BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Sunda merupakan mata pelajaran mulok wajib yang harus
diajarkan di semua jenjang pendidiakan dari mulai Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
berada di Jawa Barat. Hal ini bertujuan supaya bahasa Sunda yang merupakan
bahasa ibu orang Sunda tetap dilestarikan sehingga jati diri orang Sunda tidak
hilang. Hal ini diperkuat oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5
Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah. Dengan
adanya peraturan daerah tersebut maka Kabupaten Garut pun menjadikan
pelajaran bahasa Sunda menjadi mata pelajaran mulok wajib yang harus
diajarkan di semua jenjang.
Namun banyak orang tua yang menggunakan bahasa Indonesia kepada
anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari, meskipun orang tua tersebut
merupakan Urang Sunda pituin (orang Sunda asli). Oleh karena itu, dalam
proses kegiatan pembelajaran bahasa Sunda di lingkungan SMP Negeri 1
Bayongbong mengalami masalah. Sebagian besar masalah bertumpu pada
kurang pahamnya siswa akan pembendaharaan kata Bahasa Sunda.
Dalam pelajaran bahasa Sunda dikenal empat kompetensi dasar yang
harus dimiliki anak didik yaitu menulis (nulis), berbicara (nyarita), membaca
(maca), dan menyimak (ngaregepkeun). Dalam kenyataannya keempat
kompetensi itu sangat sulit diterapkan pada anak didik. Terutama kompetensi
menyimak (ngaregepkeun), padahal kompetensi menyimak merupakan satu
rangkaian penting dalam proses pembelajaran bahasa Sunda. Tanpa adanya
kompetensi tersebut, proses pembelajaran tersebut tidak akan seimbang.
Menyimak merupakan faktor penting bagi keberhasilan siswa dalam
belajar karena keterampilan menyimak mendominasi aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran dibanding keterampilan lainnya. Siswa yang tidak
terampil dalam menyimak maka akan mengalami kesulitan dalam belajar
2
B. Identifikasi Masalah
2. Siswa tidak bisa memahami dan menanggapi isi dari dongeng yang
disajikan.
C. Pembatasan Masalah
Agar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terarah, terfokus dan tidak
meluas, penulis membatasi penelitian pada keterampilan menyimak dongeng
pada pembelajaran Bahasa Sunda dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Course Review Horay. Penelitian ini difokuskan pada siswa
kelas VII-F SMP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Garut Tahun Pelajaran
2017/2018 Semester Genap.
D. Rumusan Masalah
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, guru, dan
sekolah.
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak dongeng melalui
Course Review Horay.
b. Meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan isi dongeng yang
disimaknya.
5
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu perubahan kapasitas kinerja individu sebagai hasil
pengalaman, perubahan potensi perilaku, dan pengembangan pengetahuan serta
ketrampilan atau sikap yang baru sebagai hasil interaksi individu dengan
informasi dan lingkungannya. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah
perubahan kemampuan atau disposisi(kecenderungan) seseorang yang dapat
bertahan selama periode waktu tertentu.
Belajar juga merupakan usaha sadar oleh seseorang yang berlangsung
sepanjang hayat agar diperoleh kemampuan yang memadai dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Proses dan hasil belajar dapat ditandai dengan
adanya perubahan perilaku atau kemampuan pada diri seseorang dan ia
merupakan hasil dari latihan atau pengalaman.
Menurut pendapat Kenneth D.Moore, belajar adalah suatu perubahan
kapasitas kinerja individu sebagai hasil pengalaman. Dari definisi tersebut
penekanannya pada upaya individu secara sadar melakukan sesuatu, agar
memperoleh suatu kemampuan atau kompetensi baru. Hal tersebut diperkuat oleh
pendapat Kimble dalam Hergenhand dan Olson bahwa belajar merupakan
perubahan potensi perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari penguatan
yang diberi penguatan.
Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima unsur utama yang terkait
dengan belajar, yaitu;
a. Perubahan tingkah laku
b. Perubahan itu relatif permanen
c. Potensi untuk bertindak
d. Hasil dari pengalaman
e. Reinforcement
7
benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang
dapat diterima oleh akal sehat.
(b) Menyimak Konsentratif (concentrative listening)
Menyimak konsentratif sering juga disebut a study-type listening atau
menyimak yang merupakan sejenis telaah.
(c) Menyimak Kreatif (cretive listening)
Sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan
kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi,
penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau
dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.
(d) Menyimak Eksplorasif (exploratory listening)
Menyimak yang bersifat menyelidik adalah sejenis kegiatan menyimak
intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan
lebih sempit.
(e) Menyimak Interogatif (interrogative listening)
Sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari
ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak-
banyaknya pertanyaan.
(f) Menyimak Selektif
Dalam proses menyimak selektif hendaknya menyimak secara selektif
pada setiap tipe ciri ketatabahasaan, seperti jenis kelamin, waktu, modus,
bentuk, susunan kata, frase, dan klause, karena setiap ciri ketatabahasaan
mungkin dapat menimbulkan kesukaran bagi para pelajar atau siswa, haruslah
disimak secara selektif.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak
Tarigan, H.G (1986:104) menyimpulkan dari beberapa pakar atau para
ahli mengenai faktor yang mempengaruhi menyimak. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
12
1) Fisik
Faktor ini bukan hanya terjadi pada kondisi fisik penyimak saja tetapi
kondisi lingkungan juga mempengaruhi keefektifan menyimak seseorang,
misalkan ruangan yang mungkin terlalu panas, lembab ataupun terlalu dingin
dan suara atau bunyi bising lain yang terjadi di sekitar penyimak berada.
2) Psikologis
Faktor-faktor ini antara lain mencakup masalah-masalah:
(a) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan
aneka sebab dan alasan;
(b) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah
pribadi;
(c) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang jelas;
(d) kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian
sama sekali pada pokok pembicaraan;
(e) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok
pembicaraan, atau terhadap sang pembicara;
3) Pengalaman
Pengalaman sebagai salah satu faktor dalam menentukan keefektifan
menyimak, yang melatarbelakanginya adalah kurangnya atau tiadanya minat
yang merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama
sekali pengalaman dalam bidang yang akan disimak itu, sikap yang antagonis,
sikap-sikap yang menentang serta bermusuhan timbul dari pengalaman-
pengalaman yang tidak menyenangkan.
4) Sikap
Setiap penyimak akan cenderung menyimak secara saksama pada topik-
topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat dia setuju daripada yang
kurang atau bahkan tidak setuju sama sekali, ini merupakna sikap yang wajar
dalam kehidupan. Seyogianyalah para pembicara memperhatikan hal itu,
antara lain dengan cara memilih topik pembicaraan yang disenangi oleh para
penyimak.
5) Motivasi
13
5. Model Pembelajaran
Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu games atau
simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang berkaitan
dengan materi yang akan disampaikan guru.
Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan atau
game, dengan begitu siswa tidak akan merasakan jenuh yang bisa
menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh
guru.
Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih
menyenangkan;
Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila metode
yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh karena itu,
dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay
(CRH) mampu membangkitkan semangat belajar terutama anak
Sekolah Dasar yang notabene masih ingin bermain-main.
Adanya komunikasi dua arah;
Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan baik,
dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis, kreatif dan
inofatif. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan
semakin banyak terjadi interaksi diantara guru dan siswa.
2) Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan;
Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak mengatakan
horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok
tersebut sama tanpa bisa membedakan mana siswa yang aktif dan yang
tidak aktif.
Adanya peluang untuk berlaku curang.
Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik
apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatiakan per-
kelompok yang menjawab horey, sehingga peluang adanya kecurangan
sangat besar.
25
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang dikemukakan
sebelumnya, maka keterampilan menyimak dongeng pada pembelajaran
bahasa Sunda dengan menggunakan model Course Review Horay (CRH)
pada siswa Kelas VII-F SMPN 1 Bayongbong Kabupaten Garut tahun
pelajaran 2017/2018 semester genap akan meningkat.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Model penelitian ini pertama
kali diciptakan oleh Kurt Lewin. Menurut Muslihuddin (2009), yang
dimaksud penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis reflektif terhadap beberapa tindakan yang
dilakukan oleh guru sekaligus selaku peneliti, dari pertama disusunnya suatu
rancangan hingga tahap evaluasi/penilaian terhadap tindakan nyata di dalam
kelas yang merupakan kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan. Di bawah ini merupakan gambar alur
penelitian tindakan kelas (PTK) yang diambil dari model PTK Kemmis dan
Mc Taggart dalam Arikunto (2008:16).
B. Siklus Penelitian
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa penelitian ini
merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap-tahap penelitian ini mengikuti
model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Teggat, berupa siklus spiral
yang meliputi kegiatan perencanaan, pemberian tindakan, observasi dan
refleksi yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian sehingga
diperoleh data yang dapat disimpulkan sebagai jawaban dari
permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini akan direncanakan 2 siklus
(setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan).
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
28
Gambar 3.1
Model Penelitian Tindakan Kelas
b. Pelaksanaan Tindakan
29
3. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah
2 bulan terhitung dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari tahun 2018.
Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut
ialah semester genap tahun pelajaran 2017/2018.
Tabél 3.1
Waktu Penelitian
No. Uarian Januari 2018 Februari Maret 2018
2018
1. Persiapan
2. Siklus 1
3. Siklus 2
4. Penyusunan Laporan
D. Definisi Operasional
Agar dalam penelitian ini tidak menimbulkan salah tafsir, perlu adanya
keterangan mengenai beberapa istilah yang digunakan, di antaranya ialah:
1. Kemampuan Menyimak
Setiap individu yang hidup tentu memiliki kemampuan yang bervariasi.
Kemampuan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik,
kecerdasan, kekuatan, kecakapan, keterampilan. Tanpa adanya faktor-faktor
tersebut maka seseorang tidak dapat melakukannya dengan baik.
Alwi (2003: 1023) menyatakan; “ kemampuan adalah kecakapan,
kesanggupan, kekuatan untuk menyelesaikan tugas.”
Sama halnya dengan ke dua pendapat di atas, Depdiknas (2005:707)
menyatakan; “kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan atau kecakapan dalam menghasilkan atau melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuannnya sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
32
1. Lembar Tes
Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui hasil
peningkatan belajar menyimak siswa. Oleh karena itu instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu tes. Bentuk tes yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tes keterampilan menyimak.
a. Rubrik
Tabel 3.2 Pembelajaran Menyimak Isi Dongeng
No Aspek yang Diamati Jumlah siswa per skor
. 1 2 3 4
1. Siswa sungguh-sungguh memperhatikan
penjelasan guru
2. Siswa sungguh-sungguh mendengarkan
dongeng
3. Siswa aktif bertanya
4. Siswa aktif menjawab pertanyaan
5. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu
6. Siswa antusias mengikuti pembelajaran
Keterangan:
1= Tidak pernah
2= Kadang-kadang
3= Sering
4= Selalu
Rubrik di atas membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana hasil
kemampuan keterampilan menyimak isi dongeng.
2. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lembar observasi guru merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk
melihat aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini
diisi oleh observer setelah melihat aktivitas guru selama pembelajaran
berlangsung.
35
Tabél 3.3
Lembar Obsrvasi Aktivitas Guru Siklus I
2 Kegiatan Inti
3 Kegiatan Penutup
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya
Guru memberikan tanggapan terhadap materi
yang sudah diajarkan
Peserta didik bersama guru membuat
kesimpulan hasil presentasi
Guru memberikan tugas lanjutan kepada setiap
kelompok
Guru menutup kegiatan pembelajaran
Jumlah
37
Tabél 3.4
Lembar Obsrvasi Aktivitas Guru Siklus II
Jumlah
Presentase
Keterangan: Beri tanda check list (√) dalam kolom YA jika terlihat dilaksanakan,
atau dalam kolom TIDAK jikalau tidak terlihat dilaksanakan.
Tabél 3.5
40
2 Kegiatan Inti
2 Kegiatan Inti
3 Kegiatan Ahir
Siswa bertanya kepada guru mengenai materi
dongeng
Hasil jawaban siswa dinilai guru
Siswa/kelompok yang nilainya bagus
diumumkan oleh guru
Jumlah
Presentase
Keterangan: Beri tanda check list (√) dalam kolom YA jika terlihat dilaksanakan,
atau dalam kolom TIDAK jikalau tidak terlihat dilaksanakan.
6. Catatan Lapangan
44
F. Analisis Data
Langkah-Langkah menganalisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu cara memberi skor tes menyimak Dongengsiklus I dan II sesuai
dengan aspek kognisi yang diukur dan disajikan konversi nilai dalam
penelitian ini.
a) Cara memberi skor tes menyimak Dongeng berdasar kepada jawaban yang
benar. Jika jawaban benar diberi nilai (10) dalam setiap dilaksanakan tes
pemahaman terhadap tulisan siklus I dan siklus II, jika salah maka diberi
nilai nol (0).
b) Konversi nilai berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran
bahasa Sunda di SMP Negeri 1 Bayongbong kelas VII semester ganjil
yaitu 70. Siswa yang disebut tuntas yaitu siswa yang mendapat nilai ≥70,
sedangkan yang disebut belum tuntas yaitu siswa yang mendapat nilai
kurang dari 70 (<70).
BAB IV
47
A. Hasil Penelitian
1. Prasiklus
Pada tahap prasiklus peneliti melakukan pengamatan terhadap
pembelajaran Bahasa Sunda dengan materi pokok menyimak isi dongeng pada
siswa kelas VII SMPN 1 Bayongbong tahun pelajaran 2017/2018. Pengamatan
dilakukan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran sebelum dilakukan tindakan dengan penggunaan dan model
pembelajaran. Setelah dilakukan pengamatan, maka diperoleh gambaran
mengenai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan data hasil
pembelajaran isi dongeng sebelum dilakukan tindakan. Jika hasil
pembelajaran dan aktivitas siswa yang diperoleh sebelum tindakan belum
mencapai indikator keberhasilan, maka dalam penelitian ini akan diadakan
perbaikan pada Siklus I.
Kegiatan pada tahap ini adalah melakukan observasi terhadap proses
pembelajaran menyimak isi dongeng di kelas VII-F SMPN 1 Bayongbong.
Observasi dilakukan pada tanggal 10 Januari 2018. Observasi ini dilakukan
dengan mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tentang materi
menyimak isi dongeng yang didengar dengan metode ceramah, tanpa media dan
model pembelajaran. Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Pembelajaran diawali dengan berdo’a bersama.
b. Guru mengaecek kehadiran siswa.
c. Guru bertanya jawab tentang dongeng yang pernah didengar siswa.
d. Guru menceritakan dongeng
e. Setelah selesai mendongeng, guru bertanya jawab dengan siswa tentang isi
dongeng.
f. Guru membagikan soal evaluasi tentang isi dongeng.
g. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
h. Guru dan siswa membahas soal evaluasi.
48
36 17 19 47 % 53 % 67,64
Berdasarkan nilai di atas dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM yaitu 70. Dari 36 siswa hanya 47% atau 17 siswa
yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 53% atau 19 siswa belum
mencapai ketuntasan. Nilai tertinggi siswa adalah 90, nilai terendah siswa adalah
50. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 67,92 dengan pendeskripsian
sebagai berikut. Siswa yang memperoleh ≤ 39 sebanyak 0 siswa dengan kategori
sangat kurang, nilai 50-69 sebanyak 19 siswa dengan kategori kurang, nilai
70-79 sebanyak 8 siswa dengan kategori cukup, nilai 80-89 sebanyak 7
siswa dengan kategori baik, dan nilai 90-100 sebanyak 2 siswa dengan kategori
sangat baik. Data tersebut seperti yang terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Kondisi Awal
(Prasiklus)
Jumlah Siswa Interval Nilai Frekuensi Keterangan
36 90-100 2 Sangat Baik
80-89 7 Baik
70-79 8 Cukup
50-69 19 Kurang
≤ 39 0 Sangat Kurang
Hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang
belum paham mengenai isi dongeng yang disimaknya. Hal tersebut terlihat dari
jumlah siswa yang belum mencapai ketuntutasan masih di bawah 75%. Untuk itu
perlu dilakukan tindakan agar para siswa mendapatkan hasil minimal sesuai
dengan KKM. Beberapa data hasil observasi dan hasil belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru kelas VII-F SMPN 1
Bayongbong belum menarik perhatian siswa karena tidak menggunakan media
dan model pembelajaran. Hal itu menyebabkan pemahaman menyimak isi
51
c. Observasi
Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus pertama ini mengungkapkan
bahwa anak didik belum sepenuhnya antusias dan konsentrasi belum terpusat
dengan baik, karena ada beberapa dari anak didik yang masih tidak
memperhatikan dengan seksama. Hal ini bisa jadi disebabkan beberapa faktor,
diantaranya kurang tertariknya peserta didik terhadap metode yang digunakan dan
tingkat konsentrasi yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tabel hasil
pengamatan perilaku siswa selama proses pembelajaran Siklus I.
Keterangan:
1= Tidak pernah
2= Kadang-kadang
3= Sering
4= Selalu
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa: (1) siswa sering
sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa sering sungguh-
sungguh mendengarkan dongeng, (3) siswa kadang-kadang aktif bertanya, (4)
siswa kadang-kadang aktif menjawab pertanyaan, (5) siswa sering menyelesaikan
tugas tepat waktu, (6) siswa kadang-kadang antusias mengikuti pembelajaran.
Selain data di atas, juga diperoleh data nilai hasil evaluasi pembelajaran
bahasa Sunda dengan materi memahami isi dongeng yang disimak pada Siklus I.
Tabel 4.6 Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng Pada Siklus I
No Nama Siswa Nilai > KKM < KKM
. Siswa
1. ALDI MARTINES 60 √
2. ALDIANSYAH 80 √
3. ANANDA MARDIYANA 75 √
4. ARYA SATRIO 75 √
5. CINDY PATIKASARI 60 √
6. DAIVINADILA 80 √
7. DEBBY WULAN LESTARI 85 √
8. FEBRIAN MAHA SHAPUTRA 70 √
9. FITRIA AENUTASYA 85 √
10. ILHAMSYAH 75 √
11. INDRIANI 85 √
12. IRA JULIANTI 85 √
55
36 24 12 67 % 33 % 73,89
Berdasarkan nilai di atas dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM yaitu 70. Dari 36 siswa hanya 67% atau 24 siswa
yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 37% atau 12 siswa belum
mencapai ketuntasan. Nilai tertinggi siswa adalah 95, nilai terendah siswa adalah
55 sedangkan nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 73,89 dengan
pendeskripsian sebagai berikut. Siswa yang memperoleh ≤ 39 sebanyak 0 siswa
dengan kategori sangat kurang, nilai 50-69 sebanyak 12 siswa dengan kategori
kurang, nilai 70-79 sebanyak 11 siswa dengan kategori cukup, nilai 80-89
sebanyak 9 siswa dengan kategori baik, dan nilai 90-100 sebanyak 4 siswa
dengan kategori sangat baik, data tersebut seperti yang terlihat dalam tabel
berikut.
Tabel 4.8. Frekuensi Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Siklus I
Jumlah Siswa Interval Nilai Frekuensi Keterangan
36 90-100 4 Sangat Baik
80-89 9 Baik
70-79 11 Cukup
50-69 12 Kurang
≤ 39 0 Sangat Kurang
Hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang
belum paham tentang isi dongeng yang disimaknya. Hal tersebut terlihat dari
jumlah siswa yang belum mencapai ketuntutasan masih di bawah 75%.
d. Refleksi
Sesuai dengan hasil observasi dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan kegiatan pembelajaran menyimak isi dongeng pada Siklus I dinilai
lebih baik dibandingkan dengan para siklus. Akan tetapi guru masih kurang
optimal dalam menyampaikan materi di awal pembelajaran dan belum optimal
juga dalam memberikan motivasi kepada siswa.
57
dan aspek kebahasaan, pelafalan dan lagu kalimat (lentong), serta ekspresi yang
tepat. Langkah-langkah pada tahap ini sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan (Alokasi waktu 15 menit)
(1) Pembelajaran diawali dengan berdo’a secara bersama-sama
(2) Guru mengabsen kehadiran siswa
(3) Guru merapihkan siswa agar memusatkan perhatiannya
(4) Guru mengecek kesiapan siswa untuk menerima materi selanjutnya
(5) Guru memotivasi peserta didik dengan memberikan contoh penggalan isi
dongeng yang dapat menggugah semangat siswa
(6) Apersepsi
(7) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik
d) Kegiatan Inti (Alokasi waktu 50 menit)
(1) Guru menjelaskan materi tentang Dongeng
(2) Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok
(3) Guru menjelaskan materi tentang Dongeng
(4) Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok
(5) Guru menyuruh setiap kelompok untuk mengambil kartu jawaban yang
telah disediakan
(6) Tiap kelompok menyimak isi dongeng
(7) Tiap kelompok mencatat kata-kata yang dianggap belum paham
(8) Guru memberikan pertanyaan sesuai materi yang disimaknya
(9) Guru membacakan soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
(10) Tiap kelompok menuliskan jawaban pada kartu atau kotak yang sudah
disediakan, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi
(11) Bagi yang jawabannya benar,siswa memberi bintang dan lansung berteriak
horay atau menyanyikan yel-yelnya.
(13) Guru memberikan reward pada siswa/kelompok yang memperoleh nilai
tinggi atau yang banyak memperoleh horay.
c) Kegiatan Penutup (Alokasi waktu15 menit)
(1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
60
Keterangan:
1= Tidak pernah
2= Kadang-kadang
3= Sering
4= Selalu
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa: (1) siswa sering
sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa sering sungguh-
sungguh mendengarkan dongeng, (3) siswa sering aktif bertanya, (4) siswa sering
aktif menjawab pertanyaan, (5) siswa selalu menyelesaikan tugas tepat waktu, (6)
siswa sering antusias mengikuti pembelajaran.
Selain data di atas, juga diperoleh data nilai hasil evaluasi pembelajaran
Bahasa Sunda dengan materi memahami isi dongeng yang disimak pada Siklus II.
Tabel 4.10 Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng Pada Siklus II
No Nama Siswa Nilai > KKM < KKM
. Siswa
1. ALDI MARTINES 65 √
2. ALDIANSYAH 85 √
3. ANANDA MARDIYANA 85 √
4. ARYA SATRIO 90 √
5. CINDY PATIKASARI 75 √
6. DAIVINADILA 95 √
7. DEBBY WULAN LESTARI 85 √
8. FEBRIAN MAHA SHAPUTRA 75 √
9. FITRIA AENUTASYA 90 √
10. ILHAMSYAH 80 √
11. INDRIANI 95 √
12. IRA JULIANTI 85 √
13. ISMI RAYANTI 95 √
14. M GILANG SAPUTRA 85 √
15. M ISMAN 65 √
16. MOHAMAD RAFI 80 √
17. MUHAMAD FAJAR HERMAWAN 85 √
18. MUHAMAD JENIYANSYAH 80 √
19. MUHAMAD KOSASIH 75 √
20. MUHAMAD RIFKI NALENDRA 80 √
62
indikator ketuntasan belajar menyimak isi dongeng siswa pada Siklus II mencapai
88,89% dengan nilai rata-rata 82,50.
Nilai tertinggi siswa adalah 100, nilai terendah siswa adalah 65 sedangkan
nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 82,50 dengan pendeskripsian sebagai
berikut. Siswa yang memperoleh ≤ 39 sebanyak 0 siswa dengan kategori sangat
kurang, nilai 50-69 sebanyak 4 siswa dengan kategori kurang, nilai 70-79
sebanyak 8 siswa dengan kategori cukup, nilai 80-89 sebanyak 13 siswa
dengan kategori baik, dan nilai 90-100 sebanyak 11 siswa dengan kategori sangat
baik, data tersebut seperti yang terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.12 Frekuensi Hasil Menyimak Isi Dongeng pada Siklus II
Jumlah Siswa Interval Nilai Frekuensi Keterangan
36 90-100 11 Sangat Baik
80-89 13 Baik
70-79 8 Cukup
50-69 4 Kurang
≤ 39 0 Sangat Kurang
hiburan atau game, menjadikan siswa tidak akan merasa jenuh dengan begitu
siswa dapat berkonsentrasi dengan penuh.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran dan catatan lapangan
setelah pelaksanaan pembelajaran Siklus II, dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa pada materi menyimak isi dongeng yang lebih
baik dari siklus-siklus sebelumnya. Pada Siklus II, pengaruh penerapan Course
Review Horay (CRH) terhadap peningkatan hasil belajar materi menyimak isi
dongeng dalam pelajaran Bahasa Sunda sangat besar.
Siswa terlihat lebih berminat dalam mengikuti proses pembelajaran di
kelas. Siswa juga lebih berani dalam menyampaikan ide maupun pendapatnya
dalam menjawab pertanyaan guru. Selain itu juga siswa lebih berani bertanya,
siswa yang pada siklus sebelumnya terlihat pasif juga sudah mulai aktif
berpartisipasi di kelas.
Guru sudah dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik.
Pengelolaan kelas dalam Siklus II ini jauh lebih baik dibandingkan Siklus I. Guru
mampu menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran aktif dengan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) secara lebih baik. Selain itu juga
sudah memberikan motivasi kepada siswa agar lebih berperan aktif di dalam
kelas.
Respon siswa juga sangat baik, siswa terlihat senang dan sangat
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Suasana kelas menjadi
menyenangkan dan kondusif. Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada materi
menyimak isi dongeng pada pelajaran bahasa Sunda dalam setiap tahap
pembelajaran serta banyak dari siswa yang sudah fokus dengan pembelajaran
yang dilakukan.
Proses pembelajaran berlangsung dinamis. Hal tersebut ditandai dengan
minat belajar siswa dalam menyampaikan pertanyaan dan memberi tanggapan
terhadap pertanyaan guru sehingga suasana lebih hidup.
Pada Siklus II rata-rata peresentase hasil belajar menyimak isi dongeng
sudah optimal atau sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu
75% karena rata-rata persentase keterampilan menyimak isi dongeng pada Siklus
65
II meningkat dengan persentase 88,89%. Nilai tertinggi siswa adalah 100, nilai
terendah siswa adalah 65 sedangkan nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar
82,50. Hal ini didukung dengan pengakuan sebagian besar siswa yang mengaku
lebih menyenangkan dan mudah memahami materi setelah diterapkan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH).
Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi antara peneliti dan observer
pada Siklus II, maka secara umum upaya perbaikan yang dilakukan dapat
dikatakan berhasil dan dapat disimpulkan bahwa hipótesis tindakan seperti yang
telah dijelaskan pada BAB II terbukti atau diterima.
B. Pembahasan
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai upaya
atau tindakan yang dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah
pembelajaran melalui kegiatan penelitian. Penelitian tinddakan kelas ini
dilakasanakan di SMPN 1 Bayongbongyang dilakukan sebanyak tiga siklus, yakni
mencakup prasiklus, Siklus II dan siklus 3. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi menyimak isi dongeng
pelajaran Bahasa Sunda di kelas VII-F SMPN 2 Bayongbong.
Hasil análisis pada prasiklus sampai dengan Siklus II menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi menyimak isi dongeng dalam pembelajaran
Bahasa Sunda di kelas VII-F SMPN 1 Bayongbong . Hal ini didukung dengan
rata-rata persentase indikator hasil belajar menyimak isi dongeng yang meningkat
setiap siklusnya sampai berhasil mencapai kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan pada Siklus II.
Pada prasiklus guru kurang dapat melakukan kegiatan pembelajaran
dengan baik. Guru kurang mampu menjelaskan materi dan isi dongeng dengan
baik karena tidak menggunakan metode atau model pembelajaran. Guru belum
dapat mengontrol kelas dengan baik. Pada awal pembelajaran guru tidak
melakukan apersepsi. Guru pun tidak memberikan penguatan dan menyimpulkan
materi pelajaran di akhir pembelajaran. Upaya meningkatkan hasil belajar
66
pembelajaran di kelas, terutama siswa laki-laki. Hanya sedikit siswa yang berani
bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru.
Pada awal pembelajaran Siklus I siswa tampak kurang memperhatikan
penjelasan guru dan kurang antusias dalam menyimak isi dongeng yang
ditayangkan melalui audio visual. Pada kegiatan akhir, guru mengajak siswa
bersama-sama untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Akan tetapi, pada
akhirnya guru yang memberikan kesimpulan karena siswa belum ada yang berani
mengemukakan pendapatnya untuk menyimpulkan isi dongeng yang disimaknya.
Upaya meningkatkan hasil belajar menyimak isi dongeng dengan
menerapkan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) di kelas VII-F
SMPN 1 Bayongbongpada Siklus I masih belum berhasil mencapai kriteria
keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75% walaupun terdapat peningkatan
persentase dari prasiklus. Hal tersebut terbukti dengan rata-rata persentase
indikator ketuntasan belajar menyimak isi dongeng yang meningkat sebesar 20%
dari prasiklus menjadi 67%, sedangkan rata-rata nilai kelasnya adalah 73,89.
