Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Amry Nur Hidayat
144114010
Skripsi
JENIS WACANA, KOBESI, DAN KOBERENSI PADA FIKSI MINI
DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER
Oleh
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
JENIS WACANA, KOBESI, DAN KOHERENSI PADA FIKSI MINI
DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER
Ketua
Sekretaris
Penguji
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Penulis
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nim : 144114010
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal 11 Januari 2018
Yang menyatakan,
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bismilahirohmanirohim—Al-Fatihah
Segala sesuatu yang bisa kau bayangkan adalah nyata—Pablo Picaso
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Dengan nama Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Puji syukur
penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala rencana-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jenis Wacana, Kohesi, dan Koherensi
pada Fiksi Mini dalam Media Sosial Twitter”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi
langsung atau pun tidak langsung. Oleh sebab itu, penulis bertanggung jawab
almarhum Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I pada
awal skripsi ini dimulai. Beliau telah menyediakan banyak waktu untuk
Hery Antono, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Drs. B. Rahmanto,
M.Hum., Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Sony Christian Sudarsono, S.S.,
M.A., M.M. Sinta Wardani, S.S., M.A., dan Dra. F. Tjahdrasih Adji, M.Hum.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perkuliahan.
banyak terima kasih kepada Bapak Komari, Mamak Suparmi, Dik Anisa, serta
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Hidayat, Amry Nur. 2017. “Jenis Wacana, Kohesi, dan Koherensi pada Fiksi Mini
dalam Media Sosial Twitter. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi
Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Hidayat, Amry Nur. 2017. “Kind of Discourse, Cohesion, and Coherence at Fiksi
Mini in Social Media Twitter. Undergraduate thesis. Study Program of
Indonesian Literary, Indonesia Literatuture Course, Sanata Dharma
University.
Fiksi mini is Indonesia short literature in social media twitter. This thesis
discusses kind of discourse, cohesion, and coherence in fiksi mini. Kind of
discourse that mentioned is basis to active participan, while cohesion and
coherence used for determine of discourses solid. That is mean only in fiksi mini
body, not included topic or another element. Three teory that mentioned used for
determine kind of discourse, describing cohesion in fiksi mini, and describing
coherence in fiksi mini.
Data of this research taked from twitter akun @fiksimini by note
technique. Furthrmore, datas analyzing by opportion method and straight devide
element (BUL). The result dished by informal method, that is dishing with
language and words.
Result of this research included three matter. First, kind of discourse in
fiksi mini, that is monologue discourse, mixed discourse monologue and dialogue,
and mixed discourse monologue and monologue. Second, cohesion in fiksi mini,
that is collocation cohesion, refence cohesion, subtitution cohesion, ellypsis
cohesion, antonymi cohesion, synonimi cohesion, and hyponimi cohesion. Third,
coherence in fiksi mini, that is time sequence coherence, logic coherence, perian
coherence, and stimulus-respons coherence.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ...................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... 9
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 9
1.5 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 9
1.6 Landasan Teori ..................................................................................... 11
1.6.1 Fiksi Mini ................................................................................. 11
1.6.2 Jenis Wacana Berdasarkan Keaktifan Partisipan ..................... 16
1.6.3 Kohesi....................................................................................... 18
1.6.4 Koherensi ................................................................................. 23
1.7 Metode Penelitian ................................................................................ 26
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 27
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................ 28
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ..................................... 30
1.8 Sistematika Penyajian .......................................................................... 31
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN ............................................................................................... 65
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SIMBOL
i
kalimat : kalimat/ bagian (i) fiksi mini
ii
kalimat : kalimat/ bagian (ii) fiksi mini; dst.
kata/frasai :
kata atau frasa yang ada pada kalimat atau bagian (i) fiksi mini
kata/frasaii :
kata atau frasa yang ada pada kalimat atau bagian (ii) fiksi mini;
dst.
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
singkat serupa puisi namun memiliki isi serupa prosa. Berdasarkan bentuk, pada
awalnya fiksi mini memiliki panjang maksimal 140 karakter termasuk spasi dengan
atau tanpa judul. Hal tersebut karena dalam produksinya, fiksi mini memanfaatkan
media sosial twitter yang pada awalnya hanya memperbolehkan 140 karakter atau
kurang dalam sekali unggahan teks (tahun 2018 telah berubah menjadi 280
Dalam diktum yang ditulis oleh salah satu pionir fiksi mini, Agus Noor
(2010), diungkapkan bahwa konsep karya sastra ini menyampaikan cerita seluas
singkatnya fiksi mini diharapkan mampu menunjukan gagasan luas. Oleh karena
itu, penulis mengimpretasikan kalimat singkat yang dirangkai dalam karya sastra
ini harus memenuhi syarat sebagai sebuah wacana utuh. Berikut ini adalah contoh-
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ketiga contoh fiksi mini di atas merupakan contoh yang telah ditulis
lengkap dengan topik dan tanggal pengunggahan oleh akun media sosial twitter
fiksi mini, yaitu @fiksimini. Adapun tubuh fiksi mini yang sebenarnya dari tiga
(1) DI BAWAH PURNAMA - Cinta Romi dan Juli bersemi diikuti ekor mereka
(2) PEDANG DAN TOMBAK - "Tuanku dan tuanmu telah berdamai, lantas?"
menggumpal.
Adapun penampakan fiksi mini di dalam media sosial twitter adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fiksi mini juga memiliki bagian-bagian tertentu yang tidak dapat diabaikan.
Fiksi mini selalu didahului oleh nama penulisnya, yaitu satu kata atau gugus huruf
yang diawali tanda “@”. Kemudian, meskipun tidak selalu ada, umumnya fiksi mini
diawali dengan judul. Judul tersebut ditulis menggunakan kata atau kalimat
bercetak kapital. Selanjutnya, di sebelah kanan judul terdapat isi fiksi mini. Isi fiksi
mini dapat terdiri dari satu atau dua kalimat. Oleh sebab itu, untuk selanjutnya
peniliti akan menulis data lengkap dengan topik dan tanggal pengunggahan, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
angka romawi bercetak superscript di setiap awal kalimat yang menjadi bagian
perbedaan. Pada fiksi mini (1) terlihat bahwa penulis menyajikan karyanya
dijalankan oleh pembaca. Berlainan dengan data (1), pada fiksi mini (2), selain pada
bagian judul yang menggunakan satu partisipan sebagai narator, terlihat bahwa fiksi
mini ini menampilkan dua partisipan lain yang saling bercakap. Hal tersebut terlihat
dari adanya dua tuturan yang masing-masing diapit tanda petik ganda (“).
Sementara itu, pada fiksi mini (3), gaya tuturan langsung seperti fiksi mini (2)
muncul berdampingan dengan gaya pemaparan seperti fiksi mini (1). Namun, kedua
tuturan tersebut tidak saling bersahutan dan kedua partisipannya tidak bertukar
keberagaman bentuk dalam fiksi mini terkait tokoh atau partisipan yang ada di
dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dialog, dan wacana polilog. Wacana monolog atau monologue discourse adalah
dan pendengar. Sementara itu, wacana polilog atau poyilogue discourse adalah
wacana yang diproduksi melalui pertukaran tiga jalur atau lebih. Maka apabila
disimpulkan bahwa fiksi mini (1) merupakan wacana monolog karena hanya
melibatkan satu partisipan. Sementara itu, fiksi mini (2) adalah wacana campuran
monolog dan dialog karena di dalamnya terdapat dua bagian, yaitu bagian yang
disampaikan oleh satu partisipan dan bagian yang disampaikan oleh dua partisipan
yang saling bertukar peran sebagai pendengar dan pembicara. Pada contoh (3), fiksi
mini ditampilkan penulis melalui dua partisipan, yaitu partisipan sebagai tokoh ibu,
dan partisipan tokoh aku. Akan tetapi, kedua partisipan tersebut tidak saling
bertukar peran meskipun keduanya saling menghasilkan tuturan. Oleh sebab itu
monolog.
jika dilihat lebih teliti maka karya sastra pendek ini akan menampakkan penanda
syarat mutlak untuk menciptakan keutuhan wacana. Oleh karena itu, di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wacana harus terdapat kepaduan bentuk atau cohesion dan kepaduan makna atau
Pada fiksi mini (4), ada beberapa kata yang membuat fiksi mini menjadi
padu, yaitu: (1) menambangi, (2) diamii, dan (3) emas-emasiii. Ketiga penanda
tersebut memiliki hubungan kolokatif. Kita ketahui bersama bahwa salah satu
tujuan dan hasil dari kegiatan menambang adalah emas. Sementara diam adalah
adanya kohesi pada fiksi mini yang membuatnya utuh, yaitu kohesi kolokasi.
Kohesi atau cohesion adalah kepaduan yang berkenaan dengan hubungan bentuk
Halliday dan Hasan membedakan dua jenis kohesi, yaitu kohesi gramatikal
Fiksi mini (5) disampaikan penulis melalui tiga partisipan. Dalam fiksi mini
oleh partisipan 3 dalam bentuk jawaban, yaitu “Entahlah, yang penting aku nampak
menakutkan bagimu!”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (5)
Indonesia menjadi topik menarik untuk dikaji. Dalam mengkaji fiksi mini,
penelitian mengenai jumlah serta peran partisipan yang dilibatkan dalam fiksi mini
menjadi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui gaya bercerita yang tepat dalam
rangka memperoleh keluasan makna dengan kepadatan bentuk. Oleh sebab itu,
penulis ingin menganalisis jenis-jenis wacana yang ada di dalam fiksi mini
didasarkan pada keaktifan partisipan. Selain itu, kohesi dan koherensi merupakan
unsur penting dalam membangun keutuhan gagasan yang belum pernah dibahas
dalam penelitian bertopik fiksi mini sebelumnya. Oleh sebab itu, dalam skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Apa saja jenis wacana pada fiksi mini berdasarkan keaktifan partisipan?
partisipan
Secara teoritis, penelitian ini menjelaskan jenis wacana yang terdapat pada
fiksi mini berdasarkan partisipan yang aktif membangun cerita. Selain itu,
penelitian ini menjelaskan kepaduan di dalam fiksi mini sebagai sebuah wacana.
Kepaduan tersebut berupa kepaduan bentuk dan kepaduan makna. Oleh sebab itu
manfaat hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai topik fiksi
dengan cara melihat jumlah partisipan dalam fiksi mini. Selain itu, penelitian ini
juga menjelaskan kepaduan bentuk dan kepaduan makna pada fiksi mini yang
membuatnya dapat menyampaikan gagasan utuh. Oleh sebab itu, hasil penelitian
ini dapat dimanfaatkan secara praktis oleh pembaca sebagai salah satu acuan dalam
menulis wacana pendek dan dalam membuat karya sastra fiksi mini.
Penelitian mengenai fiksi mini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Anggino Tambunan pada tahun 2014, Iftaria Nur
Ariesta pada tahun 2013, dan Cicik Tri Jayanti pada tahun 2015. Berikut uraian
10
situasi pembaca, distribusi karya, publikasi karya, branding, dan bentuk apresiasi
karya.
dalam Fiksi Mini di Twitter (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Penulis Fiksi Mini
dalam penelitian tersebut dibahas bahwa penyampaian ide dan pesan oleh penulis
Kemudian, pada tahun 2015, Jayanti membahas fiksi mini dalam tesisnya
mengenai struktur dan keterpaduan antarbagian, permainan bahasa, dan fungsi fiksi
bagian-bagian fiksi mini berupa topik, judul, dan isi, serta keterpaduan di antara
metafor-metafor yang digunakan para fiksiminier untuk membuat fiksi mini. Selain
itu, fiksi mini memiliki fungsi-fungsi tertentu berdasarkan modusnya, salah satunya
11
Dari uraian di atas, telah disimpulkan bahwa fiksi mini berhubungan dengan
kehidupan sosial budaya di masyarakat. Selain itu, Fiksi mini harus memiliki ide
antar unsur.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian
yang belum dibahas sebelumnya. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jenis
wacana fiksi mini berdasarkan keaktifan partisipan, kohesi, dan koherensi dalam
fiksi mini. Khusus pembahasan mengenai kohesi dan koherensi, dalam penelitian
ini akan dibahas kepaduan antarbagian di dalam tubuh fiksi mini. Pembahasan
tersebut tidak melibatkan unsur-unsur di luar tubuh fiksi mini seperti topik.
empat butir. Keempat butir tersebut yaitu (1) fiksi mini, (2) jenis-jenis wacana
berdasarkan keaktifan partisipan, (3) kohesi, dan (4) koherensi. Uraian empat
teknologi telah melahirkan jenis sastra baru, yaitu sastra cyber. Lahirya sastra cyber
Gratitude yang disunting oleh Cunong N.S., Medy Loekito, Nanang Suryadi, Sutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Iwan Soekri Munaf, dan Tulus Wijanarko pada 9 Mei 20013 (Sambodja via
Anggino, 2014:2).
Buku antologi yang digunakan oleh angkatan Balai Pustaka dan Pujangga
Baru bukan lagi sebagai satu-satunya media untuk mempublikasikan sebuah karya
sastra. Kini media yang paling banyak digunakan untuk mempublikasikan karya
sastra adalah media sosial di internet. Salah satu media sosial yang menjadi media
bermunculan dengan berbagai alur penciptaan. Selain itu, jenis karya sastra yang
lahir dipengaruhi oleh media sosial twitter itu sendiri adalah fiksi mini.
