Anda di halaman 1dari 71

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Sunda merupakan mata pelajaran mulok wajib yang harus
diajarkan di semua jenjang pendidiakan dari mulai Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
berada di Jawa Barat. Hal ini bertujuan supaya bahasa Sunda yang merupakan
bahasa ibu orang Sunda tetap dilestarikan sehingga jati diri orang Sunda tidak
hilang. Hal ini diperkuat oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5
Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah. Dengan
adanya peraturan daerah tersebut maka Kabupaten Garut pun menjadikan
pelajaran bahasa Sunda menjadi mata pelajaran mulok wajib yang harus
diajarkan di semua jenjang.
Namun banyak orang tua yang menggunakan bahasa Indonesia kepada
anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari, meskipun orang tua tersebut
merupakan Urang Sunda pituin (orang Sunda asli). Oleh karena itu, dalam
proses kegiatan pembelajaran bahasa Sunda di lingkungan SMP Negeri 1
Bayongbong mengalami masalah. Sebagian besar masalah bertumpu pada
kurang pahamnya siswa akan pembendaharaan kata Bahasa Sunda.
Dalam pelajaran bahasa Sunda dikenal empat kompetensi dasar yang
harus dimiliki anak didik yaitu menulis (nulis), berbicara (nyarita), membaca
(maca), dan menyimak (ngaregepkeun). Dalam kenyataannya keempat
kompetensi itu sangat sulit diterapkan pada anak didik. Terutama kompetensi
menyimak (ngaregepkeun), padahal kompetensi menyimak merupakan satu
rangkaian penting dalam proses pembelajaran bahasa Sunda. Tanpa adanya
kompetensi tersebut, proses pembelajaran tersebut tidak akan seimbang.
Menyimak merupakan faktor penting bagi keberhasilan siswa dalam
belajar karena keterampilan menyimak mendominasi aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran dibanding keterampilan lainnya. Siswa yang tidak
terampil dalam menyimak maka akan mengalami kesulitan dalam belajar
2

bahasa. Seperti yang diungkapkan oleh Rost (1994; 141-142) bahwa


keterampilan menyimak berperan penting dalam proses pembelajaran bahasa
karena dapat memberikan input yang berarti bagi orang yang sedang
mempelajari bahasa tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VII-F diperoleh data tentang
kemampuan menyimak siswa masih rendah, terbukti dari kemampuan
menjawab pertanyaan tentang materi yang disampaikan masih banyak yang
tidak sesuai dengan harapan.
Melihat fenomena tersebut, penulis berusaha melakukan penelitian
tindakan kelas yang berkonsentrasi pada kompetensi menyimak dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay.
Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay merupakan
model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah
dan menyenangkan karena setiap siswa yang menjawab pertanyaan dengan
benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore’ atau yel-yel lainnya
yang disukai.
Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay ini
merupakan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat
tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan.
Sehingga para siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Course Review Horay ini, apabila siswa dapat menjawab
pertanyaan secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata
“hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok
maupun individu siswa itu sendiri. Model pembelajaran kooperatif tipe
Course Review Horay juga merupakan suatu model pembelajaran dengan
pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban dituliskan
pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau
kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar
terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel
kelompoknya.
3

Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Course


Review Horay ini pengujian pemahaman siswa dengan menggunakan kotak
yang berisi nomor untuk menuliskan jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu
mendapatkan tanda atau jawaban yang benar harus langsung segera
menyoraki kata-kata “hore/horay” atau menyoraki yel-yelnya.
Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara
terarah maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran
Corse Review Horay menjadi salah satu alternatif sebagai pembelajaran yang
mengarah pada pemahaman konsep. Pembelajaran Course Review Horay,
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar
mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok
kecil.
Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan
suatu pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep
siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk
menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda
benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui Pembelajaran
Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan
masalah dengan pembentukkan kelompok kecil.
Oleh karena itu, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian
tindakan kelas. Dalam penelitian tindakan kelas berikut, penulis mengambil
kompetensi menyimak sebagai bahan penelitian. Dalam hal ini penulis
mengangkat topik:
“ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menyimak
Isi Dongeng Bahasa Sunda Melalui Penggunaan Model Pembelajaran
kooperatif tipe Course Review Horay di Kelas VII-F SMPN 1 Bayongbong”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis


mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Keterampilan siswa dalam menyimak dongeng masih kurang.
4

2. Siswa tidak bisa memahami dan menanggapi isi dari dongeng yang
disajikan.

C. Pembatasan Masalah

Agar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terarah, terfokus dan tidak
meluas, penulis membatasi penelitian pada keterampilan menyimak dongeng
pada pembelajaran Bahasa Sunda dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Course Review Horay. Penelitian ini difokuskan pada siswa
kelas VII-F SMP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Garut Tahun Pelajaran
2017/2018 Semester Genap.

D. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah “Apakah hasil


belajar siswa pada materi menyimak isi dongeng Bahasa Sunda akan
meningkat melalui penggunaan model Course Review Horay (CRH) di kelas
VII-F SMP Negeri 1 Bayongbong Tahun Pelajaran 2017/2018 Semester
Genap?”
E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa


pada materi menyimak isi dongeng Bahasa Sunda akan meningkat melalui
penggunaan model Course Review Horay (CRH) di kelas VII-F SMP Negeri 1
Bayongbong Tahun Pelajaran 2017/2018.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, guru, dan
sekolah.
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak dongeng melalui
Course Review Horay.
b. Meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan isi dongeng yang
disimaknya.
5

c. Meningkatkan rasa senang dan keaktifan pada siswa dalam mempelajari


sebuah dongeng.
d. Memotivasi siswa agar mengenal dan mempelajari karya sastra Sunda
yang lainnya lagi.
2. Bagi Guru
a. Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama menyimak
b. Dapat meningkatkan keterampilan guru dan pemahaman guru mengenai
mengaplikasikan tehnik-tehnik yang berhubungan dengan model
pembelajaran Course Review Horay.
3. Bagi Sekolah
a. Menumbuhkan budaya untuk melakukan penelitian.
b. Meningkatkan mutu sekolah.
6

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu perubahan kapasitas kinerja individu sebagai hasil
pengalaman, perubahan potensi perilaku, dan pengembangan pengetahuan serta
ketrampilan atau sikap yang baru sebagai hasil interaksi individu dengan
informasi dan lingkungannya. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah
perubahan kemampuan atau disposisi(kecenderungan) seseorang yang dapat
bertahan selama periode waktu tertentu.
Belajar juga merupakan usaha sadar oleh seseorang yang berlangsung
sepanjang hayat agar diperoleh kemampuan yang memadai dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Proses dan hasil belajar dapat ditandai dengan
adanya perubahan perilaku atau kemampuan pada diri seseorang dan ia
merupakan hasil dari latihan atau pengalaman.
Menurut pendapat Kenneth D.Moore, belajar adalah suatu perubahan
kapasitas kinerja individu sebagai hasil pengalaman. Dari definisi tersebut
penekanannya pada upaya individu secara sadar melakukan sesuatu, agar
memperoleh suatu kemampuan atau kompetensi baru. Hal tersebut diperkuat oleh
pendapat Kimble dalam Hergenhand dan Olson bahwa belajar merupakan
perubahan potensi perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari penguatan
yang diberi penguatan.
Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima unsur utama yang terkait
dengan belajar, yaitu;
a. Perubahan tingkah laku
b. Perubahan itu relatif permanen
c. Potensi untuk bertindak
d. Hasil dari pengalaman
e. Reinforcement
7

Pendapat lain yang relatif mendukung pendapat di atas adalah menurut


Smaldino, yang mengemukakan bahwa belajar adalah pengembangan
pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru sebagai hasil interaksi
individu dengan informasi dan lingkungannya.
Sedangkan Curzon berpendapat bahwa belajar adalah perubahan
(modifikasi) perilaku yang ditampakkan oleh seseorang melalui aktivitas dan
pengalamannya, sehingga pengetahuan,keterampilan dan sikapnya termasuk
cara penyesuaian terhadap lingkungannya berubah. Seperti juga yang
diungkapkan oleh Gagne, bahwa belajar adalah perubahan kemampuan atau
disposisi (kecenderungan) seseorang yang dapat bertahan selama periode
waktu tertentu dan tidak sesederhana seperti digambarkan dalam proses
pertumbuhan.

2. Hakikat Hasil Belajar


Menurut Gall dan Gall dalam Kindsvatter bahwa hasil belajar adalah
tujuan program yang luas yang akan dicapai oleh para siswa. Mereka dituntut
untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan pencapaian tujuan ini sebagai
hasil pembelajaran di kelas.
Hasil belajar menurut Soedijarto adalah tingkat penguasaan yang
dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Gagne dan Briggs
menambahkan bahwa hasil belajar adalah berbagai jenis kemampuan yang
diperoleh dari belajar. Ada 5 jenis kemampuan hasil belajar, yaitu;
a. ketrampilan intelektual
b. informasi verbal
c. strategi kognitif
d. ketrampilan motorik
e. sikap
Sedangkan menurut Romiszowski dalam Anderson dan Krathwoh, hasil
belajar ditekankan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan
berkenaan dengan informasi yang tersimpan didalam otak manusia setelah ia
8

mengalami proses belajar. Sedangkan ketrampilan berkenaan dengan tindakan


seseorang, baik tindakan intelektual maupun fisik dalam mencapai tujuan
sebagai akibat proses belajar. Secara rinci pengetahuan dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu: fakta, prosedur, konsep, dan konsep. Sedangkan
katrampilan juga dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: ketrampilan kognitif,
motorik, reaktif dan interaktif. Pendapat tersebut selaras dengan pandangan
Benyamin Bloom bahwa hasil belajar memiliki ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Teori Taksonomi Bloom, menurutnya hasil belajar mempunyai
ranah yang berorientasi pada kemampuan untuk mengungkapkan makna dan
arti dari bahan yang dipelajari siswa. Ranah tersebut meliputi;
a. Kognitif, yang termasuk ranah kognitif meliputi aspek pengetahuan,
pemahaman, penerapan, sintesis dan evaluasi.
b. Afektif, yang termasuk ranah afektif meliputi aspek psikologis untuk
menerima, menanggapi, menghargai dan membentuk pribadi.
c. Psikomotorik, yang termasuk ranah psikomotorik meliputi gerak dan
tindakan.13
Dengan tambahan pendapat dari Anderson dan Krathwoth bahwa hasil
belajar juga mencakup; pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan meta-
kognitif.

3. Hakikat Menyimak (Ngaregepkeun)

a. Pengertian Menyimak (Ngaregepkeun)


Ada banyak pengertian menyimak dari beberapa pakar, diantaranya
yaitu ada yang mengungkapkan bahwa “Menyimak bermakna mendengarkan
dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi, pendapat Russell and
Russell”.(dalam Tarigan, 1986:28). Adapun pengertian menyimak yang lebih
luas dikemukakan oleh Tarigan (1986:28), yaitu: menyimak adalah suatu
proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sedangkan
9

menurut Greene, HA dan T. Pety,W. dalam Suhendar, ME & Pien S (1992:4)


mengungkapkan bahwa “Menyimak merupakan proses perubahan bentuk
bunyi menjadi wujud makna”.
Pengertian lain dari menyimak, menurut Tarigan, H.G (1986:176),
adalah “Suatu penerimaan yang aktif terhadap informasi lisan”, artinya bahwa
seorang penyimak dapat mendengar secara aktif mengenai pesan yang
disampaikan oleh pembicara, hal ini terkait dengan perhatian seorang
penyimak. Jika penyimak mampu menerima informasi lisan secara aktif, maka
perhatian penyimak dilakukan dengan efektif.
Pengertian keterampilan menyimak itu sendiri menurut Suhendar, M.E
dan Pien. S (1992:4), bahwa ”keterampilan menyimak merupakan
keterampilan menangkap bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan atau yang
dibacakan orang lain dan diubahnya menjadi bentuk makna untuk
dievaluasi”. Ada empat langkah proses menyimak; (1) mendengarkan, (2)
mengerti, (3) mengevaluasi, dan (4) menanggapi. Berdasarkan pada beberapa
pengertian tentang menyimak diatas, ditarik kesimpulan bahwa menyimak
merupakan suatu proses perubahan melalui aktivitas mendengarkan bunyi
secara lisan menjadi suatu pemahaman yang bermakna.
b. Tujuan Menyimak (Ngaregepkeun)
Tujuan umum dari menyimak itu sendiri adalah untuk memperoleh
informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak
disampaikan sang pembicara melalui ujaran, sedangkan tujuan khusus dari
menyimak adalah; menyimak untuk belajar, menyimak untuk menikmati,
menyimak untuk mengevaluasi, menyimak untuk mengapresiasi, menyimak
untuk mengkomunikasikan ide-ide, menyimak untuk membedakan bunyi-
bunyi, menyimak untuk memecahkan masalah, dan menyimak untuk
meyakinkan Tarigan, H.G (1986 : 55-56).

c. Jenis-Jenis Menyimak (Ngaregepkeun)


Menurut.Tarigan, H.G (1986 : 35-49), ada beberapa jenis menyimak
diantaranya yaitu;
10

1) Menyimak Ekstensif (extensive listening)


Sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum
dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan
langsung dari seorang guru. Pada umumnya menyimak ekstensif dapat
dipergunakan bagi dua tujuan yang berbeda. Jenis-jenis menyimak yang
termasuk ke dalam kelompok menyimak ekstensif adalah:
(a) Menyimak Sosial (social listening)
Menyimak sosial disebut juga dengan menyimak konversasional
(conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous listening),
menyimak ini biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-
orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik
perhatian semua orang yang hadir.
(b) Menyimak Sekunder (secondary listening)
Sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan
secara ekstensif (extensive listening).
(c) Menyimak Estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak
apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan
menyimak kebetulan dan termasuk kedalam menyimak ekstensif.
(d) Menyimak Pasif (passive listening)
Penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai
upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa,
menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.
2) Menyimak Intensif (intensive listening)
Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih
diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.
Adapun jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam menyimak
intensif adalah sebagai berikut:
(a) Menyimak Kritis (critical listening)
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk
mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan
11

benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang
dapat diterima oleh akal sehat.
(b) Menyimak Konsentratif (concentrative listening)
Menyimak konsentratif sering juga disebut a study-type listening atau
menyimak yang merupakan sejenis telaah.
(c) Menyimak Kreatif (cretive listening)
Sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan
kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi,
penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau
dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.
(d) Menyimak Eksplorasif (exploratory listening)
Menyimak yang bersifat menyelidik adalah sejenis kegiatan menyimak
intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan
lebih sempit.
(e) Menyimak Interogatif (interrogative listening)
Sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari
ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak-
banyaknya pertanyaan.
(f) Menyimak Selektif
Dalam proses menyimak selektif hendaknya menyimak secara selektif
pada setiap tipe ciri ketatabahasaan, seperti jenis kelamin, waktu, modus,
bentuk, susunan kata, frase, dan klause, karena setiap ciri ketatabahasaan
mungkin dapat menimbulkan kesukaran bagi para pelajar atau siswa, haruslah
disimak secara selektif.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak
Tarigan, H.G (1986:104) menyimpulkan dari beberapa pakar atau para
ahli mengenai faktor yang mempengaruhi menyimak. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
12

1) Fisik
Faktor ini bukan hanya terjadi pada kondisi fisik penyimak saja tetapi
kondisi lingkungan juga mempengaruhi keefektifan menyimak seseorang,
misalkan ruangan yang mungkin terlalu panas, lembab ataupun terlalu dingin
dan suara atau bunyi bising lain yang terjadi di sekitar penyimak berada.
2) Psikologis
Faktor-faktor ini antara lain mencakup masalah-masalah:
(a) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan
aneka sebab dan alasan;
(b) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah
pribadi;
(c) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang jelas;
(d) kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian
sama sekali pada pokok pembicaraan;
(e) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok
pembicaraan, atau terhadap sang pembicara;
3) Pengalaman
Pengalaman sebagai salah satu faktor dalam menentukan keefektifan
menyimak, yang melatarbelakanginya adalah kurangnya atau tiadanya minat
yang merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama
sekali pengalaman dalam bidang yang akan disimak itu, sikap yang antagonis,
sikap-sikap yang menentang serta bermusuhan timbul dari pengalaman-
pengalaman yang tidak menyenangkan.
4) Sikap
Setiap penyimak akan cenderung menyimak secara saksama pada topik-
topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat dia setuju daripada yang
kurang atau bahkan tidak setuju sama sekali, ini merupakna sikap yang wajar
dalam kehidupan. Seyogianyalah para pembicara memperhatikan hal itu,
antara lain dengan cara memilih topik pembicaraan yang disenangi oleh para
penyimak.
5) Motivasi
13

Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang.


Bagaiamana kita memotivasi diri sendiri untuk menyimak dengan berpikir
bahwa banyak sekali yang kita peroleh dalam menyimak ujaran yang
disampaikan oleh pembicara.
6) Jenis kelamin
Dari beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan bahwa pria
dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara
mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda-beda pula.
Sedangkan menurut Suhendar, M.E dan Pien. S (1992:12-13), faktor-
faktor yang harus diperhatikan untuk dapat menyimak dengan baik, yaitu:
(a) Alat dengar penyimak (pendengar) dan alat bicara si pembicara harus baik,
(b) Situasi dan lingkungan pembicaraan itu harus baik, dengan kata lain
ekologi bahasa harus baik,
(c) Konsentrasi penyimak kepada pembicaraan. Konsentrasi dalam
artipemusatan pikiran ke arah pikiran pembicaraan,
(d) Pengenalan tujuan pembicaraan, artinya kita akan lebih mudah menyimak
itu, seandainya tujuan pembicaraan sudah diketahui sebelumnya,
(e) Pengenalan paragraf atau bagian pembicaraan dan pengenalan kalimat-
kalimat inti pembicaraan,
(f) Kesanggupan menarik kesimpulan dengan tepat,
(g) Penyimak mampu berbahasa dengan baik, bila didukung dengan
kemampuan berbahasa yang memadai, serta mempunyai intelegensi yang
cukup baik,
(h) Faktor latihan yang terus – menerus,
(i) Kemampuan menulis dengan cepat, kemampuan mengingat apa yang
disimak dan kemampuan menyimak dengan baik hal-hal yang disimak
(daya ingatan), pembawaan, serta kemampuan berbahasa dan berpidato si
pembicara.
Masih menurut Suhendar, M.E dan Pien S (1992) hal-hal yang harus
dihindari untuk dapat menyimak dengan baik adalah:
a) Kebiasaan menyimak terputus-putus dan melompat-lompat,
14

b) Menyimak dengan cara hanya mengambil fakta-fakta saja,


c) Kebiasaan menyimak dengan cara hanya mau menyimak bagian-bagian
tertentu oleh karena desakan perasaan tertentu,
b) Kebiasaan menyimak dengan perasaan yang sangat mudah tersinggung,
Menyimak dengan menghindarkan diri dari uruian-uruian yang sukar,
c) Kebiasaan penyimak dengan sikap memandang enteng, merasa tak perlu
mendengarkan dengan sungguh-sungguh masalah yang tidak menarik,
d) Kebiasaan menyimak dengan suka mengecam pembicaraan dan tempang
pembicaraan lain,
e) Kebiasaan menyimak dengan cara pura-pura menyimak,
f) Kebiasaan menyimak dengan mudah diganggu oleh kegaduhan,
g) Kebiasaan menyimak dengan kertas dan pensil.
e. Teknik Pembelajaran Menyimak
Adapun teknik-teknik pengajaran menyimak yang diungkapkan oleh
Tarigan, H.G & Djago Tarigan (1986 : 52-59) adalah sebagai berikut:
1) Dengar-Ulang Ucap
Misal; Guru : Hamid sakit
Siswa : Hamid sakit
2) Dengar-Tulis (Dikte)
Misal; Guru : (mengucapkan atau memutar rekaman) Bertanggung jawab
Siswa : (menuliskan) Bertanggung jawab
3) Dengar-Kerjakan
Misal; Guru : Nyalakan lampu itu!
Siswa : Menyalakan lampu
4) Dengar-Terka
Misal; Guru : Rasanya manis dan disukai anak-anak
Siswa : Permen
5) Memperluas Kalimat
Misal; Guru : Ibu memasak
Siswa : Ibu memasak di dapur.
15

f. Peranan Menyimak dalam Proses Belajar Mengajar


Peranan keterampilan menyimak dalam proses belajar mengajar sangat
penting, bahkan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
seseorang. Mengenai hal tersebut Tarigan, H.G (1986 : 61 ) mengemukakan
“bahwa sebagian besar pengetahuan siswa diperoleh dengan menyimak,
kebiasaan-kebiasaan jelek dalam menyimak berpengaruh pada pembelajaran”.
Hal itu dipahami karena proses pembelajaran merupakan proses interaksi
antara guru dan siswa, juga antara siswa dan siswa dalam rangka mencapai
tujuan. Proses tersebut tidak berlangsung satu arah melainkan secara timbal
balik, jadi ada pembicaraan.
Berdasarkan penjelasan di atas, proses pembelajaran tidak akan berjalan
tanpa adanya bahasa sebagai media komunikasi. Guru sebagai komunikator
menyampaikan pesan berupa materi pelajaran dan siswa sebagai penerima
pesan harus menyimak pesan tersebut. Keberhasilan suatu pembelajaran
menyimak bergantung pada adanya dua kondisi, seperti yang dikemukakan
oleh R, Ahmad & Darmiyati, Z. (1998:5) yaitu; Guru harus memberikan
teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicara yang efektif, dan
menggunakan strategi yang efektif pula. Kedua, setiap murid yang
berpartisipasi dalam diskusi harus memiliki informasi tertentu yang akan
disampaikan kepada teman-temannya.
Selain itu faktor penting dalam menyimak adalah keterlibatan penyimak
dalam berinteraksi dengan pembicara. Anak-anak tidak mungkin dapat
melaksanakan tugas menyimak dengan baik apabila mereka terganggu oleh
pembicaraan anak-anak yang lain, karena konsentrasi atau perhatian mereka
yang harus terbagi dua.
Proses belajar mengajar keterampilan menyimak memegang peranan
terpenting karena merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan
pembelajaran anak di kelas. Anak tidak mungkin dapat mewujudkan perilaku
atau pengalaman yang diharapkan, apabila anak tersebut tidak dapat
mengolah informasi yang diterimanya. Proses pengolahan informasi tidak
akan berjalan lancar jika informasi tersebut tidak diterima dengan baik.
16

Setelah anak menerima informasi yang disampaikan oleh gurunya,


diharapakan dapat memberi gagasan terhadap informasi yang diterimanya itu.
Tanggapan yang diberikan oleh anak bentuknya berupa perilaku, yaitu
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik kepada guru maupun teman.
Dengan demikian, baik guru maupun anak dituntut untuk memiliki
kemampuan menyimak yang baik.
4. Hakikat Dongeng
a. Dongeng
Sejak zaman dahulu dongeng sudah dikenal oleh nenek moyang
kita. Dongeng dijadikan sebagai media dalam menanamkan nilai-nilai sosial
maupun nilai kemanusiaan. Melalui dongeng tersebut diharapkan anak-anak
dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka. Sampai
sekarang pun dongeng juga dijadikan sebagai media untuk menanamkan
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Bahkan dalam kurikulum dongeng
dijadikan materi pokok untuk kelas tujuh (VII).
Andi Yudha (2007: 19) mengemukakan bahwa dongeng sering
diidentikkan sebagai suatu cerita bohong, bualan, khayalan, atau cerita yang
mengada-ada dan tidak ada manfaatnya. Bahkan, ada yang menganggap
dongeng sebagai cerita yang tidak masuk akal. Akan tetapi tidak berarti
dongeng itu tidak bermanfaat. Bercerita adalah suatu proses kreatif anak-
anak. Dalam proses perkembangannya, dongeng senantiasa mengaktifkan
tidak hanya aspek-aspek intelektual, tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan
budi, emosi, seni, fantasi, dan imajinasi, tidak hanya mengutamakan otak kiri,
tapi juga otak kanan. Cerita atau dongeng menawarkan kesempatan
menginterpretasi dengan mengenali kehidupan di luar pengalaman langsung
mereka.
Subagyo Sastrowardoyo (1990) mengemukakan bahwa pengertian
dongeng meliputi berbagai bentuk kisah. Pada dasarnya dongeng adalah kisah
pusaka yang turun temurun dari nenek moyang dan secara merata dikenal
oleh masyarakat yang sahaja. Dongeng mencerminkan perasaan serta pikiran
yang menjadi milik bersama masyarakat yang sahaja. Selain itu, menurut
17

