Anda di halaman 1dari 47

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN


METODE QUANTUM TEACHING BERMEDIA GAMBAR
SISWA KELAS XI-A1 MAN 2 MADIUN
TAHUN AJARAN 2010-2011

BAB I
PEBDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Penelitian


Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ditujukan pada keterampilan siswa
dalam menggunakan bahasa yang sesuai dengan konteksnya atau bersifat pragmatis.
Oleh karena itu, secara pragmatis komunikatif pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia lebih ditekankan bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran
tentang ilmu atau pengetahuan kebahasaan. Lebih lanjut, konsekuensi pandangan ini
dalam hal pengembangan soal-soal ujian sebaiknya lebih menekan pada soal-soal
yang berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Keterampilan menulis merupakan aspek penting dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Melalui kemampuan menulis, siswa dapat menuangkan gagasan dan ide
yang dimilikinya. Dalam menuangkan ide dan gaasan, siswa dapat menuangkannya
dalam berbagai bentuk tulisan. Baik berupa tulisan fiksi, seperti cerpen, novel,
dongeng, dan karya fiksi yang lain maupun karya tulis non fiksi seperti tulisan
deskriptif, narasi, argumentasi, persuasi dan eksposisi.
Dalam proses menulis, seharusnya bahasa yang digunakan adalah adalah
bahasa yang baik dan benar. Karena dengan bahasa yang baik dan benar, sebuah
gagasan ataupun ide yang akan disampaikan akan tertangkap jelas maksudnya.
Namun pada kenyataannya, siswa sering menggunakan bahasa yang tidak benar,
banyak sekali penggunaan bahasa yang asal-asalan, bahasa tidak resmi dan juga pada
hal penggunaan ejaan yang benar sering diabaikan. Sebagai buktinya banyak
kesalahan-kesalahan berbahasa dalam penulisan karya tulis dan ilmiah oleh sisiwa
bahkan para mahasiswa maupun dosen yang tataran ilmu kebahasaannya dianggap
lebih tinggi pun sering melakukan kesalahan. Hal ini terbukti pada hasil-hasil
penelitian terdahulu mengenai analisis kesalahan berbahasa yang hasilnya dapat
disimpulkan bahwa masih banyak sekali kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa
yang dilakukan mereka khususnya pada bahasa tulis.
Pendekatan pembelajaran bahasa di SMA/MA lebih dititik beratkan pada
aspek performansi/ kinerja bahasa dan fungsi bahasa, sehingga pendekatan yang tepat
dipergunakan adalah pendekatan yang bersifat komunikatif. Sementara itu,
pendekatan pembelajaran sastra leboh dititikberatkan pada kemampuan siswa dalam
mengapresiasi karya sastra sehingga pendekatan yang tepat digunakan pendekatan
yang bersifat apresiatif.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada senin, 15 Juli 2010
pukul 8.00 – 9.00 WIB pada siswa kelas XI-A1 MAN 2 Madiun. Dengan pengisian
angket didapat data bahwa siswa-siswi sebagian besar kurang menyukai pelajaran
menulis puisi, faktor-faktor yang menyebabkan siswa-siswi ini kurang menyukai
pembelajaran menulis puisi salah satunya, kurangnya guru dalam mengungkap dan
memberikan sesuatu suatu pembelajaran yang unik dalam upaya meningkatkan
pembelajaran puisi.masih benyak siswa yang mengeluh tentang pelajaran menulis
puisi,di sini peran seorang guru sangatlah fital dalam meningkatkan kemampuan
menulis pada siswa.
Kemampuan atau ketrampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan
gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Keterampilan
pengungkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan. Selain
komponen kosakata yang gramatika, ketepatan bahasa sebaiknya di dukung oleh
konteks dan penggunaan ejaan. Sedangkan kemampuan atau ketrampilan menulis
adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak
lain melalui bahasa tulis yang bersifat literer (Depdikbud, 2005:7). Keterampilan
mengungkapkan gagasan juga harus didukung oleh ketepatan bahasa sastra yang
digunakan. Selain komponen kosakata dan konteks kesastraan, ketepatan bahasa
sastra sebaiknya didukung oleh konteks dan penggunaan gaya bahasa/majas.
Dalam menulis karya sastra, hal yang harus diperhatikan dan diutamakan yaitu
prinsip licentia poitica, yaitu kebebasan “penyair” dalam menggunakan bahasa.
Bahasa dalam karya sastra modern tidak harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang
berlaku,tetapi penulis diberikan kesempatan untuk ”melanggar” atau “menyeleweng”
ketika mereka menulis karya sastra. Prinsip ini perlu ditanamkan kepada peserta didik
agar mereka mampu menulis karya sastra, dalam hal ini puisi tanpa harus terbeban
dengan memerhatikan kaidah-kaidah berbahasa untuk mencapai hasil yang benar-
benar natural, fleksibel dan mumpuni.
Pembelajaran menulis kreatif puisi untuk siswa SMA/ MA diarahkan agar
siswa mempu menulis puisinya dari gagasannya sendiri dan menampilkan pilihan kata
(diksi) yang tepat serta rima yang menarik untuk menyampaikan maksud atau ide
yang ingin ia sampaikan. Kegiatan pembelajaran menulis kreatif puisi bagi siswa
SMA/MA bukan hal yang mudah diajarkan kepada peserta didik, oleh karena itu
kegiatan pembelajaran tersebut biasanya kurang diperhatikan. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, pendidik disarankan untuk menggunakan metode atau
pendekatan tertentu guna meningkatkan kreativitas peserta didik dalam menulis
sastra, dalam hal ini adalah puisi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
rasional tindakan-tindakan mereka (pendidik) dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pedalaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta
memperbaiki dimana praktik-praktik pembelajaran itu dilakukan (Depdikbud,
1999:6).
Tujuan pertama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan
profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan itu dapat dicapai
jika dilakukan perencenaan tindakan alternatif oleh guru, kemudian diujicobakan dan
dievaluasi efektivitasnya dalam memcahkan masalah pembelajaran yang sedang
dihadapi oleh guru. Tujuan PTK bukan hanya mengemukakan penyebab dari berbagai
permasalahan pembelajaran yang dihadapi, tetapi yang lebih penting adalah
memberikan solusi berupa tindakan untuk mengatasi permasalahan belajar yang
dihadapi.
Begitu pentingnya menulis dikalangan siswa, khususnya menulis puisi
dipandang perlu diadakan penelitian tentang hal tersebut. Oleh karena itu penulis
tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan
Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Quantum Teaching Bermedia Gambar
Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 Madiun dipilih sebagai obyek penelitian, karena sesuai
dengan kurikulum KTSP 2009 yang dipakai.

1.2    Rumusan Masalah


Berdasrkan latar belakang diatas, muncul permasalahan dalam penelitian ini
sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Menulis


Puisi dengan Metode Quantum Teaching Bermedia Gambar Siswa Kelas XI-
A1 MAN 2 MADIUN?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa selama dalam kegiatan belajar
mengajar menggunakan pembelajaran Menulis Puisi dengan Bermedia
Gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN?
3. Bagaimana tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran Menulis Puisi
dengan Metode Quantum Teaching Bermedia Gambar Siswa Kelas XI-A1
MAN 2 MADIUN?
4. Bagaimana guru menerapkan pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode
Quantum Teaching Bermedia Gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN?

1.3    Tujuan Penelitian


1.3.1       Tujuan Umum
Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui
Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Quantum Teaching
Bermedia Gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN.
1.3.2       Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian tindakan tujuan tindakan kelas ini untuk :
1.     Memperoleh deskriptif aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Menulis Puisi
dengan Metode Quantum Teaching Menggunakan Bermedia Gambar Siswa Kelas XI-
A1 MAN 2 MADIUN.
2.     Memperoleh deskriptif hasil peningkatan belajar siswa selama kegiatan belajar
mengajar menggunakan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Quantum
Teaching Bermedia Gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN.
3.     Memperoleh deskriptif tingkat pemahaman siswa terhadap Pembelajaran Menulis
Puisi dengan Metode Quantum Teaching dengan Metode Quantum Teaching
Bermedia Gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN.
1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1       Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah memberikan
sumbangan dalam pengembangan kegiatan menulis puisi selanjutnya. Serta upaya
untuk meningkatkan keterampilan atau kemampuan bersastra khususnya dalam
kegiatan pembelajaran menulis puisi, yaitu dengan menggunakan metode
pembelajaran metode quantum teaching bermedia gambar
1.4.2 Manfaat Praktis
a)     Bagi Siswa
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat akan menarik dan memotifasi siswa
untuk meningkatkan kemampuan menulis puisinya dengan menggunakan metode
pembelajaran metode quantum teaching bermedia gambar.
b)     Bagi Peneliti
Dengan melakukan tindakan kelas ini dapat memperoleh pengetahuan dan memahami
secara mendalam tentang pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
metode quantum teaching bermedia gambar.
c)     Bagi Guru
Secara kongkrit dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini akan memudahkan
pendidik atau guru dalam menyampaikan materi menulis puisi karena adanya metode
quantum teaching menggunakan media visual (gambar).
d)     Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai dapat terwujud.
1.5    Asumsi Penelitian
a)     Siswa kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN mempelajari menulis puisi sesuai dengan
kurikulum yang berlaku saat ini.
b)     Data tentang pembelajaran menulis puisi kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN dengan
metode quantum teaching bermedia gambar dapat dilacak melalui penelitian tindakan
kelas.

1.6    Definisi Operasional Penelitian


Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam penelitian ini perlu diberikan
definisi sebagaiberikut.
a)     Pembelajaran dengan menggunakan metode quantum teaching ialah suatu metode
pengajaran dengan merubah macam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar
momen belajar siswa dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses
belajar alamiah siswa dengan menggunakan musik, pewarnaan lingkungan sekeliling,
penyusunan bahan pengajaran yang sesuai, cara-cara efektif pembelajaran, dan
keterlibatan efektif baik siswa maupun guru dalam proses belajar mengajar (Suyatno,
2004:31).
b)     Kemampuan menulsi puisi adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat
dan perasaan dan perasaan kepada pihak lain melalui bahan tulis yang bersifat literer
(Depdikbud, 2005:7).
c)     Media visual adalah media yang menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima
pesan melalui indra pengelihatan. Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang
ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan berbagai bentuk, seperti video,
foto, gambar/ ilustrasi, sketsa gambar, dan bagan untuk menghadirkan ilustrasi
melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari suatu objek atau situasi.
d)     Peningkatan pembelajaran menulis puisi dengan metode quantum teaching
menggunakan media visual (gambar) adalah suatu metode pengajaran untuk
meningkatkan keterlibatan aktif baik siswa maupun guru dalam proses KBM dengan
menghadirkan media pembelajaran sebagai ilustrasi atau imajinasi melalui gambar
yang hampir menyamai kenyataan dlam pembeljaran menulis puisi siswa.

1.7    Hipotesis Tindakan Penelitian

1. Diduga aktifitas siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi dengan


metode quantum teaching menggunakan media visual (gambar) akan
meningkat.
2. Diduga hasil atau prestasi belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar
siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan metode quantum teaching
menggunakan media visual (gambar) akan meningkat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menurut Tarigan
(1986:21), menulis ialah kegiatan menurunkan lukisan lambing-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang
lain dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut. Dalam kegiatan menulisnya
penulis harus trampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosakata.keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, tetapi melalui pelatian
dan praktik teratur.
Menurut Sabaiti (1996:8-9), menulis memiliki lima pengertian yang mendasar,
yakni :

1. Suatu bentuk komunikasi


2. Suatu proses pemikiran yang diawali dengan pemikiran tentang gagasan yang
akan disampaikan.
3. bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap dalam bentuk tulisan
yang di dalamnya terdapat intonasi, ekspresi wajah, gagasan fisik serta situasi
yang menyertai percakapan.
4. Suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat yang jelas
serta ejaan dan tanda baca.
5. Bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak
pembaca yang dibatasi jarak, tempat dan waktu.

Disamping itu, seorang dikatakan mempunyai kemampuan dan keterampilan


menulis dengan baik bila memiliki penguasaan kosakata yang baik pula, dapat
mengembangkan yang ada di dalam peta pemikireannya dengan pemilian kata yang
tepat pula. Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindari kedudukan
para pembaca, ingin menolong pembaca, memahami, menghargai perasaan dan
memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup pembaca
lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan bisa
menulis secara tepat jika dia percaya, baik secara sadar atau tidak sadar bahwa
pembaca atau penikmat karyanya itu adalah lawan atau musuh.
Disamping itu, menulis berarti mengungkapkan pikiran, opini, dan perasaan
tentang suatu hal yang dihadapi pengarang dalam hidup sehari-hari dengan memakai
bahasa. Karena itu untuk menulis tidak cukup dengan hanya memiliki kemampuan
bahasa semata. Disamping itu anda harus memiliki kepekaan dan pengalaman hidup
yang cukup.

Kemampuan Menulis Puisi


Kata puisi berasal dari bahasa Yunani “poisis” yang berarti ”penciptaan”
Shelly (dalam Pradopo, 2002:6) mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-
detik yang paling indah dalam hidup kita, misalnya saja peristiwa-peristiwa yang
sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti: kebahagiaan,
kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan kematian seseorang
yangyang kita cintai. Semuanya ini merupakan detik-detik yang paling mengesankan
untuk direkam.
Kemampuan menulis sering dianggap sebagai bakat, sehingga banyak orang
merasa bahwa orang yang tidak mempunyai bakat tidak dapat menulis puisi, tetapi
bakat tidak berarti tidak adanya pelatihan. Sebaliknya tanpa bakatpun seseorang yang
rajin belajar dan giat berlatih ia akan terampil dengan sendirinya dalam menulis puisi
(Wiyanto, 2005:48).
Dalam menulis puisi yang dilakukan pertama adalah menentukan tema. Tema
tersebut dapat dijabarkan menjadi subtema atau dapat dikatakan sebagai pokok
pikiran. Puisi sering kali tidak mengungkapkan tema yang umum, tetapi tema yang
khusus diklasifikasikan ke dalam sub tema atau pokok pikiran (Budi Darma dalam
Djojosuroto, 2005:24), misalnya tema puisi bukan percintaan, tetapi temanya lebih
spesifik seperti kegagalan cinta yang mengakibatkan suatu bencana.
Di dalam sebuah puisi, aspek isi dan bentuk dapat dipandang sebagai dua hal
yang salin menjalin secara erat dan padu sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan,
bahkan dapat dikatakan bentuk atau pengucapan puisi mewadai isi atau masalah yang
hendak dikemukakan penyair dalam sajaknya (Depdikbud, 2003:13). Menulis puisi
tidaklah terlalu sulit, memang tidak ada resep yang ampuh untuk menulis puisi, akan
tetapi dengan berbekal pengalaman estetik, pengalaman mengolah bahasa, dan
kreativitas maka jadilah puisi yang baik. Secara umum, dapat dikatakan bekal menulis
puisi adalah memahami bahasa dan bentuk ekspresi puisi. Pengalaman seseorang baik
dalam bentuk sesuatu yang dilihat, dirasakan maupun dalam bentuk lainnya dapat
dijelmakan menjadi suatu bentuk yang bermakna bagi umat manusia khususnya
manusia yang memiliki kesadaran eksistensial.
Puisi merupakan salah satu cara mengekpresikan diri melalui bahasa, sama
halnya dengan prosa. Perbedaannya hanya terletak pada pengungkapan bahasanya
yang lebih padat dan pilihan katanya lebih tepat, sehingga penulis puisi harus benar-
benar mampu mengekpresikan jiwanya dalam menulis sebuah puisi, baik merupakan
pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
Puisi adalah karanga terikat oleh banyaknya baris, sajak dan irama. Puisi
adalah salah satu bentuk karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa karya sastra biasanya
bersifat konotatif karena menggunakan makna kias, makna lambang, atau biasa
disebut dengan majas. Jika dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain,
bahasa puisi lebih bersifat konotatif karena pemilihan kata atau diksinya mempunyai
banyak arti.
Seperti halnya jenis sastra yang lain, puisi merupakan sebuah dunia simbol.
Oleh karena itu untuk memahami makna, pesan, dan keindahan puisi, pembaca harus
menafsirkan puisi itu. Tak salah, bila puisi itu dianggap sebagai dunia interpretatif dan
sekaligus dunia alternatif. Penafsiran itu akan melahirkan berbagai kemungkinan
makna. Interpretasi terhadap puisi berarti pemberian makna terhadap teks puisi.

Untuk menulis sebuah puibi, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan
yakni,
1. Pemilihan judul
2. Pemahaman kita terhadap latar pada puisi yang akan kita tulis.
3. Kata ganti
4. Majas
5. Tipografi dan enjabemen

Tipografi adalah ukiran bentuk, artinya ialah bagaimana puisi itu diungkapkan secara
grafis oleh penyairnya. Pemakaian huruf kapital dan tanda baca juga merupakan
pemenggalan secara cermat yang dilakukan penyair terhadap baris-baris puisi, dan
hubungan antar baris dalam puisi itu.
Perlu ditambahkan lagi, bahwa hakikat menulis sastra berarti mengungkap
pikiran, opini, dan perasaan tentang suatu hal yang dihadapi pengarang dalam hidup
sehari-hari dengan memakai bahasa indah. Karena itu untuk menulis karya sastra
tidak cukup dengan hanya memiliki kemampuan bahasa semata. Disamping itu, anda
harus memiliki kepekaan dan pengalaman hidup yang cukup. Jadi, pembelajaran
menulis karya sastra pertama-tama hendaknya diarahkan kepada usaha menyadari
keadaan sekitar, bukan hanya persoalan kata, keindahan atau atau bahasa. Menulis
karya sastra berarti menulis puisi, prosafiksi dan drama. Sebenarnya prinsip dasarnya
sama. Seseorang akan mampu menjadi penulis jika memiliki pengetahuan dan
pengalaman mengenai dunia dan segala persoalan yang hidup di dalamnya, serta
memiliki pengalaman bahasa dan estetika yang memadai.

Menulis Puisi
Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Karya-karya besar dunia
yang bersifat menumental ditulis dalam bentuk puisi. Karya-karya pujangga besar,
seperti: Oedipus, Antigone, Hemlet, Macbeth, Mahabarata, Ramayana, Bhrata Yudha,
dan sebagainya, ditulis dalam bentuk puisi. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk
penulisan karya-karya besar, namun ternyata puisi juga sangat erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Dunia ini telah diperindah dengan adanya puisi.
Nyanyian-nyanyian yang kita dengarkan hendaklah semata-semata hanya
lagunya yang indah, tetapi terlebih lagi isi puisi mampu menghibur manusia. Puisi-
puisi cinta didendangkan oleh para penyanyi dari berbagai kurun waktu dan anehnya
tidak pernah membosankan.
Hal-hal berikut yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi.
1.     Puisi diciptakan dalam suasana perasaan yang intens yang menuntut pengucapan jiwa
yang spontan dan padat. Dalam puisi, seseorang berbicara dan mengungkapkan
dirinya sendiri secara ekpresif. Hal ini berbedadengan prosa, yang pengarangnya tidak
selalu mengungkapkan dirinya sendiri, tetapi bisa juga berbicara tentang orang lain
dan dunianya yang lain.
a)     Sebuah protes sosial dlam puisi harus ditulis berbeda dengan protes sosial dalam esey,
berita, pidato, atau famplet.
b)     Hal yang sama juga berlaku untuk sajak cinta, yang harus dibedakan pula dengan
surat cinta atau rayuan seorang kekasih di taman belakang atau rayuan berbuasa dari
seseorang jejaka dalam telenovela.
c)     Tema-tema ketuhanan yang diangkat dalam puisi hendaknya berbeda dengan khotbah
atau do’a-do;a keagamaan yang dilantunkan oleh peminta-peminta di dalam bus atau
dalam terminal.
2.     Penulis puisi hendaknya berdasarkan masalah atau berbagai hal yang menyentuh
kesadaran penulis itu sendiri. Tema yang kita tulis untuk puisi hendaknya berangkat
dari inspirasi diri sendiri yang khas, sekecil dan sesderhana apapun inspirasi itu.
3.     Dalam menulis puisi kita memikirkan cara penyimpanannya. Cara penyampaian ide
atau perasaan dalam berpuisi disebut gaya bahasa atau majas.
a)     Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau
hidup dalam hati penulis dan mampu menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati
pembaca.
b)     Gaya bahasa membuat kalimat-kalimat dalam puisi menjadi hidup, bergerak dan
merangsang pembaca untuk memberi reaksi tertentu dan berkontemplasi atas apa
yang dikemukakan penyair.
Perhatikan contoh puisi berikut !

Tertatai
Kepada Ki Hajar Dewantara

Dalam kebun di tanah airku


Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai

Tiada terlihat orang yang lalu.

Akarnya tumbuh di hati dunia


Daun berseri, Laksmi mengarang
Biarpun diabaikan orang

Seroja kembang gemilang mulia

Teruslah, o, Teratai bahagia


Berseri di kebun di Indonesia
Biarkan sedikit penjaga taman

Biarpun engkau tak terlihat,


Biarpun engkau tidak diminat
Engkau turut menjaga jaman
(Sanusi Pane, 1957)

Puisi ini tidak menggambarkan teratai sebagai bunga, namun sebagai lambang
untuk tokoh yang dikagumi oleh penyair : Ki Hajar Dewantara. Isi puisi berupa ini
berupa kesan penyair terhadap tokoh tersebut. Kerendah-rendahan hatinya laksana
bunga teratai yang tumbuh di kolam, tidak dikenal oleh banyak orang, diabaikan dan
tidak diminati,namun gagasannya diterima secara umum bahkan menjadi dasar
pemikiran tingkat dunia. Penyair perlu menyatakan bait ketiga dan keempat yang
yang maksudnya Ki Hajar Dewantara meneruskan gagasan dan cita-citanya demi
kemajuan bangsa Indonesia, sekalipun Ki Hajar Dewantara tidak dikenal dan diminati
orang. Ki Hajar telah turut menjaga zaman.

Menulis Puisi Berdasarkan Objek Langsung


Tujuan:
siswa dapat menulis puisi dengan cepat dan tepat berdasrkan objek yang dilihatnya
secara langsung. Siswa menulis puisi berdasarkan objek langsung yang dilihatnya.
Siswa diajak ke luar kelas untuk melihat objek yang mereka senangi kemudian
menuliskannya ke dalam puisi.
Alat yang diperlukan:
Lembar folio kosong atau buku kerja, bermacam-macam objek sesuai tema.
Kegiatan dilakukan perorangan.
Cara Menerapkan:
Caranya yaitu (1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2)
guru mengajak siswa untuk jalan-jalan keluar kelas dan melihat-lihat lingkunagn
sekitarnya, (3) guru memberikan tugas siswa untuk membuat puisi berdasarkan objek
yang dilihatnya dengan tema yang dipilihnya, (4) siswa mengidentifikasi objek dan
menuangkan imajinasinya ke dalam puisi berdasarkan pengamatan terhadap objek, (5)
guru dan siswa kembali ke kelas, siswa membacakan hasil pekerjaannya di depan
kelas, (6) siswa memberikan tanggapan.

Menulis Puisi Berdasarkan Lamunan


Tujuan:
Siswa dapat menulis dengan cepat dan benar berdasarkan lamunan atau imajinasinya.
Siswa diajak untuk melamunkan sesuatu (contohnya toko idola, alam, hewan, atau apa
saja) kemudian menuliskan ke dalam puisi.
Alat yang diperlukan:
Lembar folio kosong atau buku kerja, bermacam-macam objek sesuai tema.
Kegiatan dilakukan perorangan.
Cara Menerapkan:
(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2) guru mengajak
siswa untuk melamun sejenak 5 – 10 menit tentang sesuatu sesuai tema hari itu
(contohnya tokoh idola, hewan, alam dan sebagainya), (3) siswa menuliskan hasil
lamunannya ke dalam bentuk puisi, (4) siswa membaca puisi secara perseorangan di
depan kelas, (5) siswa lain memberikan penilaian tentang penampilan temannya, (6)
guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
Menulis Puisi Berdasarkan Gambar
Tujuan:
Siswa dapat membuat puisi dengan cepat dan benar berdasarkan gambar yang
dilihatnya. Siswa melihat gambar yang diberikan oleh guru. Dari melihat itu, siswa
menulis puisi.
Alat yang diperlukan:
Bermacam-macam gambar atau poster.
Kegiatan dilakukan perorangan.
Cara Menerapkan:
Caranya yaitu(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2)
siswa menerima gambar dari guru, (3) siswa mengidentifikasi gambar tersebut, (4)
siswa menulis puisi berdasarkan identifikasi yang dibuatnya, (5) siswa lain
memberikan komentar dan penilaian tentang puisi itu, (6) guru merefleksikan hasil
pembelajaran hari itu.

Menulis Puisi Berdasarkan Cerita


Tujuan:
Siswa dapat membuat puisi dengan cepat dan benar berdasarkan cerita yang
dibacanya. Siswa membaca ceriata dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah itu
siswa disuruh menulis puisi atas dasar cerita yang mereka baca.
Alat yang diperlukan:
Bermacam-macam gambar atau poster.
Kegiatan dilakukan perorangan.
Cara Menerapkan:
Caranya yaitu(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2)
siswa menerima gambar dari guru, (3) siswa mengidentifikasi gambar tersebut, (4)
siswa menulis puisi berdasarkan identifikasi yang dibuatnya, (5) siswa lain
memberikan komentar dan penilaian tentang puisi itu, (6) guru merefleksikan hasil
pembelajaran hari itu.
Meneruskan Puisi
Tujuan:
Siswa dapat meneruskan sebuah puisi dengan benar dan runtut sesuai temanya. Siswa
diberi lembar puisi yang belum selesai penulisannya. Siswa meneruskan penulisan
puisi yang belum selesai tersebut sehingga menjadi sebuah puisi yang utuh.
Alat yang diperlukan:
Lembar fotokopi puisi yang beberapa baitnya nelum selesai/ dikosongkan.
Kegiatan dilakukan perorangan.
Cara Menerapkan:
Caranya yaitu(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2)
guru membagikan lembar fotokopi, (3) siswa meneruskan puisi tersebut sehingga
menjadi puisi yang utuh, (4) siswa membacakan hasil pekerjaannya di depan
kelompok/kelas, (5) siswa lain memberikan komentar tentang isi dari puisi itu, (6)
siswa lain memberikan penilaian tentang penampilan temannya, (7) guru
merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

Mengawali Puisi
Tujuan:
Siswa dapat membuat bait pertama puisi dengan benar dan runtut sesuai isi. Siswa di
beri lembar foto copy puisi yang bait pertama belum ada (sengaja dihilangkan). Siswa
menulis awal puisi yang sebelumnya masih kosong. Diharapkan siswa dapat
menyambung gagasan dengan gagasan yang sudah ditulis dalm puisi itu.
Alat yang diperlukan :
Lembar fotokopi puisi yang belum ada awlannya. Usahakan judulnya berfariasi.
Kegiatan dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.
Cara Menerapkan :
Caranya yaitu(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu, (2)
guru membagikan siswa dalam kelompok maksimal 2 orang, (3) guru membagi
lembar puisi sesuai jumlah kelompok, antar kelompok berlainan judul, (4) siswa
mendiskusikan dan meneruskan puisi sesuai dengan gagasannya, (5) siswa membaca
puisi yang dibuatnya di depan kelompok/kelas, (6) siswa memberikan penilaian
tentang penampilan temannya, (7) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

Metode Quantum Teaching


Metode (Yunani: methodos ) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan
upaya ilmiah, maka metode disini menyangkut masalah kerja untuk dapat memahami
objek sasaran penelitian. Metode Quantum teaching ialah penggubahan bermacam-
macam interaksi yang ada di dalam dan di luar momen belajar. Interaksi-interaksi
tersebut mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa
dalam belajar. Interaksi-interaksi tersebut akan mengubah kemampuan dan bakat
alamiah siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang
lain (Deporter, 2001:5).
Metode Quantum adalah sebuah metode yang bertujuan untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif mulai dari perencanaan kurikulum, penyampaian isi
pelajaran, serta bagaimana cara sebagai seorang pendidik untuk mempermudah proses
belajar siswa. Metode Quantum Teaching adalah pengubahan bermacam-macam
interaksi yang ada dalam dan sekitar momen belajar dengan menyingkirkan hambatan
yang menghalangi proses belajar alamiah siswa dengan secara disengaja dengan
menggunakan musik, mewarnai lingkunan kelas, penyusunan bahan pengajaran yang
sesuai, cara-cara pembelajaran yang efektif, serta keterlibatan aktif antara pendidik
dan peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas karena lingkungan kelas
merupakan landasan dan kerangka belajar untuk belajar. Dengan demikian, pesert
didik dapat menerima, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran belajarnya
dengan cepat (Depoter, 2001:5).
Dalam metode quantum teaching “sebuah gambar lebih dari seribu kata”, jika
seorang guru menggunakan alat peraga dalam situasi belajar maka akan terjadi hal-hal
yang menakjubkan, bukan hanya mengawali proses dengan cara merangsang
modalitas visual saja, tetapi secara harfiah secara tidak langsung menyatakan jalur
syaraf belajar siswa. Untuk mencapai sarana yang kuat demi memperkuat syaraf otak
adalah terletak dalam dua unsur pandangan sekeliling dan kaitan mata-otak, dalam
kaitan mata dengan otak itu penting mengorkestrasi lingkungan belajar yang
mendukung.
Dalam hasil penelitian, juga mengungkapkan pembelajaran dengan
menggunakan metode quantum teaching ternyata menunjukkan 86% respon yang
positif dari peserta didik, mereka rata-rata menyatakan dalam dirinya terdapat
perubahan kesadaran diri dalam pemercepatan belajarnya. Mereka menganggap
dirinya sepenuhnya dalam pelatihan yang diadakan, sehingga mereka dapat
menemukan sesuatu yang tidak sadar dari pembelajaran yang dilakukan termotivasi
untuk belajar secara kuat sehingga mampu memberikan gagasan yang maksimal.
Hasilnya memang luar biasa, rata-rat mereka ingin kembali mengikuti kegiatan
pembelajaran seperti itu karena mereka berkeinginan secara total untuk mengetahui
bakat dan kemampuan dirinya dlam menghadapi informasi baru yang datang
(Suyatno, 2004:30).
Azas utama pengajaran metode quantum adalah “bahwalah dunia mereka ke
dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Azas ini bermaksud bahwa
interaksi yuang diberikan gur untuk memberikan motivasi dan daya tarik kepada anak
didik saat pembelajaran berlangsung, kemudian kita berikan pengetahuan yang kita
inginkan sesuai dengan kurikulum yang ingin disampaikan secara tidak sadar,
bahwasannya dirinya (siswa) sedang belajar. Pembelajaran quantum teaching
mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
perencanaan pembelajaran yang sesuai, penyampaian isi materi pelajaran, dan
bagaimana cara memudahkan proses belajar alamiah siswa. Cara-cara tersebut untuk
meningkatkan :
a.      Partisipasi siswa dengan mengubah (mengorkestrasi) keadaan kelas
b.     Meningkatkan motifasi dan minat siswa dengan menerapkan kerangka rancangan
pembelajaran
c.      Rasa kebersamaan
d.     Daya ingat siswa
e.      Daya dengar siswa
f.      Kehalusan tradisi atau penyampaian materi pelajaran kepada siswa (Deporter,
2000:5).
Metode pembelajaran quantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di
Super Camp, sebuah program percepatan Berupa Quantum learning yang ditawarkan
Learning Forum, Yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang
menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi
(DePorter, 1992). Metode kuantum diciptakan berdasarkan teori pendidikan seperti
Accelerated Learning (Lazanov), Multiple Intellegences (Gardner), Neuro Linguistic
Programming (Grinder dan Bandler), Experiental Learning (Hahn), Socratic Inquiry,
Cooperative Learning (Johnson and Johnson), dan Element of Effective Instruction
(Hunter).
Pada tahun 1940-an Freire, sudah memaparkan konsep pendidikan saat itu,
kemudian pada tahun 1954, George Lazanov, seorang pskolog,melalui penelitian
bahasa menemukan bahwa belajar dapat menghasilkan sesuatu secara cepat jika
berada dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar. Hasilnya,jika anak belajar
menghitung dengan metrode lazanov dapat menghasilkan seratus kali lebih cepat jika
di bandingkan dengan hitungan biasa. Metode lazanov di namakan sugestopedia
karena memanfaatkan sugestif dalam pembelajaran. Kemudian , Bobbi Deporter
mengembangkan konsep sugestopedia melalui berbagai penelitian sehingga
menyodorkan Quantum Learning.
Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang
bertumpu dari metode Freire dan Lezanov. QL mengutamakan percepatan belajar
dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi
pengusaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi
ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang
kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi
dan sampai sejauh mana guru/ pelatih menggubah lingkungan, presentasi dan
rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar
(DePorter, 1999;2001). Dengan begitu pembelajar dapat mememori, membaca,
menulis dan membuat peta pikiran dengan cepat.
Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan
konteks dengan prinsip segalanya bebicara, segalanya bertujuan, pengalaman
sebelum menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari berarti
layak untuk dirayakan. QL mengutamakan konteks dan isis. Konteks berisi tentang
(1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang
mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas (1)
penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar,
dan keterampilan hidup.
Penulis telah mengeksplorasi dan mengelaborasi antara metode QL dalam
pendidikan melalui QLC (Quantum Learning Camp) di Surabaya (selama enam kali),
Ponorogo, Lamongan, dan Pacet-Mojokerto (SD dan SLTP Al Falah Surabaya).
Hasilnya, 86% peserta menyatakan bahwa dalam dirinya terdapat perubahan
kesadaran diri dalam percepatan belajar. Mereka rata-rata menganggap bahwa dirinya
terlibat penuh dalam pelatihan sehingga menemukan sesuatu secara tidak sadar.
Mereka termotivasi secara kuat sehingga memberikan gagasan yang maksimal.
Metode pendidikan dirancang dengan sistem induktif, moving action,
multipendekatan, partisipatori, dan pelibatan diri secara sadar dan tidak sadar.
Kemudian, tahapannya diatur melalui persepsi, identifikasi diri, aktualisasi diri,
penguatan diri, pengukuhan diri, dan refleksi. Alam digunakan sebagai sarana dasar
dalam mengenal diri sendiri. Kemudian, strategi penemuan konsep
dilakukan.hasilnya, memang sangat luar biasa. Rata-rata merekan ingin mengikuti
kegiatan seperti itu karena keinginan secara total mengetahui kemmapuan diri dalam
menghadapi informasi yang datang.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1)     peserta sebenarnya merindukan sistem pelatihan yang melibatkan mereka sebagai
subjek pelatihan,
2)     metode pelatihan dianggap baru bagi dirinya, sistem dan struktur pelatihan yang
bertumpu pada keinginan peserta lebih direspon secara positif dibandingkan sistem
dan struktur yang dianggap baku,
3)     materi yang berangkat dari diri peserta lebih baik dibanding materi yang ditentukan
oleh pelatih,
4)     dan bawah sadar akan memunculkan kesadaran baru yang lebih diyakini dapat
berfungsi bagi diri peserta pelatihan.
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan
proses belajar. Metode Kuantum adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang
ada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan menyingkirkan hambatan yang
menghalangi proses nelajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik,
mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara
efektif pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa dan guru. Asas yang digunakan
adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.
Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode kuantum. Prinsip
tersebut adalah (1) segala berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum
pemberian nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, layak pula
dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran
kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap
sebagai suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan
yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan
dengan penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk
belajar, dan keterampilan.
Oleh metode kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar.
Saran-saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan dengan siswa adalah:
(1)  perlakukan siswa sebagai manusia sederajat;
(2)  ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan mereka;
(3)  bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri dan mengenai diri sendiri;
(4)  ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar
mereka inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa;
(5)  nberbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara membuat mereka
mendengarnya dengan jelas dan halus; dan
(6)  bersenang-senanglah bersama mereka.

Delapan Kunci Keunggulan Pembelajaran dalam Metode Quantum Teaching


Di dalam metode quantum teaching, terdapat delapan keunggulan
pembelajaran dengan tujuan untuk mendapatkan keselarasan dan kerjasama yang
baik antara pendidik dan siswa, antara siswa dengan siswa lainnya sehingga tercipta
suasana atau lingkungan yang mendukung dan mempercayai dimana setiap individu
dihargai dan dihormati. Karena ketiadaan ancaman merupakan salah satu kondisi
yang dibutuhkan untuk berjalannya proses belajar (Hart, dalam Deporter, 2001:47)
Delapan kunci keunggulan metode quantum teaching di dalam pembelajaran
dikelas bagi pendidik terhadap siswanya untuk:
1)     Menumbuhkan sikap yang jujur, tulus dan menyeluruh.
2)     Menanamkan prinsip bahwasannya kegagalan dalam belajar hanyalah sebuah
informasi yang kita butuhkan untuk mencapai kesuksesan
3)     Berbicarahlah dengan pengertian positif, bertanggung jawab kepada setiap perbuatan
yang telah kita berikan kepada mereka sehingga tercipta komunikasi yang jujur dan
lurus, serta menghadiri komunikasi yang berbahaya bagi kita.
4)     Memusatkan perhatian mereka (siswa) saat berlangsungnya pembelajaran agar dapat
memanfaatkan waktu belajar dengan sebaik-baiknya.
5)     Memenui janji dan kewajiban kita (pendidik) dalam melaksanakan visi dan misi
pembelajaran yang hendak dicapai, dan melakukan apa yang diperlukan untuk
menyelesaikan visi dan misi tersebut.
6)     Mempertanggungjawabkan terhadap tindakan yang telah kita perbuat.
7)     Bersikap terbuka terhadap adanya perubahan-perubahan pendekatan (metode belajar)
baru yang dapat membantu kita dalam proses belajar mengajar.
8)     Menjaga keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa kita dalam menyampaikan materi
pelajaran.

Strategi Pelaksanaan Metode Quantum Teaching


Adapun konsep pembelajaran Metode Quantum Teaching dengan rancangan
TANDUR sebagai berikut:
1)     Tumbuhkan
Tumbuhkan minat siswa dengan singtakan AMBAK, (apakah manfaat bagiku). Untuk
hal ini seorang guru harus pandai bercerita atau dengan lelucon agar siswa menjadi
betah untuk belajar. Pada awal kegiatan pembelajaran guru membacakan tujuan
belajar, agar siswa atau apa yang akan dipelajari dan tetap mangusahakan agar siswa
sebisa mungkin untuk menumbuhkan rasa ingin tau dan tetap ingin belajar.
2)     Alami
Ciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti siswa. Dalam hal ini usaha agar
siswa lebih memahami dan mengerti pelajaran yang sedang dipelajarinya dengan
lebih banyak melibatkan siswa.
3)     Namai
Dalam hal ini usahakan seorang guru mampu memberikan kata-kata kunci, konsep,
model, rumus, strategi sebagai tanda agar siswa bisa memusatkan otaknya pada
sebuah konsep yang dipelajarinya.
4)     Demonstrasi
Demonstrasi berarti memberikan peluang kepada siswa untuk menerjemahkan
pengetahuan mereka ke dalam pelajaran lain, dan dalam kehidupan mereka sehari-
hari. Biasakanlah siswa selalu memperagakan atau melakukan sesuatu di depan kelas
5)     Ulangi
Tunjukan kepada pelajar cara mengulangi materi pelajaran dan menegaskan dengan
suatu pertanyaan ”aku tahu dan mengetahui hal itu”.
6)     Rayakan
Perayaan dapat memberikan rasa bangga atau usaha yang telah dilakukannya
misalnya dengan pujian, bertepuk tangan (bersorak), pesta kelas, atau kegiatan lain
yang sekiranya dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih giat lagi belajar.

Fungsi Media Pembelajaran


Media pembelajaran mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar. Levis & Lentz (dalam Arsyad 2002:17) mengemukakn empat fungsi
media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi
afektif, (c) fungsi kognitif, (d) fungsi kopensatoris.
Fungsi atensi media visual yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkiatan dengan makna visual yang
ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Fungsi afektif media visual dapat
dilihat dari tingkat kenikmatan siswa dalam belajar (membaca) teks yang bergambar.
Gambar atau lambang visual akan mengubah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif
media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa
lambang visual (gambar) dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami
dan mengingat pesan yang terkandung dalam gambar tersebut.. sedangkan fungsi
kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual
yang memberikan konteks untuk memberikan konteks untuk memahami teks
untukmembantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan fungsi utama media pembelajaran adalah
sebagai alat bantu mengajar yang urut mempengaruhi iklum, kondisi, dan lingkungan
belajar yang didata dan diciptakan oleh guru.

Manfaat Media Gambar


Media gambar sebagai media pembelajaran memegang peranan sangat penting
dalam proses belajar. Media gambar dapat memperlancar pemahaman dan
memperkuat ingatan siswa dalam belajar. Ada beberapa manfaat gambar, manfaat itu
sebagai berikut.
1)     Menimbulkan daya tarik bagi siswa. Gambar dengan berbagai warna dan inspirasi
akan membangkitkan minat belajar siswa.
2)     Mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang bersifat abstrak, dapat dibantu
dengan gambar sehingga mudah memahami apa yang dimaksudkan.
3)     Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar dapat diperbesar bagian-
bagian yang penting atau kecil sehingga dapat diamati dengan jelas.
4)     Mengingat suatu uraian. Suatu informasi yang dijelaskan dengan kata-kata mungkin
membutuhkan uraian yang panjang. Uraian tersebut dapat ditunjukkan melalui sebuah
media gambar.

Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Quantum Teaching Menggunakan


Media Visual Gambar.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, guru bidang studi belum pernah
mengajarkan materi menulis puisi dengan metode quantum teaching menggunakan
media visual gambar. Kelemahan yang ada adalah siswa-siswa disuruh menulis
berdasarkan contoh-contoh puisi yang dicontohkan oleh guru tanpa menggunakan
media pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan dan kurang termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pada penelitian ini
diterapkan pembelajaran menulis puisi dengan metode quantum teaching dengan
menggunakan media visual gambar yang diharapkan memberikan motivasi kepada
siswa serta meningkatkan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran menulis puisi
dengan metode quantum teaching menggunakan media visual gambar.
Pada penelitian tindakan kelas ini, kegiatan perencanaan berisi tentang
persiapan guru dalam mengerjakan materi menulis puisi dengan metode quantum
teaching menggunakan media visual gambarr dengan mengidentifikasi hambatan-
hambatan atau masalah siswa dalam kegiatan belajar menulis puisi secara kelompok
maupun indivisu untuk mempermudah siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar, dan materi pelajaran serta persiapan lembar observasi aktivitas siswa.

Menulis Puisi gabungan (Kolaborasi)


Siklus I sub pokok bahasan menulis puisi kolaborasi berdasarkan gambar yang
diputarkan oleh pengajar, langkah pembelajaran sebagai berikut:
  Siswa membentuk kelompok, terdiri 4 – 6 orang dalam satu kelompok
  Guru memutarkan gambar yang telah disediakan.
  Siswa disuruh memperhatikan secara cermat dari tayangan tersebut.
  Mintalah masing-masing siswa dalam kelompoknya untuk menulis tiga baris puisi
berdasarkan gambar yang telah dilihatnya tadi sebagai inspirasinya.
  Usahakan kalimat awal dalam puisi dengan menggunakan kata: Aku Ingin...
  Waktu menulis 5 – 10 menit.
  Setelah masing-masing siswa dalam kelompoknya menyelesaikan satu bait puisi yang
terdiri dari 3 – 4 baris, mintalah mereka untuk menggabungkan puisi yang ditulis oleh
masing-masing kelompok, siswa mendiskusikan puisi gabungan tersebut untuk
memberikan judul yang sesuai puisi bersama yang telah dibuat.
  Hasil akhir merupakan puisi gabungan (puisi kolaborasi).
  Lembar kertas dikumpulkan, lalu dibacakan di depan kelas maupun dari tempat
duduknya oleh masing-masing ketua kelompoknya untuk didisekusikan dan
direfleksikan bersama.

Menulis Puisi Individu


Siklus II sub pokok bahasan menulis puisi individual berdasarkan gambar
yang diputarkan oleh pengajar, langkah pembelajarannya sebaga berikut:
  Pastikan semua siswa memperhatikan gambar yang telah disediakan dan diputarkan
oleh pengajar.
  Pastikan semua menyiapkan selembar kertas koson dan pena.
  Mintalah masing-masing siswa untuk menulis berdasarkan gambar yang telah
diputarkan tadi sebagai inspirasi dalam menulis puisi dengan bahasa yang kreatif.
  Usahakan kalimat awal dalam puisi dengan menggunakan kata: Aku Ingin...
  Waktu menulis 45 menit.
  Usahakan siswa memberikan judul yang sesuai dengan puisi yang telah dibuatnya.
  Mintalah siswa membaca dalam hati (meresapi) puisi yang telah baik dari segi diksi,
rima, pencitraan, gaya bahasa, dan sebagainya.
  Lembaran kerts dikumpulkan kemudian dibacakan oleh masing-masing siswa untuk
diidentifikasi, didiskusikan, dan direfleksikan bersama.

Contoh Puisi Kolaborasi


Akulah ....
(I)              Aku ingin seperti binatang
Membuat segalanya indah
Terang benerang...

(II)            Aku ingin sepertinya


Tertawa lebar
Tersenyum lepas...

(III)          Aku ingin menjadi bulan


Melangkah dengan pasti
Menanti hari esok yang gemilang

(IV)         Aku ingin menjadi dirinya


Membangkitkan pesona
Menebarkan rasa suka
Contoh Puisi Individual.

Perempuan kemarin yang kukenal ...

Aku ingin mengajaknya


Melihat indahnya surga dan taman firdausnya
Kau benar-benar cantik sesuai dengan sunnahnya
Aku ingin bersamamu....
Terbang bersama awan
Melayang seperti angin
Mengalir bagaikan air
Dan melebur bagaikan tanah
Bersamamu...!
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) telah berkembang sejak perang dunia ke


