Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DAPAT


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DI DALAM KELAS XI MIPA 1

Disusun Oleh:
Aryo Pandyo Pradipta 06
Devi Rahmadewi 10
Muhammad Ridwan Septian 21
Putri Mar’atus Sholikhah 25
Vanya Aurel Nnursabita 31
Zulfi Ahmad Hariri 34
XI MIPA 1

SMA NEGERI 1 SOOKO


TAHUN AJARAN 2022/2023
ABSTRAK

Dalam pembelajaran berdialog dibutuhkan teknik dan media bermain peran yang tepat.
Pada umumnya dalam pembelajaran berdialog, guru menerangkan materi tentang berdialog
kemudian meminta para siswa untuk membacakan teks dialog. Hal itu masih membuat siswa
merasa kesulitan, sehingga menjadikan hasil belajar siswa kurang baik. Karena itu, peneliti
menerapkan teknik pembelajaran bermain peran agar siswa dalam pembelajaran lebih aktif dan
kemampuan berkomunikasi siswa lebih baik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik pembelajaran bermain peran dalam
pembelajaran bahasa jawa di dalam kelas lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, baik dari hasil pembelajaran maupun proses pembelajaran, serta menjadkan kelas
cenderung lebih aktif, efektif dan menyenangkan serta mudah dipahami oleh siswa, siswa merasa
terbantu dengan teknik pembelajaran bermain peran. Sedangkan siswa berpendapat kelas yang
tidak menggunakan teknik bermain peran cenderung lebih pasif, dan sulit dipahami
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat disampaikan adalah guru
bahasa jawa sebaiknya menggunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dalam pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah memahami pembelajaran.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Bermain Peran Dalam
Pembelajaran Bahasa Jawa Dapat Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi di dalam Kelas
XI MIPA 1 ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Terselesaikannya karya ilmiah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Ninik Pancawati, S.Pd, ibu guru bahasa Indonesia, yang telah memberikan kritik dan
saran serta bekal teori yang membantu penulis.
2. Resti Rahayu, Ibu guru bahasa jawa yang telah memberikan izin penelitian karya ilmiah.
3. Semua pihal yang tida dapat disebutkan sat persatu yang telah memberi dukuan dan ikut
serta membantu menyelesaikan proses penelitian.
Semoga semua pihak diatas selalu diberikan perlindungan dan limpahan rahmat oleh Allah
SWT. Amin.
Penulis sadar bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Penulis berharap dengan
terselesaikannya karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan dalam dunia
pendidikan.

Mojokerto, 4 April 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pembelajaran bahasa Jawa terdapat empat keterampilan dasar yaitu
mendengarkan, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan menguasai
keterampilan berbicara, siswa siswi dapat mengekspresikan pikiran dan perasaannya
sesuai dengan konteks dan situasi pada saat dia berbicara. Keterampilan berbicara juga
dapat melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, mudah dipahami,
dan sistematis. Ketika berbicara, seseorang harus memperhatikan tata bahasa. Selain itu
juga harus memperhatikan siapa yang diajak berbicara. Dengan begitu, berbicara perlu
mengetahui unggah-ungguh, seperti unggah-ungguh bicara dengan orang tua, orang yang
lebih tua, atau orang yang dituakan. Tentu akan berbeda dengan anak kecil, orang yang
lebih muda, atau orang yang dimudakan.
Hal tersebut dinamakan unggah-ungguh basa. Di dalam unggah-ungguh basa
terdapat ragam bahasa Jawa ngoko dan krama. Kini, kebanyakan orang tua dalam
keluarga Jawa mengajarkan anaknya dengan menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko
dan bahasa Indonesia. Keadaan tersebut mengakibatkan banyak anak tidak menguasai
bahasa Jawa ragam krama dengan baik. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Jawa di
lingkup Sekolah Menengah Atas yaitu siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa
Jawa yang baik dan benar untuk meningkatkan kemampuan intelektual dengan berfikir
kreatif, menggunakan akal sehat, menerapkan kemampuan yang berguna, menggeluti
konsep abstrak, dan memecahkan masalah, kematangan emosional dan sosial dan
meningkatkan keterampilan. Kurikulum muatan lokal mata pelajaran bahasa Jawa
mencakup komponen kemampuan berbahasa, kemampuan bersastra, kemampuan
berbudaya yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Akibat kondisi tersebut, diperlukan peranan guru yang mengarahkan siswanya untuk
belajar menggunakan bahasa Jawa ragam krama dengan unggah-ungguh yang benar.
Peranan guru dianggap penting untuk mengembangkan kemampuan berbicara siswa.
Tanpa guru yang mengarahkan, maka penguasaan tersebut tidak akan
tercapai.Keterampilan berbicara membutuhkan banyak praktik dan latihan. Dengan
praktik dan latihan siswa, yang pada awalnya tidak bisa berbicara ragam krama, lama-
lama akan bisa berbicara ragam krama. Hal tersebut memerlukan proses, karena awalnya
siswa tidak percaya diri, kemudian akan timbul rasa malu dan takut salah untuk berbicara
di depan kelas. Setelah dibiasakan untuk maju di depan kelas untuk berbicara, siswa akan
semakin percaya diri dan dapat menggunakan bahasa Jawa ragam krama dengan baik dan
benar. Oleh karena itu, pelajaran bahasa jawa di SMAN 1 SOOKO sangat diperlukan
untuk membentuk karakter siswa siswi agar terbiasa menggunakan bahasa jawa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Mengapa bermain peran dalam pembelajaran bahasa jawa dapat
meningkatkan kemampuan berkomunikasi?
1.2.2 Jenis-Jenis peran apa saja yang digunakan agar dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi bahasa jawa dengan baik?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui perbedaan hasil pembelajaran bahasa jawa antara kelas
yang menggunakan teknik bermain peran dengan kelas yang tidak menggunakan
teknik bermain peran untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
1.3.2 Mendeskripsikan peningkatan kemampuan berkomunikasi berbahasa jawa
dengan bermain peran.

1.4 Metode Penelitian


Jenis penelitian judul “Bermain Peran dalam Pembelajaran Bahasa Jawa dapat
Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi”dengan melakukan wawancara kepada guru
serta siswa siswi SMAN 1 SOOKO yaitu menggunakan metode kualitatif karena untuk
mengetahui informasi siswa dalam komunikasi pada pembelajaran bahasa jawa.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Metode Bermain Peran


2.1 Pengertian
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan, metode dipilih berdasarkan strategi
kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam
bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. 1 Sedangkan Bermain peran
dapat meningkatkan cara berkomunikasi dengan baik dan mudah dipahami pada remaja.
2
Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri, Melalui
bermain peran siswa siswi memperoleh pembatasan dan memamhami kehidupan,bermain
tidak dilakukan secara serius dan bebas.1
Dapat disimpulkan arti bermain peran adalah permainan yang dilakukan dengan cara
memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang maupun tumbuhan yang ada disekitar
dan juga dapat melakukan manipulasi terhadap objek seperti yang diharapkan. Bermain
peran berarti mencontoh atau meniru sifat. 2Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengungkap data tentang perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran melalui
metode bermain peran dalam menumbuhkan keterampilan berbahasa anak usia dini2
2.2 Manfaat Metode Bermain Peran
Dampak positif serta nilai-nilai fungsi dan manfaat bermain peran yaitu anak akan
mempelajari atau meniru percakapan yang dimainkan oleh peran yang mereka mainkan,
misalnya ia berperan sebagai teman sebaya.  Anak dapat menangkap dan memperluas
kosakata yang umumnya dilontarkan oleh teman sebaya di sekolah. Bermain peran dapat
membantu dalam mengembangkan kemampuan komunikasi seseorang agar lebih
ekspresif dalam menyampaikan sesuatu.
Bermain peran dapat merangsang anak untuk meningkatkan kemampuan
berbahasanya, hal ini dikarenakan bermain pura-pura, anak-anak berlatih memahami
perspektif teman bermainnya dan belajar bergiliran memainkan perannya. Keterampilan
khusus ini penting dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak.
2.3 Langkah-langkah Metode Bermain Peran
Sudjana (2005: 135- 136) memberikan langkah-langkah dalam penggunaan bermain
peran, yaitu:
(1) pendidik dan peserta didik menyiapkan bahan belajar berupa topik yang akan dibahas.
(2) pendidik dan peserta didik mengidentifikasi dan menetapkan peranperan berdasarkan
kedudukan dan tugas masing-masing.

1
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004,h.7.
Ibid, h. 25.
2
Ningsih E, Penggunaan Metode Bermain Peran Dalam Menumbuhkan Keterampilan Berbahasa
Anak Usia Dini (Cianjur : Jurnal Empowerment, 2013), hlm.126-136.
(3) pendidik membantu peserta didik untuk meyiapkan tempat, waktu, dan alat-alat yang
digunakan.
(4) pendidik membantu peserta didik untuk melaksanakan permainan dengan:
(a) menjelaskan tujuan dan langkah-angkah bermain peran,
(b) peserta didik dibagi kelompok bermain peran dan kelompok pengamat,
(c) menjelaskan tugas masing-masing kelompok.
(5) pendidik dan peserta didik membahas hasil pengamatan dan melakukan penilaian
terhadap proses dan hasil penggunaan teknik ini.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1
3.2
3.3.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode bermain peran telah berhasil meningkatkan hasil
belajar Bahasa Jawa pada siswa-siswi di kelas XI MIPA 1. Peningkatan pembelajaran
tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: Siswa pada kondisi awal dengan tingkat
kepercayaan diri rendah karena pelafalan bahasa Jawa yang kurang bagus, setelah
diterapkan metode bermain peran kepercayaan diri siswa-siswi tersebut meningkat karena
dalam bermain peran dipertontonkan oleh seluruh siswa-siswi di kelas, oleh karena itu
dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa-siswi tersebut.
Berdasarkan observasi wawancara dengan siswa-siswi dan guru bahasa Jawa,
menurut siswa-siswi jenis-jenis peran yang digunakan agar dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa sebagian besar
siswa-siswi menjawab peran dengan teman sebaya dan peran tokoh pada cerita rakyat.
Menurut salah satu siswi peran tokoh pada suatu cerita rakyat dapat meningkatkan
penerapan bahasa Jawa Krama sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih
tua.
4.2 Saran
Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
model pembelajaran bermain peran, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut
tentang aspek-aspek lain dalam
pembelajaran bahasa Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai