Anda di halaman 1dari 29

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MENGGUNAKAN

PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC) DAN MODEL PEMBELAJARAN


PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) PADA SISWA KELAS XI
SMK PLUS AL-FARHAN KADUDAMPIT SUKABUMI

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah terstruktur “Metodologi
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”
Dosen: Prof. Dr. H. Didi Suherdi, M.Ed dan Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum.

Oleh :

HELMINA
88101141012

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (S-2)


PASCASARJANA UNIVERSITAS SURYAKANCANA
CIANJUR
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Illahi Robbi yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi Menggunakan
Pendekatan Ilmiah (Scientifik) dan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery)
pada Siswa Kelas XI di SMK Plus Al-Farhan”. Solawat beserta salam semoga
tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya serta para
sahabatnya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Metodologi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dalam proses pembelajaran bahasa, diperlukan kreativitas guru dalam


memilih dan memadukan beberapa pendekatan dan model pembelajaran yang
cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Sehingga keanekaragaman
tingkat intelektual siswa dapat diatasi. Pendekatan Ilmiah (Scientifik) merupakan
terobosan dalam dunia pendidikan yang lahir dari konsep kurikulum 2013.
Pengembangan kurikulum 2013 merupakan lanjutan pengembangan KTSP 2004
dan 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara
terpadu. Melalui model pembelajaran penemuan (discovery learning) siswa diajak
untuk menemukan konsep atau informasi sendiri yang kemudian mereka tuangkan
dalam menulis teks eksposisi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini
disebabkan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu,
Penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya, Penulis mengharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Sukabumi, Oktober 2014

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan Makalah 3

BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Pendekatan Ilmiah (Scientifik) 5
2.1.1 Esensial Pendekatan Ilmiah (Scientifik) 5
2.1.2 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah 6
2.2 Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) 16
2.2.1 Pengertian 16
2.2.2 Konsep 17
2.2.3 Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses
Pembelajaran 17
2.2.4 Sistem Penilaian 20
2.3 Teks Eksposisi 20
2.3.1 Pengertian 20
2.3.2 Langkah-langkah Menulis Teks Eksposisi 21
2.3.3 Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Discovery 22

BAB III PENUTUP


A. Simpulan
24
B. Saran
25

DAFTAR PUSTAKA
26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
memerlukan pemahaman terhadap susunan, situasi, konteks dan kaidah-kaidah
berbahasa. Menulis sebagai aspek keterampilan berbahasa merupakan
keterampilan menyampaikan pikiran, penyampaian gagasan dan penyampaian
perasaan melalui bahasa tulis. Menulis bukan hanya sekedar menuliskan
huruf-huruf atau lambang-lambang bahasa dan kata-kata dalam bentuk
kalimat, akan tetapi menulis merupakan sarana penyampaian pikiran, gagasan,
ide-ide, dan argumen-argumen secara sistematis kepada pembaca. Dalam
menulis diperlukan keterampilan memilih kata-kata yang tepat, cara
mengungkapkan gagasan, cara mengungkapkan kalimat yang baik, dan
penggunaan ejaan sesuai aturan penulisan.
Menulis merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam setiap
tahapan proses pembelajaran yang dialami siswa selama pembelajaran
berlangsung. Menulis merupakan kegiatan pengungkapan gagasan secara
tertulis. Menulis atau mengarang boleh dikatakan keterampilan yang paling
sukar bila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya.1 Untuk itu,
dalam keterampilan menulis diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan
terus menerus. Menulis diperlukan kecermatan untuk mengemukakan ide,
gagasan, pikiran yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan. Tujuan
pembelajaran menulis adalah agar siswa memiliki keterampilan
mengungkapkan gagasan, ide, pendapat, dan pengetahuan secara sistematis.
Pembelajaran keterampilan menulis memiliki berbagai macam bentuk.
Salah satunya keterampilan menulis teks eksposisi. Keterampilan menulis
teks eksposisi bertujuan memberikan informasi kepada pembaca.
Pembelajaran menulis teks eksposisi terdapat dalam kurikulum 2013.
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk
1
M.Subana ; Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung:Pustaka Setia), hal.
231

1
mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi siswa. Kurikulum 2013
merupakan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK, 2004) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP, 2006). Hal yang paling menonjol dari kurikulum ini
adanya penegasan dan penajaman serta penjamin terusungnya tujuan
pendidikan nasional secara eksplisit dan sinergetik. Seperti tercantum dalam
pasal 3 UU Sisdiknas, ‘Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.’2 Keterampilan menulis teks eksposisi ada pada
Kompetensi Inti nomor 4 yaitu “Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari
di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai dengan
3
kaidah keilmuan.” Penegasan pembelajaran keterampilan menulis eksposisi
terdapat pada Kompetensi Dasar no. 4.2 yang berbunyi, “Memproduksi teks
eksposisi secara lisan maupun tulisan.”4 Tujuan dari pembelajaran ini agar
siswa dapat menulis atau memproduksi teks eksposisi dengan baik dan benar.
Pembelajaran keterampilan menulis teks eksposisi di kelas X SMK Plus Al-
Farhan Sukabumi masih belum mencapai tujuan pembelajaran. Siswa kurang
menguasai kompetensi menulis atau memproduksi teks eksposisi. Kelemahan
siswa dalam menulis teks eksposisi terlihat dalam penyajian gagasan dan
pikiran yang tidak sistematis, cara menyusun dan menyajikan pola-pola
kalimat yang tidak sesuai struktur kebahasaan. Selain itu, kelemahan siswa
dalam menulis atau memproduksi teks eksposisi terlihat pada pilihan kata
yang kurang tepat. Demikian juga halnya penulisan kaidah bahasa atau

2
Didi Suherdi, “Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Guru Bahasa Inggris; Buku
Ajar Pemantapan Kompetensi Akademik 3.1,” (Bandung : 2013) hlm. 94
3
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum
2013 Tahun Ajaran 2014/2015”, (Jakarta: 2014) hlm. 21
4
ibid

2
penggunaan ejaan yang tidak tepat. Siswa terkadang masih sulit membedakan
jenis teks eksposisi dengan teks lainnya.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, setiap guru harus memiliki


pengetahuan dan pemahaman dalam menggunakan pendekatan dan model
pembelajaran serta mampu mengembangkan metode-metode pendidikannya
dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran. Walaupun dalam
kenyataannya belum ada metode pembelajaran yang paling efektif digunakan.
Setiap guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam memilih dan
memadukan beberapa pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswanya. Melalui penerapan pendekatan ilmiah
(scientific) dan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)
diharapkan dapat menjadi solusi alternatif yang tepat dan merupakan suatu
”terobosan baru dalam pembelajaran di sekolah” yang sesuai dengan kondisi
siswa, sehingga siswa dapat berpikir kritis, logis dan dapat memecahkan
masalah dengan sikap terbuka, kreatif, inovatif sehingga dengan sendirinya
prestasi belajar siswa dapat meningkat dan kompetensi yang harus dicapai
dapat terwujud.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan diatas penulis mencoba untuk mengkaji
beberapa masalah yang terkait dengan pembelajaran menulis teks eksposisi,
diantaranya:
1. Apakah dengan pendekatan scientific dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis teks eksposisi?
2. Apakah dengan model pembelajaran penemuan dapat meningkatkan siswa
dalam kemampuan menulis teks eksposisi?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran penemuan
(Discovery Learning) ?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi
dengan diterapkannya pendekatan scientific pada kurikulum 2013.

3
2. Mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi
dengan diterapkannya model pembelajaran penemuan (Discovery
Learning) pada kurikulum 2013.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penerapan model pembelajaran
penemuan (Discovery Learning)

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Ilmiah (Scientific)


2.1.1 Esensial Pendekatan Ilmiah (Scientific)

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah


konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar
memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang
langgeng.5Kegiatan belajar aktif dengan melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam keberhasilan siswa.

Pendekatan menurut Noeng Muhadjir yaitu “Cara untuk menganalisis,


memperlakukan, dan mengevaluasi suatu objek”.6 Pada umumnya pendekatan
ini merupakan a way of beginning something atau cara memulai sesuatu.
Lebih luas lagi pendekatan adalah seperangkat asumsi tentang hakikat bahasa,
pengajaran bahasa dan prsoses belajar bahasa.7 Pendekatan saintifik diyakini
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang
memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan
induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif
(deductivereasoning).

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik


simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena
atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.
Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam
relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena
unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan

5
Melvin L. Silberman, “Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif”, (Bandung: Nusamedia,
2011) hlm. 5
6
Noeng Muhadjir, “Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial; Teori Pendidikan Pelaku Sosial
Kreatif”, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000)
7
M. Subana, Sunarti, “Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia”, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2009) hlm. 18

5
umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau
beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau
mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut
ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti
dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat
serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan
menguji hipotesis.

2.1.2 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Menurut Permendikbud no. 81 A tahun 2013 lampiran IV, Proses


pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu; a. mengamati;
b. menanya; c. mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan e.
mengkomunikasikan.

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai


kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan
Belajar dan Maknanya
Langkah Kegiatan Belajar Kompetensi yang
Pembelajaran Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, Melatih kesungguhan,
menyimak, melihat (tanpa ketelitian, mencari
atau dengan alat) informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan Mengembangkan
tentang informasi yang kreativitas, rasa ingin
tidak dipahami dari apa tahu, kemampuan
yang diamati atau merumuskan
pertanyaan untuk pertanyaan untuk
mendapatkan informasi membentuk pikiran
tambahan tentang apa yang kritis yang perlu
diamati (dimulai dari untuk hidup cerdas

6
pertanyaan faktual sampai dan belajar sepanjang
ke pertanyaan yang hayat
bersifat hipotetik)
Mengumpulkan - Melakukan eksperimen Mengembangkan
informasi/ eksperimen - Membaca sumber lain sikap teliti,
selain buku teks jujur,sopan,
- Mengamati objek/ menghargai pendapat
kejadian/ orang lain,

- aktivitas kemampuan

- Wawancara dengan berkomunikasi,

narasumber menerapkan
kemampuan
mengumpulkan
informasi melalui
berbagai cara yang
dipelajari,
mengembangkan
kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang
hayat.
Mengasosiasikan/ -Mengolah informasi yang Mengembangkan
mengolah informasi sudah dikumpulkan baik sikap jujur, teliti,
terbatas dari hasil kegiatan disiplin, taat aturan,
mengumpulkan/eksperime kerja keras,
n mau pun hasil dari kemampuan
kegiatan mengamati dan menerapkan prosedur
kegiatan mengumpulkan dan kemampuan
informasi. berpikir induktif serta
-Pengolahan informasi deduktif dalam
yang dikumpulkan dari menyimpulkan .
yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada

7
pengolahan informasi
yang bersifat mencari
solusi dari berbagai
sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda
sampai kepada yang
bertentangan.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil Mengembangkan
pengamatan, kesimpulan sikap jujur, teliti,
berdasarkan hasil analisis toleransi, kemampuan
secara lisan, tertulis, atau berpikir sistematis,
media lainnya mengungkapkan
pendapat dengan
singkat dan jelas, dan
mengembangkan
kemampuan berbahasa
yang baik dan benar.

a. Mengamati
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah:
membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).
Kompetensi yang dikembangkan yaitu melatih kesungguhan, ketelitian,
dan mencari informasi.
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik
senang dan tertantang, serta mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan
mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu
persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika
tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan

8
yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta
bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi
2) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi
3) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder.
4) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
5) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancer.
6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan
alat-alat tulis lainnya.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta
didik dan guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan
alat-alat lain, seperti (1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (2)
kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (3) film atau
video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (4)
alat-alat lain sesuai dengan keperluan.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam
melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang
(rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan
alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar
yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan
diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau
fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotalberupa catatan yang
dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa
yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.

9
b . Menanya
Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati
atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang hayat.
Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”,
melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah
ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-
ciri kalimat efektif!
Fungsi bertanya pada pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis,
dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

10
8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap
dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.
Kriteria pertanyaan yang baik menurut pendekatan ini yaitu;
singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probing
atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan
peserta didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan
kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik


untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus
memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan
kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah
hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan
tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan
berikut ini.

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan

Kognitif  Pengetahuan  Apa...


yang lebih (knowledge)  Siapa...
rendah  Kapan...
 Di mana...
 Sebutkan...
 Jodohkan atau pasangkan...
 Persamaan kata...
 Golongkan...
 Berilah nama...
 Dll.
 Pemahaman  Terangkahlah...
(comprehension)  Bedakanlah...
 Terjemahkanlah...
 Simpulkan...

11
Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan

 Bandingkan...
 Ubahlah...
 Berikanlah interpretasi...
 Penerapan  Gunakanlah...
(application  Tunjukkanlah...
 Buatlah...
 Demonstrasikanlah...
 Carilah hubungan...
 Tulislah contoh...
 Siapkanlah...
 Klasifikasikanlah...
Kognitif  Analisis  Analisislah...
yang lebih (analysis)  Kemukakan bukti-bukti…
tinggi  Mengapa…
 Identifikasikan…
 Tunjukkanlah sebabnya…
 Berilah alasan-alasan…
 Sintesis  Ramalkanlah…
(synthesis)  Bentuk…
 Ciptakanlah…
 Susunlah…
 Rancanglah...
 Tulislah…
 Bagaimana kita dapat
memecahkan…
 Apa yang terjadi seaindainya…
 Bagaimana kita dapat
memperbaiki…
 Kembangkan…
 Evaluasi  Berilah pendapat…
(evaluation)  Alternatif mana yang lebih
baik…

12
Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan

 Setujukah anda…
 Kritiklah…
 Berilah alasan…
 Nilailah…
 Bandingkan…
 Bedakanlah…

c. Mengumpulkan informasi/ Eksperimen (Mencoba)


Mengumpulkan informasi/ eksperimen pada pendekatan ilmiah
(scientific) kegiatan pembelajarannya antara lain:
1) Melakukan eksperimen;
2) Membaca sumber lain selain buku teks;
3) Mengamati objek/ kejadian/aktivitas; dan
4) Wawancara dengan narasumber.
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta
didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi
atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta
mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar (1) Guru
hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid,
(2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan,
(3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu, (4) Guru menyediakan
kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid, (5) Guru membicarakan
masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas
kerja kepada murid, (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan
bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

13
d. Mengasosiasi/ Mengolah informasi
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi /
mengolah informasi adalah sebagai berikut.
1) mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
2) Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/
mengolah inofrmasi adalah Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat
kegiatan menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih
aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan
sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran
nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan
padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing,
meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.

14
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk
meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara
berikut ini:
1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah.
Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan
disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara
simulasi.
3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai
dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks
(persyaratan tinggi).
4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati
5) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
7) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
8) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

e. Mengomunikasikan
Dalam kegiatan mengomunikasikan dapat dilakukan pembelajaran
kolaboratif.Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal,
lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi
esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang
menempatkan dan memaknai kerja sama sebagai struktur interaksi yang
dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha
kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru dan fungsi guru
lebih bersifat direktif atau menejer belajar. Sebaliknya, peserta didiklah
yang harus lebih aktif. Peserta didik berinteraksi dengan empati, saling

15
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.
Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga
memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan
belajar secara bersama-sama.

2.2 MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)


2.2.1 Pengertian Discovery Learning

Discovery Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang


menekankan pada penemuan konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan
tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik didorong
untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan
mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu
bentuk akhir.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar
yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang
teacher oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository siswa
hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus
Discovery siswa menemukan informasi sendiri.

2.2.2 Konsep
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari
tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin
tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery
Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian
yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan
agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih
kreatif.

16
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk
akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun
informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-
kesimpulan. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Pada akhirnya yang
menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah
hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi
seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika.
Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta
menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

2.2.3 Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses


Pembelajaran

Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery


learning di kelas adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi kegiatan berikut ini:
a) Menentukan tujuan pembelajaran.
b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
c) Memilih materi pelajaran.
d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif.
e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

17
f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik
sampai ke simbolik.
g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2) Pelaksanaan
Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan metode
Discovery Learning di kelas,ada beberapa prosedur yang harus
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai
berikut:
a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada
sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan
dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dengan
demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam
memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa
untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara
atas pertanyaan masalah)
c) Data collection (pengumpulan data)
Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau
eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk

18
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Data dapat diperoleh
melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan
nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

d) Data processing (pengolahan data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan


kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.

e) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah
ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan
atau hipotesis yang telah
f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

2.2.4 Sistem Penilaian

Dalam Model Pembelajaran Discovery, penilaian dapat dilakukan


dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dapat berupa
penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, atau penilaian hasil kerja
siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian pengetahuan, maka
dalam model pembelajaran discovery dapat menggunakan tes tertulis. Jika
bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian
hasil kerja siswa, maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan
contoh-contoh format penilaian sikap seperti yang ada pada uraian
penilaian proses dan hasil belajar pada materi berikutnya.

2.3 Teks Eksposisi

19
2.3.1 Pengertian

Menulis merupakan kegiatan menuangkan ide, gagasan dan pikiran


dalam bentuk tulisan. Dalam kegiatan menulis terjadi pemindahan buah
pikiran berupa ide-ide atau gagasan-gagasan kedalam bentuk tulisan.
Menurut Tarigan yang dikutip oleh Lili F. Manulang menyatakan bahwa
menulis merupakan kegiatan menggambarkan atau melukiskan gambar-
gambar grafis, menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafis tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.8
Eksposisi adalah karangan yang berusaha memaparkan dengan
tujuan menjelaskan. Keraf (1982:136) mengatakan bahwa eksposisi atau
paparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk
menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat
memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian
tersebut.9 Berikut beberapa pengertian yang dikutip oleh Lili F. Manullang
Suparno (2007) menegaskan bahwa eksposisi adalah karangan yang
bertujuan utama untuk memberitahukan, mengupas, menguraikan atau
menerangkan sesuatu. Semi (1991) mengutarakan bahwa Eksposisi adalah
1) beberapa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan; 2)
menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa,kapan dan sebagainya; 3)
disampaikan dengan bahan buka; 4) menggunakan nada netral tidak
memihak dan memaksakan sikap penulis terhadap pembaca. Sama seperti
bentuk paragraf yang lain, tentu eksposisi juga mempunyai ciri-ciri yang
membedakannya dengan bentuk paragraf lainnya. Yunas (1997)
mengatakan ciri-ciri eksposisi mencakup menjelaskan / menerangkan /
menguraikan suatu pokok pikiran, memperluas pendapat / pengetahuan
pembaca terhadap pokok pikiran yang dibaca, tidak bertujuan untuk
mempengaruhi pembaca/mengajak pembaca. Sedangkan Keraf (1982),
mengungkapkan bahwa ciri-ciri eksposisi berupa tulisan yang memberikan

8
Lili F. Manulang, “Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi dengan Model
Pembelajaran Kontruktif”, diakses pada tanggal 1 Oktober 2014 pukul 18.51 di http://
portalgaruda.org. pdf
9
Gorrys Keraf , Eksposisi dan Deskripsi, (Ende Flores : (1982), hlm. 136

20
pengertian dan pengetahuan, menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa,
kapan, dan bagaimana, disampaikan dengan bahasa yang lugas,
menggunakan nada netral, tidak memihak dan memaksakan sikap penulis
terhadap pembaca.10

2.3.2 Langkah-langkah Menulis Teks Eksposisi

Langkah-langkah menulis paragraph eksposisi menurut Lili F.


Manullang yaitu diawali dengan menentukan topik/tema, kemudian
menetapkan tujuan memilih topik, menentukan materi yang akan
dirumuskan sebagai gagasan utama, lalu memilih pola pengembangan
yang sesuai. Setelah itu menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik
yang dipilih dan yang terakhir mengembangkan kalimat menjadi paragraf
lengkap berisi gagasan utama dan gagasan pendukung.11
Dalam Akhadiah (2003) yang ditulis oleh Lili F. Manullang
dikatakan bahwa ada beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam
memilih topik yaitu topik itu bermanfaat dan layak untuk dibahas, topik itu
cukup menarik terutama bagi penulis dan bagi pembaca. Topik dikenal
oleh masyarakat, artinya penulis harus benar-benar mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang topik yang dipilihnya, bahan yang
diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai serta topik yang dipilih
tidak terlalu luas dan sempit. Paragraf eksposisi adalah paragraf yang
bersifat memberitahukan atau menjelaskan suatu peristiwa agar orang lain
mengetahuinya. Paragraf eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika
yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk memahami
paragraf eksposisi diperlukan proses berpikir. Eksposisi menyangkut
berbagai jenis tulisan, seperti : sebagian besar buku teks, petunjuk cara
melakukan atau membuat sesuatu, makalah, skripsi, kamus, buku
masakan, berita-berita di surat kabar, majalah dan lain sebagainya.12

2.3.3 Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

10
Lili F. Manullang, off cit. hlm.7
11
ibid
12

21
Berdasarkan teori di atas, guru dapat menerapkan model Penemuan
(Discovery Learning) dalam pembelajaran di kelas. Guru tidak lagi sebagai
pendidik, tetapi lebih sebagai motivator, fasilitator, dan mediator yang
menghadirkan pengalaman belajar bagi siswa. Penerapannya dapat
dituangkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran. Adapun langkah-
langkah yang akan diterapkan untuk meningkatkan kemampuan menulis
teks eksposisi dalam pembelajaran di kelas, yaitu :

1. Kegiatan Pendahuluan
Pada tahapan ini pembelajaran dimulai dari berdoa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing, dilanjutkan dengan presentasi
hasil kerja rumah dari pertemuan sebelumnya. Melalui curah pendapat
peserta didik dan guru menentukan kebenaran hasil kerja rumah mereka.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik. Peserta didik dan guru menyepakati kegiatan yang
akan dilakukan.
2. Kegiatan Inti
Pada tahapan ini peserta didik membaca contoh teks eksposisi yang
merupakan tahapan mengamati dalam model pembelajaran discovery
learning . Melalui diskusi kelompok, peserta didik menanyakan kerangka
isi teks eksposisi dan menanyakan aspek-aspek yang ada dalam struktur
teks eksposisi yang telah dibacanya. Ini merupakan tahapan menanya
dalam model discovery learning. Dalam tahapan mencoba atau
mengeksplorasi yang merupakan tahap selanjutnya dalam pendekatan
scientific dan model pembelajaran discovery learning peserta didik
merumuskan kerangka isi teks eksposisi dan mendiskusikan aspek-aspek
yang ada dalam struktur teks eksposisi tersebut. Tahapan selanjutnya
peserta didik menyusun kerangka isi dan mengembangkannya menjadi
paragraph eksposisi.
3. Kegiatan Penutup
Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik membuat
rangkuman. Pserta didik dan guru melakukan refleksi, misalnya
menanyakan kesulitan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran.

22
Peserta didik diminta untuk melanjutkan hasil penulisannya melalui tugas
terstruktur. Peserta didik diberitahu untuk mengkomunikasikan karya atau
hasil tulisannya pada pertemuan berikutnya. Terakhir dari tahapan ini
salah satu peserta didik memimpin berdoa untuk mengakhiri
pembelajaran.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Pendekatan ilmiah (scientific) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis teks eksposisi. Pendekatan ilmiah (scientific) merupakan
titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan
pengetahuan siswa. Pendekatan ini lebih mengedepankan penalaran
induktif dibandingkan penalaran deduktif. Penalaran induktif memandang
fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti
spesifik kedalam relasi idea yang lebih luas. Pendekatan ini umumnya
memuat serangkaian aktivitas atau pengalaman belajar siswa mulai dari
pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi
atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
Pendekatan ilmiah mampu mendorong siswa belajar aktif, sehingga tujuan
pembelajaran menulis teks eksposisi dapat tercapai. Tidak hanya bagi
siswa yang mudah belajar namun siswa yang sulit belajar pun akan mudah
mencapai kompetensi yang diharapkan. Mereka mendapatkan lima
pengalaman belajar, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Proses yang didapatkan
dari pengalaman belajar akan senantiasa melekat sampai kapan pun.
2) Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis teks eksposisi. Discovery Learning
merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada
penemuan konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Pada
Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari
informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif)
apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

24
Model ini lebih mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa sehingga
kompetensi yang harus dicapai dapat dengan mudah mereka kuasai.
3) Kelebihan dari penggunaan model pembelajaran Discovery Learning
adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran Discovery Learning dapat merubah kondisi
belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
b. Model pembelajaran Discovery Learning dapat mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented.
c. Model pembelajaran Discovery Learning dapat merubah modus
Ekspository (siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan
dari guru) ke modus Discovery (siswa menemukan informasi
sendiri).
Kelemahan model pembelajaran Discovery Learning adalah sebagai
berikut:
a. Diperlukan guru yang terampil dalam menerapkan model
pembelajaran Discovery Learning.
b. Diperlukan guru yang memahami pelaksanaan model Discovery
Learning.

3.2 Saran
Untuk menggunakan pendekatan dan model diatas diperlukan guru yang
terampil. Untuk itu guru disarankan untuk mengikuti pelatihan khusus,
sehingga tujuan dari pembelajaran dapat dicapai dan dapat menghasilkan
output sesuai yang diharapkan yaitu; 1) manusia yang berkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, 2)
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan 3) warga Negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.

25
DAFTAR PUSTAKA

Gie, The Lieng. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta : Andi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). “Materi Pelatihan


Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015” .Jakarta.
Keraf, Gorys. 1980. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores : Nusa Indah

Manullang, Lili F..2009. “Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf


Eksposisi dengan Model Pembelajaran Kontruktif”, diakses pada tanggal 1 Oktober
2014 pukul 18.51 di http:// portalgaruda.org. pdf

Muhadjir, Noeng. (2000) “Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial; Teori


Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif”. Yogyakarta: Rake Sarasin.
M. Subana; Sunarti. (2009) “Strategi Belajar Mengajar Bahasa
Indonesia”. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Silberman, Melvin L. (2011). “Active Learning 101 Cara Belajar Siswa
Aktif”. Bandung: Nusamedia.

Suherdi, D. (2013). “Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Profesi


Guru Bahasa Inggris; Buku Ajar Pemantapan Kompetensi Akademik 3.1,”
Bandung : Celtics Press.

26

Anda mungkin juga menyukai