Anda di halaman 1dari 24

KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X11 SMAK ST.FAMILIA


WAENAKENG-LEMBOR

PROPOSAL

Dibuat dan Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Penelitian
Pendidikan

Oleh :

Roflina Alfri

NPM : 20106095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2022
KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmt-Nya,
penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian “Keterampilan Menulis Cerpen
Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas X11 SMAK St.Familia
Waenakeng-Lembor”.

Dalam menyelesaikan proposal penelitian ini,penulis mendapat


perhatian,bimbingan,dukungan,dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus penulis menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwaa penulisan ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari
pembaca sebagai bahan perbaikan demi penyempurnaan tulisan ini.

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian

BAB 11 KAJIAN TEORI

2.1 Deskripsi Teoritik

2.2.1 Hakikat Menulis

2.2.2 Keterampilan Menulis

2.2.2.1 Tujuan Menulis

2.2.2.2 Pengertian Cerpen

2.2.2.3 Struktur Cerpen

2.2.3.1 Fungsi Cerpen

2.2.3.2 Ciri-Ciri Cerpen

2.2.3.3 Jenis-Jenis Cerpen

2.2.3.4 Unsur-Unsur Pembentuk Cerpen

2.2.4.1 Pengertian Kontesktual

BAB 111 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

3.2 Sumber Data Dan Data

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.4 Metode Analisis Data

3.5 Keabsahan Data

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu hal yang menunjukkan pentingnya bahasa adalah fungsinya sebagai
pemersatu bahasa di Nusantara. Maka pembelajaran bahasa diarahkan pada
tercapainya ketrampilan berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.Dalam
bahasa terdampat empat ketrampilan, salah satunyanya adalah ketrampilan menulis.
Pembelajaran menulis merupakan sebagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Menulis memegang peran sangat penting pada pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) karena menulis juga merupakan landasan utama bagi pembelajaran
bahasa Indonesia.Selain itu,menulis juga merupakan landasan bagi mata pelajaran
yang lain. Tanpa memiliki kemampuan menulis sejak dini, maka siswa akan
mengalami kesulitan dalam belajar. Contohnya dalam menulis paragraf deskriptif,
tentunya untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik dan efektif, siswa harus
memiliki kemamapuan dasar tentang menulis. Sebagai peserta didik Sekolah
Menengah tentunya mereka sudah sedikit mengerti dengan apa itu menulis dan seperti
apa proses yang terjadi dalam kegiatan menulis khususnya menulis paragraf deskriptif
pada pembelajaran Bahasa Indonesia.Kememampuan menulis erat kaitannya dengan
aktivitas berpikir siswa.Oleh karena itu,untuk menulis sebuah paragraf deskriptif yang
utuh,siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir yang memadai juga
menuntut berbagai aspek terkait yang lain,seperti penguasaan materi
tulisan,pengetahuan bahasa tulis,dan motivasi serta dorongan yang kuat untuk
menulis.
Menulis mempunyai tujuan tertentu yang bermaksud menyampaikan informasi
tentang suatu hal yang penting,atau sesuatu yang hendak melukiskan satu
ekperimen,seperti pada kemampuan menulis paragraf deskriptif dalam pembelajaran
bahasa indonesia. Menulis sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada siswa karena
keterampilan menulis sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan dalam
memenuhi keperluan sehari-hari yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis.Dengan
menulis diharapkan siswa mampu mengungkapkan gagasan secara jelas,
logis,sistematis, sesuai dengan konteks dan keperluan komunikasi.Salah satu cara
untuk mengatasi kekurangberhasilan pembelajaran manulis dapat melakukan terapi
dengan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).Dengan penelitian
tindakan kelas guru akan memperoleh manfaat praktis,yaitu ia dapat mengetahui
secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya, dan bagaimana cara mengatasi
masalah itu.
Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatnya kemampuan menulis paragraf
deskriptif dalam pembelajaran bahasa Indonesia,penulis mencoba mengadakan
penelitian tindakan menggunakan pendekatan kontekstual dengan mengadakan
kegiatan kajian pustaka,kolaborasi gambar,dan kerja kelompok.Tujuan diadakanya
penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
ketrampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif dalam
motivasi belajar menulis siswa dikelas.
Untuk Mengetahui peningkatan ketrampilan menulis siswa SMA,maka penulis
melakukan penelitian dengan mengambil judul “Ketrampilan Menulis Paragraf
Deskriptif Menggunakan Pendekatan Kontekstual di Kelas X SMA Negeri 1 Macang
Pacar.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
ketrampilan menulis menulis cerpen pada siswa kelas X11 Smak st. Familia
Waenakeng-Lembor 2022?
1.3. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih
efektif, efisien dan terarah. Adapun hal-hal yang membatasi penelitian ini antara
lain :
a. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas X11 Smak st. Familia Waenakeng
b. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan menulis
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan
pendekatan kontekstual pada siswa kelas X11 Smak st. Familia Waenakeng.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Bagi Siswa yang mengalami masalah belajar di kelas X11 dapat meningkatkan
keterampilan menulisnya.
b. Bagi guru
Dari hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kualitas keprofesionalitas
guru dalam menerapkan metode belajar pada proses belajar mengajar baik
pada pembelajaran Bahasa Indonesia mupun mata pelajaran yang lain
c. Bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapakan hasil evaluasi yang dicapai oleh
penulis semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan proses belajar
mengajar pada khususnya dan disekolah pada umumnya.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Deskripsi Teoritik


Dalam penelitian ini digunakan teori-teori yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Teori-teori tersebut digunakan sebagai dasar pemikiran dan
pembahasan selanjutnya.Sehubungan dengan hal tersebut,digunakan beberapa
teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut mencakup hakikat
menulis,ketrampilan menulis,tujuan menulis,pengertian paragraf,syarat-syarat
paragraf,karakteristik deskripsi,dan pengertian kontekstual. Keterampilan menulis
adalah keterampilan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan,
dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar.
Keterampilan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki:
(a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan
terhadap kondisi pembaca,(c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d)
kemampuan menggunakan bahasa Indonesia, (e) kemampuan memulai menulis,
dan (f) kemampuan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan
berkembang apabila ditunjang dengan kegiatan membaca dan kekayaan kosa kata
yang dimilikinya.
Ditinjau dari cara pemerolehannya, keterampilan menulis memang berbeda
dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan menulis tidak
diperoleh secara “alamiah”, tetapi harus dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-
sungguh (Budinuryanta dkk, 1997:12.1). Setiap orang memperoleh satu bahasa
asli tahuntahun pertama dan kehidupannya, tetapi tidak setiap orang belajar
membaca dan menulis (Raimes, 1983: 4).
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis harus memiliki tiga
keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan
penyajian, dan keterampilan perwajahan. Keterampilan berbahasa mencakup
keterampilan penggunaan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, dan penggunaan
kalimat efektif. Keterampilan penyajian meliputi keterampilan membentuk dan
mengembangkan paragraf, merinci pokok bahasan dan sub pokok bahasan
kedalam susunan yang sistematis.
2.2.1 Hakikat Menulis

Menulis dapat dikatakan keterampilan yang paling sukar. Bila dilihat dari urutan
pemerolehannya, keterampilan atau kemampuan menulis berada pada urutan terakhir setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara,dan membaca. Jika dilihat dari sudut aspek
keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang bersifat aktif produktif.

Seperti halnya kemampuan berbahasa pada umumnya, kemampuan menulis sebagai


salah satu dari empat kemampuan berbahasa lainnya,juga memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia. Menulis bukan hanya menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian
tugas sekolah. Tanpa kemampuan menulis, siswa akan mengalami kesulitan dalam
melaksanakan ketiga jenis tugas tersebut. Oleh karena itu menulis perlu diajarkan dengan
baik.

Menulis dianggap sebagai proses atau suatu hasil.Menulis juga merupakan kegiatan
yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan.Menghasilkan karya tulis,yang
kemudian dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran atau diserahkan kepada seseorang
sebagai bukti karya ilmiah yang kemudian akan dinilai,menurut seorang penulis memahami
betul arti dari kata menulis.

Seseorang penulis yang memahami dengan baik arti dan makna dari kata menulis
akan peduli dengan kejelasan apa yang ditulis,kekuatan tulisan itu dalam mempengaruhi
orang lain,keaslian pikirann yang hendak dituangkan dalam tulisan,serta kepiawaian penulis
dalam memilih dan mengolah kata-kata.

Kegiatan menulis merupakan suatu proses.Kemampuan menulis bukan merupakan


kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun,tetapi merupakan hasil proses dan
ketekunan dalam melatih serta mengasah kemampuan dalam menulis suatu tulisan yang
efektif. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut. (Tarigan, 1985 :21).

Kemampuan menulis atau mengarang pada hakikatnya merupakan bentuk komunikasi


dari pengarang kepada pembaca agar dapat berkomunikasi dengan baik,seorang penulis harus
memiliki beberapa kemampuan, satu diantaranya adalah kemampuan linguistik (atau
kemampuan gramatikal) yaitu pengetahuan mengenai kaidah-kaidah kebahasaan (Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Seni 2005: 51).

2.2.2 Ketrampilan Menulis

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu tulisan yang bersifat ilmiah
atau informasi dengan menggunakan media aksara. Kegiatan menulis atau merangkai sebuah
karya ilmiah bisa dilakukan dengan suatu tanda kebahasaan sehingga menjadi sebuah tulisan
yang dapat dipahami oleh pembaca. Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan
gagasan kedalam lambang-lambang tulisan.Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan
kemampuan.Kemampuan menulis adalah kemampuan yang seseorang untuk menggambarkan
bahasa dengan lambang-lambang yang dapat dipahami oleh orang dengan mudah dan jelas.

Kata menulis berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah 1) membuat
huruf (angkat dan sebagainya), 2) melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang dan
membuat surat) dengan tulisan. Menulis merupakan sebuah seni yaitu dalam menuangkan ide
seorang pengarang ke dalam suatu tulisan itu bebas, sesuai dengan kreativitas dan daya seni
seseorang. Kata seni mengandung arti “keahlian membuat karya yang bermutu atau
kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi dan luar biasa. Menulis
berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis
bisa diketahui banyak orang melalui tulisan yang dituliskan.
Kemampuan seseorang dalam menuangkan isi hatinya ke dalam sebuah tulisan
sangatlah berbeda dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian mutu atau
kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain, tergantung dari keahlian dan daya
kreativitas seseorang dalam menuangkan gagasannya menjadi tulisan. Kegiatan menulis
merupakan suatu keterampilan produktif dalam pembelajaran bahasa, karena kegiatan
tersebut lebih banyak menekankan pada penuangan ide dan gagasan dalam bentuk kata-kata,
susunan kalimat, dan menjadi suatu gagasan alenia.

Dalam menulis seorang dituntut mampu menerapkan sejumlah keterampilan sekaligus.


Sebelum menulis perlu membuat perencanaan, misalnya, menyeleksi topik,menata, dan
mengorganisasikan gagasan, serta mempertimbangkan bentuk tulisan sesuai dengan calon
pembacanya. Pada saat menungkan ide, penulis perlu menyajikannya secara teratur. Begitu
juga penggunaan aspek kebahasaan seperti bentukan kata, diksi, dan kalimat perlu disusun
secara efektif. Penerapan ejaan dan tanda baca perlu dilakukan secara tepat dan fungsional.

2.2.2.1 Tujuan Menulis

Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan bahasa yang semakin penting
dikuasai.Salah satu kemampuan yang terpenting dalam ketrampilan berbasa adalah menulis.
Pengembangan ketrampilan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sejak
tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

Kemampuan menulis mempunyai beberapa manfaat,diantaranya yaitu:

1) Mengenali kemampuan dan potensi diri sendiri


2) Mengembangkan berbagai gagasan
3) Memperluas gagasan teoritis dan praktis
4) Memperjelas permasalahan yang samar-samar
5) Menilai gagasan sendiri secara objektif
6) Memecahkan masalah
7) Mendorong belajar secara aktif dan
8) Membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.
2.2.2.2 Pengertian Cerpen
Cerpen merupakan suatu karya sastra dalam bentuk tulisan yang mengisahkan
tentang sebuah cerita fiksi lalu dikemas secara pendek, jelas dan ringkas. Cerpen
biasanya hanya mengisahkan cerita pendek tentang permasalahan yang dialami
satu tokoh saja. Cerpen juga bisa disebut sebagai fiksi prosa karena cerita yang
disuguhkan hanya berfokus pada satu konflik permasalahan yang dialami oleh
tokoh mulai dari pengenalah karakter hingga penyelesaian permasalahan yang
dialami oleh tokoh. Cerpen juga terdiri tidak lebih dari 10.000 kata saja. Cerpen
merupakan singkatan dari cerita pendek. Saat membaca cerpen biasanya sangat
cepat selesai. Selain itu, isi pada cerpen juga sangat mudah dipahami karena
ceritanya yang relatif pendek. Oleh karena itu banyak orang yang suka dengan
cerita yang singkat dan tidak rumit seperti pada cerpen.
Pada umumnya, permasalahan yang dikisahkan pada cerpen tidak terlalu rumit.
Maka dari itu jumlah kata pada cerpen juga dibatasi. Biasanya cerpen terdiri dari
berbagai kisah seperti genre percintaan, kasih sayang, jenaka, dan lain-lain. Pada
cerpen juga mengandung pesan dan amanat untuk para pembaca, sehingga bukan
hanya terhibur saja kita bisa menerapkan setiap pesan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.

• Pengertian Cerpen menurut para ahli


Berikut inilah beberapa pengertian cerpen menurut para ahli:

1. Menurut KBBI

Cerpen merupakan cerita pendek yang berisi tentang kisah cerita yang berisi tidak lebih dari
10 ribu kata. Pada umumnya cerita pada cerpen bisa memberikan kesan dominan dan
berkonsentrasi pada permasalahan satu tokoh. Menurutnya dalam cerpen tidak ada cerita
hingga 100 halaman.

2. Menurut Nugroho Notosusanto Dalam Tarigan


Menurut Nugroho Notosusanto cerpen adalah kisah cerita pendek yang dibuat
dalam jumlah kata mulai dari 5000 kata beserta memperkirakan 17 pp kuarto spasi
ganda. Selain itu kisah pada cerpen hanya berpusat pada dirinya sendiri yang
berarti hanya pada satu tokoh saja.

3. Menurut J.S Badudu


Menurut J.S Badudu cerpen adalah cerita pendek yang yang berfokus dan
berkonsentrasi pada satu peristiwa kejadian. Pada peristiwa kejadian tersebut
hanya mengisahkan satu tokoh cerita saja.

4. Menurut Sumardjo
Menurutnya cerpen adalah kisah cerita yang tidak benar-benar terjadi di dunia
nyata. Namun cerita tersebut bisa terjadi dimana dan kapan saja bahkan di dunia
nyata dan ceritanya relatif singkat dan pendek.

5. Menurut Hendy
Menurut Hendy, cerpen merupakan cerita pendek yang ditulis secara singkat dan
pendek. Tulisan pada cerpen tidak diceritakan terlalu panjang serta berisi tentang
kisah narasi tunggal.

2.2.2.3 Struktur Cerpen


Pada cerpen biasanya terdiri beberapa struktur yang diperlukan seperti elemen
dasar dan tambahan abstrak. Struktur tersebut sangat diperlukan ketika menyusun
sebuah cerpen. Berikut inilah beberapa elemen dasar untuk membangun sebuah
cerpen:

1. Abstrak
Abstrak merupakan pemaparan gambaran awal dari cerita yang dikisahkan.
Pada cerpen abstrak biasanya digunakan sebagai pelengkap cerita. Maka dari itu
abstrak bersifat opsional atau bisa jadi tidak ada pada cerpen tersebut.

2. Orientasi
Pada orientasi cerpen biasanya menjelaskan tentang latar cerita seperti waktu,
suasana, tempat/lokasi yang digunakan dalam penggambaran cerita cerpen.
3. Komplikasi
Komplikasi menjelaskan tentang struktur yang berkaitan dengan pemaparan
awal suatu masalah yang dihadapi oleh tokoh. Watak dari tokoh juga dijelaskan
pada bagian ini. Selain itu pada komplikasi juga menjelaskan urutan kejadian yang
berhubungan dengan sebab akibat
4. Evaluasi
Pada bagian evaluasi ini terjadi konflik masalah yang semakin memuncak.
Konflik mulai menuju bagian klimaks dan mendapatkan penyelesaian atas masalah
yang terjadi.

5. Resolusi
Resolusi merupakan bagian akhir permasalahan yang terjadi pada cerpen. Pada
bagian ini terdapat penjelasan dari pengarang mengenai solusi permasalahan yang
dialami tokoh.

6. Koda
Koda merupakan nilai atau pesan moral yang terdapat pada sebuah cerpen
yang disampaikan oleh penulis kepada para pembaca. Pesan moral yang
disampaikan sesuai dengan jenis cerpen.
2.2.3.1 Fungsi Cerpen
Fungsi Cerpen
Pada umumnya cerpen memiliki cerita yang sangat singkat dan jelas. Namun
cerpen juga memiliki fungsi seperti karya sastra lainnya. Berikut inilah yang
termasuk dalam fungsi cerpen :

1. Fungsi Rekreatif
Fungsi rekreatif yaitu sebagai sarana penghibur bagi para pembaca.

2. Fungsi Estetis
Fungsi estetis yaitu sebagai nilai estetika atau keindahan yang ada pada cerpen
sehingga memberikan kepuasan kepada pembaca.

3. Fungsi Didaktif
Fungsi didaktif yaitu sebagai pemberi pelajaran atau pendidikan yang akan
bermanfaat bagi para pembaca.

4. Fungsi Moralitaas
Fungsi moralitas yaitu sebagai nilai moral berdasarkan isi cerita untuk
mengetahui baik buruk yang disampaikan penulis kepada para pembaca.

5. Fungsi Religiusitas
Fungsi religiusitas yaitu sebagai pemberi pelajaran yang religius yang nantinya
bisa dijadikan sebagai contoh baik oleh pembaca.

Meskipun cerpen hanya memiliki kisah cerita yang singkat, akan tetapi memiliki
makna dan pengetahuan yang terkandung dalam sebuah cerpen. Biasanya cerpen
memberikan nilai positif yang dapat diambil oleh pembacanya. Dengan begitu
nilai positif tersebut dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.

2.2.3.2 Ciri-Ciri Cerpen


Supaya kamu lebih mengenal apa itu cerpen, maka bukan hanya sekadar
mengetahui pengertian cerpen saja. Sebuah cerpen memiliki ciri-ciri tertentu
yang khas dimana ciri-ciri ini nantinya akan digunakan sebagai pembeda dari
karya sastra lainnya. Ciri-ciri cerpen sebagai berikut:

Pada umumnya cerpen bersifat fiktif atau berupa karangan dari penulis.
Cerpen memiliki susunan kata yang tidak lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) kata.
Saat membaca cerpen biasanya selesai dengan sekali duduk.
Cerpen memiliki bentuk cerita yang sangat singkat.
Cerpen memiliki diksi atau pilihan kata yang tidak rumit sehingga mudah
dipahami oleh pembaca.
Cerpen hanya memiliki alur cerita tunggal atau satu jalan cerita saja.
Kisah cerita pada cerpen biasanya berasal dari peristiwa dalam kehidupan sehari-
hari.
Karakter tokoh pada cerpen sangat sederhana.
Di akhir bagian biasanya terdapat pesan moral yang sangat mendalam sehingga
membuat pembaca ikut merasakan kisah pada cerpen tersebut.
2.2.3.3 Jenis-jenis Cerpen (Cerita Pendek)
Dalam artikel ini, bukan hanya pengertian cerpen saja yang akan dijelaskan,
tetapi jenis-jenis cerpen akan dijelaskan juga. Tidak selamanya semua cerita
yang berukuran pendek dikategorikan dalam cerita pendek. Ada beberapa jenis
dari cerita pendek / cerpen yang biasanya dibuat oleh penulis. Berikut ini
berbagai jenis cerpen yang harus Anda ketahui :

1. Cerpen Pendek
Seperti yang kita ketahui, cerita pendek adalah jenis cerita yang kurang dari
10.000 kata panjangnya. Jenis pertama dari cerpen adalah Cerpen Pendek. Dan
seperti namanya, cerita pendek yang satu ini cenderung lebih pendek daripada
jenis cerita pendek lainnya. Panjang kata dari Cerpen Pendek yaitu sekitar 500
hingga 700 kata.

Karangan fiktif yang satu ini biasanya digunakan untuk menjelaskan sebuah
kejadian dengan bahasa yang singkat, padat, menarik perhatian, dan efektif.
Bagian pembuka biasanya sangat sedikit, sekitar 1 hingga 2 paragraf, lalu masuk
ke bagian konflik inti. Bagian akhir juga biasanya lebih sedikit daripada jenis
cerpen lainnya.

2. Cerpen Sedang
Jenis cerita pendek atau cerpen yang kedua yaitu cerita pendek sedang / Cerpen
Sedang. Cerita pendek Sedang biasanya memiliki panjang sekitar 700 hingga
1.000 kata panjangnya. Cerpen sedang juga bisa ditemui dengan mudah pada
buku-buku pelajaran sekolah karena dianggap efektif dan menarik perhatian.

Cerpen Sedang sedikit lebih panjang daripada Cerpen Pendek. Sehingga bagian
pembukaannya juga akan lebih panjang sedikit daripada cerpen pendek. Selain
itu, penokohan dari tokoh yang diceritakan bisa dijabarkan dengan kalimat yang
lebih jelas. Tak hanya itu, Cerpen Sedang biasanya digunakan untuk menjelaskan
cerita dengan lebih mendetail.

3. Cerpen Panjang
Jenis cerpen yang terakhir yaitu Cerpen Panjang. Cerpen yang satu ini biasanya
dibuat dengan panjang sekitar 1.000 kata atau lebih. Dan bahkan ada sebuah
cerpen yang dibuat mendekati 5.000 kata atau bahkan 10.000 kata. Jenis cerpen
yang satu ini memiliki ciri umum yang penuturannya yang santai.

Karena penulis ingin menuturkan cerita yang lumayan panjang, biasanya bagian
pembukaan dan penutupan cukup panjang pula. Proses memasuki bagian konflik
juga lebih panjang dari biasanya, sehingga pembaca bisa lebih memahami cerita
dengan lebih mendetail. Biasanya jenis cerita pendek yang satu ini jarang
ditampilkan pada buku pelajaran karena cukup panjang.

Selain terdapat beberapa jenis cerpen, Di dalam buu Kiat Menulis Cerita Pendek,
dijelaskan mengenai setiap cerpen memiliki visi serta gaya penulisan yang
berbeda, proses kreatifnya, dan masih banyak lagi.

2.2.3.4 Unsur Intrinsik Cerpen


Sebuah cerpen atau cerita pendek memiliki suatu unsur pembentuk yang harus
ada di dalam cerpen itu sendiri. Unsur ini dinamakan dengan unsur intrinsik.
Unsur intrinsik akan membangun kisah cerita yang ingin disampaikan oleh
penulis. Berikut inilah beberapa unsur intrinsik:
1. Tema
Sebuah cerpen harus memiliki tema cerita. Hal ini karena tema menjadi unsur
utama yang ingin disampaikan penulis pada kisah ceritanya.

2. Alur atau Plot


Alur atau plot merupakan urutan peristiwa atau jalan cerita pada sebuah cerpen.
Pada umumnya alur pada cerpen diawali dengan perkenalan, konflik masalah,
lalu penyelesaian. Namun ada beberapa jenis alur cerita yaitu alur maju, alur
mundur, dan alur campuran.

3. Setting
Setting merupakan penjelasan mengenai latar atau tempat, waktu, dan suasana
yang terjadi dalam cerpen tersebut.

4. Tokoh
Tokoh merupakan pemeran yang diceritakan dalam sebuah cerpen. Tokoh terdiri
dari pemeran utama dan pemeran pendukung.

5. Watak
Watak merupakan gambaran sifat dari para pemeran. Watak terdiri dari tiga jenis
yaitu protagonis (baik), antagonis (jahat) dan netral.

6. Sudut pandang atau point of view


Sudut pandang merupakan cara pandang pengarang saat menceritakan kisah pada
sebuah cerpen. Sudut pandang dibagi menjadi dua bentuk yaitu sudut pandang
orang pertama yang terdiri dari pelaku utama (“aku” merupakan tokoh utama)
dan pelaku sampingan (“aku menceritakan orang lain). Sedangkan sudut pandang
orang ketiga terdiri dari serba tahu (“dia” menjadi tokoh utama) dan pengamat
(“dia” menceritakan orang lain).

7. Amanat
Amanat merupakan pesan moral atau pelajaran yang disampaikan oleh penulis
kepada pembaca. Pesan moral yang disampaikan biasanya dalam bentuk tersirat
maupun tersurat.

Bukan hanya penulis cerita pendek saja yang memiliki unsur-unsur tersebut,
penulisan karya lain juga memerlukan aturan-aturan di dalamnya. Oleh sebab itu
sangat penting bagi penulis untuk memahami tips-tips yang dapat
mempermudahnya dalam membuat sebuah karya tulis. Buku Kumpulan Tips
Menulis oleh Rasibook berisikan tips dalam menulis, cara mencari ide, dan
masih banyak lagi.
Unsur Ekstrinsik Cerpen
Pada sebuah cerpen seringkali terdapat penambahan peristiwa yang terjadi di
sebuah lingkungan. Hal tersebut dinamakan dengan unsur ekstrinsik atau unsur
yang berasal dari luar untuk membangun sebuah cerpen. Dengan adanya unsur
ekstrinsik, maka cerpen yang dibaca menjadi lebih menyentuh perasaan.

Berikut inilah beberapa unsur ekstrinsik pada sebuah cerpen:

Terdapat latar belakang dari pengarang. Biasanya latar belakang pada kisah
cerpen berasal dari pengalaman pribadi pengarangnya. Namun tak jarang jika
pengarang mengambil cerita dari kisah orang lain.
Terdapat latar belakang dari masyarakat. Latar belakang dari masyarakat ini akan
membantu berlangsungnya jalan cerita. Biasanya juga mempengaruhi isi
ceritanya juga.
Terdapat biografi yang memaparkan biodata, riwayat hidup dan pengalaman
secara menyeluruh dan lengkap dari pengarangnya.
Terdapat aliran sastra yang mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan oleh
penulis saat menyampaikan ceritanya.
Terdapat kondisi psikologis berupa keadaan senang, sedih, suka dan duka yang
mempengaruhi mood penulis saat membuat sebuah cerita pendek.

2.2.3.4 Kaidah Kebahasaan Cerpen


Cerpen memiliki ciri-ciri kebahasaan yang dapat dilihat melalui pemilihan gaya
bahasa dan diksi yang digunakan. Pada cerpen umumnya penulis menggunakan
pendeskripsian fisik tokoh secara kuat. Hal ini akan membantu menggambarkan
suasana yang tepat dan sesuai dengan ceritanya.

Pada cerpen juga menggunakan frasa adverbial atau kata keterangan yang
membantu menunjukan latar tempat atau waktu seperti di pagi hari, sore hari
atau di sebuah tempat pada peristiwa kejadian. Selain itu juga harus menerapkan
penggunaan kalimat langsung dan tak langsung atau berupa dialog.

Cerpen juga identik dengan penggunaan kata-kata kiasan atau konotatif untuk
menambah kesan keestetikan sehingga akan menambah nilai kepuasan para
pembaca. Selain itu juga menggunakan kalimat informal maupun semi formal
sesuai dengan peristiwa kejadian.

Contoh cerpen beserta unsur intrinsiknya


Dalam menulis sebuah cerpen yang baik, kamu bisa menjadikan cerpen lain
sebagai referensi baik dalam cara atau gaya penulisan, alur, dan masih banyak
lagi. Buku Kumpulan Cerita Pendek Cinta dan Sosial Media oleh Nur Siti
Aisyah Dkk dapat kamu gunakan karena berisi berbagai cerita pendek yang
menarik.

Liburan Sekolahku
Usai pembagian rapot di sekolah, akhirnya aku bisa menikmati liburan panjang.
Meskipun aku tidak mendapat rangking atas, tapi aku tetap mendapat nilai yang
lumayan baik. Aku tetap bahagia karena membayangkan keluargaku mengajak
aku pergi liburan.
Ayah dan ibuku mengajakku pergi liburan ke suatu tempat wisata yang
menyenangkan. Aku sangat tidak sabar untuk pergi menikmati liburan. Bahkan
aku bingung untuk memilih pakaian mana yang akan kupakai. “Kali aku pakai
baju yang mana ya?” Tanyaku dalam hati. “Ah yang biru sangat bagus, tapi yang
merah juga sangat cocok!”

Aku pun pergi menemui ayah dan ibu yang sedang asyik menonton TV. Lalu aku
berbincang dengan mereka, “Ayah, Ibu, bagaimana kalau kita pergi liburan ke
pantai? Aku sangat ingin pergi ke sana”. Ayah dan ibu tiba-tiba hanya saling
pandang, lalu ayah berkata “Nak, liburan kali ini kamu di rumah saja ya sama
Ibu, karena Ayah harus ada pekerjaan di luar kota.” Aku sangat kecewa dengan
pernyataan ayah tapi aku harus menerima keputusannya.

Hari-hari telah berlalu dan aku hanya menikmati libur sekolahku di rumah saja.
Meskipun aku sebenarnya juga ingin pergi ke luar rumah bersama teman-teman.
Tapi ibu melarangku pergi ke luar, dan hanya menyuruhku membantu
melakukan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih rumah. Kalaupun aku keluar
hanya saat ke pasar dan itu pun juga ditemani oleh ibu.

Namun aku tetap melakukan pekerjaan yang produktif seperti belajar untuk
menyambut ujian nasional yang akan berlangsung beberapa bulan lagi.
Sebenarnya aku juga merasa suntuk berada di rumah terus. Terkadang aku ingin
menolak permintaan ibu saat menyuruhku, tapi aku cuma bisa terima dan
melakukannya.

Pada suatu sora ibu mengetuk pintu kamarku dan bilang kepadaku “kamu segera
mandi ya, Ibu tunggu di luar.” Aku menjawabnya “loh kita mau kemana Bu?”
Lalu ibu menjawab “Ibu mau mengajak kamu jalan-jalan ke taman kota, ya
sekalian masa kau di rumah terus.” Sontak aku merasa senang “yang benar Bu,
oke kalau begitu aku mandi dulu.”

Setelah itu aku pergi ke taman kota bersama Ibu. Meskipun hanya jalan-jalan
sore di sekitar taman, aku sudah merasa senang banget. Mungkin ini karena aku
terlalu lama berdiam diri di rumah dan baru kali ini menikmati jalan-jalan. Yang
pasti aku sangat senang karena ibu mengajak aku jalan-jalan sore.

Unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen diatas adalah sebagai berikut :
Cerpen di atas memiliki tema liburan.
Alur pada cerpen yaitu alur maju.
Cerpen di atas memiliki latar tempat di rumah dan taman kota. Latar waktu
menunjukan sore hari.
Tokoh yang diceritakan adalah Aku, Ibu dan Ayah.
Setiap tokoh memiliki watak atau karakter yang berbeda dan saling mendukung.
Karakter tokoh Aku adalah pendiam, berbakti pada orang tua, sedangkan tokoh
Ibu memiliki karakter sabar, telaten, peduli dan tidak tegaan. Karakter tokoh
Ayah adalah sabar, penyayang dan pekerja keras serta bertanggung jawab kepada
keluarga.
Sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama
Pada cerpen diatas memiliki amanat berupa pesan moral dimana melatih anak
supaya tidak selalu berlibur saat memasuki musim liburan. Selain itu juga
mengajarkan sikap mandiri kepada anak agar memanfaatkan liburan dengan
produktif.
Itulah pembahasan tentang pengertian cerpen (cerita pendek) yang wajib kamu
ketahui. Semoga menambah pengetahuan kamu tentang seluk beluk cerpen.

2.2.4.1 Pengertian Kontekstual

Menurut Nurhadi bahwa pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning


atau CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi 2002: 1). Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam
status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari
berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu merke memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat
bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu mereka memerlukan guru sebagai
pengarah dan pembimbing.

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan


situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Hasilnya
diharapkan lebih bermakna dan bermanfaat.

Adapula peran guru di kelas, dengan pendekatan kontekstual adalah membantu siswa
mencapai tujuannya, guru harus memikirkan strategi pembelajaran daripada beceramah di
kelas untuk menyampaikan informasi. Dalam hal ini guru mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja sama untuk inovasi-inovasi baru bagi siswa dengan cara menemukan sendiri
bukan datang dari guru. Proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan
nasional.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya
maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas
guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang
baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari “menemukan sendiri” bukan
dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran seperti pembelajaran yang lain.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar


yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkannya dalam tujuh
komponen utama pembelajaran afektif yaitu: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inkuiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modelling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment) (Nurhadi 2005: 105).Berikut
penjelasan singkat mengenai tujuh komponen yang ada,yakni:

a. Konstruktivisme (Constructivisme)

Konstruktisme merupakan landasan berpikir atau filosofi pendekatan CTL,yaitu


pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, tidak sekonyongkonyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil dan
diingat.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus menemukan dan menstransformasikan suatu
informasi itu dalam situasi lain. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut.

Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita itu


merupakan konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu. Seseorang yang belajar
itu membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif (tidak hanya menerima dari guru
mereka) dan terus menerus (Paul Suparno 2006:11).

b. Bertanya (questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Dengan


bertanya dapat menggali informasi, membangkitkan respon, mengecek pemahaman,
memfokuskan perhatian, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui dan menyarkan
kembali pengetahuan siswa. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran CTL.
Bagi guru dengan bertanya akan mendorong, membuktikan dan menilai kemampuan
berpikir siswa.
Berkenaan dengan strategi bertanya, beberapa hal kebiasaan yang perlu
dihindari dalam bertanya. Kebiasaan itu adalah (a) mengulangi pertanyaan sendiri, (b)
mengulang jabawan siswa, (c) menjawab pertanyaan sendiri, (d) pertanyaan yang
memancing jawaban serentak, (e) pertanyaan ganda, (f) menentukan siswa tertentu
untuk menjawab.

c. Menemukan (inquiry)

Menenemukan merupakan kegiatan inti dari CTL. Guru harus merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan. Inquiry sering dipertukarkan dengan discovery.
Pengtahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan merupakan hasil dari mengingat
seperangkat fakta yang diberikan oleh guru.Siswa diharapkan menemukan sendiri apapun
materinya. Dalam usaha siswa untuk menemukan itu, guru hendaknya menerapkan langkah-
langkah dalam kegiatan menemukan,antara lain: (1) mengetahui masalah yang dibahas, (2)
mengamati atau melakukan observasi, untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, (3)
menganalisis dan menyajikan dalam bentuk tulisan, gambar atau karya yang lain, (4)
mengkomunikasikan dengan menyajikan hasil karya dengan teman sekelas, guru atau orang
lain.

1. Makna kontekstual diartikan sebagai makna yang muncul berdasarkan


konteksnya.Adapun konteks yang dimaksud adalah kalimat tempat dimana contoh
kata dasar itu berada.Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
menekankan pada kaitan antara materi yang dipelajari dengan kondisi dikehidupan
nyata yang bisa dillihat dan dianalisis oleh peserta didik.

Saat kegiatan pembelajaran berlangsung,peserta didik seolah bisa merasakan dan


melihat langsung aplikasi nyata materi yang sedang dipelajari. Adapun contoh
pembelajaran kontekstual di Kelas adalah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan paragraf deskripsi


kepadapeserta didik.

2. Guru menjelaskan mengenai langkah-langkah dalam menulis paragraf deskripsi


kepada peserta didik.

3. Guru menyiapkan bahan ajar berupa satu paragraf deskripsi sebagai contoh untuk
peserta didik.

4. Guru mengajak peserta didik untuk membangun niat dari peserta didik agar
memiliki rasa ingin tahu dalam menulis sebuah paragraf.

1. Adapun pengertian pembelajaran menurut para ahli adalah sebagai berikut:

a.Menurut Depdiknas

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru yang


mengaitkan materi yang diajarkan dengan disituasi didunia nyata peserta didik.
Menurut Depediknas,metode pembelajaran ini harus mampu mendorong siswa
untuk menciptakan hubungan anatar pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menurut Elaine B.Johnson

Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan untuk menolong


para siswa-siswi untuk melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari.

C. Menurut Wina Sanjaya

Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang


menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk menerapkaknya pada kehidupan mereka.

2. Tujuan Pembelajaran Kontekstual.

Adapun tujuan dari pembelajaran kontekstual yaitu:

a. Meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar,sehingga mereka


bisa mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel dan aplikatif dalam kehidupan
sehari-hari.

b. Memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna


materi yang sedang dipelajari.

3. Manfaat dari pembelajaran kontekstual.

Adapun beberapa manfaat dari pembelajaran pendekatan kontekstual diantaranya


yaitu:

a. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis,logis dan


sistematis.

b. Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena
memahami dengan menerapkan.

c. Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.

d. Meningkatkan kreativitas pesertaq didik berkaitan dengan permasalahan yang ada


di sekitar yang disesuaiakan dengan ilmu yang di dapatkan.

4. Langkah-langkah dalam pembelajaran kontekstual.

a. Mengenalkan sosok yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan,contolnya


pelajaran bahasa indonesia tentang menulis paragarf deskriptif.Hal ini dilakukan
bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik pada kegiatan belajar
mengajar serta motiasi agar peserta didik bisa meniru kesuksesan figur tersebut.
b. Merumuskan manfaat serta tujuan dari materi yang dipelajari serta mengaitkannya
dengan kehidupan sehari-hari.

c. Memberikan umpan balik dengan cara membebaskan peserta didik untuk


bereksplorasi,sehingga nantinya mereka bisa menemukan cara belajar yang sesuai.

BAB III

Metode Penelitian

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif.Penelitian kualitatif adalah penelitian penelitian yang memanfaatkan teori sebagai
data.Penelitian kualitatif inilebih menekankan pada penjelasan fenomena yang berasal dari
data-data yang terkumpul. Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam
suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih, hubungan antar variable yang
timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan
sebagainya.

Menurut Nazir (1988), metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki. Kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis
data, interprestasi data, dan pada akhirnya dirumuskan suatu kesimpulan yang mengacu pada
analisis data tersebut.

Dalam penelitian ini, pada umumnya akan terjadi 3 hal kemungkinan masalah yang
dibawa oleh peneliti ke penelitian tersebut, diantaranya sebagai berikut :

a) Masalah yang dibawa peneliti adalah masalah tetap, yaitu judul dari penelitian
deskriptif kualitatif mulai awal pengajuan proposal hingga akhir laporan tetap sama.
b) Masalah yang diajukan oleh peneliti menjadi berkembang serta lebih mendalam
sesudah peneliti melakukan penelitian tersebut di lapangan, dalam hal ini tidak terlalu
banyak hal yang berubah, hanya butuh penyempurnaan saja.
c) Masalah yang diajukan oleh peneliti sesudah melakukan penelitian tersebut di
lapangan akan berubah total, akan terjadi pergantian objek masalah secara
menyeluruh dan akan berbeda dari penelitian awal sebelum memasuki lapangan
penelitian.anyak hal yang berubah, hanya butuh penyempurnaan saja.

Berdasarkan teori diatas,penelitian yang di lakukan dalam meneliti ketrampilan menulis


cerpen dalam pembelajaran bahasa indonesia menggunakan penelitian deskriptif kualitatif
karena bertujuan untuk mendeskripsikan atau mengambarkan secara sistematis tentang
fenomena yang diteliti. Penelitian ini memberikan gambaran yang secara cermat mungkin
mengenai ketrampilan menulis cerpen menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa
kelas X11 Smak St.Familia Waenakeng-Lembor.

3.2. Sumber Data dan Data

Data merupakan bagian pendukung dalam satuan penelitian.Menurut Ralston dan


Relly (Chamidi,2004:314),data didefinisikan sebagai fakta atau apa yang dikatakan dari suatu
obserasi alam.Sebagai hasil obserasi langsung terhadap kejadian atau fakta dari fenomena
didalamnya nyata.
Pengertian sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) adalah sumber data
yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.Data dan
sumber data dalam penelitian ini adalah proses ketrampilan menulis cerpen dalam
pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas X11
Smak St.Familia Waenakeng-Lembor.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik
simak catat obserasi dan wawancara. Berikut penjelasan mengenai beberapa teknik yang ada
yaitu:

a. Teknik simak dan catat adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memperoleh data
dengan menyimak sumber data kemudian dicatat sebagai data dalam penelitian.
b. Teknik obserasi (obseration) menurut Maman Abdulrahman dan Sambas Ali
(2012:85) teknik obserasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk mengadakan pelaporan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek
yang diteliti,baik dalam situasi bantuan yang secara khusus diadakan dalam situasi
alamiah atau sebenarnya (lapangan).

Sedangkan menurut Harbani Pasolong (2013:131) observasi adalah suatu


pengamatan secara langsung dengan sistematis terhadap gejala-gejala yang hendak
diteliti.

c. Teknik Wawancara
Menurut Maman Abdulrahman dan Sambas Ali (2012:85) teknik wawancara adalah
salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya
jawab,baik secara langsung maupun tidak langsung secara bertatap muka dengan
(responden).

3.4. Metode Analisi Data

Analisis data merupakan proses dalam mengelolah data yang sudah dikumpulkan agar
menjadi informasi yang bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan yang
diteliti.Analis data adalah proses yang mencari dan menyusun secara sistematis yang
diperoleh melalui beberapa tahap dan bahan lainnya sehingga dapat mudah dipahami dan
diinformasikan kepada orang lain (Patilima 2011:92).

Metode analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1) Reduksi Data
Reduksi data merupakan analisis yang memperajamkan, memperolongkan,
mengarahkan, membunag yang tidak perlu dan menyususn data sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhir dapat disimpulkan dan dierifikasi.
2) Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan,dan dalam tahap ini peneliti akan
menyusun data secara lebih sederhana dan mudah dipahami.
3) Penarikan Kesimpulan
Dari pengumpulan data yang ada,peneliti mulai mencari arti dari apa yang
diteliti dan ditarik kesimpulan.

3.5. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini keabsahan data diuji dengan teknik triangulasi.Sugiayanto


(2012:125) mengatakan bahwa teknik triangulasi dalam penelitian dapat diartikan sebagai
pengecekkan data dari berbagai sumber.Tujuan dari triangulasi data untuk mengetahui
keabsahan data dari sumber data penelitian yang dilakukan.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi


teori.Triangulasi teori memanfaatkan dua teori atau lebih teori yang dipadukan.Triangulasi
teori bertujuan untuk mengkaji keabsahan data yang diperoleh sesuai dengan teori yang
ada.Teori triangulasi data dalam penelitian ini yang dilakukan dengan mendeskripsikan
ketrampilan menulis cerpen dalam pembelajaran bahasa indonesia menggunakan pendekatan
kontekstual pada siswa kelas X11 Smak St.Familia Waenakeng-Lembor.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Azhar.Media Pembelajaran,Jakarta:Rajawali Pers, 2010.

Hufad; Ahmad. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Departement Agama Republik Indonesia 2009.


Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) Jakarta:
Depdiknas.

Depdiknas 2008, Pembelajaran Kontekstual http://akhmad sudrajat.wordpress.com/


2008/01/29/ pembelajaran –kontekstual

Yulia Krisnawati dan Suwarsih Madya, 2004. Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dengan

Yulia Krisnawati dan Suwarsih Madya, 2004. Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dengan Metode Kontekstual di SLTP Negeri 2 Surabaya. Yogyakarta: Jurna Penelitian dan
Evaluasi No. 7 Tahun 2004.

Anda mungkin juga menyukai