Anda di halaman 1dari 6

Ikhtiyar, Edisi Khusus Hari Penghijauan Nasional, 21 November 2011

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA


MURID SEKOLAH DASAR
MELALUI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA
CERITA TERPADU MODEL CONNECTED

Oleh

Suwarnah
SD Negeri 2 Rappang Kabupaten Rappang

Abstrak

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran apresiasi sastra
cerita terpadu dengan model connected dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada murid
sekolah dasar. Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian
adalah seorang guru dan murid kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Rappang tahun ajaran
2009-2010. Prosedur penelitian ditempuh (1) langkah orientasi dan identifikasi masalah, (2)
langkah perencanaan tindakan penelitian, dan (3) langkah pelaksanaan tindakan penelitian.
Kegiatan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan teknik pengumpulan
data observasi dan teknik pengolahan data analisis deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil pembahasan penulis menemukan bahwa bentuk perencanaan dan proses
pelaksanaan pembelajaran yang dipandang efektif dalam pembelajaran apresiasi sastra terpadu
model connected untuk meningkatkan kemampuan berbahasa murid kelas V Sekolah Dasar
Negeri 2 Rappang, serta perkembangan kemampuan berbahasa murid meliputi aspek
mengidentifikasi unsur-unsur cerita hasil mendengarkan, menyimpulkan dengan bahasa sederhana
isi cerita hasil membaca, berbicara memerankan tokoh cerita, dan menulis dialog dua atau tiga
tokoh sesuai isi cerita.

Kata kunci: apresiasi sastra cerita, pembelajaran terpadu model connected.


PENDAHULUAN kemampuan berbahasa. Realisasinya,
pembelajaran harus sesuai dengan
Penjaminan mutu pembelajaran
hakikat belajar bahasa dan belajar sastra
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
serta berorientasi kepada tujuan mata
adalah memberikan kemampuan-
pelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri.
kemampuan dasar yang kuat bagi
peserta didik untuk mampu Kurikulum Sekolah Dasar 2006
menggunakan bahasa sebagai alat (Badan Standar Nasional Pendidikan,
komunikasi baik lisan maupun tulisan 2006:81-82) telah menetapkan tujuan
dan mampu menggapresiasi sastra mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah
untuk memperluas wawasan, siswa diharapkan memiliki kemampuan:
memperhalus budi pekerti, serta
1. Berkomunikasi secara efektif dan
meningkatkan pengetahuan dan
efisien sesuai dengan etika yang

1 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar


Ikhtiyar, Edisi Khusus Hari Penghijauan Nasional, 21 November 2011

berlaku, baik secara lisan maupun struktur, membaca dan mengarang


tulis. misalnya, dapat dipayungkan pada mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
2. Menikmati dan memanfaatkan karya
sastra untuk memperluas wawasan, Fenomena di lapangan,
memperhalus budi pekerti, serta khususnya pelaksanaan pembelajaran
meningkatkan pengetahuan dan bahasa dan sastra Indonesia di kelas V
kemampuan berbahasa. Sekolah Dasar Negeri 2 Rappang
Kabupaten Sidrap, menunjukkan kurang
memiliki bobot yang berimbang dan
Mewujudkan tujuan siswa pembelajaran sastra kurang digunakan
mampu berkomunikasi secara efektif untuk meningkatkan kemampuan
efisien baik lisan maupun tulisan, serta berbahasa siswa. Faktor utama
dapat menikmati dan memanfaatkan kendalanya, guru kurang memiliki
(mengapresiasi) sastra antara lain untuk wawasan dalam mengajarkan bahasa dan
meningkatkan kemampuan berbahasa, sastra Indonesia secara terpadu. Hal ini,
harus memperhatikan pula rambu- merupakan permasalahan pembelajaran
rambu pelaksanaan pembelajaran yang harus segera diatasi dan
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar solusinya antara lain melalui penelitian
(Depdikbud,1994/1995:10) bahwa tindakan kelas mengenai pembelajaran
perbandingan bobot pembelajaran apresiasi sastra cerita terpadu model
bahasa dan sastra sebaiknya seimbang connected untuk meningkatkan
dan dapat disajikan secara terpadu, kemampuan berbahasa siswa di kelas
misalnya bahan sastra sekaligus dapat bersangkutan.
dipakai sebagai bahan pembelajaran
Rumusan masalah; menjaring data
bahasa.
yang dibutuhkan dalam penelitian
Model pembelajaran bahasa dan didasari oleh rumusan masalah sebagai
sastra Indonesia terpadu yang dapat berikut: (1) Bagaimanakah bentuk
dikembangkan di Sekolah Dasar adalah perencanaan yang dipandang efektif
pembelajaran terpadu model connected. dalam pelaksanaan pembelajaran
Model ini, memberikan gambaran apresiasi sastra cerita terpadu model
prosedur pembelajaran kemampuan connected untuk meningkatkan
berbahasa yang meliputi aspek kemampuan berbahasa siswa kelas V
menyimak, aspek berbicara, aspek Sekolah Dasar Negeri 2 Rappang?; (2)
membaca dan aspek menulis Bagaimanakah proses pelaksanaan yang
dipayungkan kepada pembelajaran dipandang efektif dalam pembelajaran
apresiasi sastra. Udin Syaefudin Sa’ud dan apresiasi sastra cerita terpadu model
Novi Resmini (2006:32) menegaskan connected untuk meningkatkan
bahwa: kemampuan berbahasa siswa kelas V
Model connected (keterhubungan) Sekolah Dasar Negeri 2 Rappang
dilandasi oleh anggapan bahwa butir- Kabupaten Sidrap?; (3) Bagaimanakah
butir pembelajaran dapat dipayungkan peningkatan kemampuan berbahasa siswa
pada induk mata pelajaran tertentu. melalui pembelajaran apresiasi sastra
Butir-butir pembelajaran kosakata, cerita terpadu model connected di kelas V
Sekolah Dasar Negeri 2 Rappang?; dan

2 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar


Ikhtiyar, Edisi Khusus Hari Penghijauan Nasional, 21 November 2011

(4) Apakah faktor utama pendukung


dan penghambat pelaksanaan Pembahasan hasil penelitian
pembelajaran apresiasi sastra cerita tentang pembelajaran apresiasi sastra
terpadu model connected dalam rangka cerita terpadu model Connected untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa meningkatkan kemampuan berbahasa
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2
Rappang Kabupaten Sidrap? Tujuan Rappang Kabupaten Sidrap merupakan
Penelitian dimaksudkan untuk perbaikan review dan refleksi keseluruhan tindakan
dan penyempurnaan pembelajaran Bahasa penelitian. Berdasarkan data atau
Indonesia di Sekolah Dasar, khususnya prosentase responden (siswa)
dalam rangka peningkatan kemampuan sebelumnya dalam memahami setiap
berbahasa siswa melalui pembelajaran aspek penilaian mengalami perubahan
apresiasi sastra cerita terpadu model kearah yang lebih baik, sehingga walupun
connected di kelas V Sekolah Dasar Negeri belum maksimal rata-rata prosentase
2 Rappang Kabupaten Sidrap. Manfaat responden (siswa) yang memiliki
utama penelitian adalah memecahkan kemampuan memahami unsur cerita
permasalahan pembelajaran bahasa dan setelah mendengarkan cerita yang
sastra Indonesia di kelas V Sekolah meliputi aspek pemahaman tempat dan
Dasar Negeri 2 Rappang Kabupaten peristiwa, perilaku tokoh, serta tema
Sidrap, khususnya guru dan siswa dan pesan cerita tampak naik yaitu dari
memperoleh pengalaman nyata dalam 89,22% menjadi 93,84%. Dengan
upaya meningkatkan kemampuan demikian, pembelajaran apresiasi sastra
berbahasa melalui pelaksanaan cerita terpadu model connected dapat
pembelajaran apresiasi sastra cetrita meningkatkan kemampuan aspek
terpadu model connected. mendengarkan siswa. Adapun
pemahaman siswa yang telah
dipandang baik (maksimal) adalah
METODE PENELITIAN
menyangkut aspek pemahaman tempat
dan peristiwa serta tokoh dan perilaku
Penelitian menggunakan metode
tokoh ceritanya (100%) sedangkan
penelitian tindakan kelas dengan subjek
kekurangan yang masih tampak
penelitian adalah seorang guru dan
adalah pada aspek pemahaman pesan
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2
cerita (92,30%) dan tema cerita (76,92%).
Rappang tahun ajaran 2009-2010.
Pemahaman unsur cerita tersebut
Prosedur penelitian ditempuh (1) langkah
didasarkan kepada hasil tes tertulis pada
orientasi dan identifikasi masalah, (2)
akhir pembelajaran.
langkah perencanaan tindakan
penelitian, dan (3) langkah pelaksanaan Berdasarkan data prosentase
tindakan penelitian. Kegiatan penelitian responden (siswa) yang memiliki
dilaksanakan dalam dua siklus dengan kemampuan pada setiap aspek penilaian
menggunakan teknik pengumpulan data mengalami perubahan kearah yang lebih
observasi dan teknik pengolahan data baik, sehingga walaupun belum maksimal
analisis deskriptif kualitatif. bahkan masih tetap di bawah nilai KKM
pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu nilai
74 atau rata-rata 74%, rata-rata
HASIL DAN PEMBAHASAN

3 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar


Ikhtiyar, Edisi Khusus Hari Penghijauan Nasional, 21 November 2011

prosentase responden (siswa) yang bawah nilai KKM pembelajaran Bahasa


memiliki kemampuan menulis Indoensia yaitu nilai 74 atau rata-rata
kesimpulan ini cerita sebagai hasil 74%. Adapun kempuan siswa yang telah
membaca meliputi aspek tempat dan dipandang cukup baik hanya pada aspek
peristiwa, tokoh dan perilaku tokoh, pelafalan (80,77%) tetapi pada aspek
serta tema dan pesan cerita berubah intonasi dan kepasihan masih kurang
yaitu dari 66,15% menjadi 70,76%. (73,08%) bahkan pada aspek berekspresi
Dengan demikian, pembelajaran apresiasi masih sangat kurang (61,54%).
sastra cerita terpadu model connected
Berdasarkan data prosentase
dapat meningkatkan kemampuan aspek
responden (siswa) yang memiliki
membaca siswa. Adapum kemampuan
kemampuan pda setiap aspek penilaian
siswa yang telah dipandang baik
mengalami perubahan kea rah yang lebih
(maksimal) adalah membuat tulisan
baik, sehingga rata-rata prosentase
kesimpulan menyangkut aspek peristiwa
responden (siswa) yang memiliki nilai
dalam cerita, tokoh dan perilaku tokoh
baik atau hampir maksimal dlam
cerita (100%) sedangkan kekurangan
menulis dialog tokoh cerita juga berubah
yang masih tampak adalah membuat
yaitu dari 64,10% menjadi 73,08%.
tulisan kesimpulan menyangkut pesan
Dengan demikian, pembelajaran
cerita (88,46%), aspek tempat peristiwa
apresiasi sastra cerita terpadu
dan tema cerita (84,61%). Bentuk
model connected dapat meningkatkan
kesimpulan yang ditulis oleh siswa
kemampuan aspek menulis siswa
umumnya berupa penceritaan uoang
walupun masih tetap di bawah nilai
menyangkut alur peristiwa tokoh yang
KKM pembelajaran Bahasa Indonesia
menonjol dalam cerita dengan
yaitu nilai 74 atau rata-rata 74%.
menggunakan bahasa siswa sendiri.
Adapun kemampuan siswa yang telah
Kemudian dalam penggunaan kosakata,
dipandang cukup baik dalam menulis
ejaan, serta struktur kalimat dalam tulisan
dialog tokoh cerita adalah dalam
kesimpulan juga masih tampak kurang.
ketapan isi cerita (80,76%) sedangkan
Berdasarkan data prosentase pada aspek ketepatan teknik penulisan
responden (siswa) yang memiliki masih kurang (73,08%) demikian pula
kemampuan pada setiap aspek penilaian pada aspek penggunaan bahasa nmasih
mengalami perubahan kearah yang lebih kurang (65,38%). Penggunaan teknik
baik, sehingga rata-rata aspek penilaian penulisan dialog cenderung benar
mengalami perubahan kearah yang hanya dalam penggunaan ejaan dan
lebih baik, sehingga rata-rata struktur bahasa kurang serta isi cerita
prosentase responden (siswa) yang menyangkut inti cerita dan sangat
memiliki kemampuan berbicara beragam.
memerankan tokoh cerita dengan nilai
Hasil penelitian diperoleh data
baik atau hamper maksimal juga berubah
bentuk perencanaan dan proses
yaitu dari 58,65% menjadi 72,12%.
pelaksanaan pembelajaran yang
Dengan demikian, pembelajar apresiasi
dipandang efektif dalam pembelajaran
sastra cerita terpadu model Connected
apresiasi sastra terpadu model connected
dapat meningkatkan kemampuan aspek
untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa walupun masih tetap di
berbahasa siswa kelas V Sekolah Dasar

4 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar


Ikhtiyar, Edisi Khusus Hari Penghijauan Nasional, 21 November 2011

Negeri 2 Rappang, serta perkembangan dialog dua atau tiga tokoh sesuai isi
kemampuan berbahasa siswa meliputi cerita.
aspek mengidentifikasi unsur-unsur
cerita hasil mendengarkan,
menyimpulkan dengan bahasa sederhana DAFTAR PUSTAKA
isi cerita hasil membaca, berbicara Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi
memerankan tokoh cerita, dan menulis Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
dialog dua atau tiga tokoh sesuai isi
cerita. Walaupun demikian, kemampuan Badan Standar Nasional Pendidikan.
berbahasa siswa masih belum maksimal 2006. Standar Isi Standar
terutama dalam aspek cara Kompetensi dan Kompetensi Dasar
menyimpulkan isi cerita menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
kalimat sederhana siswa, cara menulis Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar.
dialog tokoh sesuai isi cerita, dan dalam Jakarta: Badan Standar Nasional
berbicara memerankan tokoh cerita Pendidikan.
yang harus memperhatikan pelafalan, Depdikbud. 1994/1995. Kurikulum
intonasi dan ekspresi. Hal ini, ada Pendidikan Dasar: Garis-garis Besar
faktor utama yang menghambat yaitu Program Pengajaran (GBPP) Kelas V
guru kurang maksimal memahami Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
prosedur pembelajaran apresiasi sastra
cerita terpadu model connected, guru -------. 1996/1997. Kurikulum Pendidikan
kurang maksimal mengarahkan siswa Dasar. Jakarta: Depdikbud.
belajar sesuai dengan kompetensi dasar Depdiknas. 2003a. Kurikulum 2004:
yang harus dikembangkannya, serta Standar Kompetensi Mata Pelajaran
guru kurang memiliki kemampuan Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan
untuk berekspresi sastra. Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:
Depdiknas.
KESIMPULAN -------. 2003b. Pelayanan Profesional
Kurikulum 2004: Kegiatan Belajar
Berdasarkan hasil pembahasan di Mengajar yang Efektif. Jakarta:
atas maka penulis menyimpulkan bahwa Depdiknas.
bentuk perencanaan dan proses
pelaksanaan pembelajaran yang Elliot, J. 1991. Action Research for
dipandang efektif dalam pembelajaran Educational Change. Milton
apresiasi sastra terpadu model connected Keynes: Open
untuk meningkatkan kemampuan University Press.
berbahasa siswa kelas V Sekolah Dasar
Hardjono, Sartinah. 1988. Prinsip-prinsip
Negeri 2 Rappang, serta perkembangan
Pengajatran Bahasa dan Sastra.
kemampuan berbahasa siswa meliputi
Jakarta: Depdikbud.
aspek mengidentifikasi unsur-unsur
cerita hasil mendengarkan, Hopkins, D. 1993. A teacher’s Guide to
menyimpulkan dengan bahasa sederhana Classroom Research Planner. Rev.
isi cerita hasil membaca, berbicara Ed.
memerankan tokoh cerita, dan menulis
Victoria: Deakin University.

5 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar


Ikhtiyar, Edisi Khusus Hari Penghijauan Nasional, 21 November 2011

Kemmis, S & Mc. Taggart, R. 1992. The


Action Research Planner. Rev. Ed.
Victoria: Deakin University.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Cerita
untuk P e r k e m b a n g a n Anak.
Yogyakarta: Navila.
Rusyana, Yus. 1978. Metode Pengajaran
Sastra. Bandung: IKIP.
Santosa, Puji. 2004. Materi dan Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD. Jakarta: UT.
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Novi
Resmini. 2006. Pembelajaran
Terpadu. Bandung: UPI.

6 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai