Dosen Pengampu : Dr. Maria Goreti Rini Kristiantari, M.Pd.
OLEH :
NAMA : NI LUH PUTU IKA SINTYA DEVI
NIM : 1911031003 NO ABSEN : 02 KELAS :G SEMESTER :4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DENPASAR 2021 1. Jelaskan, mengapa seorang pendidik (guru kelas) harus dapat memahami tahapan pemerolehan bahasa anak di kelas rendah ? Pembahasan : Guru adalah sosok yang patut digugu dan ditiru. Seorang guru yang memiliki pribadi yang hangat dan juga cerdas adalah seorang guru yang mampu memberi pengaruh untuk masa depan anak didik melalui kata – kata atau bahasanya. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diketahui bahwa proses perkembangan dan penguasaan bahasa anak merupakan suatu permasalahan yang rentan dan cukup menakjubkan dalam bidang psikolinguistik. Bagaimana manusia memperoleh bahasa merupakan suatu isu yang amat mengagumkan dan sulit untuk dibuktikan. Dalam hal ini peran orang tua digantikan oleh guru kelas ketika anak mulai masuk sekolah. Guru kelas menjadi sosok yang sangat berperan dalam membina perolehan bahasa anak. Bahasa yang didapatkan anak bisa diperoleh dari berbagai sumber sehingga terkadang tidak terkontrol. Anak dapat memperoleh bahasa secara alami dan meniru. Namun terkadang bahasa yang diperoleh anak tidak semuanya utuh sehingga perlu ada yang memonitornya kembali. Dalam hal ini guru kelas bertanggung jawab menjadi monitor yang baik ketika anak masih duduk di bangku SD khususnya di kelas rendah. Seorang guru khususnya guru kelas harus memahami tahapan pemerolehan bahasa anak SD di kelas rendah karena dengan memahami tahapan pemerolehan bahasa anak, guru akan mengetahui sejauhmana kemampuan anak dalam berbahasa. Sehingga, guru akan mampu memberikan stimulus yang tepat pada anak untuk mempermudah anak dalam tiap tahapan pemerolehan bahasanya. Disamping itu, jika guru sudah memahami tahapan pemerolehan bahasan anak, guru tidak akan memaksakan anak untuk mampu memiliki kemampuan berbahasa yang sama. Karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam melewati tahapan – tahapan pemerolehan bahasa anak. Jika seorang guru sudah memahami dengan baik tahapan pemerolehan bahasa anak, guru tersebut akan mampu menggunakan kata maupun bahasa yang sesuai dengan tahapan pemerolehan bahasa anak. Sehingga anak akan lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh gurunya. Disamping itu, guru khusus guru kelas sangat dekat sekali dengan peserta didiknya. Sehingga guru kelas ini sering kali dijadikan sebagai contoh dan ditiru. Dalam hal ini anak sangat senang meniru kata – kata ataupun ucapan yang keluar dari mulut gurunya. Maka dari itu, diharapkan guru mampu menjadi contoh yang baik dalam berkomunikasi, sehingga anak mampu meniru dan mencontoh kata maupun bahasa yang akan mempengaruhi proses pemerolehan bahasa anak tersebut. Karakteristik setiap anak tidak sama sehingga dengan mempelajari dan memahami pemerolehan dan perkembangan bahasa anak guru dapat mengatasi perbedaan perkembangan bahasa pada peserta didiknya. Peserta didik sekolah dasar pada umumnya berlatar belakang dwibahasa bahkan multi bahasa, sehingga dengan memahami pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, guru dapat benar – benar memahami konteks sosial budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai keragaman budaya tersebut. Anak – anak belajar berkomunikasi dengan orang lain lewat berbagai cara meskipun cara anak yang satu dengan yang lain berbeda, ada hal – hal yang umum yang terjadi pada hampir setiap anak. Pengetahuan tentang hakikat perkembangan bahasa anak, perkembangan bahasa lisan dan tulis yang terjadi pada mereka, dan perbedaan individual, dalam pemerolehan bahasa sangat penting bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa anak. Sehingga perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput dari perhatian para pendidik (guru kelas) pada umumnya dan orang tua khususnya. 2. Dalam penerapan pemerolehan bahasa anak konsep penerapan yang bagaimana yang baik digunakan dalam pembelajaran agar sesuai dengan tahap perkembangan di kelas rendah ? Jelaskan mengapa ? Pembahasan : Anak SD khususnya anak yang masih berada di kelas rendah umumnya berada pada tahap kemampuan berfikir operasional konkrit. Sehingga untuk memahami sesuatu hal ada baiknya jika seorang guru menggunakan suatu media pembelajaran khsusunya benda konkrit. Berkaitan dengan konsep pemerolehan bahasa anak di kelas rendah, menurut saya guru dapat menerapkan konsep penggunaan media pembelajaran. Artinya dengan menggunakan suatu media pembelajaran khususnya benda konkrit akan mempermudah pemerolehan bahasa anak. Misalkan guru dapat menggunakan suatu media benda konkrit berupa papan kata – kata. Melalui papan kata – kata tersebut anak akan mampu memperoleh bahasa. Untuk anak SD di kelas rendah pula anak masih sangat senang bermain, sehingga konsep pemerolehan bahasa anak dapat dikombinasikan dengan cara bermain. Bermain merupakan salah satu proses belajar. Artinya anak akan bermain sekaligus memperoleh bahasa. Misalkan anak diajak bermain tentang tebak kata atau anak dapat diajak bermain tentang melengkapi kalimat yang rumpang. Dari melengkapi kalimat yang rumpang tersebut anak akan mampu mendapatkan berbagai macam bentuk bahasa. Sehingga pemerolehan bahasa anak akan semakin luas. Tidak hanya konsep penggunaan media pembelajaran dan bermain saja. Konsep pemerolehan bahasa yang selanjutnya adalah konsep universal yang mana anak dapat memperoleh bahasa dari mana saja baik itu dari lingkungan keluarga, lingkungan teman, sekolah, masyarakat dan lingkungan bermainnya. Artinya, untuk anak SD di kelas rendah konsep pemerolehan bahasa ini di dapat dari mana saja tidak terbatas hanya dari gurunya saja. Karena anak pada usia tersebut sangat senang mengeksplor hal – hal yang ada di sekitarnya. Sehingga sangat mudah bagi anak untuk memperoleh bahasa dari lingkungan sekitarnya dengan cara meniru bahasa tersebut. Konsep pemerolehan bahasa anak dapat dilakukan dengan cara bersosialisai di lingkungan sekolah, seperti berbicara dengan teman sebangkunya, dengan guru dan sebagainya. Setiap anak di sekolah dasar memiliki bahasa yang beragam karena itu jika seorang anak berbaur dengan teman lain nya maka dia pun dapat menirukan bahasa tersebut dan di kembangkannya. Akan tetapi, untuk anak SD di kelas rendah sebagai seorang guru, konsep yang baik untuk diterapkan di kelas dalam proses pemerolehan bahasa adalah konsep bermain dan penggunaan media pembelajaran. Yang mana dengan konsep ini anak akan mendapat pemerolehan bahasa yang baik karena didampingi oleh gurunya sebagai pembimbing dan difasilitasi media pembelajaran sebagai pendukung proses pemerolehan bahasa anak. 3. Untuk dapat mengidentifikasi kemampuan dasar anak dalam membaca dan menulis permulaan, apa yang harus dilakukan guru ? Pembahasan : Untuk dapat mengidetifikasi kemampuan dasar anak dalam membaca dan menulis permulaan, seorang guru dapat memberikan suatu stimulus yang akan memancing kemampuan membaca dan menulis permulaan anak. Stimulus tersebut dapat berupa soal yang berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis permulaan. Untuk kegiatan menulis permulaan, peserta didik diberikan 15 soal. Soal tersebut terdiri atas 5 soal menyalin huruf, 5 soal merangkai kata melalui beberapa huruf yang diacak dan 5 soal menyalin kata sesuai dengan gambar. Jika peserta didik mampu menyelesaikan ketiga jenis soal tersebut dengan baik, itu artinya peserta didik sudah memiliki kemampuan yang baik dalam hal menulis permulaan. Begitu pula sebaliknya, apabila peserta didik belum mampu menyelesaikan ketiga jenis soal tersebut dengan baik, itu artinya peserta didik belum memiliki kemampuan yang baik dalam hal menulis permulaan. Sehingga, guru akan mampu mengetahui masing – masing kemampuan menulis permulaan peserta didiknya. Setelah mengetahui kemampuan menulis peserta didiknya, guru dapat melakukan suatu tes mengenai kegiatan membaca permulaan. Guru dapat meminta peserta didik membaca huruf maupun kata yang telah dibuatnya pada ketiga jenis soal menulis. Apabila peserta didik mampu membaca huruf maupun kata tersebut dengan baik dan benar, itu artinya peserta didik sudah memiliki kemampuan yang baik dalam hal membaca permulaan. Begitu pula sebaliknya, apabila peserta didik belum mampu membaca ketiga jenis soal tersebut dengan baik dan benar, itu artinya peserta didik belum memiliki kemampuan membaca yang baik. Dengan begitu guru akan mampu mengindentifikasi kemampuan masing – masing peserta didiknya dalam hal membaca permulaan. Jika seorang guru sudah mengetahui dan mampu mengindentifikasi kemampuan membaca dan menulis permulaan dari peserta didiknya, guru tersebut akan mampu memberikan treatment yang sesuai bagi masing – masing anak didiknya sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Setelah mengidentifikasi kemampuan masing – masing peserta didiknya, guru tersebut tidak boleh membedakan ataupun men-judge antara peserta didik yang memiliki kemampuan membaca dan menulis permulaan yang baik dengan peserta didik yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis permulaan yang baik. Semestinya seorang guru mampu membimbing peserta didik yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis permulaan yang baik dengan penuh semangat, sehingga peserta didik tersebut mampu meningkatkan kemampuannya dalam hal membaca dan menulis yang mana nantinya peserta didik tersebut akan mampu memiliki kemampuan membaca dan menulis permulaan yang baik sebagai bekal dirinya dalam proses pembelajaran di sekolah. 4. Berikanlah tanggapnmu, jika dalam suatu kelas terdapat perbedaan yang heterogen antara kemampuan dasar anak yang satu dengan anak yang lain dalam membaca dan menulis permulaan, apa yang harus dilakukan oleh pendidik (guru kelas) dalam memberikan tindak lanjut pembelajaran membaca dan menulis permulaan agar capaian kompetensi dapat tercapai dengan maksimal ? Pembahasan : Dalam proses belajar mengajar di sekolah, setiap guru sangat mengharapkan agar peserta didiknya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada kenyataannya dalam satu kelas terdapat perbedaan kemampuan dasar anak antara anak yang satu dan anak yang lainnya dalam hal membaca dan menulis permulaan, yang mana apabila peserta didik sudah memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis yang baik, maka akan lebih mudah bagi mereka untuk menguasai materi pelajaran secara maksimal. Cara yang dapat dilakukan oleh guru khususnya guru kelas apabila mendapati peserta didiknya memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis yang berbeda – beda adalah guru dapat membentuk suatu kelompok belajar, dengan anggota kelompok belajar tersebu terdiri atas peserta didik yang memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis yang berbeda – beda tentunya. Dengan dibentuknya suatu kelompok, akan menjadikan anak tersebut mampu belajar tidak hanya dari gurunya akan tetapi dapat belajar dari temannya atau yang dikatakan dengan tutor sebaya atau belajar dari teman sejawat. Misalkan anak tersebut malu bertanya dengan gurunya maka anak itu dapat bertanya cara membaca dan menulis kepada temannya yang sudah bisa dan lancar akan hal tersebut. Temannya yang sudah bisa dapat memberitahu temannya yang belum bisa. Dengan begitu akan terjadi interaksi yang baik antara peserta didik dengan kemampuan heterogen dalam hal membaca dan menulis. Atau guru dapat melakukan beberapa pendekatan dengan anak, misalkan guru dapat memberikan suatu perhatian lebih kepada anak yang belum memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis yang baik. Perhatian lebih yang dimaksud adalah misalkan anak yang memiliki kemampuan membaca dan menulis yang masih belum baik itu lebih banyak diberikan kesemempatan untuk membaca dan menulis ketika guru menginstruksikan sesuatu. Contohnya : Pada suatu kelas terdapat berbagai macam tingkat kemampuan anak dasar anak dalam membaca dan menulis. Putu merupakan salah satu anak yang memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis yang kurang baik. Pada suatu ketika ibu guru menginstruksikan kepada peserta didiknya untuk membaca wacana singkat yang ada di papan tulis. Wacana tersebut dibaca secara bersama – sama oleh peserta didik. akan tetapi, guru mengetahui bahwa Putu memiliki sedikit kesulitan dalam hal membaca, sehingga guru meminta Putu untuk maju ke depan kelas. Ibu guru akan membantu Putu untuk mengeja kata demi kata sehingga Putu akan lebih paham bagaimana cara membaca yang baik. Putu pun akan terpacu untuk mampu segera membaca. Dengan begitu pada akhirnya Putu akan memiliki kemampuan membaca yang baik, lakukan hal yang sama dalam menulis. Intinya adalah guru wajib mengetahui bahwa setiap anak tentu memiliki kemampuan yang berbeda – beda khususnya dalam hal kemampuan dasar membaca dan menulis. Sehingga guru tidak boleh menyamaratakan kemampuan anak yang satu dengan yang lainnya. Guru harus memahami betul masing – masing karakteristik dan kemampuan anak dalam hal membaca dan menulis. Apabila guru mengetahui ada anak yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik. Guru harus membimbing anak tersebut dengan hati yang tulus dan sabar. Guru memberikan motivasi dan semangat agar anak tersebut lebih giat mengasah kemampuan membaca dan menulisnya. Jangan sekali – kali guru membandingkan kemampuan anak yang satu dengan anak yang lainnya. Karena hal itu akan menimbulkan kesan yang tidak baik bagi anak dan akan memperburuk kondisi mental anak yang mana hal itu tentu akan sangat berpengaruh dengan semakin menurunnya kemampuan anak dalam hal membaca dan menulis. Guru pun dapat memberikan penugasan terkait dengan kemampuan mmebaca dan menulis permulaan. Agar di dalam kelas tidak lagi terdapat perbedaan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya dalam hal kemampuan membaca dan menulis permulaan. Dengan memberikan tugas, peserta didik akan mampu mengasah kembali kemampuan membaca dan menulisnya di rumah. Untuk anak yang masih memiliki kemampuan yang belum baik dalam hal tersebut, anak dapat melatih kembali dirinya di rumah, hingga akhirnya terjadi peningkatan kemampuan. Sedangkan untuk anak yang sudah memiliki kemampuan yang baik, penugasan ini bertujuan sebagai pengayaan agar peserta didik tersebut semakin memiliki pemahaman yang baik atau dapat dijadikan sebagai pengayaan. 5. Sejalan dengan kondisi no. 4, apabila dalam suatu kelas terdapat perbedaan yang heterogen antara kemampuan dasar anak yang satu dan anak yang lain dalam membaca dan menulis permulaan, evaluasi yang bagaimana yang dapat dilakukan oleh pendidik (guru kelas) dalam memberikan tindak lanjut pembelajaran membaca dan menulis permulaan agar capaian kompetensi dapat tercapai dengan maksimal ? Pembahasan : Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pemaknaan data (informasi) untuk menentukan kualitas sesuatu yang terkandung dalam data tersebut. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, data atau informasi tersebut diperoleh melalui serangkaian kegiatan atau peristiwa yang terjadi di dalam pembelajaran. Kegiatan yang dimaksud berkaitan dengan apa yang dilakukan guru, apa yang terjadi di dalam kelas, dan apa yang dilakukan dan diperoleh siswa. Sekaitan dengan penilaian dalam pembelajaran MMP di kelas rendah sekolah dasar, penilaian itu tentunya harus bersesuaian dengan tujuan dan hakikat pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Penilaian dimaksud berkenaan dengan penilaian terhadap proses dan penilaian terhadap hasil. Mengapa penilaian itu harus mencakupi proses belajar dan hasil belajar? Dalam kaitannya dengan pertanyaan “apa yang terjadi di dalam kelas?” dan “apa yang dilakukan dan diperoleh siswa melalui pembelajaran di kelas?”, jawaban atas pertanyaan tersebut mustahil hanya bisa digali melalui penilaian terhadap hasil belaka tanpa melihat prosesnya. Di samping itu, sasaran penilaian itu pun harus mencakupi tiga ranah, yakni ranah kognitif (kemampuan intelektual), ranah afektif (emosi dan sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Oleh karenanya, penilaian ini harus bersifat utuh dan menyeluruh. Keharusan akan penilaian yang bersifat utuh dan menyeluruh tersebut mustahil dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan pada alat penilaian yang berupa tes belaka. Alat penilaian yang berbentuk tes dan nontes yang dilakukan, baik terhadap proses maupun hasil diharapkan akan dapat memberikan gambaran kemampuan dan kemajuan belajar siswa secara utuh dan menyeluruh. Penilaian dengan cara seperti ini dinamakan penilaian dengan pendekatan holistik. Penilaian yang diarahkan pada proses dan hasil belajar siswa dimaksudkan untuk melihat kemajuan dan hasil belajar yang dicapai masing-masing siswa. Berdasarkan informasi kemajuan dan hasil belajar yang bersifat individual itu, hasil penilaian tersebut dapat juga digunakan untuk membandingkan kemampuan antarsiswa dalam kelas tersebut. Dengan demikian, hasil penilaian dimaksud akan menjadi bahan masukan yang berharga untuk menentukan tingkat keberhasilan anak dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru. Di samping itu, guru juga akan mendapat masukan tentang kesulitan – kesulitan yang dialami siswanya dalam belajar. Berbekal informasi tersebut, guru akan dapat memilih dan merancang pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak didiknya. Berkaitan dengan soal no. 4 menurut saya evaluasi yang dapat dilakukan apabila dalam suatu kelas terdapat kemampuan peserta didik yang heterogen dalam hal membaca dan menulis permulaan agar capaian kompetensi dapat tercapai secara maksimal adalah dengan melakukan evaluasi kelompok, yang mana evaluasi atau penilaian kelompok ini termasuk di dalamnya penilaian proses dan penilaian hasil. Dengan evaluasi kelompok ini, kemampuan heterogen yang ada di dalam kelas tersebut dapat di atasi dan capai kompetensi dapat tercapai secara maksimal. Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan memperhatikan aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran kelompok. Berdasarkan hal tersebut, perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik akan diketahui. Bukan hanya itu, masalah-masalah dan kesulitan- kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam belajar juga akan terdeteksi. Demikian juga dengan respon dan tanggapan peserta didik terhadap kemajuan belajar yang dicapainya atau terhadap masalah yang dihadapinya akan dapat diketahui. Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa informasi yang harus terekam melalui proses ini meliputi tiga ranah, yakni ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor. Oleh karenanya, untuk mendapatkan informasi tentang ketiga ranah tersebut dalam proses belajar tidak bisa hanya mengandalkan satu jenis alat penilaian tertentu. Alat penilaian yang berbentuk tes pada umumnya cocok untuk menggali hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan kognisi, sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan afeksi dan psikomotor lebih cocok bila digali dengan alat penilaian nontes. Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan yang harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta tes. Dalam pembelajaran MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekhurufan (kemampuan membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara teknis. Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara tertulis, lisan, dan perbuatan. a) Tes tertulis merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam bentuk tertulis. Pengerjaannya oleh tiap kelompok dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan. b) Tes lisan merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam bentuk lisan. Dalam cara ini pun, pengerjaannya oleh masing – masing kelompok dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan. c) Tes perbuatan merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat dismpaikan secara tertulis atau lisan dan pengerjaannya oleh tiap kelompok dilakukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan. Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini pada umumnya digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, teknik nontes lebih cocok digunakan dalam penilaian proses. Sedangkan untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan kedua- duanya, baik teknik tes maupun teknik nontes. Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar tiap kelompok. Alat penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun nontes. Untuk menilai pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah dimaksudkan untuk menilai kemampuan siswa dalam hal “kemelekhurufan” yang dicapainya. Kemampuan-kemampuan dimaksud meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambang bahasa yang berupa huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Tes membaca permulaan dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut ini. a. Membaca nyaring; masing – masing kelompok diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik berupa lambang yang berupa, huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana. Melalui tes ini, guru akan dapat menilai kemampuan dari masing – masing kelompok dalam mengidentifikasi lambang-lambang bunyi, melafalkannya, dan memaknainya. b. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan pemokusan pembelajaran yang diberikan. Teknik isian rumpang untuk membaca permulan tidak berpatokan pada teknik isian rumpang sebagaimana halnya untuk membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman) yang aturannya sudah baku, misalnya dengan pelesapan setiap kata kelima, keenam, atau ketujuh secara konsisten. Misalnya, untuk tes identifikasi lambang bunyi berupa lambang huruf, penyajian struktur dapat dilakukan dalam bentuk sajian kata dengan menghilangkan bagian-bagian huruf yang hendak diteskan. Demikian juga, dengan perumpangan suku kata atau kata. Perhatikan contoh berikut ini. Contoh pelesapan huruf bol… Contoh pelesapan suku kata: ini mimi (sebaiknya dibantu dengan gambar) i-ni mi-… i-… mi-mi Contoh pelesapan kata pada teks sederhana dapat dikombinasikan dengan gambar. (Teks ini sebaiknya diambil dari teks yang pernah diperkenalkan kepada anak) ini … (gambar anak laki-laki) ini … (gambar perempuan dewasa) budi dan seterusnya c. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana) Untuk sekedar mengecek pemahaman siswa terhadap teks-teks sederhana, guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami lambang-lambang tertulis. Sebaliknya, siswa juga dapat dirangsang untuk mengajukan pertanyaan sehubungan dengan teks yang dibacanya. Dengan adanya penilaian kelompok ini, tentu anak akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik, sehingga siswa yang awalnya memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam hal membaca dan menulis permulaan, akan mampu memiliki kemampuan yang sama, sama – sama baik dalam hal membaca dan menulis sehingga capaian kompetensi dapat tercapai secara maksimal. Akan terjadi suatu interaksi yang baik pula antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya dalam satu kelompok. Dengan demikian peserta didik yang sudah memiliki kemampuan yang baik akan membantu temannya yang belum memiliki kemampuan yang baik dalam hal membaca dan menulis permulaan. Dalam hal ini, peran guru adalah sebagai evaluator yang akan memberikan penilaian terkait dengan kemampuan dari peserta didiknya dan akan memberikan masukan apabila dalam suatu kelompok tersebut masih terdapat kesulitan – kesulitan yang dihadapai oleh peserta didiknya dalam hal membaca dan menulis permulaan. Guru juga dapat melakukan evaluasi atas tugas yang telah diberikan, berkaitan dengan apa yang telah saya paparkan pada soal no. 4. Guru dapat melakukan evaluasi terkait penugasan yang diberikan dalam hal membaca dan menulis permulaan. Disamping guru memberikan penilaian kelompok, guru juga dapat melakukan penilaian untuk tugas – tugas yang telah diberikan kepada peserta didiknya. Biasanya dengan pemberian tugas ini, anak akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sebaik mungkin dengan begitu capaian kompetensi akan mampu tercapai dengan maksimal.
Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Berbicara Melalui Penerapan Metode Role Playing Di Kelas V SDN 1 Wangunjaya Kecamatan Cigemblong Kabupaten Lebak