Peningkatan-peningkatan tersebut terjadi setelah diterapkannnya model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) sebagai motivasi dan untuk menarik
perhatian siswa. Selain itu juga karena guru sudah mampu menjelaskan dan
mengorganisasikan pembelajaran dengan model pembelajaran Course Review
Horay (CRH) dengan baik. Beberapa tindakan yang mengakibatkan kegagalan
pada Siklus I adalah sebagai berikut: 1) Pengelolaan kelas belum sepenuhnya
berhasil, 2) Beberapa siswa masih ramai pada saat pembelajaran berlangsung,
terutama siswa laki-laki, 3) Kurang adanya motivasi kepada siswa 4) Hanya
sedikit siswa yang berani bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru.
Berdasarkan permasalahan dan kelemahan yang muncul pada Siklus I,
maka peneliti membuat perencanaan pada pembelajaran Siklus II yaitu mengelola
kelas harus lebih baik dengan ketegasan, memberikan motivasi kepada siswa
secara optimal dengan memberikan contoh isi dongeng yang dapat menggugah
semangat siswa, dan memberikan reward kepada siswa yang berani bertanya dan
menanggapi pertanyaan dari guru.
68
90%
80%
70%
60%
50%
Series1
40%
30%
20%
10%
0%
Prasiklus Siklus I Siklus II
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar
menyimak isi dongeng pada pelajara Bahasa Sunda dengan metode atau model
pembelajaran Course Review Horay dapat membantu siswa untuk meningkatkan
pemahaman siswa lebih cepat dalam memahami materi yang diajarkan dan siswa
dapat belajar lebih mudah karena kesan yang menarik sehingga siswa antusias
terhadap materi yang disampaikan, khususnya keterampilan menyimak. Selain itu
juga dengan menggunakan model Course Review Horay siswa ditungtut berperan
aktif.
Pembelajaran dengan model pembelajaran Course Review Horay ternyata
memiliki peran dominan untuk membantu anak didik mengasah keberaniannya
mengemukakan pendapat secara langsung.
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Selama pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti telah mengumpulkan
data-data penelitian yang diperoleh berdasarkan hasil observasi atau pengamatan
dan wawancara. Pada saat penelitian, ada beberapa pokok-pokok temuan
penelitian antara lain yaitu:
1) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat
meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran menyimak isi
dongeng mata pelajaran Bahasa Sunda.
2) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat
meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran menyimak isi
dongeng mata pelajaran Bahasa Sunda, dalam bentuk keberanian bertanya,
memecahkan soal atau menanggapi pertanyaan guru.
3) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat
meningkatkan keterampilan atau pemahaman siswa terhadap materi
menyimak isi dongeng.
4) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
5) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) menjadikan
proses pembelajaran berpusat pada siswa (student centered) sehingga tidak
lagi berpusat pada guru (teacher centeres) dan guru hanya sebagai fasilitator
dan motivator.
6) Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH), siswa tidak
lagi hanya sebagai objek pembelajaran tetapi sebagai subjek pembelajaran.
B. Saran
Upaya meningkatkan hasil belajar menyimak isi dongeng pada pelajaran
Bahasa Sunda dengan metode atau model pembelajaran Course Review Horay
dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa lebih cepat dalam
memahami materi yang diajarkan dan siswa dapat belajar lebih mudah karena
71
kesan yang menarik sehingga siswa antusias terhadap materi yang disampaikan,
khususnya keterampilan menyimak. Selain itu juga dengan menggunakan model
Course Review Horay siswa ditungtut berperan aktif.
Pembelajaran dengan model pembelajaran Course Review Horay ternyata
memiliki peran dominan untuk membantu anak didik mengasah keberaniannya
mengemukakan pendapat secara langsung. Namun penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang hasilnya bagus hanya untuk kelas yang dijadikan penelitian.
Keterampilan menyimak dan menanggapi merupakan keterampilan
pembelajaran yang kurang mendapat perhatian sehingga sering disepelekan,
karena itulah dengan metode dan media yang kami gunakan menjadi sebuah
aspirasi dalam inovasi pembelajaran.