Anda di halaman 1dari 18

MENYIMAK SASTRA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembelajaran


Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi pada Semester Ganjil Tahun
Akademik 2019/2020 dengan Dosen Pengampu
Drs. Dadan Djuanda, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 1
Ruly Watipah Muharani (1701124/20)
Neng Lely Fitriyani (1701443/25)
Nenden Asiani (1702010/35)
Euis Lina Herlina Firdaus (1403678/45)
PGSD 3A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrohmanirrohim...
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, diiringi shalawat serta
salam kepada jungjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW. Karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami telah menyelesaikan salah satu tugas
makalah mengenai materi menyimak sastra di kelas tinggi.
Harapan dengan tersusunnya tugas makalah yang berkenaan dengan
pembelajaran meyimak sastra pada aspek pengertian, tujuan, jenis, tahapan
menyimak, teknik yang dapat digunakan, serta penilaian dalam proses
menyimak sastra, akan dapat membantu kita terutama kami calon pendidik
agar lebih memahami bagaimana pembelajaran menyimak sastra itu.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna kebaikan di masa yang akan datang. Kami
berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, teman-
teman, serta orang lain yang membacanya. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita, Aamiin.

Sumedang, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-
bunyi yang dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.
Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang
dilakukan dengan sengaja. Sedangkan menyimak adalah suatu proses
kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan
(H.G.Tarigan).
Setelah membaca dan memahami ketiga kata diatas dan maka penulis
berkelanjutan mengajak untuk memahami konsep atau pengetahuan istilah
menyimak dengan mencoba menyajikan karya tulis yang berbentuk
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan menyimak sastra?
2. Apa tujuan dari menyimak sastra?
3. Apa saja jenis-jenis menyimak sastra?
4. Tahapan apa saja yang ada di dalam pembelajaran menyimak sastra?
5. Apa saja strategi yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran
menyimak sastra?
6. Bagaiman penilaian dalam proses pembelajaran menyimak sastra?
C. Tujuan
Adapun tujuannya antara lain adalah untuk mengetahui, memahami
serta membahas tentang:
1. Pengertian menyimak sastra
2. Tujuan menyimak sastra
3. Jenis menyimak sastra
4. Tahapan dalam pembelajaran menyimak sastra
5. Strategi yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran menyimak
sastra
6. Penilaian pembelajaran menyimak sastra
D. Manfaat
Adapun manfaat yang bisa didapat dari makalah ini baik untuk pembaca
maupun penyusun yaitu:
1. Pelajar atau Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai sumber referensi yang dapat memberikan
gambaran kepada mereka akan materi pembelajaran menyimak sastra
2. Sekolah atau Kampus.
Dapat menambah sumber referensi ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi
sekolah atau kampus.
3. Masyarakat Luas
Sebagai sumber referensi bagi masyarakat pada umumnya untuk
mengetahui dan memahami tentang pembelajaran menyimak sastra.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Menyimak Sastra


Mendengarkan adalah suatu keterampilan memahami bahasa lisan yang
bersifat reseptif. Kegiatan mendengarkan disini yaitu memahami maksud
yang disampaikan dan bukan hanya mendengarkan bunyi-bunyi
bahasanya saja. Oleh karena itu, istilah mendengarkan sering diartikan
sebagai kegiatan menyimak. Keterampilan menyimak dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan berbahasa yang paling penting khususnya di dunia
Pendidikan, karena materi pelajaran kebanyakan disampaikan dengan
lisan dan mereka (peserta didik) harus menyimaknya.
Seseorang dikatakan terampil mendengarkan (menyimak) apabila
seseorang tersebut memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-
bunyi bahasa yang berupa kata, kalimat, tekanan dan nada yang
disampaikan oleh pembicara. Menurut Sutari & dkk (1997, hal 17) dalam
kegiatan menyimak, bunyi bahasa tertangkap oleh alat pendengaran lalu
diindentifikasi dan dikelompokan menjadi suku kata, kata, frasa, klausa,
kalimat, dan akhirnya menjadi wacana. Seseorang akan mendapatkan
hambatan apabila dia tidak mampu menyimak dengan baik dan dari
kesalahan tersebut akan berakibat buruk terhadap keterampilan
berbahasanya yang lain, seperti membaca, menulis, dan berbicara.
Sedangkan sastra sendiri memiliki definisi sebagai sebuah jenis tulisan
yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Dalam sastra sendiri terdiri dari
sastra lisan dan tulisan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menyimak
sastra dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan dari
kemampuan mendengarkan, memahami dan menanggapi berbagai karya
sastra yang dilisankan.
B. Tujuan dalam Menyimak Sastra
Tujuan menyimak dapat dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu tujuan
utama dan tujuan umum. Tujuan utama dalam keterampilan menyimak
diantarannya mendengarkan dan memahami isi atau pesan dari yang
sedang disimak oleh peserta didik baik itu buku bacaan, guru, video,
pengumuman atau sebagainya. Sedangkan tujuan umum dapat dibagi
menjadi beberapa aspek tertentu yang harus ditekankan sekaligus indikator
ketercapaian menyimak. Menurut Djago (dalam Djuanda, 2006, hal.155)
mengemukakan bahwa tujuan menyimak mengandung beberapa aspek
yang mesti diperhatikan, diantaranya:
1. Mendapatkan fakta
2. Menganalisi fakta-fakta
3. Mengevaluasi fakta
4. Mendapatkan inspirasi
5. Menghibur diri
6. Meningkatkan kemampuan bicara
Sedangkan menurut Resmini (2007, hal. 25) mengemukakan bahwa
tujuan menyimak terbagi menjadi beberapa aspek, diantaranya:
1. Menyimak untuk memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang
pembicara atau pemberi informasi, artinya dia menyimak untuk belajar.
2. Menyimak untuk menikmati keindahan audial.
3. Menyimak untuk mengevaluasi.
4. Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.
7. Menyimak untuk memecahkan masalah.
8. Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau
pendapat yang selama ini diragukan.
Berdasarkan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
menyimak, diantaranya:
Pertama menyimak untuk mendapatkan pengetahuan, informasi atau
fakta-fakta yang sedang dikumpulkan dari bahan ujaran sang pembicara
atau bahan simakan baik berupa lisan atau tulisan.
Kedua, menyimak untuk menganalis fakta-fakta yang didapat sekaligus
menikmati keindahan audial. Penganalisisan ini dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman makna dari fakta-fakta yang telah diterima
sekaligus menghubungkan apa yang disimak dengan pengetahuan dan
pengalaman sendiri sehingga materi atau fakta yang diterima tersebut
dapat tervalidasi dengan baik.
Ketiga, tujuan menyimak untuk mengevaluasi fakta-fakta yang telah
dianalisis. Dalam pengevaluasian fakta ini sering adanya pengajuan
pertanyaan yang berhubungan dengan tingkat kebenaran adanya fakta
tersebut, tingkat kerelevanan fakta, tingkat keakuratan dan hubungan fakta
satu dengan fakta-fakta yang lainnya. Biasanya dalam pengevaluasian ini
digunakan untuk memutuskan apakah fakta yang telah didapat dan
dianalisis itu akan diterima atau ditolak oleh si penyimak.
Keempat, tujuan menyimak untuk mengapresiasi materi. Ketika telah
dievaluasi, maka fakta-fakta informasi harus diberi apresiasi dengan
mengandalkan pemikiran penyimak atau harus mendapatkan inspirasi agar
hasil dari evaluasi tersebut dapat ditindaklanjuti ke arah yang lebih baik
lagi.
Kelima, tujuan menyimak untuk mengemukakan ide-ide hasil dari
inspirasi. Dengan mengemukakan ide-ide tersebut, makna dari fakta yang
dihasilkan dapat berkembang dan tersampaikan materi-materinya dengan
jelas. Mengemukakan ide juga berarti melibatkan pemikiran secara kritis
dalam memecahkan atau menilai suatu permasalahan yang ada di dalam
fakta-fakta tersebut.
Keenam, menyimak bertujuan untuk membedakan pengucapan huruf-
huruf dengan baik dan tepat. Dengan perbedaan ini, makna dan
penempatan huruf yang ada dalam sebuah kata dapat dipahami oleh semua
orang.
Ketujuh, menyimak dilakukan untuk memecahkan masalah dari fakta-
fakta yang telah dikumpulkan dan ditelaah, apakah fakta-fakta tersebut
relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau tidak. Setidaknya
dengan pembelajaran menyimak ini dapat diarahkan untuk mendapatkan
solusi dari beberapa tahapan yang telah dilaluinya.
Kedelapan, tujuan menyimak untuk melatih tingkat kemampuan
berbicara atau mencurahkan ide-ide hasil dari kegiatan menyimak. Tidak
hanya itu, dengan keterampilan pembendaharaan kata yang baik,
penyimak mampu meyakinkan diri untuk merasa layak dan pantas dalam
memecahkan suatu permasalahan dan menghilangkan keraguan mengenai
fakta-fakta yang sedang beredar.
C. Jenis-jenis Menyimak Sastra
Dalam kegiatan menyimak dibagi menjadi 2 yaitu menyimak baca dan
menyimak mendengarkan. Dalam menyimak mendengarkan dibagi lagi
menjadi menyimak komprehensif, menyimak kritis, dan menyimak
apresiatif.
1. Menyimak Komprehensif dapat didefinisikan sebagai kegiatan
mendengarkan untuk memahami suatu pesan dan kegiatan menyimak
ini paling banyak digunakan di sekolah.
2. Menyimak Kritis dapat didefinisikan sebagai kegiatan menyimak yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian
secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran serta kelebihan atau
kekurangan.
3. Menyimak Apresiatif didefinisikan sebagai kegiatan menyimak yang
digunakan untuk menikmati, memahami, dan menghayati suatu
penuturan secara lisan. Kegiatan menyimak apresiatif terjadi ketika
mendengarkan musik, pembacaan puisi, drama, cerpen, dan lain
sebagainya.
Ketiga jenis menyimak di atas dapat digunakan dalam kegiatan
menyimak sastra dan non sastra. Adapun jenis sastra yang bisa
dijadikan sebagai sumber pembelajaran di sekolah dasar terdiri atas
beberapa genre, yaitu: buku bergambar, fiksi realistik, fiksi sejarah,
fantasi, fiksi ilmiah, sastra tradisional, puisi, dan biografi yang
difiksikan.
1. Buku Bergambar
Menurut Rothlein (dalam Djuanda, 2006, hal 64) mengemukakan
bahwa dengan buku bergambar anak-anak akan terbantu dalam
memahami dan memperkaya pengalamannya dari cerita. Karena
untuk usia anak SD gambar itu berperan sangat penting sebelum
mereka dapat membaca kata tertulis dan selain itu buku bergambar
berfungsi untuk mempengaruhi minat baca peserta didik. Tetapi,
harus diperhatikan juga agar gambar dalam cerita itu sesuai dengan
tema, latar, perwatakan dan plot dalam cerita tersebut, menurut
Stewig (dalam Djuanda, 2006 hal 64).
2. Fiksi Realistik (Realistic Fiction)
Fiksi realistik adalah tulisan imajinatif yang umumnya mengisahkan
kehidupan seputar anak, yang mengisahkan tentang keluarga, teman,
lingkungan, dan kehidupan dalam masyarakat. Contoh cerita
realistik seperti: (1) Lawan Jadi Kawan (1981) karya Arswendo
Atmowiloto, (2) Air Mata Burhan (1993) karya WIrawan Sigit, (3)
Menjebak Penculik (1994) karya Indrajaya.
3. Fiksi Sejarah
Fiksi sejarah adalah cerita realistik yang berkisah tentang tokoh dan
peristiwa masa lalu berfungsi untuk menambah pengalaman
pembaca. Pada cerita sejarah, pengarangnya berusaha untuk
membawa para pembaca untuk mundur ke tahun cerita tersebut.
Contoh cerita fiksi sejarah: (1) Mohammad Toha (1982) karya Min
Remana, (2) Desa Gerilya (1994) karya Diasmati DSG, (3) Anak-
anak Perjuangan (1994) karya Azhar.
4. Fiksi Ilmu (Science Fiction)
Fiksi ilmu dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk fantasi yang
memberikan kesempatan pada anak untuk menghipotesis mengenai
keadaan yang akan datang dengan mengimajinasi dan
memprediksinya. Contoh dari cerita fiksi ilmu: (1) Menuju Ruang
Angkasa (1993) karya Hasan Sagita, (2) Kera Pertama Naik Roket
(1994) karya Rayani Sriwidodo, (3) Rahasia Cermin Ajaib (1994)
karya Winny Anugrah.
5. Fantasi
Cerita fantasi dapat didefinisikan sebagai cerita khayal yang terdiri
dari beberapa jenis yaitu cerita rakyat, cerita binatang, cerita boneka
mainan, cerita yang menakutkan/ghaib, cerita petualangan, serta
cerita fantasi modern (Huck, 1987 dalam Djuanda, 2006:68). Contoh
dari cerita fantasi: (1) Lutung Kasarung (1993) dan Ciung Wanara
(1993) karya Saini KM, (2) Kancil dan Siput, (3) Si Unyil, (4)
Pinokio, dll.
6. Biografi
Menurut Sudjiman (dalam Djuanda, 2006) mengemukakan bahwa
biografi adalah kisah tentang riwayat hidup seseorang yang ditulis
orang lain. Anak-anak membaca biografi seperti membaca fiksi,
yaitu mengagumi cerita atau plotnya. Sehingga, biografi untuk anak-
anak dituntut adanya cerita yang bergerak cepat. Contoh biografi: (1)
Raden Wijaya Pendiri Kerajaan Majapahit karya Soepono, (2)
Imam Bonjol karya B. Waluyo.
7. Sastra Tradisional
Dapat didefinisikan sebagai cerita yang turun-temurun menyebar
secara lisan, sudah menjadi tradisi, serta tidak diketahui siapa kapan
mulainya dan siapa penciptanya,
8. Puisi
Dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk karya sastra yang di
dalamnya terikat oleh irama, rima dan penyusun bait dan baris yang
bahasanya terlihat indah dan penuh dengan makna.
9. Pantun
Dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk karya sastra yang di
dalamnya terdapat 4 baris yang bersajak ab-ab dan bentuknya ada isi
dan sampiran.

D. Tahapan dalam pembelajaran menyimak sastra


Menurut Hunt, ada 7 tahapan dalam menyimak yaitu:
1. Isolasi (pemisahan/memisahkan)
Isolasi yang dimaksud dalam tahapan ini ialah sang penyimak harus
bisa mencatat aspek-aspek kata lisan yang disimak dan mampu
memisahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta,
organisasi-organisasi khusus yang dilontarkan oleh pembicara itu
sendiri.
Pada tahapan ini juga sang penyimak harus bisa menyikapi hal-hal
yang dianggap menggaggu agar mencapai proses penyimakan yang
baik dan benar. Dalam tahap inilah, sang penyimak mampu
mengisolasikan hal-hal atau sesuatu yang disimak. Hal itu
dilakukan agar bisa mengambil dan mengutip hasil yang baik dan
benar di dalam proses menyimak.
Contoh: Ketika seseorang menyimak sebuah berita di sebuah station
televisi, sang penyimak mencatat hal-hal yang dianggap penting
dan membedakan setiap bunyi atau suara yang dilontarkan oleh
pembicara itu sendiri.
2. Identifikasi (menentukan atau menetapkan)
Dalam tahapan menyimak ini. Seseorang mampu mendata,
mencatat apa yang sedang dibicarakan tentang hal-hal yang
dianggap penting dan bermanfaat bagi kita. Dalam hal ini apabila
stimulus tertentu sudah dapat dikenal atau kita ketahui maka suatu
makna atau identitas pun bisa kita tetapkan atau diberikan kepada
setiap butir-butir atau hal-hal yang berdikari atau berdiri sendiri itu.
3. Integrasi (Penyatuan/menyatukan)
Pada tahapan ini, kita harus bisa menyesuaikan atau
menyatupadukan sesuatu yang kita dapatkan sekarang dengan
informasi lain yang telah miliki yang telah tersimpan dan terekam
dalam memori atau otak kita sebelumnya. Hal ini dilakukan agar
kita bisa mendapatkan hasil penyimakan yang lebih baik dan akurat.
Hal ini bermaksud, agar mampu menyesuaikan atau
membandingkan hasil penyimakan dengan informasi yang telah
kita ketahui sebelumnya.
Contoh: ketika kita menyimak sebuah pidato/pengumuman, kita
biasanya akan melakukan penyimakan dengan baik. Akan tetapi
pengumuman tersebut masih membutuhkan penjelasan dan
gambaran yang lebih jelas lagi. Nah disitu kita akan mampu
menyatukan/membandingkan antara informasi yang didapat pada
yang pertama dengan informasi yang didapat kemudian (yang
dihadapi).
4. Inspeksi
Pada tahap ini, ketika kita mendapat informasi-informasi baru yang
kita terima atau yang kita dapatkan, kita bisa membandingkan atau
memeriksa kembali dengan informasi yang telah kita miliki
sebelumnya yang berkaitan dengan hal tersebut. Hal ini kita lakukan
agar supaya kita bisa mengetahui mana yang bisa kita gunakan dan
mana yang tidak layak untuk kita lakukan.
Dalam tahapan ini sebenarnya memiliki sedikit kesamaan dengan
tahapan integrasi, hanya saja dalam tahapan ini kita dituntun untuk
mampu memeriksa dan menilai kembali informasi yang kita
dapatkan dengan pengetahuan kita sendiri.
Contoh: ketika orang tua/orang lain memberikan pengertian
(motivasi) kepada kita, kita kadang tidak sepenuhnya langsung
melakukannya, kita harus bisa membandingkan dan memikirkan
(menilai) apakah mampu kita lakukan atau pantas (baik) untuk kita
terapkan.
5. Interpretasi
Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita
dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua informasi itu.
Dalam kegiatan penyimakan ini juga kita bisa memberikan kesan
atau pendapat kita agar dalam proses evaluasi bisa terlaksana
dengan baik, tidak dengan secara setengah-setengah.
Dalam tahapan ini bermaksud, bahwa ketika kita dalam proses
kegiatan penyimakan, kita boleh meluangkan segala pendapat atau
opini kita, namun tidak menegahi atau membantah ketika orang
sedang berbicara. Hal ini dilakukan agar supaya di dalam proses
perbandingan atau pengevaluasian bisa mendapatkan hasil yang
maksimal dan baik. Dalam arti tidak secara bertahap atau setengah-
setengah.
6. Interpolasi
Pada tahapan ini, selama proses penyimakan kita tidak ada pesan
yang membawa makna dalam atau berguna dan memberi informasi
yang bermanfat bagi kita, maka tanggung jawab kita sendiri untuk
menyediakan serta memberikan data-data dan ide-ide penunjang
dari latar belakang pengetahuan dan pengalaman kita sendiri untuk
mengisi serta memenuhi butir-butir pesan yang kita dengar. Dalam
tahapan ini bermaksud, bahwa ketika informasi yang didapatkan
atau yang disimak tidak berguna atau tidak lengkap menurut kita,
maka untuk menyempurnakannya, kita harus menyediakan serta
memberikan informasi atau ide-ide penunjang yang berkaitan
dengan hal-hal yang kita simak, agar informasi yang kita anggap
tidak lengkap tadi bisa terlengkapi dan terisi dengan baik dan secara
sempurna.
Contoh: kita melakukan penyimakan melalui Televisi atau radio,
akan tetapi informasi yang disampaikan tidak mampu kita pahami
dan dicerna, akan tetapi informasi tersebut mampu kita nilai atau
telusuri dengan pemahaman atau pengalaman yang telah ada dalam
otak kita sebelunya. Jadi, ketika ada orang lain yang menanyakan
tentang informasi tersebut, kita tidak kebingungan lagi
menyampaikannya.
7. Intropeksi
Setelah kita melakukan proses penyimakan, kita bisa menilai serta
menguji informasi-informasi yang baru kita dapatkan, dengan
pengalaman atau pengetahuan yang kita miliki, agar kita bisa
menerapkan dan melakukannya pada keadaaan maupun situasi kita
sendiri. Baik di lingkungan sosial maupun di lingkungan keluarga
terdekat kita.
Perbedaan tahap-tahap menyimak itu mencerminkan perbedaan
tingkat keterlibatan seseorang terhadap isi pembicaraan seorang
pembicara. Semakin seseorang terlibat jauh dalam proses
menyimak maka semakin besar pula bahan simakan yang didapat
dan semakin besar konsentrasi seseorang dalam menyimak maka
pemahaman terhadap bahan simakan juga semakin jelas.

E. Teknik yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran menyimak


sastra
Seorang guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan. Dalam proses pembelajaran menyimak sastra diperlukan
teknik yang tepat agar dapat menunjang setiap proses pembelajaran
menyimak sastra.
Berikut ini merupakan strategi yang dapat digunakan di dalam kelas
dengan menggunakan model-model tertentu diantaranya:
1. Dengar-Jawab
Strategi ini biasanya menuntut reaksi dari siswa untuk menjawab apa-
apa yang telah disampaikan oleh guru.
2. Dengar-Sanggah
Guru membacakan atau memperdengarkan rekaman beberapa kalimat
pertanyaan, siswa menyanggahnya atau membantah serta memprotes
pertanyaan tersebut.
3. Dengar-Cerita
Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh guru adalah dengan
membacakan sebuah cerita atau puisi pendek kemudian siswa
menceritakan kembali cerita atau puisi yang telah ia dengar.
4. Dengar-Bisik berantai
Dalam strategi ini guru dan siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. Dimana guru menyampaikan sebuah pesan dengan cara
berbisik kepada siswa kemudian siswa menyampaikan pesan kepada
siswa yang lain dengan cara berbisik pula.
5. Dengar-Tulis (dikte)
Guru mempersiapkan bahan-bahan yang akan didiktekan kepada
siswanya. Siswa menulis apa yang diucapkan oleh guru.
6. Dengar-Rangkuman
Strategi ini menyuruh siswa untuk merangkum bacaan yang dibacakan
guru.
7. Dengar-Kerjakan
Strategi ini menyuruh siswa untuk mereaksi siswa terhadap apa yang
diperintahkan oleh guru berupa pengucapan kalimat.

F. Penilaian dalam proses pembelajaran menyimak sastra


Dalam proses penilaian pembelajaran menyimak sastra ada beberapa
yang harus diperhatikan:
1. Menentukan KI dan KD
2. Menetapkan konstruksi penilaian dengan cara membatasi lingkup KD.
Berdasarkan penetapan konstruksi penilaian ini dapat diketahui jenis
instrumen penilaian yang akan dikembangkan yakni meliputi penilaian
proses menyimak, penilaian produk hasil menyimak, dan penilaian
sikap atau karakter keterampilan menyimak.
3. Menentukan tugas autentik.
4. Pembuatan kriteria yang tepat untuk digunakan di alat penilaian.
5. Penyusunan rubrik penilaian yang meliputi penskoran dan penyusunan
kriteria pada penilaian proses, penilaian produk, dan penilaian sikap
atau karakter.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
(Neng Lely)
B. Saran
(Teh euis)
DAFTAR PUSTAKA

Sutari, I., Kartimi, T., & Vimaia. (1997/1998). Menyimak. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djuanda, Dadan. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif
dan Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Abidin, Y. (2015). Pembelajaran Multiliterasi. Bandung: PT Refika
Aditama.
Resmiati, N. & Djuanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.
Djuanda, D., Resmini, N., & Indihadi, D. (2006). Pembinaan dan
Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandung: UPI PRESS.
Maryanto. (2017). Buku Siswa Kelas V Tema 1 Organ Gerak Hewan dan
Manusia Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Bandung: PT
Tehursina Mediana Utama.
Mulyati, Yeti. (2015). Modul 1 Hakikat Keterampilan Bahasa. [Online].
Tersedia di: https://ww.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
=http://resipotory.ut.ac.id/3978/3/PDGK4101-M1.pdf. Diakses pada:
15 September 2019.
Taufina. (2017). Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Kompetensi
Profesional Mata Pelajaran Guru SD. Jakarta: Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai