Anda di halaman 1dari 10

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI SISWA DENGAN

METODE ATM (AMATI, TIRU, MODIFIKASI )

Dosen Pengampu Dr. Kundharu Saddhono, S.S, M.Hum

Oleh :

Nama : Radana Fauziana Rahmah

NIM : K1217061

Kelas :A

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2019
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI SISWA DENGAN
METODE ATM (AMATI, TIRU, MODIFIKASI )

1. Pengertian Membaca
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, ada berbagai aspek yang menjadi poin
utama yang harus dikuasai oleh siswa. Yanti dan Fauzyah(2016:136 ) menjelaskan
bahwa dalam pelaksanaannya, pembelajaran bahasa Indonesia menuntut guru untuk
mampu menguasai 4 aspek kebahasaan seperti : mendengarkan/menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Keempat hal tersebut diharapkan juga mampu diajarkan oleh
setiap guru bahasa Indonesia kepada siswanya. Dalam materi ini, kita akan mengulas
mengenai kemampuan membaca. Membaca merupakan salah satu aspek dari empat
kemampuan bahasa pokok. Membaca juga salah satu bagian atau komponen dari
komunikasi tulisan yang harus dikuasai siswa, sebab siswa akan mendapatkan
informasi lebih mengenai lingkungannya. Mubarak(2016:3) mengungkapkan bahwa
the habit of reading text will increase someone to get the latest information in his
environment. The information mentioned is the sources which are available in the
society including the events happened in it. Kebiasaan membaca seseorang akan
membuatnya meningkatkan kemampuan menangkap informssi terbaru dalam
lingkungannya. Informasi tersebut akan dapat menjadi sumber yang memungkinkan
untuk menjalani kehidupan sosial di lingkungannya.

2. Tujuan Membaca

Dengan membaca, maka manusia akan mendapatkan sumber informasi yang


sangat banyak. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan intelektual seseorang.
M. E. Fowler (1985) dalam Mukhsin Ahmadi (1990: 24) juga mengatakan bahwa
tujuan membaca dibagi menjadi 3 bagian yaitu: Pertama, Suatu program pengajaran
membaca yang bertujuan untuk (a). menambah kecepatan dan memperbaiki
pemahaman, (b). mengajar siswa bagaimana mengadaptasi pendekatan membaca
dengan berbagai variasi bahan bacaan, (c). memperbaiki pembacaan bagi semua
keterampilan berbahasa. Kedua, suatu latihan membaca untuk dapat mengapresiasi
dan memperoleh kesenangan estetis dari prosa atau puisi (karya sastra). Ketiga,
program individual yang ditujukan untuk mendorong siswa agar membaca sebanyak-
banyaknya dan memungkinkan siswa itu untuk dapat mengembangkan diri menjadi
pembaca yang teliti sepanjang hayatnya.
3. Kemampuan membaca manusia

Tidak dapat dipungkiri, masing-masing siswa akan memiliki kemampuan


kecepatan membaca yang berbeda-beda. Akan tetapi, kemampuan membaca dapat
ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca secara efisien dan tepat
guna. Rahim (2008:46) mendefinisikan “kemampuan membaca adalah kemampuan
mengenal huruf, selanjutnya merangkainya menjadi sebuah kata, kemudian menjadi
sebuah kalimat dan memahaminya. Keterampilan membaca sangat memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia, karena pengetahuan apapaun tidak akan
dapat dipisahkan dari kegiatan membaca”. Pada materi ini, akan membahas mengenai
membaca puisi.

4. Hakikat membaca puisi


Mengenai hakikat membaca puisi, seseorang harus menghayati puisi apa yang sedang
ia baca. Jika puisi tersebut bergenre melankolis, maka hendaknya pembaca membacanya
dengan penuh kesedihan dan kekhusuan. Dalam Amanda (2011:32 ) mengutip dari
Aminuddin (2002:134) secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poemia
yang berarti “membuat” atau poeisis yang berarti “perbuatan” yang dalam bahasa Inggris
disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “perbuatan” karena lewat puisi
pada dasarnya seseorang telah menciptakan dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan
atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.Membaca puisi buka hanya
tentang bagaimana puisi dibuat, akan tetapi bagaimana seseorang dapat menjiwai karakter
yang ingin dibuat oleh pencipta puisi. Bagaimana pembaca bisa menyampaikan makna-
makna tersirat yang penuh penghayatan sesuai konteks puisi yang dibaca. Waluyo (1995)
menyatakan, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan persaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa
dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Menambahkan dasar
pemikiran tersebut, datang dari pemikiran Alexis de Tocqueville dalam Tirtawirya (1983)
yang menyatakan bahwa puisi ialah hal mencari dan melukiskan “yang diidamkan”.
Pendapat lain sebagai pendukung didapat dari Gloriani dan Setiawan (2013)
menyebutkan bahwa puisi merupakan karya sastra yang sarat makna. Contohmya: apabila
seorang siswa membaca puisi bertema Ketuhanan, maka ia akan dapat benar-benar
menjiwai rasa Ketuhanan yang ia miliki. Hikmahnya adalah dekatnya manusia kepada
Tuhan, membuat manusia akan ingat apabila ingin melakukan perbuatan yang dilarang
oleh Tuhan. Pentingnya sikap berbakti kepada Tuhan adalah agar manusia selalu dekat
dengan Tuhannya. Berbakti kepada Tuhan merupakan jenis ajaran moral hubungan antara
manusia dengan Tuhan (Wahid&Saddhono , 2017:3)

5. Pengajaran Membaca Puisi


Untuk pengajaran membaca puisi, guru harus menyediakan sejumlah referensi
puisi dari berbagai sastrawan-sastrawan yang terkenal, sehingga dapat membuat siswa
lebih tertarik dengan materi pembelajaran di dalam kelas. Apabila guru hanya
menyediakan satu jenis puisi, maka siswa akan merasa jenuh untuk selalu saja
mendengarkan puisi yang sama dalam setiap rekan yang membaca. Iswara(2016:3)
mengungkapkan bahwa puisi dapat dipilih dari puisi dari puncak khazanah
kesusastraan Indonesia. Hal ini berarti puisi-puisi yang dipilih merupakan puisi-puisi
yang mendapatkan pujian, atau diperbincangkan di kalangan akademisi, sastrawan,
dan masyarakat umum. Selain itu, ada baiknya untuk memilih pujangga-pujangga
yang terkenal dari khazanah kesusastraan Indonesia. Dengan begitu, diharapkan siswa
akan mengenal karya-karya sastra (puisi) dan mengenal para pujangga dari puncak
kesusastraan Indonesia. Sehingga siswa dapat mengetahui keindahan bahasa setiap
pujangga ataupun pengarang. Keindahan bahasa dalam sastra merupakan bagaian dari
proses kreatif dari seorang pengarang dalam pemilihan kata. Perbedaan bahasa sastra
dengan bahasa komunikasi secara langsung adalah pemilihan kosakata pada sastra
menbentuk bahasa yang estetik dalam bentuk, penyajian, kualitas secara keseluruhan
pada aspek keindahan, sedangkan bahasa yang digunakan komunikasi secara langsung
tidak membutuhkan estetika dalam berbahasa (Rondiyah dkk, 2017:4)

6. Penilaian Membaca Puisi


Guru dapat membuat berbagai variasi dalam penilaian pembacaan puisi. Iswara
(2016:4) mengungkapkan kelas dapat dibagi menjadi sejumlah kelompok, misalnya
empat, lima, atau enam kelompok yang terdiri atas tiga, empat, atau lima siswa. Puisi
yang berbeda-beda dapat dapat dibagikan kepada setiap kelompok. Dengan begitu,
setidaknya seluruh kelas mengkaji empat, lima, atau enam puisi. Setiap anggota
kelompok akan mengkaji puisi yang dimilikinya. Pengkajian ini akan mengungkap
makna puisi, tema, sikap penyair terhadap pembaca, sifat puisi terhadap tema, atau
amanatnya (Djuanda dan Iswara, 2011). Siswa pun dapat mengkaji jeda, nada yang
terangkum dalam intonasi. Siswa pun dapat mengkaji dan mengeksplorasi ekspresi yang
akan dilakukan saat membaca puisi di depan kelas. Supriyono et al. (2017)
mengemukakan bahwa puisi juga sebagai karya sastra dipandang sebagai dokumen
sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra itu diciptakan dan
sastra juga wujud cermin situasi sosial penulisnya. Satsra juga dipandang sebagai
manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.

7. Aspek yang Dinilai dalam Membaca Puisi

Dalam pembelajaran, semua pelaku pembelajaran hendaknya saling melakukan


kerjasama. Baik dari pihak guru dengan siswa. Maupun antar masing-masing siswa .
Guru dapat menilai siswa dengan metode menyimak. Menurut Kesumawidayani et al.
(2002) penilaian menyimak yakni tahap-tahap keterampilan menyimak meliputi
kemampuan mengingat, kemampuan menilai, dan kemampuan menanggapi dengan
menggunakan media audio. Farboy (2009:16) menjelaskan bahwa pendekatan
pembelajaran kooperatif menekankan tujuan-tujuan kelompok dan tanggung jawab
individual. Sebagai tambahan, pengembangan CIRC dihasilkan dari sebuah analisis
masalah-masalah tradisional dalam pengajaran pelajaran membaca, menulis, seni
berbahasa (Slavin, 2008: 200). Hiebert, 1983 dalam (Slavin, 2008: 201) menjelaskan
Sebuah fitur yang bersifat hampir selalu universal dari pengajaran membaca adalah
penggunaan kelompok membaca yang terdiri atas para siswa dengan tingkat kinerja yang
sama. Fenomena lain di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
memiliki kemampuan rendah. Hal ini tampak pada kegiatan menyimak puisi, misalnya
kurang mampu memahami tema, amanat, nilai, gaya bahasa, dan sebagainya(Malik,
2014).

Dasar pemikiran utama untuk pelajaran membaca adalah bahwa para siswa perlu
memiliki materi-materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Siswa hrus
memperhatikan unsur-unsur estetika dalam pembacaan puisinya. Unsur-unsur estetika dan
seni, misalnya ritme, rima, dan metafora merupakan bentuk dari fungsi puitik bahasa.
(Saddhono, 2012:16). Fitriyani et al. (2018) yang menyatakan keterampilan menyimak
adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mendukung kemampuan dasar yang dimiliki
seseorang agar dapat mengetahui makna yang disampaikan baik verbal maupun nonverbal
dengan cara menangkap, memahami, menimbang, dan merespon pesan yang terkandung.

8. Langkah-langkah dalam Pembacaan Puisi


Langkah-langkah yang dapat daterapkan dalam membaca puisi yaitu: 1.
Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen. 2. Guru memberi
beberapa jenis puisi sesuai dengan topik pembelajaran. 3. Siswa bekerjasama saling
membacakan puisi di dalam kelas.4.tema menilai puisi rekan sejawatnya. 5. Guru
mengakumulasikan nilai dari rekan sejawat. 6. Guru membuat rata-rata nilai bagi masing-
masing siswa. Dengan dibentuknya beberapa kelompok, pemrosesan informasi yang
dikombinasikan dengan beberapa peran kelompok memudahkan siswa untuk
mengembangkan potensi komunikasi lisan. Informasi yang mudah diingat yang ada
terkait dengan yang baru sehingga siswa dapat merespon dan berkomentar dengan mudah.
Faktor penghambat setiap siswa akan diatasi melalui motivasi, evaluasi, dan penghargaan
yang diberikan kepada masing-masing kelompok (Darmuki dkk, 2017:6).

9. Metode ATM (Amati,Tiru, dan Modifikasi)


Metode ATM adalah salah satu metode yang efektif diterapkan bagi siswa.
Herlina,dkk (2016:384) “Penerapan metode ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi)
berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa
dalam membacakan puisi”. Metode ATM ini dapat memberikan suasana belajar yang
lebih menyenangkan dan tidak membuat siswa cepat bosan. Suasana belajar yang
seperti itu dapat membantu siswa dalam menentukan lafal, intonasi, dan ekspresi yang
tepat untuk sebuah puisi. Dalam metode ini terdapat teknik latihan dasar dalam
membacakan puisi. Sementara itu, media audiovisual yang berupa video ini dapat
membantu siswa dalam membacakan puisi karena melihat langsung contoh membaca
puisi yang benar. Metode ATM dan media audiovisual ini juga dapat
mengembangkan kemampuan berimajinasi siswa dalam menentukan ekspresi sesuai
dengan isi dari puisi yang akan dibacakan.
10. Manfaat Penerapan Metode ATM bagi Guru
Ada berbagai manfaat yang di dapat oleh pihak pengajar dan siswa. Salah
satunya adalah mengetahui banyak wawasan dari varian perspektif. Herlina,dkk
(2016:385) mengungkapkan manfaat bagi guru adalah menambah wawasan guru
mengenai penerapan metode ATM berbantuan media video dalam meningkatkan
keterampilan membaca siswa, melatih guru dalam mengenali permasalahan yang ada
dalam pembelajaran serta solusi yang dapat mengetasi permasalahan tersebut, serta
menjadi sumber referensi guru dalam pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya pada keterampilan membaca. Manfaat penelitian ini bagi penulis sendiri
adalah menambah wawasan mengenai metode ATM sebagai cara yang tepat
digunakan untuk memperbaiki suatu permasalahan terutama dalam keterampilan
membaca.
11. Manfaat Penerapan Metode ATM bagi siswa

Adanya ATM mampu membantu siswa dalam peningkatan keterampilan


membaca. Herlina,dkk (2016:386) Metode ATM dan media video ini saling
berkaitan untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan membacanya dan
memahami isi pembelajaran. Siswa akan lebih berperan aktif selama pembelajaran
berlangsung, dengan demikian diharapkan siswa dapat menerima materi pelajaran
dengan baik. Siswa dapat berlatih menentukan lafal, intonasi, dan ekspresi bersama
dengan kelompoknya. Hingga kemudian siswa dapat tampil di depan kelas
membacakan puisi dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat.

12. Penerapan Metode ATM dalam Keterampilan Membaca Pusi

Beberapa istilah penting yang ada dalam penelitian ini adalah metode ATM, media
audiovisual, keterampilan membaca, dan membaca puisi. Metode ATM merupakan
sebuah metode yang terdiri dari tiga aspek, yaitu amati, tiru, dan modifikasi. Metode
ATM akan membuat siswa lebih mudah dalam memahami isi pembelajaran. Media
audiovisual merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan
menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik, untuk menyajikan pesan-pesan audio
dan visual (Kustandi dan Sutjipto, 2011:34). Dalam hal ini, peneliti menggunakan
video sebagai media audio visual. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media katakata/bahasa tulis (Tarigan, 2008:7). Membaca puisi
merupakan kegiatan yang mengharuskan siswa untuk mewujudkan komunikasi yang
termuat dalam satu puisi. Menurut Ichsan (Abbas, 2006: 115) membaca puisi
mengandung arti mengungkapkan suatu ide dengan perantaraan bunyi bahasa yang indah
dan mengesankan. Peserta didik juga diharapkan dapat memeriksa berbagai sumber yang
juga mengimplementasikan pembelajaran mereka tentang aspek-aspek keindonesiaan.
Peserta didik dapat mengevaluasi dan memeriksa berbagai sumber menggunakan
kompetensi bahasa yang sudah dikuasai untuk membangun dan memodifikasi persepsi
awal tentang budaya target. Pada akhir langkah ini, para peserta didik diharapkan dapat
dengan cepat memahami persepsi budaya mereka secara percaya diri baik secara
linguistik maupun budaya (Saddhono, 2015:4)

DAFTAR PUSTAKA
Amanda, N.M. (2011). Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Teknik Melanjutkan
Puisi dan Metode Mengalirkan Bayangan (Image Streaming) Siswa Kelas VII SMP N
01 Boja (Doctoral Disertasion Universitas Negeri Semarang).

Aulia, R. (2012). Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman pada Anak Tunarungu.


Jurnal IlMIAH Pendidikan Khusus, 1.

Budianta, M. (2002). Membaca Sastra: pengantar memahami sastra untuk perguruan tinggi.
Indonesia Tera.

Darmuki,Agus., Andayani., Nurkamto,Joko., & Saddhono,Kundharu. (2017). Evaluating


Information-processing-based Learning Cooperative Model on Speaking Skill Course.
Journal of Language Teaching and Research, 8(1), 6.

Fitriyani, D., Magdalena, I., Rosnaningsih, A., Saodah, & Sumiyani. (2018). Pengaruh
Pendekatan Integratif terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Negeri Gerendeng 1 Kota Tangerang. Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 9(No. 2), 124–
131. https://doi.org/doi.org/10.21009/JPD.092.08

Gloriani, Y., & Setiawan, A. (2013). Perbedaan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Isi
Puisi Dengan Menggunakan Teknik Membaca Puisi dan Teknik Menyimak Puisi Pada
Kelas VIII SMP Negeri 1 Cibeureum Kabupaten Kuningan, Vol. 2(No. 1), 573–580.
https://doi.org/https://doi.org/10.25134/fjpbsi.v2i1.154

Herlina, R., Iswara, P.D., dan Kurniadi, Y. (2016). Penerapan Metode ATM (Amati, Tiru,
dan Modifikasi) Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Keterampilan
Membaca Puisi. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 881-890.

Iswara, P. D. (2016). Pengembangan Materi Ajar dan Evaluasi Pada Keterampilan


Mendengarkan dan Membaca. Mimbar Sekolah Dasar, 3(1), 89-97.

Kartika, E. (2004). Memacu minat membaca siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Penabur,
3(8), 113-128.

Kesumawidayani, Kresnadi, H., & Marli, S. (2013). Penggunaan Media Audio Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak, Vol.
2(No. 3), 1-16.

Malik, A.(2014). Keefektifan Metode Hermeneutik Dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi


Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Jurnal Bahasa,
Sastra, Dan Pengajaran, Vol. 1 (No. 1), 80–91.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26618/jk.v1i1.163

Pradopo, R. D. (1987). Pengkajian puisi: analisis strata norma dan analisis structural dan
semiotic. Gadjah Mada University Press.

Rondiyah,Arifa A., Saddhono, Kundharu., & Wardani, Nugraheni E. 2017. Pembelajaran


Sastra Melalui Bahasa dan Budaya untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter
Kebangsaan di Era Mea (Masayarakat Ekonomi Asean). The 1st Education and
Language International Conference Proceedings Center for International Language
Development of Unissula, 141-147.

Saddhono, Kundharu. 2012. Bentuk dan Fungsi Kode dalam Wacana Khotbah Jumat.
Adabiyyat, 11(1), 16.

Saddhono, Kundharu. 2015. Integrating Culture in Indonesian Language Learning for


Foreign Speakers at Indonesian Universities . Journal of Language and Literature,
6(2), 4.

Sari, I. K., Setiawan, B., dan Saddhono, K. (2013). Penerapan Metode Quantum Learning
dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Puisi pada Siswa Sekolah Dasar. BASASTRA, 1(2), 223-236.

Sugiarni, W. (2014). Penerapan Model Talking Stick Berorientasi Pendekatan Kooperatif


dalam Pembelajaran Membaca Teks Biografi pada Siswa Kelas VII SMP. Bahtera
Bahasa: Antologi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(4).

Supriyono, S., Wardani, N. E., & Saddhono, K. (2017). Pendidikan Karakter Berbasais Sastra
Sejarah dalam Puisi “Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi” Karya Subagio
Sastrowardoyo. Jurnal Artefak, Vol. 4(No. 2), 153–160. https://doi.org/http://dx.doi.org/
10.25157/ja.v4i2.835

Tirtawirya, P. A. (1983). Apresiasi Puisi dan Prosa (Edisi Keempat). Flores: Penerbit Nusa
Indah.
Wahid, Amirul N . & Saddhono, Kundharu. (2017). Ajaran Moral Dalam Lirik Lagu Dolanan
Anak. Mudra Jurnal Seni Budaya, 32 (2),3.
Waluyo, H. J. (1995). Teori dan Apresiasi Puisi (Edisi Ketiga). Surakarta: Penerbit Erlangga.

Wulandari, T., dan Fuady, A. (2012). Peningkatan Motivasi dan Kemampuan Menulis Puisi
melalui Penerapan Metode Menulis Berantai pada Siswa Sekolah Menengah Atas.
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 1(1), 77-
92.

Yanti, P. G., dan Fauzyah, D. R. (2016). “Pengaruh Tingkat Kepercayaan Diri (Self
Confidence) terhadap Kemampuan Membaca Puisi. Lingua, 12(2), 133-140.

Anda mungkin juga menyukai