Zarinani (2009) dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar


terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh di zaman dahulu. dongeng berfungsi
untuk menyampaikan ajaran moral kepada pendengarnya dan juga untuk
menghibur.
Rahayu Tamsyah (1996:121) menjelaskan bahwa dongeng adalah
cerita rekayasa yang memberikan kesan yang tidak masuk akal (pamohalan)
serta ukurannya pendek. Akan tetapi ada juga dongeng yang tidak
memberikan kesan (pamohalan) seperti dongeng-dongeng yag menceritakan
kehidupan sehari-hari seperti dongeng-dongeng Si Kabayan.
Kesan (pamohalan) dalam dongeng umpamanya seperti ada binatang
yang bias bicara dan mempunyai akal seperti manusia seperti dongeng
“Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet”, ada perahu menjadi gunung
“Sasakala Tangkuban Parahu”, manusia menjadi harimau “Sasakala Maung
Panjalu”, dan sebagainya.
Isi dongeng umumnya mengandung pesan moral. Umpamanya orang
baik maka akan mendapatkan pahala atau kebaikan, sedangkan orang yang
jahat tentunya akan celaka atau mendapatkan siksaan.
Pelaku dalam dongeng bias siapa saja, bisa binatang, tumbuhan,
manusia, gunung, jin, siluman, dan sebagainya. Ada kalanya latar tempat dan
latar waktu juga mengandung unsur (pamohalan).
b. Jenis-jenis Dongeng
Berdasarkan isinya dongeng bisa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut;
1) Dongeng Fabel (Sasatoan)
Dongeng fabel (sasatoan) adalah dongeng tentang kehidupan binatang
pelakunya binatang serta tingkah polahnya diceritakan seperti manusia,
umpamanya bias berbicara dan menggunakan akal pikiran. Contohnya
dongeng-dongeng “Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet” atau dongeng-
dongeng “Sakadang Peucang”.
18

2) Dongeng Legenda (Sasakala)


Dongeng legenda (sasakala) yaitu dongeng yang isinya
menceritakan asal-usul terjadinya suatu tempat, barang, binatang atau
tumbuhan. Contohnya “Sasakala Talaga Warna”, “Sasakala Gunung
Tangkuban Parahu”, “Sasakala Situ Bagendit”, “Sasakala Maung
Panjalu”, “Sasakala Uncal Tandukan”, Sasakala Paré”, dan sebagainya.
3) Dongeng Sage (Babad)
Yang dimaksud dongeng sage (babad) adalah dongeng yang isinya
menceritakan suatu kejadian atau menceritakan manusia yang
mengandung unsur sejarah. Contohnya “Dongéng Prabu Kéan santang”,
“Dongéng Séh Abdul Muhyi”, Dongéng Prabu Siliwangi”. “Dongéng
Dipati Imbanagara”, “Dongéng Sunan Permana Dipuntang”, dsb.
4) Dongeng Parabel (Dongéng Kahirupan Jalma Biasa)
Dongéng parabel atau dongeng kahirupan jalma biasa
menceritakan tentang manusia biasa. Contoh yang paling popoler dalam
sastra Sunda adalah dongeng-dongeng “Si Kabayan”.
5) Dongeng Mite (Mitos)
Dongeng mite atau dongeng mitos adalah dongeng yang isinya
berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal gaib.
Contohnya dongeng “Nyai Roro Kidul”, “Putri Ong Tien”, dan
sebagainya.
c. Unsur-unsur Dongeng
Dalam memahami isi dongeng maka siswa perlu mengetahui
unsur-unsur dongeng. Ida Ayu Kusrini (2007:53) mengemukakan bahwa
sebuah dongeng mengandung ide atau gagasan yang menarik. Ide-ide
menarik sebuah dongeng dapat dikaitkan dengan unsur-unsur dongeng,
yaitu tema, alur, latar, tokoh dalam dongeng dan penokohan.
Sarwiji Suwandi dan Sutarmo (2008:8) mengungkapkan bahwa isi
dongeng mencakup antara lain jalan cerita, sifat-sifat tokoh, pokok
persoalan, dan pesan yang ada dalam cerita.
19

Moha Junaedi (1992:71-101) menjelaskan bahwa cerita fiksi


seperti dongeng mempunyai beberapa unsur sebagai berikut:
1) Tema
Tema cerita akan senantiasa mewarnai cerita secara keseluruhan.
Untuk menentukan tema sebuah cerita diperlukan pemahaman dan
kepekaan yang tinggi terhadap cerita yang bersangkutan. Pemahaman dan
kepekaan itu dapat diperoleh antara lain dengan adanya usaha untuk
memahami informasi-informasi penting yang ada pada cerita itu.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari kalimat-kalimat kunci yang ada
pada setiap paragraf. Dari informasi dan kalimat-kalimat kunci tersebut
dapat dirumuskan tema cerita.
2) Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku-pelaku dalam cerita. Pelaku dalam cerita
meliputi pelaku utama, pelaku kedua, pelaku pembantu dan pelaku
piguran. Penokohan adalah pensifatan pelaku dengan karakter tertentu.
3) Alur
Alur adalah perangkaian peristiwa yang satu dengan peristiwa yang
lain dalam hubungan yang logis dan bersifat kausalitas sehingga terbentuk
satu kesatuan cerita yang utuh.
4) Latar
Latar adalah pemilihan ruang dan waktu berlangsungnya cerita.
5) Amanat
Amanat adalah ide, gagasan atau ajaran yang disodorkan
pengarang dalam karya sastranya.
6) Titik pengisahan
Titik pengisahan adalah cara yang digunakan pengarang
mengisahkan ceritanya, yaitu pada sudut mana pengarang berdiri ketika ia
menyusun ceritanya. Selain mengandung unsur-unsur di atas, dongeng
juga berisi tentang pesan moral dan tema tertentu.
Dongeng biasanya mengangkat tema adat kebudayaan,
kepercayaan suatu daerah, keluhuran budi seseorang, tugas yang diemban
20

seseorang dan lain sebagainya. Tema ini disampaikan melalui tokoh.


Tokoh-tokoh yang diangkat pun memilih kekhususan. Misalnya dewa-
dewa, para raja dan bagian kerajaan dan binatang-binatang. (Romiyatun &
Ismoyo, 2008:63)
Berdasarkan uraian di atas. dapat disimpulkan bahwa isi dongeng
berupa unsur-unsur dongeng yang meliputi tema, alur, atar, tokoh dalam
dongeng, penokohan dan pesan moral.

5. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran


Istilah model dalam perspektif yang dangkal hamper sama dengan
strategi. Jadi, model pembelajaran hamper sama dengan strategi
pembelajaran. Menurut Sagala (dalam Fathurrohman, 2015:29) istilah
model dapat dipahami sebagai suatu kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat dipahami
juga sebagai: 1) suatu tipe atau desain; 2) suatu deskripsi atau analogi yang
diperguanakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak
dapat dengan langsung diamati; 3) suatu asumsi-asumsi, data-data, dan
inferensi-inferensi yang digunakan menggambarkan secara sistematis
suatu objek atau peristiwa; 4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu
sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; 5) suatu
deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; 6) penyajian yang
diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya walaupun
model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Oleh
karena itu, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan
pembelajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
21

Model mengajar pada dasarnya adalah model belajar karena kita


membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai-
nilai, cara berpikir, dan memahami ekspresinya. Juga kita mengajarnya
bagaimana untuk belajar. Siswa lebih mudah dan efektif dalam
memperoleh pengetahuan dan keterampilan karena mereka memiliki acuan
proses belajar (Joyce, Weil, & Calhoun, 2000:6). Model mengajar pada
hakikatnya selaras dengan model. Hal ini sesuai dengan pandangan Joyce,
Weil & Calhoum (2006:6) (dalam Sudaryat,dkk.2009:3) yang menyatakan
bahwa:
Models of teaching are really models of learning. As we help student
acquire information, ideas, skills, values, ways of thinking, and means of
expressing themselves, we are alsoteaching them how to learn. In fact the
most important long-term outcome of instruction may be the student
increased capabilities to learn more easily and effectively in the future,
both because of the knowledge and skill they have acquired and because
they have mastered learning processes.
Pernyataan ini menunjukan bahwa model mengajar pada dasarnya
adalah model belajar karena kita membantu siswa memperoleh informasi,
gagasan, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan memahami
ekspresinya. Juga kita mengajarnya bagaimana untuk belajar. Siswa lebih
mudah dan efektif dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan
karena mereka memiliki acuan proses belajar.
b. Pengertian model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran Course Review
Horay adalah Suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman
menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan
jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar langsung
berteriak horay. Sedangkan menurut Imran (dalam Nur Malechah, 2011)
model pembelajaran Course Review Horey merupakan suatu model
pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang
diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu
22

mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung


berteriak horey. Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah suatu model atau disain
pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa dengan menggunakan
strategi games yang mana jika siswa mampu menjawab benar maka siswa
akan berteriak ''horey''.
Model Course Review Horay (CRH) juga merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam
pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang
dipelajari secara mudah. Model pembelajaran CRH ini juga merupakan
suatau model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah
suasana pembelajaran di dalam kelas dengan lebih menyenangkan,
sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajarn
CRH ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut
diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah
disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri.
Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model
pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal
dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah
dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan
jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus
berteriak ‘horay’ atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay (CRH)
tidak hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi
akademik. Course Review Horay sebagai salah satu proses learning to
know, learning to do, learning to be and learning to live together untuk
mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik
(Suprijono, 2010).
23

Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat


melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan
kelompok kecil (Natalia Ernawati : 2009).
c. Prinsip Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat
perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang
siswa untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan
belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara
memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar.
Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1) Model pembelajaran CRH sebaiknya digunakan dengan suatu tujuan
tertentu yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai, sehingga
pembelajaran akan sejalan dengan perencanaan awal pembelajaran;
2) Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelajaran. Jadi penggunaan model pembelajaran CRH ini harus benar-
benar berstruktur dan direncanakan. Karena dalam menggunakan model
pembelajaran CRH ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai dengan
umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu :
(a) Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan
keterlibatan siswa.
(b)Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
d. Kekurangan dan Kelebihan Course Review Horay (CRH)
Dalam setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan
ataupun kelebihannya masing-masing.
1) Kelebihan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
 Pembelajaran lebih menarik;
Artinya, dengan menggunakan model pembelajaran CRH siswa akan
lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan disampaikan oleh
guru karena banyak diselingi dengan games ataupun simulasi lainnya.
 Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi pembelajaran;
24

Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu games atau
simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang berkaitan
dengan materi yang akan disampaikan guru.
 Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan atau
game, dengan begitu siswa tidak akan merasakan jenuh yang bisa
menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh
guru.
 Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih
menyenangkan;
Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila metode
yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh karena itu,
dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay
(CRH) mampu membangkitkan semangat belajar terutama anak
Sekolah Dasar yang notabene masih ingin bermain-main.
 Adanya komunikasi dua arah;
Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan baik,
dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis, kreatif dan
inofatif. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan
semakin banyak terjadi interaksi diantara guru dan siswa.
2) Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
 Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan;
Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak mengatakan
horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok
tersebut sama tanpa bisa membedakan mana siswa yang aktif dan yang
tidak aktif.
 Adanya peluang untuk berlaku curang.
Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik
apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatiakan per-
kelompok yang menjawab horey, sehingga peluang adanya kecurangan
sangat besar.
25

e. Langkah-langkah model pembelajaran Course Review Horay (CRH)


Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam
menggunakan model pembelajaran Course Review Horay adalah sebagai
berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan dongeng sederhana dilanjutkan dengan tanya jawab;


3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil 4-5 orang dalam
satu kelompok.
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kartu atau kotak
sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau
kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
7. Bagi yang benar,siswa memberi bintang dan lansung berteriak horay atau
menyanyikan yel-yelnya.
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak
horay.
9. Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang
banyak memperoleh horay.
10. Penutup.
B. Kerangka Berpikir
Masalah yang dihadapi selama ini pada proses pembelajaran
menyimak dongeng adalah siswa tidak terampil menyimak dongeng dan
siswa tidak bisa memahami dan menanggapi isi cerita dongeng yang disajikan.
Oleh sebab itu, diduga dengan menggunakan model Pembelajaran Course
Review Horay (CRH) keterampilan menyimak dongeng pada pembelajaran
bahasa Sunda siswa kelas VII-F SMP Negeri 2 Megamendung Kabupaten
Bogor Tahun Pelajaran 2017/2018 Semester Genap akan meningkat.
26

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang dikemukakan
sebelumnya, maka keterampilan menyimak dongeng pada pembelajaran
bahasa Sunda dengan menggunakan model Course Review Horay (CRH)
pada siswa Kelas VII-F SMPN 1 Bayongbong Kabupaten Garut tahun
pelajaran 2017/2018 semester genap akan meningkat.
27

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Model penelitian ini pertama
kali diciptakan oleh Kurt Lewin. Menurut Muslihuddin (2009), yang
dimaksud penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis reflektif terhadap beberapa tindakan yang
dilakukan oleh guru sekaligus selaku peneliti, dari pertama disusunnya suatu
rancangan hingga tahap evaluasi/penilaian terhadap tindakan nyata di dalam
kelas yang merupakan kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan. Di bawah ini merupakan gambar alur
penelitian tindakan kelas (PTK) yang diambil dari model PTK Kemmis dan
Mc Taggart dalam Arikunto (2008:16).

