yang
terdapat di dalam lingkungan sekolah. Lokal Area Network adalah salah satu mata
pelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Lokal Area Network adalah mata
pelajaran praktik yang di lakukan di laboratorium komputer. Lokal Area Network
atau biasa disingkat LAN adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya
mencakup wilayah kecil seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor,
dalam rumah, sekolah atau yang lebih kecil.

Peran guru dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai informator/


komunikator, organisator, konduktor, motivator, pengarah dan pembimbing,
pencetus ide, penyebar luas, fasilisator, evaluator, dan pendidik. Dalam proses
belajar mengajar sebagai suatu keseluruhan proses peran guru tidak dapat
dikesampingkan. Karena belajar itu adalah interaksi antara pendidik dalam hal ini
guru dengan peserta didik atau siswa yang menghasilkan perubahan tingkah laku.
Di sekolah, guru merupakan salah satu faktor penentu pokok dalam peningkatan
mutu pendidikan. Oleh karena itu, proses tersebut harus dirancang sedemikian
rupa, sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang sesuai dengan yang
diinginkan. Guru hendaknya tidak menggunakan metode pelajaran yang monoton
seperti ceramah atau mencatat. Dalam proses pembelajaran guru harus dapat
mengguakan metode-metode atau cara mengajar yang baik sehingga siswa dapat

merasa tertarik atau tidak bosan pada saat proses belajar. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam belajar.

SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta merupakan salah satu SMK yang


beralamatkan di Jalan pakuningratan No. 34A Yogyakarta, dan Bengkel yang terletak
di Jalan Bintaran Wetan no 13 Yogyakarta. Letak sekolah yang terpisah antara
bengkel dan praktik dan sekolah tempat teori menjadikan satu tantangan khusus
bagi siswa dan guru untuk menerima dan memberi ilmu. SMK Tamansiswa Jetis
Yogyakarta mempunyai 3 program studi keahlian, yaitu Teknik Mesin, Teknik Elektro,
dan Teknik Komputer Jaringan. Siswa SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta berasal dari
berbagai latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang
berbeda-beda dan sebagian diantaranya berasal dari sekolah yang mempunyai
fasilitas sekolah yang minim, sehingga pemahaman siswa mengenai teknologi
informasi pun masih kurang. Hal ini diperoleh dari data yang diambil dari ketika
KKN-PPL yang berlangsung mulai tanggal 18 juli hingga 16 september 2011.

Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar siswa.


Sarana prasarana yang terdapat disekolah sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran. Sarana prasarana yang tidak lengkap akan membuat proses
pembelajaran akan terhambat. Begitu juga dengan peran guru dalam proses
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada
siswa.

Sarana prasarana yang berupa ruangan laboratorium harus mencukupi


jumlah siswa yang ada disekolah tersebut, sehingga siswa dapat memiliki satu
komputer. Namun kenyataanya di lapangan sarana prasarana komputer yang ada
pun belum memadai. Setiap siswa pun tidak bisa memiliki satu komputer, namun
satu komputer harus untuk tiga siswa. Hal ini membuat siswa sedikit kesulitan
dalam memahami materi jika ketiga siswa tersebut tidak saling bekerjasama. Di
laboratorium komputer sekolah belum terdapat media pendukung pembelajaran
berupa viewer. Sebagian besar guru mata pelajaran Lokal Area Network dalam
proses pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah sehingga guru tidak
dapat mempraktikan secara langsung materi praktik, yang kemudian dapat diikuti
secara bersamaan oleh siswa. Materi yang disampaikan oleh guru, namun guru
tidak bisa menunjukan langsung materi yang dimaksut, sehingga guru harus
berjalan satu per satu ke komputer siswa. Apabila tidak seperti itu hal ini membuat
siswa sulit untuk menerima materi praktik yang diberikan.

Selain itu guru yang mengajar pun tidak harus monoton atau harus
mempunyai ide dalam menjelaskan materi agar seluruh siswa paham dengan
materi yang diberikan. Cara guru yang menjelaskan materi dengan ceramah, dan
tidak ada media pendukung, hal ini menuntut siswa untuk mencatat. Hal ini
membuat siswa mencatat dengan buku seadanya yang siswa bawa ke laboratorium
komputer. Buku catatan yang digunakan untuk mencatat materi yang disampaikan
oleh guru LAN, seringkali dicampur dengan mata pelajaran lain, sehingga siswa
sering mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini akan berpengaruh terhadap
disiplin belajar siswa.

Menurut data yang diperoleh, dari tahun ke tahun masih banyak pula siswa
yang mendapatkan di bawah rata-rata/di bawah nilai ketuntasan untuk mata
pelajaran Lokal Area Network. Nilai-nilai yang masih banyak di bawah nilai
ketuntasan dari tahun ke tahun menimbulkan pertanyaan bagi guru, faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Prestasi tersebut bisa diawali dengan
motivasi belajar siswa yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor.

Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut maka timbul permasalahan yang


perlu dikaji yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran Lokal Area Network. Faktor- faktor tersebut pada
penelitian ini hanya dibatasi oleh lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses
pembelajaran saja. Melalui metode yang sama, maka peneliti mengusulkan
Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran terhadap
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansiswa
Jetis Yogyakarta sebagai judul penelitian ini.

B. Identifikasi Masalah

1.

Nilai hasil evaluasi belajar yang masih banyak di bawah rata-rata/di bawah nilai ketuntasan
dari tahun ke tahun.

2.

Kurangnya variasi guru terhadap proses pembelajaran dalam menerangkan materi pelajaran.

3.

Kelengkapan sarana prasarana yang terdapat di laboratorium belum memadai.

4.

Satu komputer tidak bisa dimiliki oleh satu siswa, sehingga membuat siswa sedikit
kesulitan dalam memahami materi jika mereka tidak ada saling kerjasama.

5.

Kurangnya perhatian siswa tentang buku catatan tersendiri sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi.

6.

Rendahnya minat siswa untuk memahami mata pelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Memperhatikan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang diteliti


dibatasi dua faktor saja yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa, yaitu
lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran pada mata
pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

1.

Apakah lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Lokal
Area Network di SMK Tamansisa Jetis?

2.

Apakah peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansisa Jetis?

3.

Apakah lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh secara
bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Lokal Area Network di
SMK Tamansisa Jetis?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada


pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansisa Jetis.

2. Mengetahui peran guru dalam proses pembelajaran guru berpengaruh terhadap motivasi belajar
pada pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansisa Jetis.

3. Mengetahui lingkungan sekolah, peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh secara
bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada pelajaran Lokal Area Network di SMK
Tamansisa Jetis

F.

Manfaat

1. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah mata pelajaran Lokal Area Network, hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan masukan guna meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
mencapai target belajar siswa yang diinginkan dlam mengikuti pelajaran
pelajaran Lokal Area Network.

b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana belajar untuk jadi seorang
pendidik agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan meningkatkan
motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan memuaskan.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi guna penelitian ini lebih
lanjut yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa dalam mencapai target
belajar yang diinginkan dalam mengikuti pelajaran Lokal Area Network.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan tentang Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan aspek yang sangat penting dalam mendukung seseorang


dalam mengerjakan atau mempelajari sesuatu hal, sehingga mempengaruhi
seseorang dalam pencapaian sebuah prestasi belajar. Istilah motivasi sering
disamakan dengan istilah motif, M. Ngalim Purwanto(2006:60) menyatakan motif
adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
Selain itu seperti yang dikatakan oleh Sartain dalam buku Pshyclogy
Understanding of Human Behaviour yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto
(2006:60) motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme
yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.
Dengan demikian motif adalah hal yang mendorong seseorang untuk mengerjakan
sesuatu hal.

Adapun pengertian motivasi menurut seorang ahli yang bernama McDonald


yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:203) motivasi sebagai sebuah perubahan
tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi tersebut berisi tiga hal, yaitu
(1) motivasi dimulai dengan sistem perubahan dalam diri seseorang, (2) motivasi
ditandai oleh dorongan afektif, (3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi dalam
mencapaian tujuan yang diinginkan.

Menurut Jamnes O. Whittaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto,(2006:205)


motivasi adalah kondisi atau keadaan untuk bertingkah laku untuk mencapai
tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Namun menurut Ghuthrie yang
dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:206), motivasi hanyalah menimbulkan variasi
respons pada individu, dan apabila dihubungkan dengan cara hasil belajar,
motivasi tersebut bukan merupakan instrument dalam belajar tetapi hanyalah
penyebab dari variasi reaksi. Berdasarkan definisi motivasi yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu

kondisi untuk memberikan dorongan dalam melakukan suatu hal untuk mencapai
sebuah tujuan yang diharapkan.

Adapun menurut Sugihartono, dkk (2007:78) motivasi belajar memegang


peranan yang sangat penting untuk pencapaian prestasi belajar siswa, krena
motivasi belajar yang tinggi akan terlihat dari ketekunan yang tidak mudah
menyerah meskipun dihadapkan oleh beberapa kendala. Motivasi tinggi tersebut
dapat ditemukan dalam sikap siswa ,antara lain: (1) tingginya keterlibatan afektif
siswa dalam belajar, (2) tingginya keterllibatan siswa efektif siswa dalam belajar,
(3) tingginya upaya siswa untuk menjaga agar senantiasa memiliki motivasi
belajar. W.S. Winkel (1983:27) mengemukakan motivasi belajar adalah daya
penggerak secara keseluruhan yang berasal dari dalam diri siswa untuk
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan memberikan
arah pada kegiatan belajar tersebut hingga tujuan yang dikehendaki siswa akan
tercapai.

Berdasarkan pendapat di atas dengan demikian motivasi belajar adalah sebuah


dorongan untuk melakukan sesuatu hal yang diwujudkan dalam sebuah tindakan
untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai sebuah tujuan yang
diharapkan.

b. Macam-macam Motivasi Belajar

Motivasi-motivasi untuk belajar yang muncul dari dalam diri seseorang


terdapat berbagai macam hal. Apabila dilhat dari beberapa sudut pandang, para
ahli psikologi berusaha untuk menggolongkan motif-motif yang ada di dalam diri
individu ke dalam beberapa golongan. Menurut Sartain yang dikutip oleh M.
Ngalim Purwanto (2006-62) membagi motif-motif tersebut menjadi dua golongan,
yaitu: (1) physiological drive, (2) social motives. physiological drive adalah
sebuah dorongan yang bersifat fisiologis seperti lapar, haus, seks dan sebagainya.
Sedangkan social motives adalah dorongan-dorongan yang hubunganya dengan
manusia dengan manusia yang lain dalam masyarakat,seperti: dorongan estetis,
dorongan ingin selalu berbuat baik (etika) dan sebagainya. Jadi kedua
golongan motif
tersebut
saling
berhubungan
dengan
yang
lain.
Woodwort
yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2006:63) menyatakan
bahwa motif-motif pada seseorang berkembang melalui kematangan, latihan dan
belajar.

Menurut Wasty Soemarno (2006:207) mengemukakan bahwa motivasi


memiliki dua elemen, yaitu elemen dalam (inner component), elemen luar(outer
component). Elemen dalam (inner component) adalah elemen yang berupa
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan ini berupa keadaan tidak
puas atau ketegangan psikologis. elemen luar (outer component)adalah element
yang mengarahkan tingkah laku seseorang yang berada di luar diri seseorang
tersebut untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Menurut M. Sobry Sutikno (http://www.buderfic.or.id/h-129/peran-gurudalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html)


menyebutkan
bahwa
motivasi belajar ada dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu itu sendiri tanpa ada
paksaan atau dorongan dari orang lain. motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul dari luar diri individu karena adanya paksaan atau dorongan dari orang lain
sehingga individu tersebut mempunyai kemauan untuk melakukan sesuatu atau
belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dibagi


menjadi dua macam, yaitu motivasi belajar yang berasal dari dalam diri
individu/siswa (motivasi intrinsik) dan motivasi belajar yang dari luar diri
individu/siswa (motivasi ekstrinsik). Kedua macam motivasi belajar tersebut
sangat berperan penting bagi pencapaian tujuan belajar siswa dan mempunyai
keterkaitan.

c.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut


Brophy
(2004)
yang
dikutip
oleh
Anonim
(http://www.repository.usu.ac.id/bitsteam/123456789/17468/3/Chapter
%20II.pdf) terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa, yaitu: (1) harapan guru, (2) instruksi langsung, (3)
umpan balik (feedback) yang tepat, (4) penguatan atau hadiah, (5)
hukuman.

W.S. Winkel (1983:29) mengemukakan bahwa siswa yang


masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) lebih dipengaruhi oleh
motivasi ekstrinsik, sedangkan siswa yang sudah duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas/Kejuruan seharusnya lebih dipengaruhi oleh
motivasi intrinsik, karena siswa tersebut sudah mempunyai kesadaran
pentingnya belajar untuk masa depan. Namun dalam realita masih
banyak siswa yang belum dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut, guru mempunyai peran penting untuk
mengembangkan motivasi intrinsik tersebut.

d. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar

Pentingnya motivasi untuk belajar dalam pencapaian tujuan


yang diharapkan oleh siswa, maka motivasi merupakan hal yang
utama yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Motivasi ini harus dimulai
dari diri siswa itu sendiri. Motivasi dalam diri siswa merupakan hal
yang paling penting, karena apabila siswa tersebut tidak mempunyai
kesadaran dalam belajar mak motivasi itu tidak akan tumbuh,
walaupun faktor dari luar diri siswa sudah mendukung. Maka dari itu
harus terdapat upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar.

Membangkitkan motivasi belajar siswa tidaklah mudah. Guru


merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi belajar
siswa, karena guru merupakan orang yang berperan penting dalam
proses belajar siswa. Namun apabila guru tidak paham dengan hal
yang diinginkan oleh siswa, maka motivasi tersebut tidak bisa
ditumbuhkan dari dalam diri siswa. Motivasi tersebut dapat
ditumbuhkan dari dalam diri siswa. Motivasi tersebut dapat
ditumbuhkan salah satunya dengan cara guru menberikan reward
pada siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Sardiman (2010:92-95) menyatakan bahwa bentuk


dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam
belajar adalah:

1)

Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan
tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.

2)

Hadiah, namun dengan pemberian hadiah tidak semua senang, karena


hadiah tersebut tidak akan menarik bagi siswa yang tidak berbakat dalam
suatu pekerjaan.

3)

Persaingan/kompetisi, dengan persaingan individual maupun kelompok


dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.

4)

Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar


merassakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.

5)

Memberi ulangan, hal ini dilesaikan tugas sebabkan para siswa akan
menjadi giat belajar kalau mengetahuai akan ada ulangan.

6)

Memberitahukan hasil, hal ini aka mendorong siswa untuk lebih giat
belajar terutama kalau terjadi kemajuan.

7)

Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal
ini merupakan bentuk penguatan positif.

8)

Hukuman, dengan pemberian hukuman yang tepat dapat meningkatkan


motivasi siswa dalam belajar.

9)

Hasrat belajar, dengan adanya hasrat belajar yang tumbuh dari dalam diri
siswa itu sendiri, maka hasil belajar akan lebih baik.

10)

Minat, minat adalah motivasi pokok yang timbul karena kebutuhan.

11)

Tujuan yang diakui, dengan memahami tujuan yang akan dicapai, maka
akan mempermudah untuk menimbulkan gairah belajar siswa.

W.S. Winkel (1983:30) mengemukakan bahwa upaya-upaya yang


dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menumbuhkan motivasi
intrinsik pada siswa,yaitu: (1) menjelaskan mengenai tujuan dan
kegunaan mempelajari suatu pelajaran yang diajarkan, (2)
menunjukan antusiasme dan menggunakan prosedur mengajar yang
sesuai, (3) memberikan materi pelajaran yang tidak terlalu mudah
dan tidak terlalu sulit, (4) menjaga disiplin balajar di dalam kelas, dan

(5) membagikan hasil PR dan ulangan dalam waktu yang singkat.


Selain itu guru dapat memberikan inisiatif lain untuk menumbuhkan
motivasi intrinsik siswa, diantaranya adalah dengan menggunakan
pujian berdasarkan prestasi, dan hukuman asalkan tidak menyakitkan
siswa. Inisiatif-inisiatif tersebut digunakan untuk menggerakkan siswa
belajar.

Menurut W.S Winkel (1983-31) guru di SMA/K harus bisa


membuat siswa senang dalam belajar, anatara lain: (1) membina
hubungan yang baik/akrab dengan siswa, (2) menhyajikan materi
pelajaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, (3)
menggunakan alat-alat pendukung pembelajaran, dan (4) bervariasi
dalam menggunakan metode pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan


bahwa terdapat usaha- usaha dalam menumbuhkan motivasi belajar
siswa, yaitu dengan cara menjelaskan mengenai tujuan dan maksud
dari
sebuah
pembelajaran,
menggunakan
variasi
metode
pembelajaran, memberikan materi pelajaran yang mudah dimengerti
siswa, memberikan pujian bagi siswa yang berprestasi dan hukuman
bagi siswa yang melanggar, menerapkan disiplin belajar siswa.

e.

Ciri-ciri motivasi belajar

Menurut Sardiman (2009:83) Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi
lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa
setiap tindakan manusia karena adanya unsure pribadi manusia yakni id danego.
Tokoh dari teori ini adalah Freud. Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai
makna dan teori tentang motivasi itu, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri
motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki cirri-ciri sebagai
berikut:

a.

Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama,tidak berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan


dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya).

c.

Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang


dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi,
keadilan, pemberantas korupsi, penentangan terhadap setiap tindakan
kriminal, amoral, & sebagainya.

d. Lebih senang belajar mandiri.

e.

Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f.

Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari & memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti orang itu selalu
memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi itu akan sangat penting
dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat
berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan
berbagai masalah & hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik
tidak akan terjebak pada sesuatu rutinitas & mekanis. Siswa harus mampu
mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin & dipandangnya cukup

rasional, bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka & responsif terhadap berbagai
masalah umum&bagaimana memikirkan pemecahanya. Hal-hal itu semua harus
dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat
memberikan motivasi yang tepat dan optimal.

Menurut Elida Prayitno (1989:11) Di dalam proses belajar siswa yang


termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam
mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh & ingin mencapai tujuan
belajar yang sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah untuk menguasai
apa yang sedang dipelajari, bahkan karena ingin mendapat pujian dari guru. Grage
& Herline (1988) mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik
aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang termotivasi secara
ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi ekstrinsik menunjukan keterlibatan &
aktivitas yang tinggi dalam belajar. Siswa seperti ini baru akan mencapai
kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah pelajaran dengan benar, dan kalau
mengerjakan tugas dengan baik. Mempelajari/mengerjakan tugas-tugas dalam
belajar membentuk tantangan baginya& ia terpaut tanpa terpaksa terhadap tugastugas belajar tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri seseorang


yang mempunyai motivasi yaitu: tekun menghadapi, ulet menghadapi kesulitan,
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa,
lebih senang belajar mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat
mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
serta senang mencari & memecahkan masalah soal-soal. Siswa yang termotivasi
secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang
termotivasi secara ekstrinsik

2.Tinjauan Tentang Lingkungan Sekolah

a. Lingkungan Sekolah

Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan


lingkungan sekitar. Lingkungan inilah yang secara langsung/tidak langsung
dapat mempengaruhi karakter/sifat seseorang. Lingkungan secara sempit
diartikan sebagai alam sekitar diluar diri manusia atau individu sedangkan
secara arti luas, lingkungan mencakup segala material dan stimulus di
dalam dan diluar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun
sosio kultural. Secara fisiologis, lingkungan meliputi kondisi dan material
jasmaniah di dalam tubuh. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap
yang diterima oleh individu mulai sejarah sejak dalam kondisi konsensi,
kelahiran, sampai kematian.

Secara sosio kultural, lingkungan mencakup segenap stimulus,


interaksi, dan dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang
lain (M. Dalyono,2005:129)

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diri kita, yang dalam
arti yang lebih sempit, lingkungan merupakan hal-hal/sesuatu yang
berpengaruh terhadap perkembangan manusia (Tabrani Rusyan.dkk:1994).
Menurut Oemar Hammalik Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam
sekitar yang memiliki makna/pengaruh tertentu kepada individu.
Lingkungan menyediakan stimulus terhadap individu sedangkan individu
memberikan respon terhadap lingkungan yang ada di dalam alam sekitar.

Segala kondisi yang berada di dalam & diluar individu baik fisiologis,
psikologis, maupun sosial kultural akan mempengaruhi tingkah individu kea
rah yang benar. Lingkungan berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh yang langsung misalnya pergaulan dengan keluarga,
teman-teman,sedangkan pengaruh tidak langsung misalnya melalui televisi,
membaca Koran dsb.

Menurut Dwi Siswoyo., dkk, lingkungan pendidikan meliputi:

1)

Lingkungan phisik (keadaan iklim, keadaan alam)

2)

Lingkungan budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik pantangan hidup, &


keagamaan).

3)

Lingkungan sosial /masyarakat (keluarga, kelompok, bermain, organisasi) (Dwi


Siswoyo,dkk.,2007:148)

Berdasarkan berbagai pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa


lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di alam sekitar yang
memiliki makna/pengaruh terhadap karakter/sifat seseorang secara
langsung maupun tidak langsung.

b. Pengertian Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan


pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja& terarah yang dilakukan oleh
pendidik yang professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum
tertentu & diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat
anak-anak sampai perhuruan tinggi. Menurut Sumitro,dkk. Sekolah adalah lingkungan
pendidikan yang mengembangkan & meneruskan pendidikan anak menjadi warga
Negara yang cerdas, terampil & bertingkah laku baik (Sumitro,dkk.,2006:81). Sekolah
sebagai tempat belajar bagi seorang siswa dan teman-temannya untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan dari gurunya dimana pelaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan
secara formal.

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena


disekolah terlaksana serangkaian kegiatanterencana dan terorganisasi, termasuk
kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di kelas (Winkel,2009:28). Definisi lain
menyebutkan bahwa sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan pelajaran kepada
murid-muridnya (Oemar Hamalik,2003:5). Sekolah dapat mengembangkan dan
meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka belajar bermacam-macam ilmu
pengetahuan.

Kualitas guru merupakan faktor yang penting pula. Kualitas guru yang dimaksud
meliputi sikap & kepribadan guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, &
sebagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, turut
menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak (Ngalim
Purwanto,2006:105) keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar. Keadaan gedung sekolahnya & letaknya,serta alat-alat belajar
yang juga ikut menentukan keberhasilan belajar siswa (Muhibbin Syah,2006:152).

Letak gedung sekolah harus memenuhi syarat-syarat seperti tidak terlalu dekat
dengan kebisingan/jalan ramai&memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan ilmu
kesehatan sekolah (Sumadi Suryabrata,2006:233) lingkungan sekolah seperti para
guru, staf administrasi & teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi semangat
belajar siswa. Para guru yang menunjukkan sikap & perilaku yang simpatik, misalnya
rajin membaca & berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan
belajar siswa. Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang siswa untuk
lebih semangat dalam kegiatan belajarnya.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, lingkungan sekolah meliputi:

1)

Lingkungan fisik sekolah seperti sarana & prasarana belajar, sumber-sumber


belajar,& media belajar.

2)

Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temanya, gurugurunya, & staf sekolah yang lain.

3)

Lingkungan Akademis yaitu suasana sekolah & pelaksanaan kegiatan belajar


mengajar
&
berbagai
kegiatan
kokurikuler.
(Nana
Syaodih
Sukmadinah,2004:164)

Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum,


relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah.
Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana
sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitasfasilitas sekolah. Seperti pula dalam bukunya Dimyati & Mudjiono bahwa
dalam prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar,
lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian & peralatan olah raga.
Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas
laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya.

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi


perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan
fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana
belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya.
Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan kawan-kawannya,
guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut
lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar
-mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan


sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama temantemannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru
yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa
dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf
sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung,
masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana
prasarana sekolah.

3. Tinjauan tentang peran guru dalam proses pembelajaran.

a.

Pengertian Peran Guru

Mengenai apa peran guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan dalam buku
Sardiman A.M. (2006:143), antara lain:

1. Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai komunikator, sahabat


yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi
inspirasi dan dorongan, pembmbing dalam mengembangkan sikap dan
tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang
diajarkan.

2.

James W.Brown mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara


lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan
mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi
kegiatan siswa.

3. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan


bahwa peran guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide
tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan
sikap.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, peran guru adalah:

1)

Sebagai informator, guru sebagai pelaksana mengajar informatife, laboratorium,


studi lapangan dan informasi kegiatan maupun umum.

2)

Sebagai organisator, guru sebagai pengelola


silabus,workshop, jadwal pelajaran, dan lain-lain.

kegiatan

akademik,

3)

Sebagai motivator, guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan


untuk mendinamisasi potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya
cipta, sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

4)

Sebagai direktor guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan


belajar mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5)

Sebagai inisiator, guru sebagai pencetus ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh
anak didiknya dalam proses belajar.

6)

Sebagai transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan


dan pengetahuan.

7)

Sebagai fasilisator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses


belajar mengajar.

8)

9)

Sebagai mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

Sebagai evaluator, Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat
menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Slameto (1995:97-98) mengemukakan bahwa dalam proses belajar


mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan
memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mnecapai tujuan. Guru
mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian
materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan
dalam belajar sebagai suatu proses dinamis dalam segala fase dan proses
perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru terpusat pada:

1)

Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan
baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2)

Memberi fasilitas pencapaian tujuan meliputi pengalaman belajar yang memadai.

3)

Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan


penyesuaian diri.

Dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah
kepada peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui peranannya guru diharapkan
mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui
berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa secara
efekktif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta
media belajar. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan
kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat
memberikan fasilitas yang memadai sehingga siswa dapat belajar secara efektif.

B. Penelitian yang Relevan

Menurut
Syaiful
(2009)
meneliti
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi motivasi belajar matematika siswa SMK di Kecamatan
Karangmojo. Peneliti dibatasi oleh masalah kemampuan mengajar,
perhatian orang tua, dan sarana belajar, ketiga masalah tersebut sebagai
variable bebas. Hasil peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mengajar
guru, perhatian orang tua, dan sarana belajar bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa, namun kemampuan
mengajar guru mempunyai pengaruh yang tertinggi dibandingkan dengan
perhatian orang tua dan sarana belajar.

Nur Huda (2007) meneliti tentang survey faktor-faktor yang


mempengaruhi motivasi siswa kelas XI dalam mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani di SMA Muhammad 1 Semarang tahun 2006/2007
mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani dalam kategori tinggi sedangkan faktor ekstrinsik juga
mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani

dalam kategori tinggi pula. Tingginya pengaruh faktor intrinsik terhadap


motivasi siswa disebabkan siswa telah memiliki derajat kesehatan yang
sangat tinggi, memiliki perhatian yang tinggi pada mata pelajaran
pendidikan jasmani, memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani, serta memiliki bakat dalam bidang olahraga yang
tinggi. Sedangkan tingginya pengaruh faktor ekstrinsik disebabkan karena
metode mengajar guru memiliki variasi yang tinggi, alat pelajaran
pendidikan pendidikan jasmani yang ada memiliki inovasi da kelengkapan
yang tinggi, waktu pelajaran memiliki kesesuaian dengan kondisi siswa yang
sedang serta kondisi siswa yang sedang serta kondisi lingkungan yang
mendukung tinggi.

Riris Purnowati (2006) meneliti tentang pengaruh disiplin dan motivasi


belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMK Teuku Umar Semarang
tahun ajaran 2005/2006. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa disiplin
belajar siswa kelas X SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2005/2006
termasuk dalam kategori baik, motivasi belajar siswa dalam kategori baik.

C.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan deskripsi teoritis yang telah di atas, selanjutnya diajukan kerangka


berpikir dan model hubungan antar masing-masing variable dalam penelitian ini. Sesuai
dengan ruang lingkup penelitian yaitu tentang motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansiwa Jetis Yogyakarta, dapat
didugapredictor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah lingkungan sekolah
dan metode pembelajaran guru. Keseluruha faktor tersebut mempunyai kaitan yang
sangat erat antara variabel satu dengan variabel lainnya.

1. Hubungan lingkungan sekolah dengan motivasi belajar

2. Hubungan peran guru dalam proses pembelajaran dengan motivasi belajar

3. Model kerangka konseptual

Lingkungan sekolah X1

Motivasi belajar Y

Peran guru dalam proses pembelajaran X2

Keterangan:

: Variabel lingkungan sekolah, peran guru dalam proses pembelajaran

: Masing-masing variabel berpengaruh terhadap motivasi

belajar

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teoritis di atas, maka disusun ghipotesis
penelitian berikut:

1.

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan lingkungan sekolah terhadap motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansiswa Jetis
Yogyakarta.

2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan peran guru dalam proses
pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Lokal Area
Network di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.

3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan lingkungan sekolah dan peran guru
dalam proses pembelajaran secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis regresi. Ragam penelitian ini
adalah penelitian yang terstruktur yag dimulai dari pengujian hipotesis, sedangkan jenis
penelitian bersifat non eksperimental. Penelitian korelasional untuk mengetahui bagaimana
faktor-faktor Lingkungan Sekolah (X1), Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran (X 2)
terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y).

Pengumpulan data variabel bebas dan variable terikat dilakukan dengan angket. Analisis
regresi digunakan untuk mengetahui predictor yang paling kuat dan predictor yang paling
lemah diantara variable bebas terhadap variable terikat.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Motivasi belajar adalah sebuah dorongan untuk melakukan sesuatu hal yag diwujudksan dalam
sebuah tindakan untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai sebuah tujuan yang
diharapkan. Ciri seseorang yang mempunyai motivasi yaitu: tekun menghadapi, ulet menghadapi
kesulitan, Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih
senang belajar mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan
pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu serta senang mencari &
memecahkan masalah soal-soal.

2. Lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kenyamanan belajar siswa baik
dalam bentuk aspek fisik maupun aspek non fisik. Termasuk dalam aspek fisik yaitu kelengkapan
sarana prasarana, sedangkan dalam aspek non fisik yaitu relasi siswa dengan siswa warga
sekolah. Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Lingkungan sekolah mencakup
keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib
dan fasilitas-fasilitas sekolah.

3. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran adalah hasil pemahaman siswa terhadap peran guru
sehingga nantinya dapat ditentukan bagaimana tanggapan siswa terhadap peran yang telah
dijalankan oleh guru tersebut. Adapun indikator dari Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
yaitu: Sebagai informator, organisator, motivator, direktor inisiator, transmitter , fasilisator ,
mediator, evaluator dalam proses pembelajaran.

C.

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Tamasiswa Jetis Yogyakarta.

D.

Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI jurusan Teknik
Komputer dan Jaringan di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakartayang jumlahnya
67 orang.

E.

Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:222) metode pengumpulan data adalah cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk teknik pengumpulan data. Berdasarkan sifat masalahnya, yaitu
pemanfaatan gambar peneliti bermaksud untuk menguji hipotesis karena hasilnya akan
dihitung dengan menggunakan statistik.

1. Instrumen penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data.


Instrumen pada penelitian kuantitatif menggunakan angket, lembar observasi

atau lainya. Penelitian ini menggunakan angket tertutup dimana jawaban


sudah disediakan oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih. Angket
ini menggunakan skala libert. Menurut Sugiyono (2010:134) skala likerrt
digunakan untuk mengukur sikapa atau pendapat seseorang atau sejumlah
kelompok terhadap sebuah fenomena sosial dimana jawaban setiap item
instrument mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative.
Pengisian angket ini dengan cara setiap responden harus memilih satu
diantara 4 alternatif jawaban yang ada dari masing-masing item, tidak ada
jawaban benar atau salah, setiap jawaban mempunyai skor berbeda. Melalui
skala Likert variable-variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikatorindikator. Adapun skoruntuk masing-masing alternatf jawaban adalah:

a.

Variabel Motivasi Belajar dan Metode pembelajaran guru

1)

Skor 1 untuk alternatif jawaban Tidak Sesuai

2)

Skor 2 untuk alternatif jawaban Kurang Sesuai

3)

Skor 3 untuk alternatif jawaban Sesuai

4)

Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat Sesuai

b. Variabel Lingkungan Sekolah

1) Skor 1 untuk alternatif jawaban Kurang Baik

2) Skor 2 untuk alternatif jawaban Cukup Baik

3) Skor 3 untuk alternatif jawaban Baik

4) Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat Baik

Adapun kisi-kisi penyusunan instrumen angket adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan Sekolah

Indikator dari angket variabel Lingkungan sekolah dapat dilihat dari table berikut
ini:

N
o

Indikator

No.item

jumla
h

1,2,3,4

5,6,7,8

9,10,11

11,12,13,
14

Keadaan sekitar sekolah

Keadaan
sekolah

Sarana & prasarana sekolah.

Suasana sekolah

Relasi siswa dengan teman-temanya

15,16

Relasi siswa dengan guru

17,18

Relasi siswa dengan staf sekolahan

19*,20

Tata tertib di sekolah

21,22*,23

gedung

sekolah

& fasilitas

*nomor item dengan pertanyaan negatif.

3. Peran guru dalam proses pembelajaran

Indikator dari angket variabel Metode pembelajaran guru dapat dilihat


dari table berikut ini:

No

Indikator

No.item

jumlah

Sebagai informator

1,2,3

Sebagai organisator

4,5

Sebagai motivator

6,7*,8*

Sebagai direktor

9,10,11

Sebagai inisiator

12,13,14

Sebagi transmitter

15,16,17

Sebagai fasilisator

18,19,20

Sebagai mediator

21,22

Sebagai evaluator

23,24,25

*nomor item dengan pertanyaan negatif.

2. Motivasi Belajar

Indikator dari angket variabel Motivasi belajar dapat dilihat dari table berikut ini:

Indikator

No.item

jumla
h

1,2*,3*,4

5,6,7

8,9,10,11

12,13,14,15
*

No
1

Tekun menghadapi tugas

Ulet menghadapi kesulitan.

Keinginan mendalami materi yang diberikan.

Senang dan rajin penuh semangat.

Dapat mempertahankan pendapatnya

16,17,18

Berprestasi sebaik mungkin.

19,20,21

Senang mencari
masalah.

22,23

Minat terhadap masalah yang belum


diketahui

24,25,26

dan

memecahkan

*nomor item dengan pertanyaan negatif.

a. Validitas Instrumen

Validitas instrument berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan fungsi alat


ukur yang digunakannya. Suatu alat pengukur dikatakan valid jika benar-benar sesuai
dan menjawab tentang variabel yang diukur. Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan kevalidan atau keahlian suatu instrument. Menurut Sugiyo (2004:109),
sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yag diteliti secara
tepat. Validitas instrument dalam penelitian ini dilakukan dengan validitas konstruk dan
validitas isi. Menurut Sugiyo (2004:141), validitas kontruk dilakukan dengan
mengkonsultasikan indikator-indikator yang digunakan dalam instrument pada ahli
dibidangnya sehingga pengembangan indikatornya sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Validitas isi dilakukan dengan mengembangkan kisi-kisi instrument menjadi


butir-butir (item) pertanyaan. Sehubungan validitas alat ukur, Suharsimi Arikunto
(2002:145), membedakan dua macam validitas alat ukur yaitu validitas logis dan
validitas empiris. Validitas logis merupakan validitas yang diperoleh melalui cara-cara
yang benar sehingga menuntut logika yang akan dapat dicapai suatu tingkat validitas
yang dikehendaki. Validitas empiris adalah validitas yang diperoleh dengan jalan
mengujjicobakan instrument pada sasaran yang sesuai dalam penelitian.

Uji validitas instrument dimaksudkan untuk mendapatkan alat ukur yang sahih
dan terpercaya. Pengujian validitas logis dalam penelitian ini, dilakukan dengan jalan
mengkonsultasikan kisi-kisi instrument yang telah disusun kepada ahli, dalam hal ini
adalah dosen yang ahli di bidang pendidikan.

Selesai angket disusun dan diuji coba validitas logis dan reliabilitas, angket
tersebut diujicobakan pada 30 siswa dari SMK yang memiliki karakteristik yang hampir
sama di luar sampel penelitian untuk mengetahui validitas item soal. Menurut Sugiyanto
(2010:177) instrument yang diujicobakan pada sampel dimana populasi diambil dengan
jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Hasil uji coba ini diketahui
sejauh man validitas dan reabilitas instrument yang akan digunakan dalam pengambilan
data.

Pengujian validitas adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui sejauh


mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur.
Nilai validitas yang dicari dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product

moment dari Karl Person (Suharsimi Arikunto,2006:170). Pengujian validitas ini


dilakukan untuk mengukur validitas instrument.

=
Keterangan:

r xy
Koefisien korelasi

= Jumlah responden

= Total perkalian skor item dan total

= Jumlah skor item

= Jumlah skor total

= Jumlah kuadrat skor item

= Jumlah kuadrat skor total Suharsimi Arikunto, 2006:170)

Pengujian validitas empiris dapat menggunakan teknik analisis butir,


yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor totalnya.
Menurut Sutrisno Hadi (1987:27) suatu butir dikatakan valid apabila r pq>rtaraf
signifan
5%
pada
pengujian
satu
sisi.
tabel pada

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu cara yag dilakukan untuk mengolah data agar dihasilkan
suatu kesimpulan yang tepat. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisa
deskriptif dan pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi dua prediktor.

Anda mungkin juga menyukai