Bila dilacak dari akun twitter resminya, yaitu @fiksimini, fiksi mini telah
ada di media sosial twitter sejak tahun 2010. Jejak tersebut terlihat dari unggahan
pertama kali yang mengajak untuk menulis fiksi mini pada 18 Maret 2010. Namun,
sebelum hadir di twitter, jejak fiksi mini sudah terlihat dalam unggahan Agus Noor
Setelah lebih dari tujuh tahun hadir, hingga sekarang belum ada pengertian
yang jelas dan tepat mengenai fiksi mini oleh ahli. Oleh sebab itu, untuk memahami
apakah yang dimaksud dengan fiksi mini, sumber yang tersedia hanyalah tulisan
yang diunggah oleh pionir-pionir fiksi mini dalam laman daring mereka, salah
bahwa di Prancis, fiksi mini dikenal dengan nama nouvelles, sementara orang
Jepang menyebut kisah-kisah mungil itu dengan nama “cerita setelapak tangan”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
karena cerita itu memang cukup dituliskan di telepak tangan manusia. Ada juga
yang menyebutnya sebagai “cerita kartu pos” (postcard fiction), karena cerita itu
juga cukup bila ditulis dalam kartu pos. Di Amerika, karya sastra serupa fiksi mini
sering disebut fiksi kilat (flash fiction), dan ada yang menyebutnya sebagai sudden
fiction atau micro fiction. Selain itu, Sean Borgstrom memperkenalkan dengan
sebutan nanofiction.
Kemudian, Noor (2009) menyebut bahwa definisi fiksi mini hanya terdiri
dari secuil kalimat—berkisar empat sampai sepuluh kata, atau satu paragraf—
namun dari secuil kalimat tersebut diperoleh “keluasan dan kedalaman kisah”.
Tidak ada batasan yang jelas mengenai fiksi mini, namun apabila digunakan
sebagai kerangka, maka pada kisaran 50 kata sebuah karya dapat disebut sebagai
fiksi mini. Pengertian yang paling penting adalah bahwa fiksi mini harus tetap
menghasilkan sebuah kisah panjang, atsmosfir kisah yang luas, bayangan karakter,
memiliki konflik dan suspens, atau mungkin teka-teki yang tak kunjung selesai
menggunakan satuan bahasa yang sedikit. Penulis harus berusaha membuat cerita
Jika melihat kembali definisi yang dituliskan oleh Noor di atas, terdiri dari
empat hingga sepuluh kata merupakan syarat yang tepat bagi fiksi mini yang
mini pada media sosial twitter tidak mengikuti definisi tersebut melainkan
pertengahan tahun 2017, twitter memberikan kebijakan 140 karakter dalam sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
memegang definisi bahwa fiksi mini hanya terdiri dari 140 karakter, sekali pun
twitter telah mengubah kebijakan tersebut. Kembali mengenai hal yang berkaitan
username akun twitter resmi fiksi mini, yaitu @fiksimini, yang terdiri dari 10
karakter. Dengan demikian, secara otomatis jumlah maksimal karakter fiksi mini
Dalam proses penciptaan fiksi mini ada beberapa pihak yang terlibat, di
antaranya adalah: (1) admin akun @fiksimini atau disebut momod, (2) pengusul
topik, dan (3) penulis fiksi mini atau disebut fiksiminier. Pihak (1) atau momod
adalah pihak yang bertindak sebagai moderator dan berwenang menentukan fiksi
mini yang menarik atau tidak. Pihak (2) adalah pihak yang berperan mengusulkan
topik dengan cara mengunggah kata bercetak kapital dalam twitter dilengkapi label
atau hastag topikfiksimini (#topikfiksimini). Apabila topik itu dirasa menarik oleh
momod, maka usulan tersebut akan diunggah kembali oleh akun @fiksimini.
Sebenarnya pihak (2) tidak harus selalu ada karena topik bisa saja
dilontarkan oleh momod. Setelah topik tersedia, selanjutnya pihak (3) akan
momod dapat menerima fiksi mini tersebut sebagai pesan masuk. Apabila fiksi mini
tersebut dinyatakan menarik, maka akan di-retweet atau diunggah kembali oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tersebut.
Adapun kisi-kisi lain yang diungkapkan oleh Noor (2009) adalah dalam
16
Berdasarkan pengertian di atas, fiksi mini yang akan menjadi objek material
penelitian ini adalah fiksi mini berbahasa Indonesia yang ada dalam media sosial
twitter dan yang telah diunggah kembali oleh akun @fiksi mini.
direalisasikan dalam bentuk karangan utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.)
2008:259).
Secara etimologis, kata wacana berasal dari kata vacana [vacana] ‘baca’
dalam bahasa Sansekerta (Gonda via Baryadi, 2017:32). Kata vacana dalam bahasa
[wacana] dan selanjutnya masuk ke dalam bahasa Jawa Baru menjadi wacana
wacana dalam bahasa Jawa Baru lalu diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
17
wacana dalam bahasa Indonesia digunakan sebagai padanan kata discourse dalam
bahasa Inggris. Secara etimologis, kata discourse berasal dari kata discursus ‘lari
kian ke sana kemari’ dalam bahasa Latin. Kata discursus diturunkan dari
discurrere, gabungan dari dis dan currere yang berarti lari, berjalan kencang
Indonesia pada pertengahan tahun 70-an. Publikasi kajian wacana tersebut antara
Dardjowijojo (1986), Buku Analisis Wacana oleh Samsuri (1987), Buku Tata
Dasar: Suaru Kajian Analisis Wacana” oleh Tallei (1988) (Rani, dkk, 2006:14-15).
di antaranya (i) media yang dipakai untuk mewujudkannya, (ii) keaktifan pertisipan
komunikasi, (iii) tujuan pembuatan wacana, (iv) bentuk wacana, (v) langsung
dibedakan menjadi tiga, yaitu (i) wacana monolog (monologue discourse), (ii)
wacana dialog (dialogue discourse), dan (iii) wacana polilog (poyilogue discourse)
18
partisipan, yaitu pihak pembicara. Contoh wacana monolog lisan adalah ceramah
dan petuah, sementara contoh wacana monolog tertulis adalah berita dan karya
atau lebih pembicara yang bergantian peran seperti halnya dialog. Pemproduksian
wacana jenis ini sama dengan wacana dialog, hanya saja terdapat lebih dari dua
1.6.3 Kohesi
lingualnya, membedakan dua jenis kohesi, yaitu kohesi gramatikal atau gramatical
cohesion dan kohesi leksikal atau lexical cohesion (Halliday dan Hasan via Baryadi,
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Penunjukan (reference)
dalam kepaduan bentuk penunjukan, yaitu unsur penunjuk (Upen) dan unsur
ditunjukan oleh kata yang bersifat deiksis, yaitu kata yang referennya
pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkan kata itu
Indonesia adalah ini, itu, tersebut, di atas, demikian, begini, dan begitu,
20
b. Penggantian (substitution)
konstituen tertentu dengan konstituen lain. Dalam kohesi ini terlibat dua
unsur, yaitu unsur terganti dan unsur pengganti. Bila unsur terganti berupa
serta bentuk terikat –nya (jamak atau tunggal). Kata-kata tersebut disebut
pula deiksis persona. Bila unsur terganti berupa unsur bahasa yang
Yang termasuk pronomina lokatif adalah sini, situ, dan sana. Perbedaan
ditentukan berdasarkan apa yang dinamakan “pusat deiksis” atau “titik nol”
Kata sana menunjukan tempat yang jauh dari pusat deiksis, situ
menunjukan tempat yang agak jauh dari pusat deiksis, dan sini menunjukan
c. Pelesapan (ellypsis)
konstituen yang telah disebut (Baryadi, 2002:24) atau adanya unsur kalimat
1993:24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
d. Perangkaian (conjunction)
berupa kelompok kata yang diakhiri dengan kata itu, begitu, atau demikian,
misalnya oleh karena itu, begitu, dan demikian itu merupakan unsur
2002:27)
wacana (Baryadi, 2002:17). Kohesi leksikal dapat dirinci lebih lanjut menjadi
sebagai berikut:
a. Pengulangan (reiteration)
kalimat, yaitu adanya unsur pengulang yang mengulang unsur yang terdapat
22
dengan unsur diulang, hanya pada umumnya unsur pengulang diikuti unsur
bahasa, misalnya karena unsur diulang berupa kata kerja dan unsur
b. Hiponimi (hyponimi)
yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan konstituen yang
lain. Relasi makna tersebut terlihat dari hubungan antara konstituen yang
23
c. Sinonimi (synonimi)
leksikal yang mirip antara satu konstituen yang satu dengan konstituen yang
atau frase, yang bentuknya berbeda tetapi maknanya sama atau mirip.
d. Antonimi (antonymi)
yang bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang satu dengan
e. Kolokasi (collocation)
1.6.4 Koherensi
koherensi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
a. Koherensi logis
sebab akibat apabila yang satu menyatakan sebab atau alasan bagi kalimat
ditunjukan oleh konjungsi oleh sebab itu, oleh karena itu, karenanya, maka,
hal, keadaan, atau perbuatan lain. Kontras sering ditunjukan oleh penanda
Aditif atau lebih (Ramlan, 1993: 50), adalah kepaduan makna yang
25
waktu-waktu tertentu.
b. Koherensi perian
berupa keterangan lebih lanjut, penjelasan yang berupa misal atau contoh,
c. Koherensi kronologis
seperti dulu, sekarang, dan penanda aspek seperti akan, belum, sudah
(Baryadi, 2002:32).
d. Koherensi pentahapan
26
e. Koherensi stimulus-respons
(Baryadi, 34-35).
berupa karya sastra fiksi mini. Karya sastra fiksi mini yang dimaksud tersebut
berasal dari sumber data tertulis. Data fiksi mini yang diambil berasal dari tweet
Penelitian ini menggunakan 100 data berupa fiksi mini yang diambil dalam
rentang waktu 31 Januari 2017 hingga 25 Juli 2017. Hal tersebut dilakukan karena
keputusan moderator akun @fiksimini yang lebih selektif dibandingkan bulan atau
tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari fiksi mini-fiksi mini yang dipilih dan
sebelumnya. Meskipun jumlah fiksi mini yang diunggah lebih sedikit, namun
penulis menilai fiksi mini tersebut lebih bervariatif. Ketiga, ketercukupan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Demi memenuhi jumlah 100 data, peneliti mengambil data berdasarkan tanggal
pengunggahan terbaru ke terlama, yaitu dari tanggal 25 Juli 2017 hingga 31 Januari
2017.
Metode simak tersebut diwujudkan dalam teknik dasar sadap dan teknik
lanjutan simak bebas libat cakap. Teknik sadap adalah menyadap penggunaan
bahasa seseorang atau beberapa orang yang berbentuk lisan atau tulisan (Kesuma,
2007:43). Sementara itu, teknik simak bebas libat cakap adalah teknik yang
teknik catat.
dilakukan dengan menyimak dan menyadap fiksi mini yang terdapat dalam akun
pembaca, bukan penulis atau pun admin akun @fiksimini. Selanjutnya, peneliti
mencatat data-data yang diperoleh, yaitu 100 fiksi mini yang diunggah dari 31
28
data digunakan metode agih. Metode agih merupakan metode yang alat penentunya
Metode agih dalam penelitian ini diterapkan melalui teknik dasar bagi unsur
Teknik BUL adalah teknik yang membagi satuan lingual datanya menjadi
beberapa bagian atau unsur; dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai
bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud. Adapun alat
intuitif, atau secara singkat: intuisi, sedangkan alat penentunya adalah jeda, baik
jeda yang silabik atau sendi maupun sintaktik atau ruas (Sudaryanto, 2015:37).
Sementara itu, teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara
membaca markah atau penanda dalam suatu konstruksi. Pemarkah tersebut berupa
imbuhan, kata penghubung, kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri
Dalam penerapan teknik bagi unsur langsung (BUL), data fiksi mini yang
ada dibagi menjadi beberapa bagian dengan penanan angka romawi bercetak
superscript di awal setiap bagian fiksi mini. Perhatikan fiksi mini (6) berikut:
29
Selanjutnya, pada data yang telah dibagi berdasarkan teknik BUL tersebut
dilakukan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah. Teknik baca markah digunakan
untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu (1) menentukan jenis-jenis wacana pada
fiksi mini berdasarkan keaktifan partisipan, (2) mendeskripsikan kohesi pada fiksi
mini, dan (3) mendeskripsikan koherensi pada fiksi mini. Setelah dilakukan teknik
Pertama, untuk menentukan jenis wacana pada fiksi mini (6), peneliti
dalam fiksi mini? Dari pertanyaan tersebut didapati kata aku dalam frasa telingakuii.
Hal tersebut menandakan bahwa fiksi mini (6) ditampilkan melalui partisipan yang
merupakan tokoh pertama, aku. Selain tokoh pertama, dalam fiksi mini tersebut
disebutkan tokoh ketiga, yaitu bapak dan kata ganti mereka. Namun, tokoh ketiga
tersebut tidak aktif berpartisipasi atau tidak menanggapi tokoh aku. Oleh sebab itu,
Kedua, untuk mendeskripsikan kohesi yang ada pada fiksi mini, peneliti
mereka di bagian (iii). Frasa dimarahi bapak pada bagian (i) memiliki makna
terkena marah oleh bapak yang umumnya dilakukan dengan cara menjewer telinga.
Hal tersebut membuktikan adanya hubungan kolokatif antara frasa dimarahi bapaki
dan telingakuii. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa pada bagian ini fiksi mini (6)
mengandung kohesi kolokasi. Sementara itu, pada kalimat bagian (iii) terdapat kata
ganti mereka untuk menyebut telingakuii. Pada bagian tersebut, fiksi mini (6)
30
digunakan teknik baca markah serupa dua paragraf sebelumnya. Pada fiksi mini (6)
tersebut menyatakan urutan kejadian, sehingga membuktikan bahwa fiksi mini (6)
dapat terjadi secara implisit atau tanpa penanda-penanda tertentu sehingga harus
dipahami melalui hubungan antarkalimatnya. Perhatikan fiksi mini (7) di bawah ini:
Pada fiksi mini (7) terdapat kalimat tanya pada bagian (iii) yaitu “Kau cium
dipahami bahwa ada bau di antara mereka (praanggapan). Dari pertanyaan tersebut
sudah dapat dipastikan akan ada satu respons dari dua kemungkinan, yaitu iya atau
tidak. Selanjutnya, pada bagian (iv) terdapat penanda iya, Pak. yang merupakan
jawaban atau respon dari kalimat pada bagian sebelumnya. Dengan demikian dapat
31
kata-kata biasa, yaitu kata-kata yang apabila dibaca serta merta dapat langsung
merupakan penjabaran mengenai jenis wacana, kohesi, dan koherensi yang terdapat
Uraian pada penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I terdiri dari delapan
bagian, yaitu (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4)
manfaat penelitian, (5) tinjauan pustaka, (6) telaah teori, (7) metode penelitian, dan
keaktifan partisipan pada fiksi mini. Selanjutnya, pada bab III berisi uraian yang
membahas kepaduan bentuk atau kohesi pada fiksi mini. Pada bab IV berisi uraian
Terakhir, bab V terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran untuk
penelitian “Jenis Wacana, Kohesi, dan Koherensi pada Fiksi Mini dalam Media
Sosial Twitter”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB II
JENIS WACANA PADA FIKSI MINI
BERDASARKAN KEAKTIFAN PARTISIPAN
2.1 Pengantar
Pada bab ini dibahas hasil penelitian berupa jenis wacana pada fiksi mini
dalam membangun unsur cerita, fiksi mini dapat menjadi tiga jenis wacana, yaitu
wacana monolog (2.2) dan wacana campuran monolog dan dialog (2.3). Berikut ini
merupakan uraian dari kedua jenis wacana yang terdapat pada fiksi mini.
melibatkan pihak pembicara (Baryadi, 2002:11). Monolog bersifat satu arah, yaitu
tidak melibatkan pihak lain untuk menanggapi. Fiksi mini sering kali disampaikan
penulis melalui gaya bercerita monolog. Gaya bercerita monolog tersebut dapat
berupa monolog oleh tokoh di dalam cerita atau pun berupa penghadiran narator
yang secara otomatis diperankan oleh pembaca. Monolog di dalam fiksi mini juga
dapat berupa tuturan langsung yang dicirikan dengan diapit oleh tanda petik dua (“)
atau pun berupa tuturan tidak langsung. Berikut ini wacana monolog pada fiksi
mini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Fiksi mini (8) dan (9) merupakan jenis wacana monolog berdasarkan
pembicara. Fiksi mini (8) yang berjudul “Hilang Muka” berbentuk pertanyaan oleh
satu partisipan, yaitu pembaca sebagai tokoh. Sementara itu, fiksi mini (9) yang
bejudul Taman Bunga ditampilkan penulis melalui tuturan satu partisipan, yaitu
tokoh aku. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (8) dan (9)
Fiksi mini (10) hingga (12) merupakan jenis wacana monolog berdasarkan
keaktifan partisipannya. Fiksi mini (10) yang berjudul “Tengah Malam”, fiksi mini
(11) yang berjudul “Menyesal”, dan fiksi mini (12) yang berjudul “Hukuman Mati”,
ditampilkan penulis melalui satu partisipan, yaitu pembaca sebagai narator. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (10), (11), dan (12) berjenis wacana
monolog.
Fiksi mini yang berjudul “Ibu Tetap Tersenyum” (13) dan “Blur” (14)
menggunakan dua jenis wacana dalam satu tubuh, yaitu sebagian berjenis wacana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
monolog dan sebagian berjenis wacana dialog dalam penyampaiannya. Fiksi mini
yang berjudul “Ibu Tetap Tersenyum” ditampilkan penulis melalui tiga partisipan.
Partisipan 1 terdapat pada kalimat bagian (i) dan (ii), yaitu IBU TETAP
ayah. Partisipan 2 dan partisipan 3 berturut-turut pada "Lezat, Mbak! Ini hati apa?"
dan "Hati suamiku.". Berdasarkan pembagian tersebut dapat terlihat bahwa tuturan
karena partisipan 1 tidak bertukar peran dengan partisipan 2 atau pun partisipan 3.
disimpulkan bahwa fiksi mini (13) terbagi atas dua jenis wacana, yaitu wacana
Fiksi mini (14) yang berjudul “Blur” juga ditampilkan penulis melalui tiga
Partisipan 1 : iBLUR.
partisipan lain. Sementara itu, partisipan 2 dan partisipan 3 saling bertukar peran
partisipan 3 memberi penolakan. Maka dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (14)
36
Fiksi mini (15), (16), dan (17) ditampilkan penulis melalui tiga partisipan.
Pada fiksi mini (15), masing-masing partisipan beserta tuturannya adalah sebagai
berikut:
Partisipan 2 : iiSemoga istriku tak takut saat tahu aku sudah meninggal.
itu karena tuturan tersebut tidak ditanggapi oleh partisipan lain. Selain itu,
partisipan 2 atau tokoh suami bertukar peran sebagai pembicara dan pendengar
dengan partisipan 3. Maka dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fiksi
sebagai berikut:
monolog. Hal tersebut karena tidak adanya tanggapan dari partisipan lain lain.
pembicara dan pendengar. Maka dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (16) termasuk
37
sebagai berikut:
monolog. Hal tersebut karena tidak adanya tanggapan dari partisipan lain lain.
pembicara dan pendengar. Maka dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (17) termasuk
BAB III
3.1 Pengantar
Pada bab ini dibahas hasil penelitian berupa bentuk-bentuk kohesi pada fiksi
mini. Kohesi-kohesi tersebut ialah kohesi kolokasi (3.2), kohesi penunjukan (3.3),
kohesi penggantian (3.4), kohesi pelesapan (3.5), kohesi antonimi (3.6), kohesi
sininimi (3.7), dan kohesi hiponimi (3.8). Berikut ini merupakan uraian keenam
Kohesi kolokasi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Pada fiksi mini (18) terdapat kata migraini. Kata migraini memiliki arti
Mengenai fiksi mini (19), pada akhir tahun 2012, seorang penyanyi dangdut
bernama Ade Irma memopulerkan lagu dengan judul “Bang Toyib” yang potongan
dengan seorang laki-laki yang melakukan perbuatan tidak pulang ke rumah selama
tiga kali lebaran. Dengan demikian Bang Toyibii kolokatif dengan tiga kali lebaran
tidak pernah pulangii, yang menandakan fiksi mini (19) mengandung kohesi
kolokasi.
Pada fiksi mini (20) terdapat kata ditelani yang berkolokasi dengan kata
sendawaii. Hal tersebut merujuk pada arti telan, yaitu makan tanpa dikunyah dan
sendawa yang merupakan kebiasaan lazim setelah manusia makan. Maka dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (20) mengandung kohesi kolokasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pada fiksi mini (21) terdapat kata terasii, yaitu penyedap makanan dari
udang atau ikan kecil yang difermentasi. Dengan demikian terbukti bahwa terasii
dan difermentasikaniii berhubungan. Maka dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (21)
demikian sadapi berkolokasi dengan kata telepon dalam frasa teleponnyaii. Hal
tersebut merujuk pada makna sadap yang pertama, yaitu mengambil informasi
rahasia. Kata sadapi juga berkolokasi dengan kata dasar getah dalam kata jadian
bergetahii merujuk pada makna mengambil cairan yang dihasilkan tumbuhan. Maka
tertentu yang menunjuk satuan lingual yang mendahului atau mengikuti (Baryadi,
Pada fiksi mini (23) terdapat kata tunjuk ituii. Kata itu merupakan kata
tunjuk yang digunakan untuk menunjuk kata ancamani. Dengan demikian dapat
41
konstituen tertentu dengan konstituen lain (Baryadi, 2002:20-21). Dalam kohesi ini
selalu terlibat dua unsur, yaitu unsur terganti dan unsur pengganti. Berikut ini
42
Pada fiksi mini (24) terdapat kata di sanaii. Kata lokatif di sana digunakan
untuk menggantikan seluruh bagian (i), yaitu frasa foto senjai. Oleh karena itu,
Pada fiksi mini (25) terdapat kata ganti diaii yang merupakan kata ganti
untuk frasa saudara jauhi. Maka dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (25)
Fiksi mini (26) dan (27) terbagi menjadi tiga bagian. Kedua fiksi mini
tersebut juga sama-sama mengandung kata ganti persona ketiga yang memadukan
bagian (ii) dan bagian (iii). Pada fiksi mini (26) terdapat kata ganti mereka pada
bagian (ii) untuk menggantikan kata para atlet pada bagian (iii). Oleh sebab itu,
Sementara itu, pada fiksi mini (27) terdapat bentuk terikat –nya pada frasa sahutnya
dalam bagian (iii). Bentuk terikat –nya tersebut bertugas menggantikan kata istri
pafa bagian (ii). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam fiksi mini (27)
Dalam fiksi mini (28) terdapat bentuk terikat –nya pada dalam frasa
belangnya pada bagian (iii). Bentuk terikat –nya tersebut bertugas menggantikan
nama tokoh Mono pada bagian (ii). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Pada fiksi mini (29) dan (30) juga terdapat bentuk terikat –nya yang
berfungsi untuk menggantikan referen lain. Pada fiksi mini (29), terdapat bentuk
terikat –nya pada frasa liurnyaiii yang digunakan untuk menggantikan kata ayahiii.
Sementara itu, pada fiksi mini (52), bentuk terikat –nya yang terdapat pada frasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (29) dan (30) mengandung kohesi
penggantian.
konstituen yang telah disebut (Baryadi, 2002:24). Pelesapan dalam fiksi mini dapat
berupa kata, frasa, atau seluruh unsur lingual dalam satu bagian fiksi mini ke dalam
bagian lain. Berikut ini penggunaan kohesi pelesapan pada fiksi mini:
Pada fiksi mini (31) terdapat kata memanahi yang lesap dalam bagian (ii)
dan bagian (iii) menjadi sebagai berikut: (ii) Tujuanku Ø hanya satu. (iii) Ø
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Sementara itu, pada fiksi mini (32) terdapat kata fotoi yang lesap dalam
bagian (ii) menjadi sebagai berikut: “Ini Ø istrimu?” tanya pacarku. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (32) mengandung kohesi pelesapan.
Selanjutnya, pada fiksi mini (33) terdapat kata pohoni yang lesap di dalam
bagian (ii) menjadi sebagai berikut: Ia memilih Ø jarak. Selain itu, juga terdapat
kata jarakii yang lesap dalam bagian (iii) menjadi sebagai berikut: Setelah pohon
ketiga, kami terpisah puluhan tahun cahaya. Dari pemaparan tersebut, dapat
Pada fiksi mini (34) terdapat kata korban dalam bagian (ii) yang lesap pada
bagian (iii) menjadi sebagai berikut: “Baru tiga Ø, Pak.”. Dengan demikian dapat
Sementara itu, pada fiksi mini (35) terdapat frasa kopi buatan neneki yang
lesap dalam bagian (ii) menjadi sebagai berikut: "Ø Jangan diminum ya nak,"
ucapnya dari dalam bingkai foto pada para tentara. Maka dapat disimpulkan
Kohesi antonimi adalah kohesi leksikal berupa relasi makna leksikal yang
bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen satu dengan konstituen lain
45
Pada fiksi mini (36) terdapat kata maceti. Kata macet yang memiliki makna
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (36) mengandung kohesi
antonimi.
Pada fiksi mini (37) terdapat kata tertangkapi yang merupakan antonim dari
kata bebasii. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (37)
Sementara itu, pada fiksi mini (38) terdapat kata bumiii yang berantonim
dengan dunia mayaiii. Hal tersebut merujuk pada pengertian bumi yang berbentuk
realis dan dunia maya yang berbentuk abstrak atau bentuk digital. Maka dapat
46
Kohesi sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal
yang mirip antara konstituen satu dengan konstituen lain. Sinonimi dapat disebut
pula ekuivalensi leksikal (Baryadi, 2002:27). Berikut ini adalah kohesi sinonimi
Pada fiksi mini (39) terdapat kata sahabati. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, lema sahabat memiliki arti kawan, teman, dan handai. Merujuk pada
pengertian tersebut maka kata sahabati memiliki hubungan ekuivalensi dengan kata
kawanii. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (39) mengandung
kohesi sinonimi.
leksikal yang bersifat hierarki antara konstituen satu dengan yang lain. Relasi
makna tersebut terlihat dari hubungan antara konstituen yang memiliki makna
47
Pada fiksi mini (40), terdapat penanda konsentrasii. Kata konsentrasi akan
mengindikasikan dua perihal, yaitu melihatii dan mendengariii. Kata melihat dan
mendengar merupakan subordinat dari kata konsentrasi. Oleh karena itu, dapat
Pada fiksi mini (41) terdapat frasa foto copyi. Frasa foto copy tersebut
penyebutan sebagian dari mesin cetak foto copy. Selanjutnya dapat dipahami bahwa
foto copyi merupakan mesin cetak yang khusus menggandakan dokumen. Dengan
demikian foto copyi merupakan hiponim dari mesin cetakii. Oleh karena itu, dapat
Secara umum, kata sahuri memiliki arti sebagai makan di waktu pagi
sebelum terbit matahari untuk mengawali ibadah puasa. Hal tersebut menandakan
sahur pada bagian (i) merupakan subordinat atau hiponim dari kata makan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
makanku pada bagian (ii). Melalui penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Pada fiksi mini (43) terdapat kata jarakiii. Secara otomatis kata jarak
memiliki hiponim jauh dan dekat. Hal tersebut membuktikan bahwa kata jarakiii
merupakan superordinat dari kata jauhii. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
Sementara itu, pada fiksi mini (44) penulis memanfaatkan kegandaan makna
jarakii. Apabila disandingkan dengan kata pohoniii, maka kata jarak memiliki
makna sebagai sebuah jenis pohon, yaitu Pohon Jarak. Dengan demikian terlihat
bahwa (pohon) jarak dan pohon memiliki hubungan hiponim, atau dapat
BAB IV
KOHERENSI PADA FIKSI MINI
4.1 Pengantar
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian berupa jenis-jenis
koherensi logis (4.2) yang meliputi koherensi logis kausalitas (4.2.1) dan koherensi
logis kontras (4.2.2), koherensi perian (4.3), koherensi kronologis (4.4), dan
kausalitas dan koherensi logis kontras. Berikut ini adalah fiksi mini yang
mengandung kepaduan makna atau koherensi logis berupa kausalitas dan kontras.
perihal sebab akibat. berikut ini adalah fiksi mini yang mengandung koherensi logis
kausalitas.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pada data (45), fiksi mini terbagi menjadi dua bagian. Kedua bagian tersebut
padu, tetapi secara implisit atau harus dipahami melalui hubungan kedua kalimat.
Pada kalimat bagian (ii) yaitu Bang Toyib makin ketagihan merupakan akibat yang
timbul dari tiga kali tidak pernah pulang pada bagian (i) sebagai sebab. Hubungan
satu bagian yang menyatakan sebab atau akibat dari bagian yang lain tersebut
Pada data (46), (47), (48), dan (49), fiksi mini dapat dibagi menjadi dua
bagian. Bagian (i) dari semua fiksi mini tersebut menyatakan sebab dari makna
kalimat yang terdapat pada bagian (ii). Pada fiksi mini (46), hanyutii merupakan
bentuk akibat dari frasa terus mengalir pada bagian (i). Pada fiksi mini (47), saling
muda. Sementara itu, pada fiksi mini (48), logatnya masih kentali adalah sebab dari
kami tidak mengerti apa yang dibicarakan kecap inggris ituii. Terakhir, pada fiksi
mini (49), terdapat frasa takut ketahuan i yang merupakan sebab dari sontekan di
51
yang menyatakan satu bagian dengan bagian lain dalam fiksi mini (46) hingga (49)
adalah bukti bahwa keempat fiksi mini tersebut mengandung koherensi logis, yaitu
berupa kausalitas.
mempertentangkan suatu hal, keadaan, atau perbuatan dengan hal, keadaan, atau
perbuatan lain. Kontras sering ditunjukan oleh penanda hubungan sebaliknya, akan
tetapi, tetapi, namun, padahal, walaupun demikian, meskipun begitu, dsb (Ramlan,
1993:48-49).
52
Pada fiksi mini (50) terdapat terdapat penanda padahalii dan tapiii yang
masing-masing diikuti oleh satuan lingual berlawanan, yaitu malam ini dingin
sekaliii yang berlawanan dengan (selimut) tetap kutolakii. Dengan demikian terlihat
Pada fiksi mini data (51) dan (52) juga terdapat penanda yang menunjukan
adanya perlawanan dari dua satuan lingual. Pada fiksi mini (51) terdapat kata
padahalii yang mempertentangkan kalimat gadis malas juara kelasi dan kalimat
yang dia hafal hanya keringat asin gurunyaii. Sementara pada fiksi mini (52)
terdapat kata meskiiii yang mempertentangkan bukan pertama kali dibakar dan
upacara ngaben selalu membuatku gugup pada bagian (iii). Dengan demikian, fiksi
mini (51) dan (52) dapat disimpulkan mengandung koherensi logis berupa kontras.
Pada fiksi mini data (53) dan (54), terdapat pertentangan antara satu satuan
lingual dengan satuan lingual lain. Pada bagian (ii) fiksi mini (53), terdapat kalimat
mereka melihat karangan bunga yang berlawanan dengan kalimat hanya aku yang
mendengar siksaan kematiannya. Sementara itu, pada fiksi mini (54) terdapat dua
keadaan sekaligus perbuatan lain yang saling berlawanan, yaitu jalanan macet pada
bagian (1) dan ciuman kami lancar sekali pada bagian (ii). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini data (53) dan (54) mengandung koherensi logis
berupa kontras.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
menyatakan bahwa informasi pada kalimat yang satu memberikan penjelasan atau
keterangan lebih lanjut bagi informasi yang dinyatakan pada kalimat lainnya
(Ramlan, 1993: 59). Berikut ini adalah beberapa fiksi mini yang mengandung
koherensi perian.
Pada data (55), fiksi mini dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian (ii) dan (iii)
merupakan gambaran atau penjelasan bagian (i), yaitu mengenai lolos dari
serangan. Pada bagian (ii) menjelaskan mengenai serangan, sementara pada bagian
(iii) menjelaskan mengenai cara lolos dari serangan, yaitu sembunyi di belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
gadis cilik berpayung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (55)
Pada fiksi mini (56), kalimat ia menanam jagung, tumbuh gedung pada
bagian (ii) merupakan penjelasan mengenai apakah yang dimaksud dengan petani
moderni. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (56) juga
Pada fiksi mini (57), kalimat dapat amplop, seisi rumah yang kegirangan
tiba-tiba hening, mereka bisu kehilangan suara pada bagian (ii) merupakan
Sementara itu, pada fiksi mini (58), mulutmu harimaumu pada bagian (i) justru
menjelaskan kalimat selanjutnya pada bagian (ii), yaitu jalanan penuh orang-orang
lalu lalang dengan kandang besi di bibir mereka. Pada fiksi mini (59), apa yang
dimaksud saudara jauh pada bagian (i) digambarkan lebih jelas pada bagian (iii),
Dari pemaparan di atas, maka dapat terlihat bahwa satu bagian pada fiksi
mini (57), (58), dan (59) menjelaskan bagian yang lain. Oleh karena itu dapat
dalam teks narasi ini sering ditunjukan oleh konjungsi yang menyatakan hubungan
temporal (lalu, kemudian, sesudah itu), penanda kala (dulu, sekarang), dan penanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
aspek (Akan, belum, sudah). Berikut ini adalah koherensi kronologis pada fiksi
mini.
Pada fiksi mini (60) terdapat kata setelahii dan kiniii. Kata setelah
menunjukan peristiwa yang telah lampau atau keadaan yang akan berubah, yaitu
aku menghabisi nyawanyaii. Selanjutnya, kata kini menunjukan peristiwa yang saat
ini sedang terjadi atau keadaan yang telah berubah dari keadaan sebelumnya, yaitu
Menyerupai fiksi mini (60), pada fiksi mini (61) terdapat kata setelahii. Kata
56
Dengan adanya rentetan peristiwa tersebut maka dapat disimpulkan bahwa fiksi
Kata setelahi juga dipakai dalam fiksi mini (62). Kata setelah berfungsi
menunjuk peristiwa yang telah lampau atau keadaan yang akan segera berubah,
yaitu peristiwa dimarahi bapaki. Selain itu, dalam fiksi mini (62) terdapat kata
akhirnyaii. Kata akhirnya berfungsi menujuk peristiwa yang terjadi saat ini dan
Pada fiksi mini (63) terdapat frasa tak lamaiii. Frasa tak lama adalah diksi
yang dipakai penulis untuk menggantikan kata yang setara dengan setelah itu,
kemudian, atau lalu. Maka frasa tak lama sesuai apabila dipandang
menghubungkan peristiwa lampau, yaitu Dudu dan Yuka saling memandang tajam
dan peristiwa meja pun terbelah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat
Pada fiksi mini (64) terdapat frasa tak lamaii. Seperti pembahasan pada fiksi
mini sebelumnya, frasa tak lama adalah diksi yang dipakai penulis untuk
menggantikan kata yang setara dengan setelah itu, kemudian, atau lalu. Maka frasa
tak lama lazim menghubungkan peristiwa lampau, yaitu ditelan kegelapan dan
terdengar suara sendawa. Maka dapat disimpulkan bahwa frasa tak lamaii
menyatakan peritiwa yang berurutan dan membuktikan bahwa fiksi mini data (64)
57
dalam teks dialog. Artinya, ada pihak yang bertindak sebagai stimulan dan ada
pihak yang bertindak sebagai responden. Berikut ini adalah koherensi stimulus-
58
Fiksi mini data (65) ditampilkan penulis melalui tiga partisipan. Partisipan
1 menuturkan bagian (i) dan (ii), partisipan 2 menuturkan bagian (iii), dan
partisipan 3, yaitu “Lezat, Mbak! Ini hati apa?”. Pertanyaan tersebut kemudian
direspons oleh partisipan 3 dalam bentuk jawaban, yaitu hati suamikuiv. Maka dapat
Fiksi mini (66) yang berjudul “Dilarang Sebut Merk” ditampilkan penulis
melalui tiga partisipan. Partisipan 1 menuturkan bagian (i), yaitu dilarang sebut
Fiksi mini (67) dan (68) ditampilkan penulis melalui tiga partisipan.
partisipan 3 menuturkan bagian (iii). Dengan pola yang sama di antara kedua fiksi
Para fiksi mini (67), pertanyaan sebagai stimulus yang diberikan oleh
partisipan 2 adalah ii"Bu, kenapa wajah Ayah kotak-kotak di-TV?". Sementara itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
respons yang diberikan dalam bentuk jawaban oleh partisipan 3 adalah penolakan,
Pada fiksi mini (68), pertanyaan sebagai stimulus yang diberikan oleh
direspons dalam bentuk jawaban oleh partisipan 3, yaitu iii"Ia meledekku!". Dengan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (67) dan (68) mengandung
koherensi stimulus-respons.
melakukan tuturan (i), partisipan 2 melakukan tuturan (ii) dan (iv), sedangkan
partisipan 3 malakukan tuturan (iii). Bagian (ii), yaitu “Sudah berapa korban yang
ditemukan?”, yang dituturkan oleh partisipan 2 adalah stimulus bagi tuturan (iii),
yaitu “Baru 3, Pak.”. Selain menjadi respons, tuturan (iii) tersebut berubah menjadi
stimulus bagi tuturan (iv) yaitu suruh dia terus mengupil!. Dengan pemaparan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (69) mengandung koherensi stimulus-
respons.
Fiksi mini (70) disajikan oleh penulis juga melalui tiga partisipan. Partisipan
1 menuturkan bagian (i) dan (ii), partisipan 2 menuturkan bagian (iii), dan
bahwa partisipan 2 memberi stimulus berupa pernyataan, yaitu "Sepi ya, gak ada
yaitu "Iya, Sep. Tim SAR sudah menemukannya tadi malam.iv". Dengan demikian
60
Pada fiksi mini (71) terdapat dialog yang merupakan pertanyaan dan
jawaban. Bagian (iii), yaitu “Kaucium bau aneh, Nak?”, yang dituturkan oleh
tuturan (iv), yaitu “Iya, Pak. Bau politik.”, oleh partisipan 3 merupakan respons.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa koherensi yang terdapat dalam fiksi mini
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian berjudul “Jenis Wacana, Kohesi, dan Koherensi pada Fiksi Mini
dalam Media Sosial Twitter” ini membahas tiga masalah, yaitu (1) jenis wacana
pada fiksi mini berdasarkan kaktifan partisipan, (2) kohesi pada fiksi mini, dan (3)
koherensi pada fiksi mini. Dari 100 data yang diteliti, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
Pertama, wacana monolog terdapat dalam seluruh data fiksi mini yang
diteliti. Sementara itu, sembilan dari seratus data yang sebagian berjenis wacana
monolog juga berjenis wacana dialog, sehingga dapat disebut berjenis wacana
campuran monolog dan dialog. Hasil ini menggambarkan bahwa gaya bercerita
Kedua, 100 fiksi mini yang diteliti mengandung kepaduan bentuk atau
kohesi. Kohesi-kohesi yang terdapat pada fiksi mini bervariasi serta dapat
berjumlah lebih dari satu dalam satu fiksi mini. Kohesi-kohesi yang terdapat dalam
100 fiksi mini yang diteliti adalah sebagai berikut: kohesi kolokasi dalam 67 data,
pelesapan dalam 4 data, kohesi hiponimi dalam 12 data, kohesi antonimi dalam 3
data, dan kohesi sinonimi dalam 3 data. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
digunakan untuk membuat cerita yang mengembang tetapi tetap padu berdasarkan
bentuk.
dalam 100 fiksi mini yang diteliti. Dari 100 data yang diteliti, 25 data mengandung
tersebut mengacu pada pengertian bahwa dalam satu fiksi mini dimungkinkan
terdapat lebih dari satu koherensi. Dengan demikian terlihat bahwa konsep satu
bagian fiksi mini menjelaskan bagian lain fiksi mini adalah kepaduan makna yang
paling sering digunakan. Hal tersebut berguna untuk memberi dampak keterkejutan
bagi pembaca.
5.2 Saran
Koherensi pada Fiksi Mini dalam Media Sosial Twitter” ini terjawab, penulis
selanjutnya. Penulis berharap penelitian mengenai fiksi mini dapat terus berlanjut
dan digali lebih dalam. Hal tersebut mengingat fiksi mini adalah bentuk karya sastra
DAFTAR PUSTAKA
Ariesta, Iftaria Nur. 2013. “Produksi Pesan dan Pembentukan ‘Theater Of Mind’
dalam Fiksi mini di Twitter ( Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Penulis
Fiksi mini dalam Memproduksi Pesan yang Membentuk ‘Theater of
Mind’ di Twitter)”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Surakarta, Surakarta.
Jayanti, Cicik Tri. 2015. “Wacana Fiksi Mini Bahasa Indonesia: Analisis Struktur,
Keterpaduan, Permainan Bahasa, dan Fungsi”. Tesis pada Program Studi
Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa I.
Yogyakarta: Carasvatibook.
Noor, Agus. 2009. “Fiksi mini: Menyuling Cerita, Menyuling Dunia”. Stable URL:
https://agusnoorfiles.wordpress/tag/fiksi-mini-menyuling-cerita-menyu-
ling-dunia. Diakses: 1/8/2017, 20.00.
Noor, Agus. 2010. 14+1 Diktum fiksi mini. Stable URL: https://agusnoorfiles.
wordpress.com/ 2010/03/23/141-diktum-fiksi mini/. Diakses: 1/8/2017,
20.00.
Ramlan. 1993. Paragraf. Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia.
Yoyakarta: Andi Offside.
Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam
Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
LAMPIRAN
1. Data Penelitian
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76