B. Siklus Penelitian
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa penelitian ini
merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap-tahap penelitian ini mengikuti
model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Teggat, berupa siklus spiral
yang meliputi kegiatan perencanaan, pemberian tindakan, observasi dan
refleksi yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian sehingga
diperoleh data yang dapat disimpulkan sebagai jawaban dari
permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini akan direncanakan 2 siklus
(setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan).

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan
28

Gambar 3.1
Model Penelitian Tindakan Kelas

Secara lebih rinci tahap-tahap dalam penelitian ini direncanakan sebagai


berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti merumuskan dan mempersiapkan:
- Rencana jadwal;
- Pelaksanaan tindakan;
- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran;
- Materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan;
- Lembar tugas siswa;
- Lembar penilaian hasil belajar;
- Instrumen lembar observasi; dan
- Mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka
analisis data.

b. Pelaksanaan Tindakan
29

Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan selama 2 x 40 menit ( 1 x pertemuan ).


Pelaksanaan tindakan pada dasarnya disesuaikan dengan setting tindakan
yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP terlampir.
c. Pengamatan
Pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan
terhadap prilaku siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sikap dan
prilaku siswa terhadap pembelajaran menyimak Dongeng dengan tehnik
pengamatan objek secara langsung menggunakan media video visual.
Pelaksanaan pengamatan mulai awal pembelajaran ketika guru melakukan
apersepsi sampai akhir pembelajaran. (format pengamatan terlampir).
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang
dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat
diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan
tujuan yang diharapkan.
2. Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, diadakan kegiatan-kegiatan untuk
memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilakukan. Langkah-langkah
kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama seperti langkah-langkah pada
siklus I, tetapi ada beberapa perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus II.
a. Perencanaan Tindakan
Sebagai tindak lanjut siklus I, dalam siklus II dilakukan perbaikan.
Penulis mencari kekurangan dan kelebihan pada pembelajaran menyimak isi
Dongeng pada siklus I. Kelebihan yang ada pada siklus I dipertahankan pada
siklus II, sedangkan kekurangannya diperbaiki. Peneliti memperbaiki rencana
pelaksanaan pembelajaran berdasarkan siklus I. Pada siklus II penulis
mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review
Horay, penulis juga menyiapkan pedoman pertanyaan, lembar observasi
30

untuk mengetahui kemampuan siswa menyimak penggalan Dongeng dengan


tehnik tersebut.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan selama 2 x 40 menit (1 x
pertemuan) Proses tindakan pada siklus II dengan melaksanakan proses
pembelajaran berdasarkan pada pengalaman hasil dari siklus I. Dalam tahap
ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan Tindakan pada
siklus I, perbedaannya adalah pada siklus II dilaksanakan dengan cara
menyederhanakan materi pembelajaran dan menambahkan media pengajaran
dengan cara membagikan contoh penggalan Dongeng kepada masing-masing
kelompok.
c. Pengamatan
Adapun yang diamati pada siklus II sama seperti siklus I, meliputi:
hasil tes dan nontes ( pengamatan dan wawancara). Pedoman pengamatan
pada siklus II memperhatikan instrumen serta kriteria seperti yang terdapat
pada siklusI.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi
yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat
diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus
II dengan tujuan yang diharapkan.
C. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Bayongbong , yang
beralamatkan di Jalan Raya Bayongbong Desa Bayongbong, Kecamatan
Bayongbong Kabupaten Garut .
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini ialah siswa SMP Negeri 1 Bayongbong kelas VII-
F yang berjumlah siswa 36 orang, yang meliputi 18 orang siswa laki-laki dan
18 orang siswa perempuan.
31

3. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah
2 bulan terhitung dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari tahun 2018.
Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut
ialah semester genap tahun pelajaran 2017/2018.
Tabél 3.1
Waktu Penelitian
No. Uarian Januari 2018 Februari Maret 2018
2018
1. Persiapan
2. Siklus 1
3. Siklus 2
4. Penyusunan Laporan

D. Definisi Operasional
Agar dalam penelitian ini tidak menimbulkan salah tafsir, perlu adanya
keterangan mengenai beberapa istilah yang digunakan, di antaranya ialah:
1. Kemampuan Menyimak
Setiap individu yang hidup tentu memiliki kemampuan yang bervariasi.
Kemampuan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik,
kecerdasan, kekuatan, kecakapan, keterampilan. Tanpa adanya faktor-faktor
tersebut maka seseorang tidak dapat melakukannya dengan baik.
Alwi (2003: 1023) menyatakan; “ kemampuan adalah kecakapan,
kesanggupan, kekuatan untuk menyelesaikan tugas.”
Sama halnya dengan ke dua pendapat di atas, Depdiknas (2005:707)
menyatakan; “kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan atau kecakapan dalam menghasilkan atau melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuannnya sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
32

Oleh karena itu, kemampuan menyimak yang dimaksud dalam


penelitian ini, yaitu kemampuan menyimak sebuah sempalan
Dongengsederhana. Dalam menyimakkarangan sederhana diperlukan adanya
pemilihan topik, membatasinya, mengembangkan gagasan, menyajikannya
dalam kalimat dan paragrap yang tersusun secara logis, dan sebagainya.
Walaupun demikian, kemampuan menyimakbukanlah milik orang yang
mempunyai bakat dalam menyimaksaja. Dengan latihan yang sungguh-
sungguh kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja yang berniat
dalam mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah
Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay ini merupakan
salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih
asih, dan silih asuh. Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review
Horay adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri
Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta
didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus
memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta
didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada
peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu
masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh
siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Langkah-langkah dalam Model pembelajaran kooperatif tipe Course
Review Horay adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan semua tujuan
yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar siswa senantiasa belajar
dengan sungguh-sungguh; 2) Guru menyajikan informasi kepada siswa
33

dengan metode pembelajaran klasik, kemudian siswa diharapkan mampu


menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru; 3) Guru menjelaskan
kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu siswa agar
melakukan transisi secara efisien sehingga pembelajaran dapat dimulai
dengan segera; 4) Untuk menguji pemahaman siswa,guru menyuruh siswa
membuat kartu atau lembaran kertas yang diserahkan kepada guru yang
nantinya akan diisi nomor, kemudian dikembalikan pada tiap-tiap kelompok;
5) Guru akan membacakan soal secara acak dan siswa menuliskan
jawabannya didalam kartu atau kertas yang nomornya disebutkan guru; 6)
Setelah pembacaan soal dan jawaban yang telah ditulis oleh sisawa didalam
kartu atau lembaran kertas, guru dan siswa mendiskusikan soal mengenai
dongeng Bahasa Sunda yang telah diberikan tadi; 7) Bagi yang jawaban
benar, siswa memberi tanda ceklist dan lansung berteriak horay atau
menyanyikan yel-yel yang dibuat atas dasarkesepakatan dari kelompoknya
masing-masing; 8) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang
banyak berteriak horay; 9) Guru memberikan hadiah (reward) pada siswa
yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak mengatakan horay; 10) Guru
membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya masing-
masing; 11) Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian
soal peluanng; 12) Guru memberikan kuis.
E. Instrumén Penelitian
Salah satu kegiatan perencanaan penelitian yaitu menyusun instrumen
penelitian sebagai alat dalam mengumpulkan data. Arikunto (2006:149)
menyebutkan bahwa instrumen penelitian yaitu alat atau fasilitas yang
digunakan untuk mengumpulkan data agar memudahkan pekerjaannya dan
hasilnya lebih baik, dalam arti teliti, lengkap, dan sistematis sehingga akan
lebih mudah dalam mengolah data. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu lembar tes, lembar observasi, dan lembar catatan
lapangan.
34

1. Lembar Tes
Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui hasil
peningkatan belajar menyimak siswa. Oleh karena itu instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu tes. Bentuk tes yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tes keterampilan menyimak.
a. Rubrik
Tabel 3.2 Pembelajaran Menyimak Isi Dongeng
No Aspek yang Diamati Jumlah siswa per skor
. 1 2 3 4
1. Siswa sungguh-sungguh memperhatikan
penjelasan guru
2. Siswa sungguh-sungguh mendengarkan
dongeng
3. Siswa aktif bertanya
4. Siswa aktif menjawab pertanyaan
5. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu
6. Siswa antusias mengikuti pembelajaran
Keterangan:
1= Tidak pernah
2= Kadang-kadang
3= Sering
4= Selalu
Rubrik di atas membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana hasil
kemampuan keterampilan menyimak isi dongeng.
2. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lembar observasi guru merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk
melihat aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini
diisi oleh observer setelah melihat aktivitas guru selama pembelajaran
berlangsung.
35

Tabél 3.3
Lembar Obsrvasi Aktivitas Guru Siklus I

Nama Observer : .............................................................................................


Hari, tanggal : .............................................................................................
Jam : .............................................................................................
Kompetensi Dasar : 4.5 Menyusun dan mengomunikasikan dongeng yang
disimaknya dengan memperhatikan struktur dan aspek kebahasaan, pelapalan dan
lagu kalimat (lentong), serta ekspresi yang tepat.
No Aktivitas Ya Tidak Komentar
1 Kegiatan awal

 Pembelajaran diawali dengan berdo’a secara


bersama-sama
 Guru mengabsen kehadiran siswa
 Guru merapihkan siswa agar memusatkan
perhatiannya
 Guru mengecek kesiapan siswa untuk
menerima materi selanjutnya
 Apersepsi
 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
harus dicapai peserta didik

2 Kegiatan Inti

 Guru menjelaskan materi tentang Dongeng


 Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok
 Guru menyuruh setiap kelompok untuk
mengambil kartu jawaban yang telah
disediakan,
 Guru memutar tayangan/video dongeng untuk
36

No Aktivitas Ya Tidak Komentar


disimak.
 Tiap kelompok menyimak isi dongeng yang
ditayangkan
 Tiap kelompok mencatat kata-kata yang
dianggap belum paham
 Guru memberikan pertanyaan sesuai materi
yang disimaknya
 Guru membacakan soal secara acak dan siswa
menuliskan jawabannya didalam kartu atau
kotak yang nomornya disebutkan guru.
 .Tiap kelompok menuliskan jawaban pada
kartu atau kotak yang sudah disediakan, guru
dan siswa mendiskusikan soal yang telah
diberikan tadi.
 Bagi yang jawabannya benar,guru memberikan
bintang dan siswa langsung berteriak horay
atau menyanyikan yel-yelnya.

3 Kegiatan Penutup
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya
 Guru memberikan tanggapan terhadap materi
yang sudah diajarkan
 Peserta didik bersama guru membuat
kesimpulan hasil presentasi
 Guru memberikan tugas lanjutan kepada setiap
kelompok
 Guru menutup kegiatan pembelajaran
Jumlah
37

No Aktivitas Ya Tidak Komentar


Presentase
Keterangan: Beri tanda check list (√) dalam kolom YA jika terlihat dilaksanakan,
atau dalam kolom TIDAK jikalau tidak terlihat dilaksanakan.

Tabél 3.4
Lembar Obsrvasi Aktivitas Guru Siklus II

Nama Observer : .............................................................................................


Hari, tanggal : .............................................................................................
Jam : .............................................................................................
Kompetensi Dasar : 4.5 Menyusun dan mengomunikasikan dongeng yang
disimaknya dengan memperhatikan struktur dan aspek kebahasaan, pelapalan dan
lagu kalimat (lentong), serta ekspresi yang tepat.
No Aktivitas Ya Tidak Komentar
1 Kegiatan awal

 Pembelajaran diawali dengan berdo’a secara


bersama-sama
 Guru mengabsen kehadiran siswa
 Guru merapihkan siswa agar memusatkan
perhatiannya
 Guru mengecek kesiapan siswa untuk
menerima materi selanjutnya
 Apersepsi
 Guru memotivasi peserta didik dengan
memberikan contoh penggalan isi dongeng
yang dapat menggugah semangat siswa
 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
harus dicapai peserta didik
38

No Aktivitas Ya Tidak Komentar


2 Kegiatan Inti

 Guru mengulang kembali materi dongeng;


 Guru menyuruh setiap kelompok untuk
mengambil kartu jawaban yang telah
disediakan;
 Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok
 Guru memutar tayangan/video dongeng untuk
disimak.
 Tiap kelompok menyimak isi dongeng yang
ditayangkan
 Tiap kelompok mencatat kata-kata yang
dianggap belum paham
 Guru memberikan pertanyaan sesuai materi
yang disimaknya
 Guru membacakan soal secara acak dan siswa
menuliskan jawabannya didalam kartu atau
kotak yang nomornya disebutkan guru.
 .Tiap kelompok menuliskan jawaban pada
kartu atau kotak yang sudah disediakan, guru
dan siswa mendiskusikan soal yang telah
diberikan tadi.
 Bagi yang jawabannya benar,siswa memberi
bintang dan lansung berteriak horay atau
menyanyikan yel-yelnya.
 Guru memberikan reward pada
siswa/kelompok yang memperoleh nilai tinggi
atau yang banyak memperoleh horay.
3 Kegiatan Ahir
39

No Aktivitas Ya Tidak Komentar

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa


untuk bertanya
 Guru menilai hasil jawaban Menyimak Isi
Dongeng setiap kelompok
 Guru mengumumkan kelompok mana yang
nilainya paling bagus;
 Guru memberikan tanggapan terhadap materi
yang sudah diajarkan
 Guru memberi tahu materi berikutnya;
 Guru menutup kegiatan pembelajaran

Jumlah
Presentase
Keterangan: Beri tanda check list (√) dalam kolom YA jika terlihat dilaksanakan,
atau dalam kolom TIDAK jikalau tidak terlihat dilaksanakan.

4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa


Lembar observasi siswa merupakan alat untuk mengamati yang aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini diisi oleh observer
setelah mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Tabél 3.5
40

Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Nama Observer : .............................................................................................


Hari, tanggal : .............................................................................................
Jam : .............................................................................................
Kompetensi Dasar : 4.5 Menyusun dan mengomunikasikan dongeng yang
disimaknya dengan memperhatikan struktur dan aspek kebahasaan, pelapalan dan
lagu kalimat (lentong), serta ekspresi yang tepat.
No Aktivitas Ya Tidak Komentar
1 Kegiatan awal

 Siswa berdo’a bersama-sama


 Siswa didata kehadirannya
 Siswa dapat dikondisikan
 Siswa siap menerima materi selanjutnya
 Siswa memperhatikan apersepsi
 Siswa faham terhadap tujuan dan langkah-
langkah pembelajaran yang dilaksanakan
selama kegiatan pembelajaran yang meliputi
kegiatan meramalkan, membuat pertanyaan
/jawaban, menjelaskan, dan merangkum.

2 Kegiatan Inti

 Siswa memperhatikan penjelasan guru


mengenai materi Dongeng
 Siswa dibagi kelompok menjadi 6 kelompok
 Siswa/kelompok mengambil kartu jawaban
yang telah disediakan
 Siswa menyimak tayangan/video dongeng
 Siswa/tiap kelompok mencatat kata-kata yang
41

No Aktivitas Ya Tidak Komentar


dianggap belum paham
 Siswa menjawab pertanyaan sesuai materi
yang disimaknya
 Siswa mendengarkan soal yang dibacakan guru
secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya
disebutkan guru.
 .Siswa/tiap kelompok menuliskan jawaban
pada kartu atau kotak yang sudah disediakan,
guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah
diberikan tadi.
 Bagi yang jawabannya benar,siswa diberi
bintang dan langsung berteriak horay atau
menyanyikan yel-yelnya.
3 Kegiatan Penutup
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
 Siswa bersama guru membuat kesimpulan hasil
presentasi
 Siswa diberikan tugas lanjutan
Jumlah
Presentase
Keterangan: Beri tanda check list (√) dalam kolom YA jika terlihat dilaksanakan,
atau dalam kolom TIDAK jikalau tidak terlihat dilaksanakan.

5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II


Tabél 3.6
42

Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Nama Observer : .............................................................................................


Hari, tanggal : .............................................................................................
Jam : .............................................................................................
Kompetensi Dasar : 4.5 Menyusun dan mengomunikasikan dongeng yang
disimaknya dengan memperhatikan struktur dan aspek kebahasaan, pelapalan dan
lagu kalimat (lentong), serta ekspresi yang tepat.
No Aktivitas Ya Tidak Komentar
1 Kegiatan awal

 Siswa berdo’a secara bersama-sama


 Siswa dicek kehadirannya
 Siswa bisa dikondisikan
 Siswa menunjukkan kesiapannya untuk
menerima materi selanjutnya
 Siswa memperhatikan apersepsi
 Siswa termotivasi oleh contoh penggalan isi
dongeng yang disampaikan guru
 Siswa memahami tujuan pembelajaran selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung

2 Kegiatan Inti

 Siswa memperhatikan penjelasan materi


dongeng yang diulang
 Siswa/tiap kelompok mengambil kartu
jawaban yang telah disediakan
 Siswa dibagi kelompok menjadi 6 kelompok
 Siswa/tiap kelompok menyimak isi dongeng
43

No Aktivitas Ya Tidak Komentar


yang ditayangkan
 Siswa/tiap kelompok mencatat kata-kata yang
dianggap belum faham
 Siswa mendengarkan soal yang dibacakan guru
secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya
disebutkan guru
 .Siswa/tiap kelompok menuliskan jawaban
pada kartu atau kotak yang sudah disediakan,
guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah
diberikan tadi
 Bagi yang jawabannya benar,siswa diberi
bintang dan langsung berteriak horay atau
menyanyikan yel-yelnya
 Siswa/kelompok yang memiliki nilai tertinggi
diberikan reward

3 Kegiatan Ahir
 Siswa bertanya kepada guru mengenai materi
dongeng
 Hasil jawaban siswa dinilai guru
 Siswa/kelompok yang nilainya bagus
diumumkan oleh guru
Jumlah
Presentase
Keterangan: Beri tanda check list (√) dalam kolom YA jika terlihat dilaksanakan,
atau dalam kolom TIDAK jikalau tidak terlihat dilaksanakan.

6. Catatan Lapangan
44

Catatan lapangan merupakan catatan harian peneliti yang isinya


merupakan hasil observasi, reaksi, dan refleksi peneliti terhadap proses
pembelajaran .
Tabél 3.7
Lembar Catatan Lapangan
Nama Observer :
Hari, tanggal :
Jam :
Catatan Lapangan Réfléksi Analisis Lapangan

F. Analisis Data
Langkah-Langkah menganalisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu cara memberi skor tes menyimak Dongengsiklus I dan II sesuai
dengan aspek kognisi yang diukur dan disajikan konversi nilai dalam
penelitian ini.
a) Cara memberi skor tes menyimak Dongeng berdasar kepada jawaban yang
benar. Jika jawaban benar diberi nilai (10) dalam setiap dilaksanakan tes
pemahaman terhadap tulisan siklus I dan siklus II, jika salah maka diberi
nilai nol (0).
b) Konversi nilai berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran
bahasa Sunda di SMP Negeri 1 Bayongbong kelas VII semester ganjil
yaitu 70. Siswa yang disebut tuntas yaitu siswa yang mendapat nilai ≥70,
sedangkan yang disebut belum tuntas yaitu siswa yang mendapat nilai
kurang dari 70 (<70).

G. Teknik Pengumpulan Data


45

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan untuk bahan refleksi


pelaksanaan tindakan. Data dalam penelitian ini yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Data kuantitatif dikumpulkan ketika tes akhir, sedangkan data
kualitatif dikumpulkan melalui observasi aktivitas siswa dan guru.
Data yang akan dicapai yaitu data skenario pembelajaran yang dibuat
oleh guru, catatan lapangan, data gambaran aktivitas siswa, data gambaran
aktivitas guru, dan data tingkat hasil belajar siswa berdasarkan kepada lembar
tes. Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu sumber data manusia
dan sumber data dokumentasi. Sumber data manusia yaitu siswa selaku data
utama untuk melihat data hasil belajar menyimak Dongengdan gambaran
aktivitas siswa dalam pembelajaran Course Review Horay. Sumber data
dokumentasi meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, catatan
lapangan, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru,
dan lembar jawaban siswa.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini meliputi pelaksanaan penelitian dari awal
hingga akhir.
1. Mengidentifikasi persoalan siswa mengenai pemahaman menyimmak isi
dongeng dalam pra-penelitian .
2. Menetapkan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran Course
Review Horay. Peneliti menganalisis Kompetensi Inti (KI), dan
Kompetensi Dasar (KD).
3. Menetapkan jumlah siklus dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas
(PTK), yaitu dua siklus.
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen
penelitian untuk masing-masing siklus, yang meliputi: lembar observasi
aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan catatan lapangan.
5. Pelaksanaan tindakan siklus I.
6. Refleksi tindakan siklus I, yang hasilnya digunakan sebagai patokan dalam
menentukan perbaikan tindakan siklus II.
7. Pelaksanaan siklus II.
46

8. Menyusun laporan PTK.

BAB IV
47

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Prasiklus
Pada tahap prasiklus peneliti melakukan pengamatan terhadap
pembelajaran Bahasa Sunda dengan materi pokok menyimak isi dongeng pada
siswa kelas VII SMPN 1 Bayongbong tahun pelajaran 2017/2018. Pengamatan
dilakukan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran sebelum dilakukan tindakan dengan penggunaan dan model
pembelajaran. Setelah dilakukan pengamatan, maka diperoleh gambaran
mengenai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan data hasil
pembelajaran isi dongeng sebelum dilakukan tindakan. Jika hasil
pembelajaran dan aktivitas siswa yang diperoleh sebelum tindakan belum
mencapai indikator keberhasilan, maka dalam penelitian ini akan diadakan
perbaikan pada Siklus I.
Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan observasi terhadap proses
pembelajaran menyimak isi dongeng di kelas VII-F SMPN 1 Bayongbong.
Observasi dilakukan pada tanggal 10 Januari 2018. Observasi ini dilakukan
dengan mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tentang materi
menyimak isi dongeng yang didengar dengan metode ceramah, tanpa media dan
model pembelajaran. Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Pembelajaran diawali dengan berdo’a bersama.
b. Guru mengaecek kehadiran siswa.
c. Guru bertanya jawab tentang dongeng yang pernah didengar siswa.
d. Guru menceritakan dongeng
e. Setelah selesai mendongeng, guru bertanya jawab dengan siswa tentang isi
dongeng.
f. Guru membagikan soal evaluasi tentang isi dongeng.
g. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
h. Guru dan siswa membahas soal evaluasi.
48

i. Pada kegiatan akhir guru memberikan tugas rumah untuk siswa.


Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran di atas, dapat diketahui bahwa
guru tidak menggunakan media dan model pembelajaran dalam menyampaikan
dongeng. Hal tersebut membuat beberapa siswa tidak memperhatikan dongeng
yang disampaikan oleh guru. Keaktifan siswa juga belum ada, seperti yang terlihat
pada tabel hasil pengamatan perilaku siswa selama proses pembelajaran berikut
ini.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Perilaku Siswa Selama Proses Pembelajaran
Prasiklus
No Aspek yang Diamati Jumlah siswa per skor
. 1 2 3 4
1. Siswa sungguh-sungguh memperhatikan 5 24 6 1
penjelasan guru
2. Siswa sungguh-sungguh mendengarkan 4 20 10 2
dongeng
3. Siswa aktif bertanya 3 25 6 2
4. Siswa aktif menjawab pertanyaan 3 24 6 3
5. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu 5 10 15 6
6. Siswa antusias mengikuti pembelajaran 2 19 11 4
Keterangan:
1= Tidak pernah
2= Kadang-kadang
3= Sering
4= Selalu
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa: (1) siswa kadang
kadang sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa kadang-
kadang sungguh-sungguh mendengarkan dongeng, (3) siswa kadang-kadang aktif
bertanya, (4) siswa kadang-kadang aktif menjawab pertanyaan, (5) siswa sering
menyelesaikan tugas tepat waktu, (6) siswa kadang-kadang antusias mengikuti
pembelajaran.
Selain data di atas, juga diperoleh data nilai hasil evaluasi pembelajaran
Bahasa Sunda dengan materi menyimak isi dongeng pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng Pada Kondisi Awal
(Prasiklus)
49

No Nama Siswa Nilai > KKM < KKM


. Siswa
1. ALDI MARTINES 55 √
2. ALDIANSYAH 75 √
3. ANANDA MARDIYANA 65 √
4. ARYA SATRIO 70 √
5. CINDY PATIKASARI 60 √
6. DAIVINADILA 75 √
7. DEBBY WULAN LESTARI 80 √
8. FEBRIAN MAHA SHAPUTRA 65 √
9. FITRIA AENUTASYA 85 √
10. ILHAMSYAH 60 √
11. INDRIANI 85 √
12. IRA JULIANTI 80 √
13. ISMI RAYANTI 90 √
14. M GILANG SAPUTRA 50 √
15. M ISMAN 55 √
16. MOHAMAD RAFI 50 √
17. MUHAMAD FAJAR HERMAWAN 65 √
18. MUHAMAD JENIYANSYAH 60 √
19. MUHAMAD KOSASIH 50 √
20. MUHAMAD RIFKI NALENDRA 55 √
21. MUHAMMAD TAUPIQUROHMAN NASUTION 70 √
22. MUHAMMAD ABDUL JAMIL MUTAQIN 60 √
23. MUHAMMAD REZA ALFIYANA 85 √
24. MUTIARA AZ-ZAHRI WIJAYA 90 √
25. MUTIARA YUNIARTI 70 √
26. PUTRI NABILA 85 √
27. RENDI MAULANA YUSUF 70 √
28. RIRIN HARSYANDA 65 √
29. RIZKI AYU LESTARI 70 √
30. SAWALUDIN 55 √
31. SITI FAHIRA HAKI 80 √
32. SITI LUTFIA 50 √
33. SITI PATIMAH 75 √
34. SITI PURWASIH M 60 √
35. SITI SARAH HADIANTI 65 √
36. YUSRI ROHIYA 55 √
Jumlah 2435
Rata-rata 67,639
>KKM
<KKM
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang
mencapai KKM pada prasiklus sebanyak 17 orang dari 36 siswa.
50