dua. Dengan PTK, guru akan memperoleh manfaat praktis, yaitu dapat mengetahui
secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya dan bagaimana cara mengatasi
masalah tersebut. Pada dasarnya PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori
dan praktik pendidikan.
Penelitian tindakan kelas ini dengan judul peningkatan pembelajaran menulis
puisi dengan metode quantum teaching menggunakan media visual gambar siswa XI-
A1 MAN 2 MADIUN merupakan penelitian deskriptif. Menurut Moleong (2003 : 3)
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata
tertulis, sedangkan penelitian kuantitatif yang menghasilkan data berupa angka-angka.
PTK ini akan di laksanakan dan di rencanakan dalam tiga kali putaran dengan
tiga buah rencana pembelajaran (Renpel). Putaran pertama merupakan uji coba,
putaran kedua merupakan penyempurnaan putaran pertama, dan jika belum berhasil di
lakukan putaran ketiga merupakan penyempurnaan putaran pertama dan kedua.
Ketika pemutaran tersebut merupakan usaha penemuan bentuk paling efektif
dari penerapan metodu quantum teaching menggunakan media visual gambar dalam
pembelajaran menulis puisi.
Metode merupakan usaha, cara dan prosedur guna pembuktian kebenaran
dengan menggunakan pendekatan keilmuan, sehingga ilmu tersebut dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya (Riyadi, 1997:1). Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan pembelajaran menulis puisi dengan metode quantum teaching
menggunakan media visual gambar, meliputi (1) rancangan penelitian, (2) subyek
penelitian, (3) instrumen penelitian, (4) pelaksanaan penelitian, (5) metode
pengumpulan data, (6) teknik analisis data. Langka-langka tersebut beserta hal-hal
teknis teoritis yang terkait dengan hal diatas, dipaparkan sebagai berikut.
Menurut Wina Senjaya; 2008, metode merupakan ”a way in achieving
something”. Metode juga dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan deskriptif karena menggambarkan atau
mendeskripsikan hasil penelitian secara apa adanya dalam bentuk kata-kata, tidak
berupa angka-angka. Seperti yang dikatakan Sudjana dan Ibrahim (2000:29),
penelitian kualitatif dalam pendidikan dalam pendidikan bertujuan mendeskripsikan
suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai
bahan kajian lebih lanjut untuk menemukan kekurangan dan kelemahan pendidikan
sehingga dapat ditentukan upaya penyempurnaanya.
Analisis data yang menggunakan deskriptif kualitatif memanfaatkan
presentase langkah awal dari keseluruhan proses analisis. Presentase yang dinyatakan
dalam ukuran yang bersifat kuantitatif, bukan merupakan hasil penelitian kualitatif.
Analisis kualitatif tentu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjukkan
pada sebuah pernyataan keadaan dan ukuran kualitas.
Oleh karena itu, hasil penelitian yang berupa bilangan tersebut harus diubah
menjadi predikat misalnya ”sangat baik”, ”baik”, ”cukup”, ”kurang baik”
(Arikunto, 2000:352).
1)     Perencanaan
Perencanaan merupakan persiapan yang dilakukan sehubungan dengan
pelaksanaan PTK yang diprakarsai seperti penspesifikasian masalah pembuatan
skenario pengajaran, pengadaan alat-alat bantu pembelajaran dalam rangka
implementasi PTK dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan
yang telah ditetapkan sebelumnya, disamping itu juga diuraikan alternative-alternative
solusi yang diujicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Dalam tahap pertama ini
penelitian mempersiapkan segala instrumen atau alat yang akan digunakan dalam
penelitian antara lain : Angket siswa, lembar obsevasi siswa, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), media gambar yang bias diamati oleh para siswa dengan metode
quantum teaching menggunakan media visual gambar siswa kelas XI-A1 MAN 2
MADIUN.
2)     Tahap Implementasi dan Observasi
Tahap observasi merupakan uraian tentang produser perekaman dan
penafsiran data mengenai proses dan produk dari pelaksanaan perbaikan yang
dirancang, produser pelaksanaan tahap observasi sebagai berikut :
a)     Pengamatan terhadap aktivitas siswa
Proses ini dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Observasi ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran, siswa aktif atau pasif dalam pembelajaran menulis puisi dengan metode
quntum teaching menggunakan media visual gambar siswa Kelas XI-A1 MAN 2
MADIUN.
b)     Data Penelitian
Data penelitian ini diperoleh melalui hasil dari data penelitian yang dilakukan dan
dapat diketahui bagaimana peningkatan pembelajaran menulis puisi dengan metode
quantum teaching menggunakan visual gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2
MADIUN.
3)     Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan hasil refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang akan dilakukan, personel yang akan dilibatkan serte kriteria dan
rencana perbaikan tindakan pada putaran selanjutnya.
4)     Tahap Revisi
Berdasarkan refleksi, penulis melakukan revisi. Revisi merupakan tinjauan
ulang terhadap pembelajaran yang telah dilakukan atau tahap penyempurnaan dari
siklus I sampai dengan siklus II jika atau muncul sikap negative, maka aktivitas
negative tersebut akan direvisi dan disempurnakan pada siklus berikutnya.
Dari hasil observasi, guru dapat merefleksi dengan melihat apakah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran menulis puisi dengan metode quantum teaching menggunakan media
visual gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN.
Hasil analisis akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan
pembelajaran pada putaran selanjutnya.

Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MAN 2 MADIUN. Didalam
penelitian tindakan kelas ini subjek penelitiannya adalah Siswa Kelas XI-A1 MAN 2
MADIUN dengan jumlah 33 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 20 siswa
perempuan. Kelas XI dijadikan subjek penelitian karena menurut hasil wawancara
dengan kepala sekolah dan guru bahasa Indonesia kelas tersebut mempunyai nilai
rata-rata rendah dalam pelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran
menulis puisi.

Objek Penelitian
Suasana objek penelitian di MAN 2 MADIUN sangat rindang. Sepanjang
perjalanan, sawah-sawah masih terbentang dengan luas, menghijau bagai permadani
dikaki langit. Suasana ruang kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN cukup nyaman, namun
atap ruang kelasnya ada yang berlubang, meja kursinyapun masih berupa kayu, cat-
cat dinding sudah ada yang mulai pudar, namun udara diruang kelas dan sekolah
masih terasa segar dan nyaman untuk dipakai dalam proses belajar mengajar. Papan
tulis yang tersedia masih berupa ’black board’ namun juga sudah tersedia papan tulis
yang ’white board’. Demikianlah kondisi ruang kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN.
Sarana prasarana yang terdapat di dalam ruang kelas tersebut masih terbatas. Terdapat
OHP di dalam ruang kelas tersebut namun masih belum ada LCD yang terpasang
secara permanan. Bangku yang terdapat di dalamnya juga masih banyak yang reot dan
tidak layak pakai. Siswa-siswi yang ada di dalam kelas tersebut sangat ramah dan
penuh dengan perhatian terhadap guru. Mereka sangat antusias terhadap proses
pembelajaran di kelas terutama pada KD puisi di sini. Mereka cenderung senang
dengan proses pembelajaran karena biasnya mereka melakukan pembelajaran hanya
dengan media buku teks tanpa memakai media pembelajaran, jadi mereka seakan
mendapatkan permainan baru yang membantu mereka dalam proses pembelajaran,
mereka merasa tidak merasa melakukan pembelajaran tapi lebih pada permainan.
Padahal mereka secara tidak langsung sedang melakukan pembelajaran. Pada saat
guru menawarkan kepada siswa untuk maju di depan kelas dengan membacakan hasil
puisinya dengan antusias mereka mengacungkan tangan dan berebut untuk
membacakan hasil tulisan puisinya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data Penelitian


Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)     Untuk menjawab masalah tentang peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
menulis puisi dengan metode quantum teaching menggunakan media visual gambar
Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN.
2)     Untuk menjawab hasil belajar siswa dalam peningkatan pembelajaran menulis puisi
dengan metode quantum teaching menggunakan media visual gambar Siswa Kelas
XI-A1 MAN 2 MADIUN.

3.5  Teknik Pengumpulan Data Penelitian


Data dalam penelitian ini diperoleh atau dikumpulkan dengan cara sebagai
berikut:
1) Penelitian sekaligus sebagai pengajar (guru) masuk kedalam kelas.
Pengamat memegang lembar observasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
mengamati dengan cermat proses pembelajaran. Di dalam metode observasi ini,
instruman yang di gunakan adalah lembar pengamatan siswa. Format yang di susun
berisi butir-butir kejadian atau tingkah laku yang di gambarkan akan terjadi.
Observasi tidak sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan perimbangan-
pertimbangan (Arikunto, 2002: 204).
2) Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua metode,
yakni metode observasi dan metode tes. Observai merupakan metode untuk
mengadakan pencatatan secara sistematis tentang tingkah laku seseorang dengan cara
mengamati objek baik secara langsung maupun tidak langsung. Lembar observasi di
gunakan untuk mengumpulkan data tentang aspek efektif yang terjadi dalam diri
siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, sikap kusus maupun respon siswa dalam
kegiatan pembelajaran, serta mencatat problema dan tingkat perkembangan siswa
dalam menguasai isi pembelajaran, kemampuan siswa bekerja sama, serta
kemampuan siswa untuk bertanya atau minat mereka dalam pembelajaran. Observasi
penelitian tindakan kelas ini di lakukan sebanyak 2 kali, di kelas XI-A1 MAN 2
MADIUN kegiatan observasi yang di lakukan ialah mangamati aktivitas siswa pada
penyelenggaraan PTK.
3) Setelah melakukan observasi kelas, pada siklus I penelitian menyiapkan
langkah perbaikan untuk putaran selanjutnya sebagai peningkatan kemampuan
menulis puisi dengan metode quntum teaching menggunakan media visual gambar
Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN
4) Selain metode observasi, metode yang di gunakan dalam pengumpulan data
ialah metode tes. Untuk mendaptatkan hasil kemampuan siswa dari pembelajaran
menulis puisi dalam pelaksanaan PTK yang di selenggarakan. Tes ini di lakukan pada
ikhir pertemuan.
Langkah-langkah yang di perlukan dalam pengumpulan data melalui tes
sebagai berikut :
a)     menyusun soal tes dengan berpedoman pada kurikulum 2009 kelas XI semester II dan
berdasarkan buku bahasa Indonesia kelas XI.
b)     Soal di susun berdasarkan tujuan pembelajaran kusus untuk mengidentifikasi
kemampuan siswa, soal ini di berikan pada setiap akhir pertemuan.
c)     Dari pengumpulan tugas siswa yang di kerjakan secara kelompok atau individu
tersebut, di periksa dan di analisis sehingga di peroleh data tentang peningkatan
kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis puisi.
5) Tes di laksanakan sebanyak 2 kali putaran untuk mengetahui hasil
pembelajaran menulis puisi dengan metode quantum teaching menggunakan media
visual gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 ,MADIUN. Tes yang pertama, siswa di
berikan tugas menulis puisi kolaboraif atau gabungan untuk mengukur kemampuan
siswa dalam menulis puisi, dalam hal ini penelitian dapat mengidentifikasi kendala-
kendala yang di hadapi dalam pembelajaran menulis puisi yang di adakan. Tes yang
ke dua, yaitu setelah penyelenggaraan menulis puisi kolaboratif menulis puisi
individu. Dari dua siklus pembelajaran tersebut peneliti dapat mengetahui
peningkatan pembelajaran menulis puisi dengan metode quantum teaching
menggunakan media visual gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN.

3.6 Teknik Analisis Data Penelitian


Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam
penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana yang akan di gunakannya.
Pemilihan ini tergantung pada jenis data di kumpulkan, untuk memperoleh data
peningkatan pembelajaran menulis puisi dengan metode quantum teaching
menggunakan media visual gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN di gunakan
analisis data deskriptif. Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini di
gunakan analisis tehadap proses kegiatan belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut :
1) Aktivitas siswa di analisis dengan mendeskripsikan setiap indikator aktivitas guru dan
siswa melalui pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
kemudian di analisis dengan menggunakan prosentase (%), yaitu banyaknya frekuensi
aktivitas yang muncul di bagi dengan jumlah seluruh frekuensi aktivitas, kemudian di
kalikan 100%. Analisis ini di lakukan dalam setiap pembelajaran menulis puisi.
2) Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pelaksanan pembelajaran menulis puisi
dengan metode quantum teaching menggunakan media visual gambar, kemudian di
kualifikasikan hasil pembelajaran siswa sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan.
Melalui skor yang menggambarkan hasil belajar siswa, di anut kriteria kualifikasi
sebagai berikut :
a)     Kriteria pengujian yang di tetapkan sebagai patokan untuk menggolongkan hasil
sebagai berikut:
- Nilai 85-100 = sangat baik
- Nilai 70-84 = baik
- Nilai 60-69 = cukup
- Nilai 45-59 = kurang
b)     Hasil belajar siswa di anggap baik atau mengalami peningkatan belajar jika siswa
yang mendapatkan nilai 70-84 atau dalam kategori ”baik” minimal berjumlah 60%
atau lebih.
c)     Hasil belajar di anggap kurang baik atau tidak mengalami peningkatan belajar jika
siswa yang mendapat nilai 70-84 atau dalam kategori ”baik” minimal berjumlah
kurang dari 60%.
d)     Penilaian hasil belajar siswa tidak lepas dari unsur subjektifitas penilaian, untuk
mengurangi subjektifitas tersebut, data akan di nilai oleh dua orang penilai yakni
peneliti dan guru. Nilai menth siswa merupakan nilai rata-rata dari dua penilai. Nilai
kurang dari 0.5 di abaikan, sedangkan nilai sama atau lebih dari 0.5 di bulatkan ke
atas.
Untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran data yang berupa nilai
siswa kemudian di olah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
3)     Di lakukan pemeriksaan sesuai dengan kriteria yang ada pada teknik pengumpulan
data.
4)     Di lakukan analisis data perbandingan nilai siswa baik sebelum atau sesudah
pembelajaran menulis dengan metode quantum teaching menggunakan media visual
gambar Siswa Kelas XI-A1 MAN 2 MADIUN tahun ajaran 2008/2009. setelah
pemeriksaan di lakukan penilaian data, data di nilai berdasarkan teknik penilaian
sebagai berikut :
Tabel I
Penyekoran hasil tes belajar siswa dalam pembelajaran menulis puisi
No. Aspek yang dinilai Skor Maksimal Skor Siswa
1 Diksi (Pilihan kata) 25
2 Pengimajinasian/Pencitraan dan Gaya Bahasa 25
yang di gunakan (majas)
Nada / Irama Puisi
3 Kesesuaian isi dengan judul puisi 25
4 25
Jumlah 100

Setiap aspek penilaian memuat bobot nilai yang diatur sesuai dengan
kepentingan masing-masing unsure dalam penulisan puisi siswa. Dengan berpegang
pada ketentuan tersebut, sekor akhir dalam pembelajaran menulis puisi ditentukan
dengan cara menjumlah setiap bobot nilai masing-masing aspek.

3.6  Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian tindakan hal ini sebagai berikut:
1)     Penyusunan proposal
2)     Penyusunan surat izin penelitian dari kepala sekolah SMP Negeri 1 Jabon.
Penyusunan instrument penelitian berupa lembar observasi siswa, rancangan
pembelajaran, lembar penilaian. Pengambilan data terdiri dua siklus yaitu siklus I dan
siklus II Kelas XI A1 MAN 2 MADIUN.
Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti dalam hal ini sebagai guru, dengan
mendeskripsikan aktivitas siswa dalam siklus I, dan siklus II serta juga
mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan
metode quantum teaching menggunakan media visual gambar Siswa Kelas XI-A1
MAN 2 MADIUN.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suhartini. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2003. Penilaian Kelas. Jakarta: Balitbang Depdinknas.
Diknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.
Hadi, Sutisno. 1974. Statistik I. Yogyakarta: Gunung Agung.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa.
Laksono, Kisyani, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Depdiknas.
Najid, Moh. 2003. Apresiasi Prosa Fiksi. Unesa: Unipress.
Pradopo, Rahmad Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta Gajah Mada. Unipress.
Sitomurang, B.P. 1983. Puisi dan Metodologi Pengajaran. Medan: Nusa Indah.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.
Tarigan, Hendri Guntur. 1992. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Tjahyono, Tengsoe. 2002. Menebus Kabut Puisi. Malang: Dioma.
Witanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Angket Respon Siswa Terhadap
Pembelajaran Puisi melalui Media Audio Visual

Nama :
Kelas/semester :
Hari/Tanggal :

Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dipilih dan berikan alasan!

1.     Bagaimana pemahaman anda terhadap materi puisi yang disampaikan oleh guru?

a. Kurang menyenangkan c. Menyenangkan


b. Cukup menyenangkan d. Sangat menyenangkan

Alasan: ...............................................................................................................
..........................................................................................................................................
...............................................................................................................
2.     Bagaimana efektivitas pembelajaran puisi melalui Media Audio Visual (gambar) yang
disampaikan oleh guru?
a.      Kurang menyenangkan c. Menyenangkan
b.     Cukup menyenangkan d. Sangat menyenangkan
Alasan: ...............................................................................................................
..........................................................................................................................................
..................................................................................................................
3.     Bagaimana motvasi belajar anda dengan menggunakan metode quantum teaching?
a.      Kurang menyenangkan c. Menyenangkan
b.     Cukup menyenangkan d. Sangat menyenangkan
Alasan: ...............................................................................................................
..........................................................................................................................................
..................................................................................................................
4.     Bagaimana pengaruh pembelajaran puisi melalui Media Audio Visual menggunakan
metode quantum teaching terhadap semangat belajar anda?
a.      Kurang menyenangkan c. Menyenangkan
b.     Cukup menyenangkan d. Sangat menyenangkan
Alasan: ...............................................................................................................
..........................................................................................................................................
..................................................................................................................
5.     Apa pendapat anda mengenai puisi dengan menggunakan Media Audio Visual?
a.      Kurang menyenangkan c. Menyenangkan
b.     Cukup menyenangkan d. Sangat menyenangkan
Alasan: ...............................................................................................................
..........................................................................................................................................
..................................................................................................................
LAMPIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
SMP/MI : MAN 2 MADIUN
Kelas/Semester/Unit : XI-IPA 1
Alokasi waktu : 2x40 menit

A.   Standar Kompetensi


Mengungkapakan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif
puisi.
B.   Kompetensi Dasar
Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam.
C.   Indikator
1.     Mampu mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk sebuah puisi.
2.     Mampu menulis puisi dari gambar keindahan alam yang diberikan oleh guru.
3.     Mampu menggunakan diksi yang tepat dalam penulisan puisi bertema keindahan
alam.
4.     Mampu membacakan puisi yang telah ditulis di depan kelas sesuai dengan lafal,
intonasi, dan ekspresi yang tepat.
5.     Mampu menanggapi pembacaan puisi yang dilakukan oleh teman.
D.   Tujuan Pembelajaran

1. Setelah mendapatkan gambar keindahan alam dari guru, siswa dapat


mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk sebuah puisi.
2. Setelah mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk sebuah puisi, siswa dapat
menulis puisi dari gambar keindahan alam yang diberikan oleh guru.
3. Setelah mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk sebuah puisi, siswa dapat
menggunakan diksi yang tepat dalm penulisan puisi yang bertema keindahan
alam.
4. Setelah menulis puisi brtema keindahan dari gambar dengan menggunakan
diksi yang tepat, siswa dapat membacakan puisi yang telah ditulis di depan
kelas sesuai dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
5. Setelah membacajkan puisi yang telah ditulis di depan kelas, siswa dapat
menanggapi pembacaan puisi yang dilakukan oleh teman.

E.   Materi Pokok


1.    Menanggapi lafal,intonasi dan ekspresi dalam pembacaan puisi lama.
Membaca puisi diartikan sebagai kegiatan menyampaikan puisi di depan
hadirin dengan sepenuhnya membaca teks puisi. Karena banyak unsure membacanya,
unsure gerak anggota tubuh atau perubahan raut muka tidak dipentingkan.
Agar pembaca dapat membaca puisi setepat-tepatnya seperti yang dikehendaki
penyairnya, dia harus dapat menafsirkan puisi yang dibacanya. Oleh karena itu, ada
dua hal pokok yang harus dikuasai oleh setiap pembaca puisi agar pembacaannya
tetap, yaitu penghayatan atas puisi yang dibacanya dan teknik vocal yang memadai.
Puisi dibangun atas dua unsure utama yakni lapis bentuk dan lapis arti. Lapis
bentuk puisi berupa struktur bunyi, yang terdiri atas irama, ritme, rima, dan intonasi.
Oleh karena itu, keindahan bentuk sebuah puisi benar-benar dapat dinikmati jika
dibacakan atau diperdengarkan. Namun, pembacaan yang dilakukan dengan asal-
asalan, tentu juga tidak akan mampu mempersembahkan keindahan itu. Agar
keindahannya dapat dinikmati dan muncul dengan optimal, puisi harus dibacakan
dengan irama yang baik, penafsiran dan pemahaman makna secara tepat, dan dengan
pengekspresian yang proporsional. Sering kali, puisi yang sebenarnya sangat indah,
menjadi biasa saja karena dibacakan secara monoton atau tanpa intonasi, salah
enjabemen atau pemenggalan frasa/baris, pengekspresian yang berlebihan dan
sebagainya.
2.    Menanggapi lafal dan dan intonasi dalam pembacaan puisi.
Kata-kata yang dipilih oleh penyair dalam puisi adalah kata-kata yang padat
makna. Melalui kata-kata itu penyair sesungguhnya ingin menyampaikan perasaan
dan pikirannya tentang suatu hal sehingga melalui pilihan katanya tersebut penyair
dapat memperlihatkan perasaan sedih, senang dan kecewa.
Mengingat membaca puisi berurusan dengan bahasa, faktor pelafalan atau
ucapan sangat penting. Semua pelafalan harus diekspresikan secara “sempurna”, yaitu
harus benar dan baik. Sekalipun faktor penghayatan sempurna tetapi apabila faktor
pelafalannya banyak kekurangan, pembacaan puisi belum dapat dikatakan baik,
demikian juga sebaliknya.
a.     Menanggapi ekspresi dalam pembacaan puisi.
Penghayatan puisi yang dibaca merupakan unsure utama. Hakikat membaca di
sini ialah menyampaikan perasaan dan pikiran penyair. Dalam kenyataanya,
penghayatan pembaca akan menentukan intonasi, irama, jeda, gerak-gerik anggota
tubuh, dan mimik. Dengan demikian, penghayatan puisi yang dibaca akan
menentukan penampilan pembaca di depan hadirin. Oleh karena itu, ada tidaknya
gerak-gerik dan ekspresi lainnya sangat bergantung pada pemahaman dan penafsiran
pembaca terhadap puisi yang dibawakan.
b.     Tahap-tahap membaca puisi dengan lafal, intonasi, penghayatan dan ekspresi
yang sesuai.
Untuk dapatmembcakan puisi dengan menarik dan mampu menampilkan
keindahan puisi, pembaca harus malewati beberapa tahapan. Secara umum ada dua
tahapan, yaitu tahapan ke dalam dan ke luar.
Pada tahap ke dalam, calon pembaca puisi melakukan proses interpretasi dan
internalisasi (peresapan). Sebelum membacakan, pembaca harus benar-benar
memahami isi puisi yang dibawakan. Untuk itu pembaca harus menginterpretasikan
atau menafsirkan maksud setiap kata, larik dan bait puisi sehingga dapat dipahami
makna puisi secara totalitas atau keseluruhan. Interpretasi dapat ditempuh dengan cara
memparafrasekan puisi.
Setelah isi puisi dipahami dan dilafalkan secara benar, selanjutnya pembaca
meresapkan isi puisi ini ke dalam hati sehingga seakan-akan puisi itu karyanya
sendiri. Kepiluan, kepedihan, kegalauan, kebahagiaan, keberbunga-bungaan, yang
dirasakan penyair diempati dan dirasakan juga oleh pembacanya. Pembaca harus bias
menjadi perantara yang hidup antara penyair dan penikmat puisinya.
Pada tahapan ke luar, pembaca mengekspresikan hasil pemahaman dan
peresapannyakepada pendengar. Pembaca menghidangkan puisi dengan
membacakannya sebaik mungkin. Untuk dapat menghidangkan sebuah puisi dengan
artikulasi, intonasi, mimic dan kinesik atau gerakan tubuh yang tepat dan
proporsional.
Intonasi atau lagu kalimat berkaitan dengan ketepatan dalam menentukan
keras lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan
dengan irama. Irama merupakan unsur sangat penting dan jiwa dari puisi. Irama
adalah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan panjang pendek suara. Irama
puisi tercipta dengan melakukan intonasi. Ada tiga jenis intonasi dalam pembacaan
puisi, yaitu sebagai berikut.

a. Intonasi dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.


b. Intonasi nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Suara tinggi
menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan lain sebagainya. Sementara,
suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan lain
sebagainya.
c. Intonasi tempo, yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.

3.    Struktur unsur-unsur pembentuk puisi


a.      Struktur fisik, meliputi hal-hal berikut:
1)     Diksi (pemilihan kata). Untuk menyatakan kemuraman, puisi mengutamakan
kecermatan dalam pemilihan kata. Kata-kata yang ditulis sangat dipertimbangkan
maknanya. Begitu pula komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan suatu kata
dalam konteks atau dalam keseluruhan puisi.
2)     Majas memiliki pengaruh yang kuat dalam menghasilkan imajinasi tambahan dalam
puisi.
3)     Rima/irama. Pengulangan bunyi puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi.
Dengan rima inilah, efek bunyi makna yang dikehendaki penyair semakin indah dan
makna yang ditumbuhkannyapun semakin kuat.
4)     Tipografi (tata wajah). Merupakan pembeda penting antara puisi dengan prosa dan
drama. Larik-larik puisi tidak dibentuk dalam paragraph, namun berbentuk bait.
b.     Struktur batin, meliputi hal-hal berikut:
1)     Makna dan tema
2)     Perasaan (feeling)
3)     Nada dan suasana
4)     Amanat

F.   Metode pembelajaran


Quantum Teaching: TANDUR
Meliputi: Tumbuhkan , Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan
G.  Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN AWAL (5menit)
1. Guru melakukan pengecekan terhadap siswanya dengan melakukan presensi.
2.     Menggali pengetahuan awal tentang puisi.
3.     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
KEGIATAN INTI 1

1. Siswa diminta oleh guru maju kedepan kelas untuk membacakan sebuah puisi
untuk teman-temannya. (T/5’)
2. Guru membagikan dan memutarkan gambar yang telah disediakan. (T/5’)
3. Siswa diminta memperhatikan secara cermat gambar yang telah dibagikan dan
ditayangkan dalam slide tersebut. (A/5)
4. Siswa membentuk kelompok masing-masing 4-5 orang untuk berdiskusi
mengenai unsur-unsur pembentuk puisi, diksi dalam puisi dan cara
membacakan puisi. (N/5’)
5. Siswa berdiskusi tentang unsur-unsur pembentuk puisi, diksi dalam puisi, dan
cara membacakan puisi. (D/10’)
6. Siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing dan secara individu
menulis puisi bertema keindahan alam sesuai dengan gambar yang telah
didapat dari guru berdasarkan hasil diskusi kelompok mengenai unsur-unsur
pembentuk puisi, dan diksi dalam menulis puisi. (D/10’)
7. Siswa membacakan hasil puisi yang telah mereka tulis, siswa yang lain
memberikan tanggapan dan komentar terhadap hasil tulisan puisi yang
dibacakan oleh temannya di depan kelas. (D/10’)
8. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini mengenai menulis puisi
bertema keindahan alam dan guru menanggapi. (U/9’)
9. Siswa merayakan hasil pembelajaran hari ini dengan tepuk tangan. (R/1’)

KEGIATAN INTI 2
1.     Guru memutarkan slide berisi gambar-gambar keindahan alam. (T/5’)
2.     Siswa diminta memperhatikan secara cermat slide yang telah diputarkan oleh guru.
(A/5)
3.     Siswa membentuk kelompok masing-masing 4-5 orang untuk berdiskusi mengenai
unsur-unsur pembentuk puisi, diksi dalam puisi dan cara membacakan puisi. (N/5’)
4.     Siswa berdiskusi tentang unsur-unsur pembentuk puisi, diksi dalam puisi, dan cara
membacakan puisi. (D/10’)
5.     Siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing dan secara individu menulis puisi
bertema keindahan alam sesuai dengan gambar yang telah diputarkan oleh guru
berdasarkan hasil diskusi kelompok mengenai unsur-unsur pembentuk puisi, dan diksi
dalam menulis puisi. (D/10’)
6.     Siswa membacakan hasil puisi yang telah mereka tulis, siswa yang lain memberikan
tanggapan dan komentar terhadap hasil tulisan puisi yang dibacakan oleh temannya di
depan kelas. (D/10’)
7.     Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini mengenai menulis puisi bertema
keindahan alam dan guru menanggapi. (U/9’)
8.     Siswa merayakan hasil pembelajaran hari ini dengan tepuk tangan. (R/1’)
KEGIATAN AKHIR
1. Siswa merefleksikan hasil pembelajaran menulis puisi hari ini dan
menanyakan kepada guru hal yang tidak mereka mengerti dari pembelajaran
hari ini.
2. guru menjelaskan tugas-tugas untuk pertemuan pada pembelajaran berikutnya.

H.  Sumber dan media pembelajaran

1. Sumber belajar
a. Buku penunjang tentang puisi

Waluyo, Herman. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga

b. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia

Maryani, Yani. 2005. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia SMA. Bandung: Pustaka
Setia

2. Media Pembelajaran
a. Kartu pemandangan puisi
b. Slide power point gambar pemandangan

I. Penilaian
Indikator Teknik Bentuk Instrumen
1.     Mampu mengidentifikasi unsur-unsur Unjuk kerja tertulis 1. Identifikasilah unsur-unsu
pembentuk sebuah puisi. sebuah puisi!

2.     Mampu menulis puisi dari gambar Unjuk kerja tertulis 2. Tulislah sebuah puisi dari
keindahan alam yang diberikan oleh ergambar yang telah dibagik
guru. gurumu!

3.     Mampu menggunakan diksi yang tepat Unjuk kerja tertulis 3. Tulislah sebuah puisi bert
dalam penulisan puisi bertema keindahan alam dengan pilih
keindahan alam. tepat!

4.     Mampu membacakan puisi yang telah Unjuk kerja unjuk kerja 4. bacakan puisi yang telah
ditulis di depan kelas sesuai dengan depan kelas!
lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

5.     Mampu menanggapi pembacaan puisi Unjuk kerja Unjuk kerja 5. berikan tanggapan terhad
yang dilakukan oleh teman. puisi yang dilakukan oleh te

Mengetahui, Surabaya, 13 Maret 2010


Kepala Sekolah Guru

......................... ...................................

Diposkan oleh Unknown di 04.22


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼  2012 (1)
o ▼  Desember (1)
 Penelitian tindakan kelas

Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai