Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. BAHASA INDONESIA


PRODI ILMU KEOLGARAAN

Skor Nilai :

“PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE


BERCERITA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR”
(Sri Rezki Maulina Azmi, 2019)

Nama Mahasiswa : Winner Gloriando Tondang


NIM : 6203210037
Prodi : Ilmu Keolahragaan Ikor B
Dosen Pengampu : Drs. Tangson R. Pangaribuan, M.Pd

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review tepat pada
waktunya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Tangson R. Pangaribuan, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang merupakan mata kuliah wajib
yang diselenggarakan di seluruh Program Studi Ilmu Keolahragaan.
Karena sifatnya membantu, maka sekiranya mahasiswa/i yang lain dapat melengkapi
makalah ini dengan bahan bacaan materi yang lain sehingga akan membantu dan
memahami materi yang sebelumnya telah disajikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penyusun nantikan. Semoga pembuatan makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi.

Medan, 01 Desember 2021

Penyusun.

Winner Gloriando Tondang


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR ......................................................... 3
B. Tujuan PenulisanCJR ....................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan CJR .................................................................... 3
D. Identitas Jurnal ................................................................................. 4
BAB II RINGKASAN ISI JURNAL………………………………………………...5
BAB III PEMBAHASAN
A. Kelebihan dan Kekurangan jurnal……………………………….....14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 15
B. Rekomendasi/Saran .......................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


Keterampilan membuat CJR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam memahami
dan menganalisis sebuah jurnal serta membandingkan jurnal yang dianalisis dengan jurnal
yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis.
Seringkali kita bingung memilih jurnal referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang
kita hanya memilih satu jurnal untuk dibaca, padahal hasilnya masih belum memuaskan.
Misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CJR
ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih jurnal referensi terkhusus pada pokok
bahasa tentang Keterampilan bahasa produktif.

B. Tujuan Penulisan CJR


Mengkritisi sebuah jurnal tentang senam serta menganalisis tentang peningkatan
keterampilan bahasa produktif. Dan mencari kelemahan dan kelebihan pada isi jurnal.

C. Manfaat Penulisan CJR


Manfaat yang dapat disimpulkan pada hal diatas ialah:
1. Menambah wawasan penegtahuan tentang keterampilan bahasa produktif.
2. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah jurnal yang telah di lengkapi
dengan ringkasan jurnal pembahasan isi jurnal, serta kekurangan dan kelebihan jurnal
tersebut.
3. Melatih mahasiswa/i merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas jurnal-
jurnal yang dianalisis tersebut.
D. Identitas Jurnal
Jurnal Utama
Judul PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA
MENGGUNAKAN METODE BERCERITA SISWA
KELAS V SEKOLAH DASAR
Jurnal JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH
Pengarang Sri Rezki Maulina Azmi
Penerbit STMIK Royal Kisaran
Tahun terbit 2019
ISSN 2615 – 3262
Reviewer Winner Gloriando Tondang
Tanggal 01 Desember 2021

Jurnal Pembanding

Judul PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA


PRODUKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
MULTILITERASI
Jurnal Jurnal pendidikan bahasa dan sastra indonesia
Pengarang Mariana Lewier
Penerbit Universitas Pattimura Ambon
Tahun terbit 2021
ISSN 2685-1873
Reviewer Winner Gloriando Tondang
Tanggal 01 Desember 2021
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

Jurnal Utama

Pendahuluan Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh


karena tu, pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik
dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
secara lisan maupun tertulis. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa
Indonesia meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek
tersebut merupakan aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran
walaupun pada penyajiannya dalam silabus keempatnya masih dapat
dipisahkan.

Dari keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut di atas,


keterampilan berbicara merupakan keterampilan "aktif produktif',
yaitu berkenaan dengan kegiatan menggunakan bahasa.
Keterampilan berbicara sama halnya dengan ketiga
aspekketerampilan berbahasa yang lain tidaklah datang secara
otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak
dan teratur. Keterampilan berbahasa hanya dapat diraih dengan
melakukan kegiatan berbahasa terus-menerus. Siswa perlu dibawa
ke pengalaman melakukan kegiatan berbahasa dalam konteks yang
sesungguhnya (1997).

Siswa perlu dilatih, dibina, dan diberikan kesempatan sebanyak-


banyaknya untuk memproduksi ujaran di depan umum dengan topik
yang menarik minat dan dikuasainya. Aktivitas berbicara seperti
bertanya, menyampaikan pesan, menyampaikan laporan,
mengemukakan pendapat, menyanggah pendapat orang lain,
berpidato, bercerita, dan lain-lain yang sejenis itu perlu dilatihkan.
Selama ini terkait proses pembelajaran berbicara, guru belum
menggunakan metode yang sesuai. Salah satu upaya untuk
meningkatkan keterampilan berbicara yaitu menggunakan metode
yang tepat. Metode yang dirasa tepat adalah metode bercerita.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005) mengemukakan metode
bercerita dapat memacu kecerdasan linguistik. Metode ini akan
mendorong siswa memiliki kemampuan verbal yang sangat esensial
dalam kehidupan manusia. Tidak hanya itu, dari bercerita, siswa
akan belajar tata cara berdialog dan bernarasi. Metode ini
mendorong siswa untuk senang bercerita atau berbicara. Setelah
memperoleh pengalaman bercerita, siswa akan berpikir untuk
menunjukkan eksistensi diri. Hal ini memacu siswa untuk belajar
berbicara lebih baik lagi. Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, diketahui bahwa Metode bercerita dapat meningkatkan
keterampilan berbicara. Oleh karenanya peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “(meningkatkan keterampilan
berbicara menggunakan metode bercerita).”

Metode Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research). Pemilihan jenis penelitian ini
merupakan upaya dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran
yang berlangsung dalam tahapan/siklus. Analisis data yang
digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini,
menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis data
kuantitatif dengan statistik deskriptif untuk mencari nilai rerata.
Hasil dan Pada tahapan siklus I, dari kegiatan siswa yang diamati, terlihat
Pembahasan masih ada beberapa siswa yang tidak mempunyai motivasi untuk
mengikuti pembelajaran. Hal itu tampak dari sikap siswa yang tidak
bersemangat dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Beberapa
siswa tidak berani bertanya terkait cerita yang belum dipahami.
Beberapa siswa tidak menyimak saat guru memberikan contoh
bercerita dan saat siswa lain bercerita. Siswa juga kurang
memanfaatkan waktunya untuk berlatih bercerita dan saat bercerita
di depan kelas. Beberapa siswa masih malu, raguragu, dan kurang
percaya diri. Pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas
V SD Negeri 010145 Labuhan Ruku menunjukkan peningkatan
melalui penggunaan metode bercerita. Dalam menilai keterampilan
berbicara siswa digunakan penilaian per aspek. Masing-masing
aspek dinilai dengan memberikan skor. Pemberian skor tersebut
mengacu pada instrumen penilaian yang telah disediakan.
Peningkatan aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar
69%. Hal ini meningkat sebesar 19 dari kondisi awal yaitu 50%.
Dapat diketahui juga bahwa nilai siswa mengalami peningkatan
pada siklus I dibandingkan dengan kondisi awal. Peningkatan
keterampilan siswa dalam berbicara sebesar 7,28 dari kondisi awal
65,18 meningkat pada siklus I menjadi 72,46. Siswa yang tuntas
pada kondisi awal adalah 31,25% yaitu hanya 5 siswa. Nilai rata-
rata keterampilan berbicara adalah 65,18. Nilai tertinggi 76 dan nilai
terendah adalah 41.

Pada tahapan siklus II, aktivitas siswa mengalami peningkatan.


Siswa tampak antusias untuk mengikuti pembelajaran. Siswa
menyimak saat guru memberikan contoh bercerita. Siswa semangat
berlatih bercerita dengan kelompoknya. Dan saat bercerita di depan
kelas, siswa bercerita dengan penuh kesungguhan. Peningkatan
aktivitas siswa dapat dilihat dari masingmasing pertemuan pada
masing-masing siklus. Pembelajaran keterampilan berbicara pada
siswa kelas V SD Negeri 010145 Labuhan Ruku , menunjukkan
peningkatan melalui penggunaan metode bercerita. Dalam menilai
keterampilan berbicara siswa digunakan penilaian per aspek.
Masingmasing aspek dinilai dengan memberikan skor. Pemberian
skor tersebut mengacu pada instrumen penilaian yang telah
disediakan. Peningkatan aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus
II sebesar 85%.

Dalam hal ini, siswa yang belum tuntas tersebut dapat disebabkan
karena faktor keluarga yaitu pola asuh dan kasih sayang orang tua.
Orang tua merupakan area terdekat pada individu. Orang tua
merupakanarea terdekat pada individu. Bagaimana individu
terbentuk tentunya didapat dari pembiasaan-pembiasaan yang terjadi
pada situasi rumah. Orang tua memiliki peran yang penting agar
anak memiliki kemampuan berbicara dan berbahasa. Banyak orang
tua tidak menyadari bahwa cara berkomunikasi dapat membuat anak
tidak memiliki banyak perbendaharaan katakata, kurang dipacu
untuk berpikir logis, analisa, dan membuat kesimpulan. Orang tua
yang mengasuh anak dengan kasih sayang yang cukup, selalu
mengajak anak berinteraksi dan berkomunikasi. Namun, seringkali
orang tua mengajak malas mengajak anaknya bicara dan hanya
bicara satu dua patah kata saja yang isinya instruksi atau jawaban
sangat singkat. Selain itu, anak tidak pernah diberi kesempatan
untuk mengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak menjadi
pendengar pasif) karena orang tua selalu memaksakan segala
instruksi kepada anak tanpa memberi kesempatan anak untuk
memberikan umpan balik. Hal ini menjadi faktor yang
mempengaruhi kemampuan bicara anak.
Kesimpulan 1. Peningkatan Aktivitas Siswa Proses pembelajaran berbicara
siswa kelas V SD Negeri 010145 Labuhan Ruku
menggunakan metode bercerita mengalami peningkatan.
Metode bercerita dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
yang ditunjukkan dengan beberapa aspek, yaitu siswa
bersemangat untuk membaca cerita yang dipilihkan oleh
guru. Siswa memperhatikan contoh guru bercerita. Siswa
berani bertanya jawab yang berhubungan dengan cerita.
Siswa menuliskan unsur-unsur cerita dan membacakannya di
depan kelas. Siswa berlatih bercerita dengan kelompoknya,
membaca dua sampai tiga kali cerita untuk memahami
karakter setiap tokoh. Siswa menggunakan barang-barang
pelengkap saat bercerita. Siswa bersemangat berlatih
bercerita dengan kelompoknya. Siswa antusias untuk maju
bercerita. Siswa menyimak teman yang lain saat bercerita.
Siswa berani bercerita di depan kelas dengan penuh
kesungguhan. Siswa menyimpulkan cerita yang telah
disampaikan. Siswa berani mengekspresikan perasaan
mereka setelah bercerita. Peningkatan aktivitas siswa siklus I
sebesar 19 pada kondisi awal 50% meningkat menjadi 69%
dan pada siklus II meningkat sebesar 35 pada kondisi awal
50% meningkat menjadi 85%.
2. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Hasil penelitian
yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri 010145 Labuhan
Ruku menggunakan metode bercerita dapat meningkatkan
keterampilan berbicara. Peningkatan keterampilan berbicara
pada siklus I sebesar 7,28 pada kondisi awal 65,18
meningkat menjadi 72,46 dan pada siklus II meningkat
sebesar 14,84 pada kondisi awal 65,18 meningkat menjadi
80,02. Jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM mengalami
peningkatan. Jumlah siswa yang tuntas siklus I sebanyak 7
siswa atau sebesar 43,75%. Jumlah siswa yang tuntas pada
siklus II sebanyak 14 siswa atau sebesar 87,5%. Peningkatan
aktivitas dan keterampilan berbicara karena beberapa hal
yaitu: a) pemilihan tema cerita yang menarik dan berbeda, b)
siswa berpartisipasi dan aktif selama pembelajaran, dan c)
guru membimbing siswa selama pembelajaran. Hal tersebut
menjadikan aktivitas siswa meningkat dan tentu saja
keterampilan berbicara siswa juga meningkat. Siswa telah
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan
metode bercerita, menggunakan aspek kebahasaan dan non
kebahasaan saat bercerita. Aspek kebahasaan yang tersebut
adalahtekanan, ucapan, kosakata/diksi, dan struktur kalimat.
Aspek nonkebahasaan kelancaran, keberanian,
pengungkapan materi wicara, dan sikap.
Daftar Pustaka Abbas, S. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di SD.
Yogyakarta: Depdiknas.

Cox, C.1998. Teaching language arts (a student-and response-


centered classroom). New York: A Viacom Company.

Haryadi. 1997. Berbicara (Suatu Pengantar) Diktat Perkuliahan:


IKIP Yogyakarta.

Hopkins, D. 2011. Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas,


ATeacher’s Guide To Classroom Research. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Izzaty, R.E. 2008. Perkembangan Peserta Disik. Yogyakarta: UNY


Press.Sudijono, A. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pers.

Jurnal Pembanding

Pendahuluan Pendidikan merupakan usaha sadar yang terstruktur dan sistematis


sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
dilaksanakan pada jenjang pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan
yang dilakukan dalam mengembangkan kualitas sumber daya
manusia yang dimaksud hendaknya dilakukan secara menyeluruh.
Hal ini bertujuan agar dapat memberikan kontribusi yang lebih baik
sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan demi kemajuan
bangsa ke depannya. Keberhasilan proses pendidikan pada semua
tingkatan atau jenjang pendidikan perlu didukung oleh berbagai
program yang signifikan. Salah satunya adalah program literasi.
Kesadaran akan pentingnya budaya literasi dinyatakan pula oleh
UNESCO yang menggarisbawahi kemampuan literasi (literary
skills) sebagai dasar pembelajaran abad ke21. Program literasi
berdampingan dengan upaya memantapkan budaya literasi di
kalangan masyarakat Indonesia sehingga melahirkan Gerakan
Literasi Nasional yang ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 23
Tahun 2015.

Dalam kaitan dengan program literasi di dalam proses pendidikan,


perlu diperhatikan juga penggunaan model pembelajaran sebagai
salah satu faktor penunjang dalam sebuah proses pembelajaran yang
berpengaruh pada mutu pendidikan. Penerapan model pembelajaran
juga harus sesuai dengan kebutuhan materi di kelas. Model
pembelajaran yang baik sudah tentu akan melahirkan sebuah proses
pembelajaran yang efektif dan efesien. Model pembelajaran
merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain
pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga
tujuan pembelajaran tercapai (Joyce, 1992:4). Proses pembelajaran
yang cenderung monoton akan membuat semakin bosan dan
cenderung tidak paham akan materi yang diajarakan. Dalam
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dituntut
kepiawaian guru dan dosen untuk mendesain model
pembelajaranyang semenarik mungkin sehingga siswa dan
mahasiswa mengerti akan materi yang diajarkan.

Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu model pembelajaran yang


dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa,
khususnya keterampilan menulis, adalah model pembelajaran
multiliterasi. Model pembelajaran mutiliterasi merupakan paradigma
baru dalam pembelajaran literasi. Menurut Morrocco dalam Aziz
Thaba ( 2008:10) keterampilan yang harus dikuasai agar tercipta
pembelajaran multiliterasi di antaranya adalah keterampilan
berbahasa produktif, yakni berbicara dan menulis.

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tidakan kelas (PTK). cara pengumpulan datanya
dilakukan dengan mewawancarai sejumlah informan yang dipilih
atau ditentukan dengan asumsi mereka merupakan representasi dari
data kualitatif serta pengambilan gambar untuk mendokumentasikan
situasi dan lokasi penelitian secara digital. Data yang telah diperoleh
akan diuji validitasnya.Validitas dalam pengertian ini adalah
keabsahan atau kredibiltas data yang diperoleh dari beragam
sumber. Keabsahan data diperoleh setelah dilakukan melalui kritik
sumber dengan metode.
Hasil dan 1. Pembelajaran Siklus I
Pembahasan
Hasil Angket
Dari hasil angket dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan
menulis artikel ilmiah popular mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia menggunakan model Pembelajaran
Multiliterasi, pada siklus I sebanyak 20 mahasiswa (100%) sangat
menyukai Mata Kuliah Keterampilan Menulis. Sebanyak 20
(100%)mahasiswa pernah menulis, sebanyak 14 (70%) mahasiswa
merasa sulit dengan mata pelajaran menulis sedangkan 6 (30%)
mahasiswa tidak merasa kesulitan dalam menulis. Sebanyak 20
(100%) mahasiswa memilih ya ketika materi pembelajaran menulis
yang disampaikan oleh dosen sangat menarik. Sebanyak 20 (100%)
mahasiswa senang ketika diberikan tugas menulis. Sebanyak
14(70%) mahasiswa merasa kesulitan ketikan menulis, sedangkan 6
(30%) tidak merasa kesulitan ketika menulis sebuah teks. Sebanyak
20 (100%) mahasiswa mengetahui langkah-langkah dalam menulis,
sebanyak 20 (100%) mahasiswa memilih ya bahwa ada contoh yang
diberikan oleh dosen. Sebanyak 20 (100%) mahasiswa mengetahui
langkah-langkah yang diberikan oleh dosen dengan sangat baik.
Sebanyak 20 (100%) mahasiswa pernah menerima pelajaran menuli
menggunakan model, sebanyak 20 (100%) mahasiswa pernah
mendengar tentang model pembelajaran multiliterasi, Sebanyak 20
(100%) mahasiswa menyatakan bahwa model pembelajaran
multiliterasi pernah diterapkan dalam proses pembelajaran,
sebanyak 20 (100%) mahasiswa sangat senang mengikuti
pembelajaran menulis menggunakan model pembelajaran
multiliterasi, dan sebanyak 20 (100%) mahasiswa menyatakan
bahwa model pembelajaran multiliterasi dapat meningkatkan
kemampuan menulis. Sementara itu, sebanyak 14 (70%) mahasiswa
merasa kesulitan dalam menulis menggunakan model pembelajaran
literasi.

2) Hasil Penilaian Peningkatan Kemampuan Menulis Artikel


Ilmiah Populer

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menggambarkan bahwa yang belum


memenuhi KKM sebanyak 13 mahasiswa (65%) dari 20 mahasiswa,
sedangkan siswa yang memenuhi KKM sebanyak 7 mahasiswa
(35%). Jumlah nilai keseluruhan adalah 1.257 dan nilai rata-rata
peningkatan kemampuan menulis artikel ilmih populer adalah 63%.
Nilai rata-rata masih minim atau belum mencapai KKM, yaitu
sebanyak 70 untuk penulisan artikel ilmiah populer.

3) Data Kesulitan Mahasiswa

Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa Program Studi


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, untuk penulisan artikel
ilmiah populer, yaitu mereka masih merasa kesulitan pada isi teks,
diksi, ejaan dan tanda baca serta struktur teks. Oleh sebab itu, hanya
7 mahasiswa yang sudah mampu menulis artikel ilmiah populer
dengan baik.

2. Pembelajaran Siklus II

1. Hasil Penilaian Peningkatan Kemampuan Menulis Artikel


Ilmiah Populer

Pada siklus II pertemuan I, hasil penilaian peningkatan kemampuan


menulis artikel ilmiah populer menggunakan model pembelajaran
multiliterasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yaitu
sebanyak 14 siswa (70%) telah memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM), dan hanya sebanyak 6 siswa (30%) belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jumlah nilai
keseluruhan mencapai 1.539, dengan nilai ratarata kemampuan
menulis artikel ilmiah popular menggunakan model pembelajaran
multiliterasi mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia pada siklus II mencapai 77 atau sudah mencapai KKM
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Data Kesulitan Mahasiswa

Dari data kesulitan siswa pada pembelajaran Siklus II Pertemuan I,


hanya terdapat 6 mahasiswa yang masih mengalami kesulitan untuk
menulis artikel ilmiah popular sehingga tidak dapat memenuhi
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan rincian isi karangan
kurang tepat, diksi digunakan kurang tepat, ejaan dan tanda baca
kurang tepat, serta struktur teks kurang tepat.

Pembahasan

1. Pembahasan Hasil Wawancara


Penelitian ini diawali dengan observasi awal untuk mengetahui
peningkatan kemampuan menulis mahasiswa pada Program Studi
Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia FKIP Universtitas
Pattimura. Dari hasil observasi awal dapat diperoleh keterangan
bahwa kemampuan menulis teks artikel ilmiah populer mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia masih
rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak mahasiswa yang
belum mencapai KKM Mata Kuliah Keterampilan Menulis, yaitu
pada skor 70. Peneliti melakukan wawancara dengan Dosen
Pengampu Mata Kuliah Keterampilan Menulis, yakni Ibu N.
Tabalessy S,Pd., M,Pd. pada tanggal 15 Oktober 2020 dan diperoleh
keterangan bahwa kemampuan menulis teks artikel ilmiah populer
masih rendah dan tidak terstuktur. Beberapa mahasiswa mengalami
kesulitan memilih kata-kata untuk dibuat dalam kalimat menjadi
paragraf kemudian ejaan dan tanda baca dalam menulis teks artikel
ilmiah populer. Beberapa mahasiswa juga masih kesulitan dalam
membedakan teks artikel dan ragam teks lainnya, seperti berita atau
narasi. Selain itu, belum semua mahasiswa mampu mengembangkan
gagasan dengan nalar yang baik. Hambatan yang ditemukan oleh
dosen pengampu mata kuliah keterampilan menulis dalam
memberikan materi tentang teks artikel ilmiah popular adalah ketika
dosen memberikan tugas produk, yaitu menulis teks artikel ilmiah
populer, respon mahasiswa dalam pengumpulan tugas terkadang
tidak tepat waktu dan ditemukan bahwa hasil penulisan teks artikel
ilmiah popular hanya salin tempel (copy paste) dari internet. Upaya
mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan
secara individu walaupun dengan kondisi pembelajaran secara
daring. Dosen menanyakan langsung kepada mahasiswa yang hasil
menulis teks artikel ilmiah populernya belum sesuai, khususnya
menyangkut kendala yang dihadapi sehingga saat menulis teks
artikel ilmiah popular. Dosen pengampu mata kuliah juga berusaha
menggunakan model pembelajaran yang tepat sehingga materi yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa,
memeriksa, dan mengoreksi setiap hasil kerja mahasiswa kemudian
mengomentari penulisan yang belum sesuai. Selanjutnya,
mengingatkan mahasiswa untuk belajar menuangkan ide dan
gagasan sendiri tanpa harus salin tempel (copy paste) dari internet.
Model pembelajaran multiliterasi merupakan salah satu model
pembelajaran yang baru pernah diterapkan dalam Mata Kuliah
Keterampilan Menulis. Pilihan Model Pembelajaran Multiliterasi ini
dinilai dapat memberi wawasan baru dan membantu mahasiswa
untuk menulis teks artikel ilmiah populer. Konsep pembelajaran ini
dirancang untuk menjawab kebutuhan keterampilan yang diperlukan
di abad ke-21, termasuk keterampilan berbahasa. Oleh karena itu,
dalam Mata Kuliah Keterampilan Menulis, pembelajaran multiliterai
didesain untuk memampukan mahasiswa menghubungkan empat
keterampilan berbahasa (membaca, menulis, berbahasa lisan, dan
ber-IT).

2. Pembahasan Hasil Observasi


Berdasarkan hasil observasi awal, mahasiswa merasa kesulitan
dalam menulis, khususnya dalam menyusun kalimat dengan baik
dan efektif. Hal ini dibuktikan denganpengamatan proses
pembelajaran pada Siklus I yang nilainya belum mencapai KKM.
Mahasiswa belum menghubungkan keterampilan berbahasa lainnya
dalam melengkapi data atau informasi yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu artikel yang baik. Ketika diterapkan model
pembelajaran multiliterasi dalam membantu menulis teks artikel
ilmiah populer, mahasiswa sangat tertarik untuk melakukan proses
menulis teks artikel ilmiah popular. Hal ini dapat dibuktikan pada
kegiatan siklus II, mahasiswa dapat menulis teks artikel ilmiah
populer dengan baik. Pembelajaran secara daring dalam masa
Pandemi ini ini juga turut menpengaruhi kinerja mahasiswa,
khususnya dalam merespons dan mendiskusikan materi yang
disampaikan dosen. Demikian juga saat mengerjakan tugas
penulisan artikel, mahasiawa mengalami kendala saat
mengumpulkan informasi dan melakukan prapenulisan juga
berdampak pada pengumpulan tugas yang tidak tepat waktu.
Kesimpulan Berdasarkan penyajian hasil penelitian dan pembahasan
sebagaimana terdapat pada Bab IV, dapat ditarik simpulan bahwa
penerapan model pembelajaran multiliterasi dalam Mata Kuliah
Keterampilan Menulis pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menarik perhatian dan memberi
manfaat bagi para peserta kuliah. Model Pembelajaran Multiliterasi
terbukti cukup signifikan memberi dampak positif bagi
pengembangan wawasan mahasiswa.
Pada akhirnya, pembelajaran multilerasi sebagai salah model
pembelajaran yang belum banyak digunakan dalam proses
perkuliahan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Universitas Pattimura dapat menjadi salah satu
alternatif yang menarik di era pendidikan abad 21 ini. Pembelajaran
multiliterasi juga sangat cocok diterapkan dan dikembangkan dalam
rangka meningkatkan wawasan siswa dan kemampuan literasi di
sekolah secara lebih komprehensif.
Daftar pustaka Abidin, Yunus. 2015. Pembelajaran Multiliterasi. Bandung: PT
Refika Aditama.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan


Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsini. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.

Dafit, Febrina. 2017. “Pengaruh Model pembelajaran Multiliterasi


terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Menulis Siswa
Sekolah Dasar“. Diakses pada 30 Maret 2020 dari
www.ejournal.unp.ac.id.
BAB III

PEMBAHASAN

Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

Kelebihan :

 Cover atau sampul jurnal depannya menarik dilihat.


 Menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh pembaca dan mudah di pahami
Pada kedua jurnal.
 Dalam jurnal yang di review penyampaian materinya sangat jelas dan lebih detail.

Kelemahan :

 Pada jurnal kurang mencantumkan gambar-gambar yang dikaitkan pada materinya.


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap karya tulis pastinya memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda antar satu dengan yang
lam, baik itu dari segi bahasanya, kelebihannya, dan kekurangannya. Dalam jumal ini,
terkandung informasi yang sangat melimpah yang mana membuat pembaca menjadi
tertarik untuk membaca atau menganalisis jurnal ini seperti yang telah penulis lakukan.
Diatas telah disampaikan ringkasan dan juga kelebihan yang diharapkan dapat menjadi
perbandingan antara opini atas pembaca jurnal tersebut.

B. Rekomendasi/Saran
Saran penulis kepada pembaca semoga critical juornal report ini dapat bermanfaat bagi
anda, dengan membaca critical journal report ini kita akan termotivasi dan mengerti dalam
pembuatan sebuah kritikal. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang mendukung
dari pembaca. Penulis sangat menyadari critical journal report ini masih banyak kesalahan
dalam pembuatan. Mohon maaf jika dalam pembuatan critical journal report ini terdapat
kesalahan yang ditemukan oleh pembaca baik dilihat itu dari segi penulisan, penggunaan
bahasa,dll. Untuk itu penulis mohon maaf karena penulis sangat menyadari bahwa setiap
manusia tidak ada yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Sri Rezeki Maulana Azmi. 2019. Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan


Metode Bercerita Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Journal Of Science and Sosial Research.
11 (1).7-11.

file:///C:/Users/COMPUTER/Downloads/325-524-1-PB.pdf

Mariana Lewier. 2021. Peningkatan keterampilan berbahasa produktif melalui


model pembelajaran multiliterasi. Jurnal pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

file:///C:/Users/COMPUTER/Downloads/2361-Article%20Text-18082-1-10-20210709.pdf

Anda mungkin juga menyukai