Tabel 4.3 Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada


Kondisi Awal (Prasiklus)
Jumlah Kriteria Ketuntasan Persentase Ketuntasan Nilai
Siswa Minimal 70 Rata-rata
Tuntas Belum Tuntas Belum
Tuntas Tuntas

36 17 19 47 % 53 % 67,64
Berdasarkan nilai di atas dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM yaitu 70. Dari 36 siswa hanya 47% atau 17 siswa
yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 53% atau 19 siswa belum
mencapai ketuntasan. Nilai tertinggi siswa adalah 90, nilai terendah siswa adalah
50. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 67,92 dengan pendeskripsian
sebagai berikut. Siswa yang memperoleh ≤ 39 sebanyak 0 siswa dengan kategori
sangat kurang, nilai 50-69 sebanyak 19 siswa dengan kategori kurang, nilai
70-79 sebanyak 8 siswa dengan kategori cukup, nilai 80-89 sebanyak 7
siswa dengan kategori baik, dan nilai 90-100 sebanyak 2 siswa dengan kategori
sangat baik. Data tersebut seperti yang terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Kondisi Awal
(Prasiklus)
Jumlah Siswa Interval Nilai Frekuensi Keterangan
36 90-100 2 Sangat Baik
80-89 7 Baik
70-79 8 Cukup
50-69 19 Kurang
≤ 39 0 Sangat Kurang

Hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang
belum paham mengenai isi dongeng yang disimaknya. Hal tersebut terlihat dari
jumlah siswa yang belum mencapai ketuntutasan masih di bawah 75%. Untuk itu
perlu dilakukan tindakan agar para siswa mendapatkan hasil minimal sesuai
dengan KKM. Beberapa data hasil observasi dan hasil belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru kelas VII-F SMPN 1
Bayongbong belum menarik perhatian siswa karena tidak menggunakan media
dan model pembelajaran. Hal itu menyebabkan pemahaman menyimak isi
51

dongeng pada siswa kelas VII-F SMPN 1 Bayongbongmasih rendah. Maka


penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian dengan menggunakan
model pembelajaran Course Review Horay (CRH).
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Tahapan pertama yang dilakukan penelit adalah tahap perencanaan yaitu
mengadakan refleksi awal dari pembelajaran menyimak isi dongeng prasiklus
yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2018 di kelas VII-F SMPN 2
Bayongbong . Berdasarkan hasil refleksi, peneliti mengidentifikasi masalah dari
banyaknya siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM yang telah
ditentukan, yang diakibatkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam aspek
menyimak. Hal ini dikarenakan tidak konsentrasinya siswa terhadap objek yang
disimaknya, selain itu juga kurang tertariknya siswa terhadap metode lama yang
dipakai.
Berdasarkan hasil refleksi prasiklus maka hal-hal yang perlu disiapkan
dalam pembelajaran Siklus I adalah:
1) Menyusun RPP yang akan digunakan guru sebagai acuan dalam melaksanakan
pembelajaran Bahasa Sunda dengan model pembelajaran Course Review Horay
(CRH).
2) Menyiapkan dongeng.
3) Menyiapkan soal yang berkaitan dengan dongeng.
4) Menyiapakan instrument yang digunakan peneliti untuk meneliti peningkatan
minat dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Course Review Horay (CRH).
5) Melakukan koordinasi dengan observer.
Berdasarkan permasalahan dan kelemahan yang muncul pada prasiklus,
maka peneliti sebagai guru bahasa Sunda dan observer membuat tambahan
perencanaan pada pembelajaran Siklus I sebagai berikut;
1) Peningkatan kemampuan dalam menjelaskan kegiatan pembelajaran kepada
siswa dengan menyiapkan materi dongeng.
52

2) Peningkatan mengkontrol kelas dengan baik pada saat penerapan model


Course Review Horay (CRH).
3) Peningkatan dalam memanfaatkan waktu secara optimal dan efektif pada saat
pembelajaran di kelas berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan siklus I
Tahapan selanjutnya pada Siklus I ini yaitu tahapan pelaksanaan.
Pelaksanaan pada Siklus I dilaksanakan pada 7 Februari 2018 dengan alokasi
waktu 2 x 40 menit di kelas VII-F SMPN 1 Bayongbong Tahun Pelajaran
2017/2018. Pada tahapan ini dilaksanakan dengan mengacu pada perangkat
pembelajaran yang sudah direncanakan sebelumnya. Siswa yang hadir pada saat
itu sebanyak 36 siswa dengan rincian 18 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan
serta ditambah dengan satu orang observer sebagai kolabolator.
Tujuan awal dari siklus pertama ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
kemampauan pesrta didik dalam menyimak sebuah dongeng. Yang lebih
ditekankan pada siklus ini adalah siswa mampu menyimak dengan penuh
konsentrasi. Indikator katercapaiannya pada siklus I diukur dari peningkatan
kuantitatif aktivitas siswa dalam belajar menuangkan idenya ke dalam bentuk
pemahaman terhadap materi dongeng dengan menyimak sebuah dongeng.
Langkah-langkah tahapan ini telah tertuang dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang meliputi:
a) Kegiatan Pendahuluan (Alokasi waktu 15 menit)
(1) Pembelajaran diawali dengan berdo’a secara bersama-sama
(2) Guru mengabsen kehadiran siswa
(3) Guru merapihkan siswa agar memusatkan perhatiannya
(4) Guru mengecek kesiapan siswa untuk menerima materi selanjutnya
(5) Apersepsi
(6) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik
b) Kegiatan Inti (Alokasi waktu 50 menit)
(1) Guru menjelaskan materi tentang Dongeng
(2) Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok
(3) Guru menjelaskan materi tentang Dongeng
53

(4) Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok


(5) Guru menyuruh setiap kelompok untuk mengambil kartu jawaban yang
telah disediakan;
(6) Guru membaca cerita dongeng
(7) Tiap kelompok menyimak isi dongeng yang di ceritakan guru
(8) Tiap kelompok mencatat kata-kata yang dianggap belum paham
(9) Guru memberikan pertanyaan sesuai materi yang disimaknya
(10) Guru membacakan soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
(11) Tiap kelompok menuliskan jawaban pada kartu atau kotak yang sudah
disediakan, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi
(12) Bagi yang jawabannya benar,siswa memberi bintang dan lansung
berteriak horay atau menyanyikan yel-yelnya.
c) Kegiatan Penutup (Alokasi waktu15 menit)
(1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
(2) Guru memberikan tanggapan terhadap materi yang sudah diajarkan
(3) Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan hasil presentasi
(4) Guru memberikan tugas lanjutan kepada setiap kelompok
(5) Guru menutup kegiatan pembelajaran

c. Observasi
Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus pertama ini mengungkapkan
bahwa anak didik belum sepenuhnya antusias dan konsentrasi belum terpusat
dengan baik, karena ada beberapa dari anak didik yang masih tidak
memperhatikan dengan seksama. Hal ini bisa jadi disebabkan beberapa faktor,
diantaranya kurang tertariknya peserta didik terhadap metode yang digunakan dan
tingkat konsentrasi yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tabel hasil
pengamatan perilaku siswa selama proses pembelajaran Siklus I.

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Perilaku Siswa Selama Proses Pembelajaran


Siklus I
54

No Aspek yang Diamati Jumlah siswa per skor


. 1 2 3 4
1. Siswa sungguh-sungguh memperhatikan 3 13 14 6
penjelasan guru
2. Siswa sungguh-sungguh mendengarkan 2 13 15 6
dongeng
3. Siswa aktif bertanya 3 20 10 3
4. Siswa aktif menjawab pertanyaan 3 19 9 5
5. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu 0 6 18 12
6. Siswa antusias mengikuti pembelajaran 2 19 11 4

Keterangan:
1= Tidak pernah
2= Kadang-kadang
3= Sering
4= Selalu
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa: (1) siswa sering
sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa sering sungguh-
sungguh mendengarkan dongeng, (3) siswa kadang-kadang aktif bertanya, (4)
siswa kadang-kadang aktif menjawab pertanyaan, (5) siswa sering menyelesaikan
tugas tepat waktu, (6) siswa kadang-kadang antusias mengikuti pembelajaran.
Selain data di atas, juga diperoleh data nilai hasil evaluasi pembelajaran
bahasa Sunda dengan materi memahami isi dongeng yang disimak pada Siklus I.
Tabel 4.6 Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng Pada Siklus I
No Nama Siswa Nilai > KKM < KKM
. Siswa
1. ALDI MARTINES 60 √
2. ALDIANSYAH 80 √
3. ANANDA MARDIYANA 75 √
4. ARYA SATRIO 75 √
5. CINDY PATIKASARI 60 √
6. DAIVINADILA 80 √
7. DEBBY WULAN LESTARI 85 √
8. FEBRIAN MAHA SHAPUTRA 70 √
9. FITRIA AENUTASYA 85 √
10. ILHAMSYAH 75 √
11. INDRIANI 85 √
12. IRA JULIANTI 85 √
55

13. ISMI RAYANTI 95 √


14. M GILANG SAPUTRA 65 √
15. M ISMAN 60 √
16. MOHAMAD RAFI 65 √
17. MUHAMAD FAJAR HERMAWAN 70 √
18. MUHAMAD JENIYANSYAH 75 √
19. MUHAMAD KOSASIH 55 √
20. MUHAMAD RIFKI NALENDRA 75 √
21. MUHAMMAD TAUPIQUROHMAN NASUTION 75 √
22. MUHAMMAD ABDUL JAMIL MUTAQIN 60 √
23. MUHAMMAD REZA ALFIYANA 90 √
24. MUTIARA AZ-ZAHRI WIJAYA 95 √
25. MUTIARA YUNIARTI 80 √
26. PUTRI NABILA 95 √
27. RENDI MAULANA YUSUF 75 √
28. RIRIN HARSYANDA 70 √
29. RIZKI AYU LESTARI 70 √
30. SAWALUDIN 60 √
31. SITI FAHIRA HAKI 85 √
32. SITI LUTFIA 60 √
33. SITI PATIMAH 85 √
34. SITI PURWASIH M 60 √
35. SITI SARAH HADIANTI 65 √
36. YUSRI ROHIYA 60 √
Jumlah 2660
Rata-rata 73,889
>KKM
<KKM

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang


mencapai KKM pada Siklus I sebanyak 24 orang dari 36 siswa.

Tabel 4.7 Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada


Siklus I
Jumlah Kriteria Ketuntasan Persentase Ketuntasan Nilai
Siswa Minimal 70 Rata-rata
56

Tuntas Belum Tuntas Belum


Tuntas Tuntas

36 24 12 67 % 33 % 73,89

Berdasarkan nilai di atas dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM yaitu 70. Dari 36 siswa hanya 67% atau 24 siswa
yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 37% atau 12 siswa belum
mencapai ketuntasan. Nilai tertinggi siswa adalah 95, nilai terendah siswa adalah
55 sedangkan nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 73,89 dengan
pendeskripsian sebagai berikut. Siswa yang memperoleh ≤ 39 sebanyak 0 siswa
dengan kategori sangat kurang, nilai 50-69 sebanyak 12 siswa dengan kategori
kurang, nilai 70-79 sebanyak 11 siswa dengan kategori cukup, nilai 80-89
sebanyak 9 siswa dengan kategori baik, dan nilai 90-100 sebanyak 4 siswa
dengan kategori sangat baik, data tersebut seperti yang terlihat dalam tabel
berikut.
Tabel 4.8. Frekuensi Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Siklus I
Jumlah Siswa Interval Nilai Frekuensi Keterangan
36 90-100 4 Sangat Baik
80-89 9 Baik
70-79 11 Cukup
50-69 12 Kurang
≤ 39 0 Sangat Kurang
Hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang
belum paham tentang isi dongeng yang disimaknya. Hal tersebut terlihat dari
jumlah siswa yang belum mencapai ketuntutasan masih di bawah 75%.
d. Refleksi
Sesuai dengan hasil observasi dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan kegiatan pembelajaran menyimak isi dongeng pada Siklus I dinilai
lebih baik dibandingkan dengan para siklus. Akan tetapi guru masih kurang
optimal dalam menyampaikan materi di awal pembelajaran dan belum optimal
juga dalam memberikan motivasi kepada siswa.
57

Pengaruh penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)


terhadap peningkatan minat belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
Bahasa sunda khususnya menyimak isi dongeng sudah lebih baik dibandingkan
dengan hasil pembelajaran pada prasiklus. Siswa mulai menunjukan adanya minat
belajar menyimak isi dongeng dengan baik. Siswa yang tadinya kurang minat
dalam menyimak isi dongeng menjadi lebih antusias menyimak isi dongeng,
ditambah dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay
(CRH) yang sangat menarik dan membuat siswa menjadi antusias untuk
menyimak isi dongeng.
Hasil refleksi Siklus I untuk rata-rata persentase keterampilan menyimak
isi dongeng pada Siklus I masih kurang atau belum mencapai kriteria keberhasilan
yang ditetapkan yaitu 75% karena baru mencapai 67%. Beberapa tindakan yang
mengakibatkan kegagalan pada Siklus I ini adalah sebagai berikut;
1) Pengelolaan kelas belum sepenuhnya berhasil,
2) Beberapa siswa masih ramai pada saat pembelajaran di kelas, terutama siswa
laki-laki,
3) Peningkatan minat belajar siswa menggunakan model pembelajaran model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) belum optimal,
4) Keberanian siswa untuk bertanya masih rendah.
Berdasarkan data-data di atas dan dengan melihat masih ada kendala-
kendala yang dihadapi pada saat penerapan model pembelajaran Course Review
Horay (CRH) di kelas VII-F pada Siklus I, maka secara umum dapat dikatakan
bahwa upaya perbaikan yang dilakukan di Siklus I belum berhasil. Untuk itu perlu
disusun rencana tindakan yang diperbaiki, rencana tindakan yang baru ataupun
yang dimodifikasi dari siklus sebelumnya pada Siklus II adar mencapai kriteria
keberhasilan tindakan.

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II


58

Pembelajaran pada materi menyimak isi dongeng pada Siklus II ini


merupakan perbaikan dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut.
a) Perencanaan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus I maka hal-hal yang perlu
disiapkan pada Siklus II antara lain:
1) Menyusun RPP yang akan digunakan guru sebagai acuan dalam melaksanakan
pembelajaran Bahasa Sunda dengan model pembelajaran Course Review Horay
(CRH).
2) Menyiapkan dongeng.
3) Menyiapkan soal yang berkaitan dengan dongeng
4) Menyiapakan instrument yang digunakan peneliti untuk meneliti peningkatan
minat dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Course Review Horay (CRH).
6) Melakukan koordinasi dengan observer.
Berdasarkan permasalahan dan kelemahan yang muncul pada Siklus I,
maka peneliti sebagai guru pengajar Bahasa Sunda memuat tambahan
perencanaan pada pembelajaran Siklus II sebagai berikut;
1) Pengelolaan kelas harus lebih baik lagi dan harus adanya ketegasan, dengan
menegur siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan siswa yang
tidak menyimak dongeng yang ditaynagkan.
2) Memberikan motivasi kepada siswa secara optimal dengan memberikan
perhatian yang lebih khususnya kepada siswa yang masih ramai atau tidak
menyimak isi dongeng yang ditayangkan.
3) Memberikan reward untuk siswa yang bertanya dan memecahkan soal atau
menanggapi pertanyaan guru.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pembelajaran keterampilan menyimak isi dongeng pada Siklus II
dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2018. Pembelajaran berlangsung pada jam ke
1-2 selama 2 x 40 menit dengan Kompetensi Dasar 4.5 Menyusun dan
mengkomunikasikan dongeng yang disimaknya dengan memperhatikan struktur
59

dan aspek kebahasaan, pelafalan dan lagu kalimat (lentong), serta ekspresi yang
tepat. Langkah-langkah pada tahap ini sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan (Alokasi waktu 15 menit)
(1) Pembelajaran diawali dengan berdo’a secara bersama-sama
(2) Guru mengabsen kehadiran siswa
(3) Guru merapihkan siswa agar memusatkan perhatiannya
(4) Guru mengecek kesiapan siswa untuk menerima materi selanjutnya
(5) Guru memotivasi peserta didik dengan memberikan contoh penggalan isi
dongeng yang dapat menggugah semangat siswa
(6) Apersepsi
(7) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik
d) Kegiatan Inti (Alokasi waktu 50 menit)
(1) Guru menjelaskan materi tentang Dongeng
(2) Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok
(3) Guru menjelaskan materi tentang Dongeng
(4) Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok
(5) Guru menyuruh setiap kelompok untuk mengambil kartu jawaban yang
telah disediakan
(6) Tiap kelompok menyimak isi dongeng
(7) Tiap kelompok mencatat kata-kata yang dianggap belum paham
(8) Guru memberikan pertanyaan sesuai materi yang disimaknya
(9) Guru membacakan soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
(10) Tiap kelompok menuliskan jawaban pada kartu atau kotak yang sudah
disediakan, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi
(11) Bagi yang jawabannya benar,siswa memberi bintang dan lansung berteriak
horay atau menyanyikan yel-yelnya.
(13) Guru memberikan reward pada siswa/kelompok yang memperoleh nilai
tinggi atau yang banyak memperoleh horay.
c) Kegiatan Penutup (Alokasi waktu15 menit)
(1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
60

(2) Guru memberikan tanggapan terhadap materi yang sudah diajarkan


(3) Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan hasil presentasi
(4) Guru memberikan tugas lanjutan kepada setiap kelompok
(5) Guru menutup kegiatan pembelajaran
c. Observasi
Pengamatan terhadap kegiatan guru pada Siklus II menunjukan bahwa
guru sudah dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik dalam penerapan
model pembelajaran Course Review Horay (CRH). Pengelolaan kelas yang
dilakukan oleh guru dalam Siklus II ini jauh lebih baik dibandingkan Siklus I.
Guru mampu menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran aktif dengan
model pembelajaran Course Review Horay (CRH) secara lebih baik. Selain itu
guru juga memberikan dorongan seperti motivasi kepada siswa untuk
menumbuhkan minat belajar menyimak isi dongeng.
Siswa terlihat lebih antusias dalam proses pembelajaran di dalam kelas,
siswa terlihat sangat bersemangat juga lebih berani dalam menyampaikan ide
maupun pendapatnya dalam menjawab pertanyaan guru. Selain itu siswa juga
lebih berani bertanya. Siswa yang pada siklus sebelumnya terlihat pasif juga
sudah mulai aktif. Pada kegiatan akhir, siswa berpartisifasi aktif dengan cara
menyimpulkan materi pelajaran bersama dengan guru, hal ini menunjukan bahwa
hasil belajar pada materi menyimak isi dongeng sangat meningkat.
Secara umum pengamatan terhadap hasil belajar pada materi menyimak isi
dongeng pada Siklus II terlihat mengalami peningkatan yang signifikan
dibandingkan pada Siklus I. Hal tersebut terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Perilaku Siswa Selama Proses Pembelajaran
Siklus II
No Aspek yang Diamati Jumlah siswa per skor
. 1 2 3 4
1. Siswa sungguh-sungguh memperhatikan 1 11 14 10
penjelasan guru
2. Siswa sungguh-sungguh mendengarkan 1 8 16 11
dongeng
3. Siswa aktif bertanya 2 10 15 9
4. Siswa aktif menjawab pertanyaan 1 9 17 9
61

5. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu 0 6 12 18


6. Siswa antusias mengikuti pembelajaran 0 10 15 11

Keterangan:
1= Tidak pernah
2= Kadang-kadang
3= Sering
4= Selalu
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa: (1) siswa sering
sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa sering sungguh-
sungguh mendengarkan dongeng, (3) siswa sering aktif bertanya, (4) siswa sering
aktif menjawab pertanyaan, (5) siswa selalu menyelesaikan tugas tepat waktu, (6)
siswa sering antusias mengikuti pembelajaran.
Selain data di atas, juga diperoleh data nilai hasil evaluasi pembelajaran
Bahasa Sunda dengan materi memahami isi dongeng yang disimak pada Siklus II.
Tabel 4.10 Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng Pada Siklus II
No Nama Siswa Nilai > KKM < KKM
. Siswa
1. ALDI MARTINES 65 √
2. ALDIANSYAH 85 √
3. ANANDA MARDIYANA 85 √
4. ARYA SATRIO 90 √
5. CINDY PATIKASARI 75 √
6. DAIVINADILA 95 √
7. DEBBY WULAN LESTARI 85 √
8. FEBRIAN MAHA SHAPUTRA 75 √
9. FITRIA AENUTASYA 90 √
10. ILHAMSYAH 80 √
11. INDRIANI 95 √
12. IRA JULIANTI 85 √
13. ISMI RAYANTI 95 √
14. M GILANG SAPUTRA 85 √
15. M ISMAN 65 √
16. MOHAMAD RAFI 80 √
17. MUHAMAD FAJAR HERMAWAN 85 √
18. MUHAMAD JENIYANSYAH 80 √
19. MUHAMAD KOSASIH 75 √
20. MUHAMAD RIFKI NALENDRA 80 √
62

21. MUHAMMAD TAUPIQUROHMAN NASUTION 85 √


22. MUHAMMAD ABDUL JAMIL MUTAQIN 75 √
23. MUHAMMAD REZA ALFIYANA 95 √
24. MUTIARA AZ-ZAHRI WIJAYA 100 √
25. MUTIARA YUNIARTI 85 √
26. PUTRI NABILA 95 √
27. RENDI MAULANA YUSUF 90 √
28. RIRIN HARSYANDA 75 √
29. RIZKI AYU LESTARI 75 √
30. SAWALUDIN 65 √
31. SITI FAHIRA HAKI 95 √
32. SITI LUTFIA 75 √
33. SITI PATIMAH 85 √
34. SITI PURWASIH M 65 √
35. SITI SARAH HADIANTI 90 √
36. YUSRI ROHIYA 70 √
Jumlah 2970
Rata-rata 82,50
>KKM
<KKM

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang


mencapai KKM pada Siklus II ada 32 siswa dari 36 siswa dengan persentase
mencapai 88,89%, artinya sudah melampaui kriteria yang sudah ditentukan yaitu
75%.
Tabel 4.11 Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada
Siklus II
Jumlah Kriteria Ketuntasan Persentase Ketuntasan Nilai
Siswa Minimal 70 Rata-rata
Tuntas Belum Tuntas Belum
Tuntas Tuntas

36 36 4 88,89 % 11,11 % 82,50

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada Siklus II ketuntasan


belajar menyimak isi dongeng sangat meningkat dan sudah optimal dan sudah
melampaui kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75% karena persentase
63

indikator ketuntasan belajar menyimak isi dongeng siswa pada Siklus II mencapai
88,89% dengan nilai rata-rata 82,50.
Nilai tertinggi siswa adalah 100, nilai terendah siswa adalah 65 sedangkan
nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 82,50 dengan pendeskripsian sebagai
berikut. Siswa yang memperoleh ≤ 39 sebanyak 0 siswa dengan kategori sangat
kurang, nilai 50-69 sebanyak 4 siswa dengan kategori kurang, nilai 70-79
sebanyak 8 siswa dengan kategori cukup, nilai 80-89 sebanyak 13 siswa
dengan kategori baik, dan nilai 90-100 sebanyak 11 siswa dengan kategori sangat
baik, data tersebut seperti yang terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.12 Frekuensi Hasil Menyimak Isi Dongeng pada Siklus II
Jumlah Siswa Interval Nilai Frekuensi Keterangan
36 90-100 11 Sangat Baik
80-89 13 Baik
70-79 8 Cukup
50-69 4 Kurang
≤ 39 0 Sangat Kurang

Hasil pengamatan yang dilakukan pada Siklus II dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran dengan menggunakan model Course Review horay (CRH) sangat
efektif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar terutama hasil belajar menyimak
isi dongeng Bahasa Sunda.
d. Refleksi
Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) ini sangat membantu
mengefektifkan pembelajaran. Kelebihan dari model pembelajaran Course Review
Horay (CRH) ini yaitu pembelajaran lebih menarik, artinya dengan menggunakan
model pembelajaran ini siswa akan lebih bersemangat dalam menerima materi
karena banyak diselingi dengan games ataupun simulasi lainnya. Model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) juga mendorong siswa untuk dapat
terjun ke dalam situasi pembelajaran, artinya siswa diajak ikut serta dalam
melakukan situasi games atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta
didiknya. Selain itu juga pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan
64

hiburan atau game, menjadikan siswa tidak akan merasa jenuh dengan begitu
siswa dapat berkonsentrasi dengan penuh.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran dan catatan lapangan
setelah pelaksanaan pembelajaran Siklus II, dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa pada materi menyimak isi dongeng yang lebih
baik dari siklus-siklus sebelumnya. Pada Siklus II, pengaruh penerapan Course
Review Horay (CRH) terhadap peningkatan hasil belajar materi menyimak isi
dongeng dalam pelajaran Bahasa Sunda sangat besar.
Siswa terlihat lebih berminat dalam mengikuti proses pembelajaran di
kelas. Siswa juga lebih berani dalam menyampaikan ide maupun pendapatnya
dalam menjawab pertanyaan guru. Selain itu juga siswa lebih berani bertanya,
siswa yang pada siklus sebelumnya terlihat pasif juga sudah mulai aktif
berpartisipasi di kelas.
Guru sudah dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik.
Pengelolaan kelas dalam Siklus II ini jauh lebih baik dibandingkan Siklus I. Guru
mampu menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran aktif dengan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) secara lebih baik. Selain itu juga
sudah memberikan motivasi kepada siswa agar lebih berperan aktif di dalam
kelas.
Respon siswa juga sangat baik, siswa terlihat senang dan sangat
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Suasana kelas menjadi
menyenangkan dan kondusif. Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada materi
menyimak isi dongeng pada pelajaran bahasa Sunda dalam setiap tahap
pembelajaran serta banyak dari siswa yang sudah fokus dengan pembelajaran
yang dilakukan.
Proses pembelajaran berlangsung dinamis. Hal tersebut ditandai dengan
minat belajar siswa dalam menyampaikan pertanyaan dan memberi tanggapan
terhadap pertanyaan guru sehingga suasana lebih hidup.
Pada Siklus II rata-rata peresentase hasil belajar menyimak isi dongeng
sudah optimal atau sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu
75% karena rata-rata persentase keterampilan menyimak isi dongeng pada Siklus
65

II meningkat dengan persentase 88,89%. Nilai tertinggi siswa adalah 100, nilai
terendah siswa adalah 65 sedangkan nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar
82,50. Hal ini didukung dengan pengakuan sebagian besar siswa yang mengaku
lebih menyenangkan dan mudah memahami materi setelah diterapkan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH).
Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi antara peneliti dan observer
pada Siklus II, maka secara umum upaya perbaikan yang dilakukan dapat
dikatakan berhasil dan dapat disimpulkan bahwa hipótesis tindakan seperti yang
telah dijelaskan pada BAB II terbukti atau diterima.
B. Pembahasan
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai upaya
atau tindakan yang dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah
pembelajaran melalui kegiatan penelitian. Penelitian tinddakan kelas ini
dilakasanakan di SMPN 1 Bayongbongyang dilakukan sebanyak tiga siklus, yakni
mencakup prasiklus, Siklus II dan siklus 3. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi menyimak isi dongeng
pelajaran Bahasa Sunda di kelas VII-F SMPN 2 Bayongbong.
Hasil análisis pada prasiklus sampai dengan Siklus II menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi menyimak isi dongeng dalam pembelajaran
Bahasa Sunda di kelas VII-F SMPN 1 Bayongbong . Hal ini didukung dengan
rata-rata persentase indikator hasil belajar menyimak isi dongeng yang meningkat
setiap siklusnya sampai berhasil mencapai kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan pada Siklus II.
Pada prasiklus guru kurang dapat melakukan kegiatan pembelajaran
dengan baik. Guru kurang mampu menjelaskan materi dan isi dongeng dengan
baik karena tidak menggunakan metode atau model pembelajaran. Guru belum
dapat mengontrol kelas dengan baik. Pada awal pembelajaran guru tidak
melakukan apersepsi. Guru pun tidak memberikan penguatan dan menyimpulkan
materi pelajaran di akhir pembelajaran. Upaya meningkatkan hasil belajar
66

menyimak isi dongeng dengan menerapkan model pembelajaran Course Review


Horay (CRH) di kelas VII-F SMPN 1 Bayongbongpada prasiklus belum berhasil
baik. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata persentase indikator ketuntasan
belajar menyimak isi dongeng pada lembar observasi baru mencapai 47%,
sedangkan kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalah 75%. Siswa yang belum
mencapai KKM pada prasiklus mencapai 53%. Beberapa kelemahan atau kendala
yang mengakibatkan kegagalan tersebut adalah sebagi berikut; 1) Guru kurang
mampu untuk menjelaskan kegiatan pembelajaran karena tidak menggunakan
metode atau model pembelajaran, 2) Guru kurang memotivasi siswa agar berperan
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran, 3) Guru belum dapat memanfaatkan waktu
secara optimal dan efektif pada saat pembelajaran berlangsung, 4) Guru kurang
tegas menegur siswa yang mebuat keributan di kelas, 5) Tidak meratanya
pendampingan guru saat diskusi berlangsung, 6) Rata-rata presentase indikator
kriteria ketuntasan belajar siswa dalam menyimak isi dongeng belum mencapai
kriteria keberhasilan tindakan karena baru mencapai 47%.
Berdasarkan permasalahan atau kelemahan yang muncul pada prasiklus,
maka peneliti membuat tambahan perencanaan pada pembelajaran Siklus I yaitu
peningkatan kemampuan dalam menjelaskan kegiatan pembelajaran kepada siswa
dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH),
pemanfaatan waktu secara optimal dan efektif pada saat pembelajaran
berlangsung di kelas, peningkatan ketegasan dalam menghadapi siswa yang ramai
atau membuat keributan di kelas dan peningkatan pendampingan siswa saat
diskusi berlangsung.
Selanjutnya, pada proses pembelajaran Siklus I guru masih dikatakan
belum optimal dalam melakukan kegiatannya. Selain itu pelaksanaan tindaknnya
kurang sesuai dengan rencana tindakan walaupun guru mampu menjelasakan dan
mengorganisasikan pembelajan dengan menggunakan model pembelajaran
Course Review Horay (CRH) dengan baik. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh
guru pada Siklus I belum menunjukkan perubahan yang pesat. Pengelolaan kelas
belum sepenuhnya berhasil, masi hada beberapa siswa yang ramai pada saat
67

pembelajaran di kelas, terutama siswa laki-laki. Hanya sedikit siswa yang berani
bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru.
Pada awal pembelajaran Siklus I siswa tampak kurang memperhatikan
penjelasan guru dan kurang antusias dalam menyimak isi dongeng yang
ditayangkan melalui audio visual. Pada kegiatan akhir, guru mengajak siswa
bersama-sama untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Akan tetapi, pada
akhirnya guru yang memberikan kesimpulan karena siswa belum ada yang berani
mengemukakan pendapatnya untuk menyimpulkan isi dongeng yang disimaknya.
Upaya meningkatkan hasil belajar menyimak isi dongeng dengan
menerapkan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) di kelas VII-F
SMPN 1 Bayongbongpada Siklus I masih belum berhasil mencapai kriteria
keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75% walaupun terdapat peningkatan
persentase dari prasiklus. Hal tersebut terbukti dengan rata-rata persentase
indikator ketuntasan belajar menyimak isi dongeng yang meningkat sebesar 20%
dari prasiklus menjadi 67%, sedangkan rata-rata nilai kelasnya adalah 73,89.
Peningkatan-peningkatan tersebut terjadi setelah diterapkannnya model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) sebagai motivasi dan untuk menarik
perhatian siswa. Selain itu juga karena guru sudah mampu menjelaskan dan
mengorganisasikan pembelajaran dengan model pembelajaran Course Review
Horay (CRH) dengan baik. Beberapa tindakan yang mengakibatkan kegagalan
pada Siklus I adalah sebagai berikut: 1) Pengelolaan kelas belum sepenuhnya
berhasil, 2) Beberapa siswa masih ramai pada saat pembelajaran berlangsung,
terutama siswa laki-laki, 3) Kurang adanya motivasi kepada siswa 4) Hanya
sedikit siswa yang berani bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru.
Berdasarkan permasalahan dan kelemahan yang muncul pada Siklus I,
maka peneliti membuat perencanaan pada pembelajaran Siklus II yaitu mengelola
kelas harus lebih baik dengan ketegasan, memberikan motivasi kepada siswa
secara optimal dengan memberikan contoh isi dongeng yang dapat menggugah
semangat siswa, dan memberikan reward kepada siswa yang berani bertanya dan
menanggapi pertanyaan dari guru.
68

Pada akhirnya, pengamatan terhadap kegiatan guru pada Siklus II


menunjukkan bahwa guru sudah dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan
baik. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru pada Siklus II ini jauh lebih
baik dibandingkan Siklus I. Guru mampu menjelaskan dan mengorganisasikan
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Course Review Horay
(CRH) secara baik. Selain itu guru juga memberikan dorongan kepada siswa agar
lebih berperan aktif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Siswa terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas,
siswa terlihat senang dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Imran (dalam Nur
Malechah, 2011) bahwa model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat
digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa
menghilangkan asensi belajar yang sedang berlangsung. Selain itu siswa juga
lebih berani bertanya. Siswa yang pada siklus sebelumnya terlihat pasif juga
sudah mulai aktif. Pada kegiatan akhir, siswa berperan aktif dalam menyimpulkan
materi isi dongeng yang disimaknya bersama guru.
Pada Siklus II, hasil belajar siswa pada materi menyimak isi dongeng
mengalami peningkatan dari Siklus I sebesar 21,89% menjadi 88,89% dengan
rata-rata nilai kelas 82,50. Hal tersebut dikarenakan pada Siklus II ini guru bisa
mengatasi kendala atau kelemahan yang mengakibatkan kegagalan pada Siklus I.
Untuk memperjelas adanya peningkatan hasil belajar menyimak isi dongeng pada
pelajaran bahasa Sunda, dapat dilihat pada tabel ketuntasan belajar menyimak isi
dongeng sebagai berikut berikut:
Tabel 4.13 Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Prasiklus,
Siklus I dan Siklus II
Jumlah Persentase Kriteria Ketuntasan Kriteria
Siswa Prasiklus Siklus I Siklus II Keberhasilan
Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum
Tuntas Tuntas Tuntas

36 47 % 53 % 67 % 33 % 88,89 % 11,11 % 75%


Berdasarkan tabel di atas, peningkatan menyimak isi dongeng dapat
terlihat jelas dari diagram berikut ini;
69

90%
80%
70%
60%
50%
Series1
40%
30%
20%
10%
0%
Prasiklus Siklus I Siklus II

Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar
menyimak isi dongeng pada pelajara Bahasa Sunda dengan metode atau model
pembelajaran Course Review Horay dapat membantu siswa untuk meningkatkan
pemahaman siswa lebih cepat dalam memahami materi yang diajarkan dan siswa
dapat belajar lebih mudah karena kesan yang menarik sehingga siswa antusias
terhadap materi yang disampaikan, khususnya keterampilan menyimak. Selain itu
juga dengan menggunakan model Course Review Horay siswa ditungtut berperan
aktif.
Pembelajaran dengan model pembelajaran Course Review Horay ternyata
memiliki peran dominan untuk membantu anak didik mengasah keberaniannya
mengemukakan pendapat secara langsung.
70

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Selama pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti telah mengumpulkan
data-data penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil observasi atau pengamatan
dan wawancara. Pada saat penelitian, ada beberapa pokok-pokok temuan
penelitian antara lain yaitu:
1) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat
meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran menyimak isi
dongeng mata pelajaran Bahasa Sunda.
2) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat
meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran menyimak isi
dongeng mata pelajaran Bahasa Sunda, dalam bentuk keberanian bertanya,
memecahkan soal atau menanggapi pertanyaan guru.
3) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat
meningkatkan keterampilan atau pemahaman siswa terhadap materi
menyimak isi dongeng.
4) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
5) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) menjadikan
proses pembelajaran berpusat pada siswa (student centered) sehingga tidak
lagi berpusat pada guru (teacher centeres) dan guru hanya sebagai fasilitator
dan motivator.
6) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH), siswa tidak
lagi hanya sebagai objek pembelajaran tetapi sebagai subjek pembelajaran.

B. Saran
Upaya meningkatkan hasil belajar menyimak isi dongeng pada pelajaran
Bahasa Sunda dengan metode atau model pembelajaran Course Review Horay
dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa lebih cepat dalam
memahami materi yang diajarkan dan siswa dapat belajar lebih mudah karena
71

kesan yang menarik sehingga siswa antusias terhadap materi yang disampaikan,
khususnya keterampilan menyimak. Selain itu juga dengan menggunakan model
Course Review Horay siswa ditungtut berperan aktif.
Pembelajaran dengan model pembelajaran Course Review Horay ternyata
memiliki peran dominan untuk membantu anak didik mengasah keberaniannya
mengemukakan pendapat secara langsung. Namun penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang hasilnya bagus hanya untuk kelas yang dijadikan penelitian.
Keterampilan menyimak dan menanggapi merupakan keterampilan
pembelajaran yang kurang mendapat perhatian sehingga sering disepelekan,
karena itulah dengan metode dan media yang kami gunakan menjadi sebuah
aspirasi dalam inovasi pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai