Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD

KETERAMPILAN MENULIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran


Bahasa Indonesia SD

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd.

Disusun oleh :

1. Aisyah Senja Mustika NIM. S032308001


2. Fatia Nur Azizah NIM. S032308006
3. Dwitya Arthario NIM. S032308010

MAGISTER PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah dengan judul
”Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Keterampilan Menulis”
dengan tepat waktu.

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata


kuliah pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Keberhasilan
penyusunan makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan pihak yang terkait baik
secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya Ibu Prof. Dr. Retno
Winarni, M. Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah pengembangan
pembelajaran Bahasa Indonesia SD atas bantuan, dorongan, motivasi, serta
pengetahuan yang bermanfaat sampai makalah ini selesai.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.


Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu,
segala saran dan kritik yang membangun semoga dapat berguna untuk perbaikan
di masa yang akan datang. Semoga penyusunan makalah ini menjadi awal
kesuksesan penulis pada langkah selanjutnya.

Surakarta, Februari 2024

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................
D. Manfaat............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................
A. Pengertian Keterampilan Menulis ...................................................
B. Tujuan Keterampilan Menulis..........................................................
C. Problematika Keterampilan Menulis ...............................................
D. Model dan Media untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis......
E. Evaluasi Pembelajaran Menulis.......................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................
A. Simpulan .........................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) memiliki
peran yang sangat penting dalam membentuk dasar kemampuan berbahasa
siswa. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia adalah pengembangan keterampilan menulis. Menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang esensial karena
melalui menulis, siswa dapat mengaktualisasikan pemahaman mereka
tentang Bahasa Indonesia, baik dalam hal tata bahasa maupun kreativitas
ekspresi. Seiring dengan pentingnya keterampilan menulis ini, banyak
penelitian dan panduan pedagogis yang menyoroti perlunya penekanan
pada pengembangan kemampuan menulis sejak dini.

Sugiyono (2017) dalam bukunya tentang metode penelitian


pendidikan menekankan pentingnya pemahaman guru terhadap strategi
pengajaran yang efektif untuk mengoptimalkan kemampuan menulis
siswa. Begitu juga, Depdiknas (2007) telah menerbitkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menegaskan pentingnya
pengembangan keterampilan menulis dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD. Harmer (2004) juga mengemukakan pandangannya
dalam bukunya tentang pengajaran menulis, di mana dia menyoroti
bagaimana guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang
mendukung perkembangan kemampuan menulis siswa.

Dengan demikian, pemahaman akan pentingnya pengembangan


keterampilan menulis di SD menjadi suatu fokus yang krusial dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk menemukan
pendekatan-pendekatan terbaik dalam mengajar menulis di tingkat SD.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah keterampilan menulis bagi peserta didik di SD?
2. Apa tujuan menulis bagi peserta didik di SD?
3. Apa saja problematika menulis peserta didik di SD?
4. Bagaimana model dan media yang tepat untuk pembelajaran menulis
peserta didik di SD?
5. Bagaimana evalulasi pembelajaran menulis di SD?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada, diperoleh tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengidentifikasi keterampilan menulis bagi peserta didik di SD?
2. Untuk menjelaskan tujuan menulis bagi peserta didik di SD?
3. Untuk menganalisis problematika menulis peserta didik di SD?
4. Untuk menganalisis model dan media yang tepat untuk pembelajaran
menulis peserta didik di SD?
5. Untuk menganalisis evalulasi pembelajaran menulis di SD?

D. Manfaat

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat, diantaranya:

1. Bagi Peserta Didik


Peserta didik akan mendapatkan manfaat langsung dalam
meningkatkan kemampuan menulis Bahasa Indonesia mereka. Dengan
terlibat dalam pembelajaran yang mendalam tentang keterampilan
menulis, mereka akan lebih terampil dalam menyusun kalimat,
mengorganisir gagasan, dan menggunakan kaidah tata bahasa dengan
benar.
2. Bagi Pendidik
Makalah ini memberikan wawasan dan panduan bagi pendidik dalam
merancang strategi pengajaran yang efektif untuk mengembangkan

2
keterampilan menulis siswa. Mereka dapat mengadopsi metode yang telah
diteliti dan terbukti berhasil dalam memfasilitasi pembelajaran menulis
yang berkualitas. Lebih lanjut dengan mempelajari makalah ini, pendidik
dapat memperbarui pengetahuan mereka tentang pendekatan terbaru dalam
pengajaran menulis, termasuk teknologi pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pembelajaran menulis.
3. Bagi Penulis
Bagi penulis makalah, menyusun makalah ini memberikan kesempatan
untuk memperbarui dan menyelaraskan pengetahuan tentang pendidikan
Bahasa Indonesia dengan penelitian dan panduan terbaru dalam bidang
tersebut.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Menulis


Pengertian menulis dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar (SD) melibatkan beragam konsepsi dan aspek yang perlu
dipahami secara komprehensif. Menulis bukan hanya sekadar kegiatan
mereproduksi kata-kata, tetapi juga merupakan proses kompleks yang
melibatkan pemilihan kata, pengorganisasian gagasan, serta pengaplikasian
aturan tata bahasa yang tepat. Menurut Harmer (2015), menulis adalah suatu
proses di mana seseorang menggunakan bahasa tulis untuk
mengkomunikasikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain.
Dalam hal ini, menulis di SD mencakup berbagai bentuk, mulai dari menulis
naratif, deskriptif, ekspositori, hingga persuasif. Depdiknas (2019)
menyatakan bahwa menulis juga merupakan bentuk ekspresi diri yang
penting bagi peserta didik, di mana mereka dapat mengungkapkan ide,
pengalaman, dan pandangan mereka tentang dunia. Dengan demikian,
menulis bukan hanya menjadi alat untuk menguji pemahaman tata bahasa,
tetapi juga sebagai sarana untuk melatih kemampuan berpikir kritis dan
kreativitas siswa. Nunan (2022) menekankan bahwa menulis tidak hanya
terkait dengan aspek linguistik, tetapi juga memengaruhi perkembangan
literasi siswa secara keseluruhan, termasuk pemahaman mereka terhadap teks
dan konteks budaya di sekitar mereka. Dalam konteks pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD, pemahaman mendalam tentang pengertian menulis menjadi
penting sebagai dasar dalam merancang strategi pembelajaran yang efektif
untuk mengembangkan keterampilan menulis siswa.
Menulis memiliki peranan penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
karena melalui menulis, siswa dapat mengasah kemampuan berpikir kritis
mereka (Arikunto, 2010). Proses menulis melibatkan berbagai tahapan, mulai
dari merencanakan, menulis teks, merevisi, hingga mengedit, sehingga

4
menghasilkan sebuah tulisan yang komunikatif dan bermakna (Sugiyono,
2017). Proses menulis memungkinkan siswa untuk merumuskan ide,
argumen, dan pemikiran mereka secara terstruktur dan logis. Hal ini
membantu mereka dalam mengorganisir gagasan-gagasan mereka dengan
lebih baik serta mengembangkan keterampilan analisis dan sintesis. Selain
itu, menulis juga merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas siswa
(Harmer, 2004). Dalam menulis cerita, puisi, atau tulisan kreatif lainnya,
siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan imajinasi dan ide-ide mereka
dengan cara yang unik dan orisinal.
Pengertian menulis dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
perlu dipahami secara menyeluruh oleh pendidik agar mereka dapat
merancang strategi pembelajaran yang efektif. Menulis bukan hanya sekadar
aktivitas mencatat informasi, tetapi merupakan proses yang melibatkan
berbagai keterampilan berbahasa dan berpikir yang kompleks. Dengan
memahami pengertian menulis secara komprehensif, pendidik dapat
memberikan arahan yang jelas kepada siswa tentang tujuan dan manfaat dari
kegiatan menulis serta memberikan bimbingan yang tepat dalam
mengembangkan kemampuan menulis mereka.

B. Tujuan Keterampilan Menulis


Tujuan memiliki keterampilan menulis dalam konteks pembelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) sangatlah penting dan beragam.
Pertama, tujuan utama adalah untuk memungkinkan siswa menyampaikan
pemikiran, gagasan, dan pengalaman mereka secara efektif melalui tulisan.
Hal ini sejalan dengan pandangan Sugiyono (2017), yang menegaskan bahwa
tujuan utama dari pembelajaran menulis adalah agar siswa dapat
mengungkapkan pikiran dan gagasan mereka dengan jelas dan sistematis.
Kedua, tujuan memiliki keterampilan menulis adalah untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa dalam bahasa tulis. Dalam hal ini, Nunan
(2022) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya
mencakup penguasaan tata bahasa, tetapi juga kemampuan siswa dalam

5
menggunakan bahasa secara efektif untuk berkomunikasi. Ketiga, untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut Harmer (2015),
melalui menulis, siswa diajak untuk merumuskan ide, menganalisis
informasi, dan menyusun argumentasi dengan logis, sehingga membantu
mereka dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Keempat, adalah
untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi tuntutan akademik dan
profesional di masa depan. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang
sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang pekerjaan dan studi, sehingga
pembelajaran menulis di SD bertujuan untuk memberikan dasar yang kuat
bagi kemampuan menulis siswa di masa mendatang.
C. Pengembangan Pembelajaran Menulis di SD
Pengembangan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar (SD) adalah
proses yang melibatkan berbagai strategi dan pendekatan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide dan gagasan mereka secara
tertulis. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah menggunakan
metode pembelajaran yang aktif, seperti pendekatan berbasis proyek atau
cooperative learning, di mana siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan
menulis yang memerlukan kreativitas dan kolaborasi. Selain itu, integrasi
teknologi dalam pembelajaran menulis juga menjadi bagian penting, dengan
memanfaatkan aplikasi dan perangkat lunak yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi berbagai genre dan gaya penulisan secara interaktif.
Pentingnya memberikan umpan balik yang konstruktif juga tidak dapat
diabaikan, di mana guru memberikan evaluasi yang memperhatikan aspek-
aspek positif dari karya tulis siswa serta memberikan saran-saran untuk
pengembangan lebih lanjut. Aktivitas menulis kreatif, seperti menulis cerita
pendek, puisi, atau esai, dapat menjadi sarana yang efektif untuk membangun
kemampuan menulis siswa sambil memupuk minat mereka dalam menulis.
Kolaborasi antarbidang juga memainkan peran penting dalam pembelajaran
menulis, di mana siswa dapat menghubungkan kemampuan menulis mereka
dengan pemahaman mereka tentang berbagai mata pelajaran. Selain itu,
melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran menulis dengan

6
memberikan informasi tentang kegiatan di sekolah serta memberikan
dukungan di rumah juga dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa
dalam menulis. Dengan menerapkan berbagai strategi ini secara holistik,
diharapkan pembelajaran menulis di SD dapat menjadi lebih menarik,
bermakna, dan efektif dalam mengembangkan kemampuan literasi siswa
untuk masa depan.
Di dalam aktivitas pembelajaran selalu terjadi proses berpikir. Proses
berpikir tersebut, dikembangkan melalui aktivitas mengamati,
mengklasifikasi, memecahkan masalah, membuat hipotesis, membuat
abstraksi, membuat generalisasi, merefleksi, menyimpulkan, berpikir
divergen, berpikir kreatif dan kritis. Di samping pengembangan proses
berfikir tersebut, dalam proses pembelajaran juga dikembangan prilaku
personal, seperti pribadi yang kreatif, bekerjasama, tekun, ingin tahu, mandiri,
percaya diri, berpartipasi, mau menghargai karya teman, toleransi dan peduli
terhadap teman dan lingkungan.
Aspek berpikir dan aspek perilaku personal tersebut secara khusus dapat
dikembangkan melalui pembelajaran menulis. Hal ini dapat terjadi karena
dalam proses menulis terjadi proses merepresentasikan pikiran dan
pengalaman personal yang diolah berdasarkan imajinasi penulisnya. Melalui
menulis siswa belajar cara-cara mengembangkan ide-ide, menyeleksi, dan
menyusunnya, menemukan cara yang sesuai untuk mengekspresikannya,
mengevaluasi, serta merevisi apa yang telah mereka tulis. Dengan demikian,
melalui pembelajaran menulis dapat dikembangkan bakat siswa untuk
berekspresi secara kreatif.
Di dalam proses menulis siswa mengolah apa yang mereka lihat, baca,
dengar, dan rasakan menjadi sesuatu yang bermakna, dan melalui proses
menulis itu pulalah siswa sekaligus dapat mengembangkan kompetensi
gramatikal, kompetensi tekstual, dan kompetensi sosial linguistik yang dapat
menghasilkan tulisan yang menarik hati pembaca. Hal tersebut dapat terjadi
karena dalam proses menulis, disamping terjadi pengolahan penglaman batin
penulisnya, juga terjadi proses pengolahan bahasa baik secara mekanik

7
maupun sosiokultural sebagai upaya agar tulisan yang dibuat siswa menjadi
bermakna dan menarik. Di dalam proses mengolah apa yang mereka lihat,
baca, dengar, dan rasakan menjadi sesuatu tulisan yang bermakna, guru harus
bijak, yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merevisi
bahkan mengganti tulisannya sampai berkali-kali. Biarkan mereka menulis
tanpa tekanan sehingga siswa dapat dengan leluasa mengembangkan
kreativitasnya masing- masing sampai berujud suatu tulisan yang menurut
mereka bagus. Biarkan siswa memberikan ilustrasi tulisannya sesuai dengan
yang mereka kehendaki dan yang mereka anggap bagus.
D. Metode, Model, dan Media Pembelajaran Menulis di SD
Metode Pembelajaran Menulis di SD
Meningkatkan keterampilan menulis peserta didik membutuhkan
beberapa metode, berikut metode yang bisa digunakan untuk menulis
permulaan dan menulis lanjut:
1) Menulis Permulaan
a. Metode Eja
Djauzak (dalam Wiwin: 2006) mengemukakan bahwa metode eja
didasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan
menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata.
Oleh karena itu, pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf.
Demikian halnya dengan pengajaran menulis, di mulai dari huruf lepas,
dengan langkalangkah sebagai berikut:
 Menulis huruf lepas,
 Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata,
 Merangkaikan suku kata menjadi kata, dan
 Menyusun kata menjadi kalimat.
b. Metode Kata Lembaga
Selain metode eja, Djauzak (dalam Wiwin Puji Astutik: 2006) juga
menyebutkan metode kedua yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
menulis permulaan yaitu metode kata lembaga. Dalam metode ini,
langkah-langkah mengajar dimulai dari mengenalkan kata, dilanjutkan
8
dengan merangkaikan kata antar suku kata, kemudian menguraikan
suku kata atas huruf-hurufnya, dan diakhiri dengan menggabungkan
huruf menjadi kata.
c. Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan
dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar.
Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan katakata menjadi
suku kata (dikemukakan oleh Djauzak dalam Wiwin Puji Astutik,
2006 ). Purwanto (dalam Tarmidzi Ramadhan, 2009) berpendapat
metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai
keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli
pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly. Selanjutnya,
Depdiknas (dalam Tarmidzi Ramadhan, 2009) mendefinisikan bahwa
metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh.
Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah
guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat
di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat
tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, peserta didik menguraikan kalimat
menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan
suku kata menjadi huruf. Endang Puspita (2009) berpendapat bahwa
cara menerapkan metode global ialah guru mengajarkan membaca dan
menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global
dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar.
Selanjutnya, peserta didik menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata
menjadi huruf.
d. Metode SAS
Supriyadi (1992: 182) mengemukakan pengertian metode SAS adalah
suatu metode yang menampilkan struktur kalimat secara utuh dahulu
lalu dianalisis dan dikembalikan pada bentuk semula. Metode SAS
menurut (Djauzak dalam Wiwin Puji Astutik, 2006) adalah suatu

9
pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan
cerita yakni cara memulai mengajar menulis dan membaca dengan
menampil cerita yang diambil dari dialog peserta didik dan guru atau
peserta didik dengan peserta didik. Teknik pelaksanaan pembelajaran
metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata,
kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian peserta didik mencari
huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian peserta didik menempel
kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti.
Beracuan dari teori-teori para ahli tentang metode pembelajaran untuk
membaca dan menulis permulaan, metode yang sesuai dengan
pembelajaran membaca dan menulis permulaan di Indonesia adalah
metode SAS. Metode SAS didasarkan pada asumsi bahwa pengalaman
awal mulai dari keseluruhan dan kemudian ke bagian-bagian. Anak
diajak untuk memecahkan kode tulisan kalimat pendek sebagai unit
bahasa yang utuh. Selanjutnya diajak menganalisis menjadi kata, kata
menjadi suku, dan suku kata menjadi huruf. Kemudian mensintesakan
kembali dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata
menjadi kalimat (Mulyono Abdurrahman, 1999: 216).
2) Menulis Lanjut
a. Menulis secara langsung tanpa memedulikan teori
Seseorang yang ingin belajar menulis dapat langsung terjun ke dalam
kegiatan menulis yang sebenarnya tanpa harus tahu tentang teori
menulis. Ia dapat menulis hal yang sederhana tanpa harus memedulikan
apakah tulisannya memenuhi persyaratan.
b. Memulai menulis dari bagian yang disukai peserta didik
Kata kunci dalam pembelajaran menulis adalah mengajak peserta didik
menulis, bukan mengajarkan menulis. Dengan begitu, kita dapat
membawa peserta didik ke dalam situasi yang menyenangkan yang
dapat membuat peserta didik mulai menulis.
c. Menulis nonlinear

10
Pelajaran menulis itu merupakan proses nonlinear. Artinya adalah tidak
harus ada urutan-urutan tertentu dari a—z.
Strategi lain yang bisa dikembangkan untuk menulis lanjut
diantaranya sebagai berikut:
a. Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
1) Peserta didik dibagi ke dalam kelompok dengan jumlah 10—15
orang.
2) Setiap ketua kelompok memiliki kalimat yang sama, misalnya,
“Hari Minggu kemarin saya pergi ke pantai”.
3) Kemudian kertas diserahkan kepada peserta didik kedua yang akan
menambahkan satu kalimat lagi dan berulang sampai seluruh
peserta didik menambahkan satu kalimat.
4) Sesudah itu, kertas dikumpulkan. Ini merupakan proses
pembelajaran menulis yang menyenangkan terutama ketika para
peserta didik melihat kesalahan elementer mereka sendiri.
b. Kuis
1) Guru membagikan fotokopi paragraf.
2) Selanjutnya, guru menjelaskan bahwa paragraf yang ada di tangan
para peserta didik itu adalah paragraf yang di tengah cerita.
3) Mereka diminta untuk menambahkan sebuah paragraf, boleh
sebelum atau sesudah paragraf.
c. Memberi atau mengganti akhir cerita
Mengganti akhir cerita terutama dongeng merupakan latihan menulis
yang efisien dan menyenangkan. Yang menarik dari kegiatan ini
adalah dengan akhir baru cerita atau dongeng itu menjadi lebih
menarik.
d. Menulis buku harian
Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya aktivitas yang sama
dilakukan hari-hari sebelumnya. Namun demikian, ada kalanya saat
melakukan kegiatan tersebut ada peristiwa atau kejadian yang tidak

11
sama dengan hari kemarin yang akhirnya akan membawa kesan
tersendiri terhadap peristiwa itu.
e. Menulis mainan kesenangan
Setiap peserta didik biasanya memiliki mainan yang disukai di rumah
dan mereka dekat dengan objek ini. Secara detail, bagian dari objek
mainan telah diketahui. Bagian-bagian mainan kesenangan inilah yang
ditulis. Hal ini merupakan langkah awal dari menulis deskripsi.
f. Menulisi gambar kesayangan
Gambar yang telah dibuat peserta didik ditulisi sesuai dengan
keinginannya seolah-olah gambar itu bercerita sesuai dengan apa yang
ada pada imajinasi peserta didik
g. Menulis cerita berbentuk akordion
Gambar berseri berupa foto biasanya merekam kejadian secara
kronologis dan akan membantu peserta didik untuk menemukan
gagasan dalam bercerita. Dalam hal ini, guru dapat meminta peserta
didik membawa foto atau gambar berseri kemudian mintalah mereka
menuliskan kejadian yang dirasakan saat itu.
h. Menulis cara memainkan sesuatu
Guru dapat meminta peserta didik untuk menulis hal-hal yang
berkaitan dengan benda-benda kesayangan peserta didik. Caranya
adalah peserta didik menuliskan bagaimana cara memainkan benda
kesayangannya. Tulisan yang dibuat peserta didik dapat berupa tulisan
yang berbentuk prosedur atau langkah-langkah.
i. Menulis poster atau reklame
Strategi menulis poster atau reklame dapat diberikan pada peserta
didik di kelas tinggi. Dengan menulis poster atau reklame, peserta
didik tidak hanya dilatih untuk mengembangkan kata-kata, tetapi juga
mewujudkannya dalam bentuk gambar.
j. Menulisi benda-benda pos
Peserta didik dapat menulis kartu ucapan dengan menggunakan kartu
pos atau benda pos yang lain.

12
k. Menulis meniru model
Sebuah paragraf (model) dipilih guru lalu setelahnya dibaca bersama-
sama di kelas. Kemudian dibaca pula analisis model itu. Setelah itu,
guru meminta peserta didik untuk membuat paragraf yang
menggunakan sistematika penulisan yang sama dengan model.
Model Pembelajaran Menulis SD
Kemampuan menulis berkorelasi dengan kemampuan membaca.
Tetapi kemampuan menulis cendrung diabaikan dalam pembelajaran.
Berikut beberapa model pembelajaran yang bisa digunakan untuk
meningkatkan pembelajaran menulis peserta didik.
1) Model Brainstorming
Langkah-Langkah:
a. Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen.
b. Masing-masing kelompok berdiskusi menentukan topik tulisan
dapat didasarkan tema sentral yang diberikan guru atau memilih
tema yang guru berikan.
c. Setelah menemukan terra tulisan dalam kelompoknya, mereka
brainstorming untuk nenentukan topik tulisan per peserta didik
(individu).
d. Brainstorming terus dilakukan dalam tahap prapenulisan,
khususnya dalam hal penggalian dan pengumpulan bahan tulisan.
e. Para peserta didik diberi kesempatan untuk menulis secara mandiri
(sendiri-sendiri)
f. Setelah usai. mereka dikelompokkan lagi dalam kelompok semula
dan dilakukan tahap pascamenulis (editing &revising). Para peserta
didik melakukan brainstorming dalam mencermati tulisan teman
lainnya.
g. Para peserta didik memperbaiki tulisannya kembali.
h. Tiap kelompok menyajikan beberapa atau satu tulisan yang
dianggap paling baik di kelompoknya (dipilih oleh kelompok
peserta didik yang hersangkutan) secara lisan.

13
i. Guru dan peserta didik lain merefleksi (menanggapi dan evaluasi)
tulisan ternan yang disajikan.
j. Tulisan dikumpulkan dan dievaluasi oleh guru.

2) Model Brain Writing


a. Peserta didik dan guru mendiskusikan terra tulisan yang akan
dituliskan.
b. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan proses
prapenulisan secara individu atau kelompok. balk indoor maupun
outdoor. Jika berkelompok. hal-hal yang dibicarakan (diskusi) dan
berbagai saran gagasan teman harus dituangkan dalam kartu/
lembar gagasan (boleh secara garis besar). Temuan peserta didik
dalam kegiatan prapenulisan dituangkan dalam lembar/kartu
gagasan.
c. Peserta didik diberi kesempatan untuk menulis secara mandiri
(sendirisendiri).
d. Setelah selesai menulis draft. tulisan peserta didik ditukarkan
dengan peserta didik lain, berpasangan/acak dan mereka
melakukan tahap pascamenulis (editing &revising). Para peserta
didik melakukan brain writing dalam menyunting tulisan teman
lainnya.
e. Peserta didik diminta memberikan saran, kornentar, gagasan. dan
semacamnya atas tulisan teman yang dibacanya secara tertulis
dalam lembar/kartu gagasan.
f. Setelah tulisan dikembalikan beserta kartu gagasan, para peserta
didik memperbaiki tulisannya kembali.
g. Beberapa peserta didik diminta menyajikan tulisannya secara lisan.
h. Guru dan peserta didik lain merefleksi (menanggapi dan evaluasi)
tulisan teman yang disajikan.
i. Tulisan dikumpulkan dan dievaluasi oleh guru.
3) Model Roundtable

14
Model ini dikembangakan dengan dasar pendekatan kooperatif dan
kontekstual. Tulisan yang paling tepat untukjenis ini adalah tulisan
kreatif (cerpen. puisi. drama) dan beberapa tulisan faktual (narasi.
deskripsi. dan lainnya). Model ini mengedepankan suatu kerjasama
dalam kelompok untuk membuat tulisan bersama. Akan san(-Iat baik
jika hal ini pun dikompetisikan dalam kelas tersebut. Berikut langkah
menulis dengan model Roundtable:
a. Guru memberi pengarahan model prosedural roundtable dan
pengantar kompetensi yang diarah dalarn pembelajaran.
b. Peserta didik dikelompokkan dalam beberapa kelompok
denganjumlah anggota seimbang (4-5 orang),
c. Peserta didik dan guru menentukan topik dan tujuan (genre) suatu
tulisan bersama-sama.
d. Jika sudah ditentukan sebuah topik untuk semua peserta didik
maka tiap kelompok bersiap rnenulis secara serentak.
e. Tiap peserta didik menulis di lembarnya masing-masing dengan
batasan tertentu yang disepakati bersama (jumlah kalimat tertentu
atau kurun waktu tertentu yang difasilitatori oleh guru). Aba-aba
mulai dan berhenti dikendalikan oleh guru.
f. Jika dinyatakan berhenti maka kegiatan menulis berhenti. Lalau
guru memerintahkan putar/geser. Artinya, lembar tulisan tiap
peserta didik digeserkan ke peserta didik di sebelahnya (dalam
kelompok). Ketika guru menyuarakan mulai maka mereka harus
melanjutkan tulisan temannya. Demikian sampai kertas kerja
kembali pada pemiliknya lagi.
g. Tiap peserta didik mencermati hasil tulisan yang ada.
h. Tiap kelompok menilai tulisan dalam kelornpoknya dan boat
urutan tulisan dari yang terbaik sampai yang kurang baik.
i. Semua tulisan peserta didik dipajang di papan tulis sesuai
groupnya.

15
j. Semua peserta didik saling melihat dan membaca tulisan teman
sekelasnya.
k. Guru dan peserta didik merefleksi hasil penulisan.
4) Model Brown
Model ini didasari oleh pemahaman bahwa media pembelajaran
merupakan suatu bagian yang sangat berpengaruh terhadap keefektifan
pembelajaran. Apalagi media dan alat bantu belajar kian lama kian
variatif dan interaktif. Media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran menulis dapat berupa media visual, audio, project
motion, dll. di antaranya adalah garnbar, peta, bagan, grafik. foto,
poster, iklan. perangko. video. OHP, dsb. Berikut akan dipaparan
langkah pembelajaran menulis dengan media puzzle gambar berseri.
Langkah-langkah:
a. Guru menyiapkan puzzle gambar berseri tentang suatu masalah.
b. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dan
mengemukakan kompetensi yang hendak di capai peserta didik.
c. Guru membagikan puzzle gambar yang sama kepada semua
kelompok.
d. Tiap kelompok diharapkan mengurutkan puzzle gambar berseri
sesuai logika dan argumennya masing-masing.
e. Tiap kelompok menyajikan hasilnya.
f. Dilakukan diskusi atas kerja peserta didik beserta alasan. Guru
sekalian menyampaikan materi yang relevan.
g. Lalu tiap peserta didik dalam kelompok ditugasi membuat tulisan
berdasar susunan gambar di kelompoknya dengan pengembangan
imajinasi mereka masing-masing.
h. Tulisan disunting dalam kelompok secara bergantian dan
diperbaiki.
i. Dilakukan refleksi atas pembelajaran yang telah dilakukan.
j. Produk tulisan dikumpulkan untuk dievaluasi oleh guru.
5) Model Sugesti – Imajinasi

16
Model ini mendasarkan pada menulis sebagai suatu proses yang perlu
rangsangan menarik untuk memunculkan ide tulisan hal ini tetap
menggunakan dasar menulis sebagai sebuah proses. Adapun
rangsangan (sugesti) yang dipakai dalam kegiatan ini dapat bervariasi
tergantung kondisi sekolah. Beberapa diantaranya adalah lagu. musik,
pembacaan puisi. tayangan pementasan drama, cuplikan sinetron,
iklan. film, dsb. Berikut proseduralnya dengan media lagu. Langkah-
langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai peserta didik.
b. Guru memilihkan lagu yang sesuai dengan materi dan tema
pembelajaran.
c. Peserta didik bersiap menyimak lagu dan membuat catatan bahan
penulisannya (langkah sampai dapat membuat kerangka tulisan).
d. Peserta didik membuat tulisan berdasar sugesti-imajinasi tersebut.
e. Peserta didik sating bertukar tulisan untuk menyunting tulisan
temannya.
f. Peserta didik menerima kembali hasil tulisannya beserta suntingan
dan memperbaiki tulisan.
g. Dilakukan penilaian tulisan oleh peserta didik/guru.
h. Guru dan peserta didik merefleksi pembelajaran secara
menyeluruh.
Media Pembelajaran Menulis di SD
Pembelajaran membaca menulis permulaan tentu saja
memerlukan media yang dapat membantu kelancaran proses belajar
mengajar. Untuk mempermudah pemahaman peserta didik dalam bermain
katakata, perlu adanya media. Media yang dianggap paling cocok untuk
peserta didik dalam menyusun kalimat/ kata menggunakan kartu huruf/
kartu kata.
Guru dapat memberikan penilaian yang otentik dari kegiatan ini.
Hal-hal yang telah dikuasai peserta didik tampak dalam proses maupun
hasil belajar. Kesemuanya itu merupakan ciri-ciri pembelajaran. Andayani,

17
Martono, dan Atikah (2009: 43) mengatakan bahwa pemilihan media
ditentukan berdasarkan pada kebutuhan guru. Media pembelajaran yang
digunakan meliputi media pandang berbentuk gambar, media dengar
berbentuk rekaman, dan media audiovisual berbentuk VCD.
Media pandang berbentuk gambar terdiri atas gambar tematik
dan mnemonik (gambar benda atau peristiwa bertema). Penggunaan media
gambar tematik dan mnemonik dapat membantu murid mendapatkan
inspirasi sehingga dapat mencapai indikator-indikator yang telah
dirumuskan daam silabus. Media dengar berbentuk rekaman bisa berupa
rekaman cerita. Media rekaman ini dapat digunakan dalam pembelajaran
model dikte atau menulis cerita sederhana. Andayani, Martono, dan Atikah
(2009: 44) mengungkapkan bahwa model atau contoh menulis cerita dari
rekaman dapat mengatasi masalah apabila guru tidak dapat memberikan
contoh dalam menyajikan cerita secara sempurna.
Berdasarkan pendapat para guru dalam lokakarya, (dalam
Andayani, Martono, dan Atikah 2009: 44), rekaman cerita rakyat dan
ceritacerita anak atau dongeng dapat menarik perhatian murid dan
menumbuhkan minat murid terhadap menulis permulaan pada anak. Di
samping itu, Andayani, Martono, dan Atikah (2009: 44) menambahkan
media lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca menulis
permulaan adalah media audiovisual berbentuk VCD. Media ini
mempunyai kegunaan yang hampir mirip dengan rekaman cerita rakyat
atau dongeng. Namun demikian, karena media ini bersifat pandang dan
dengar, memunculkan gambar sekaligus suara, maka mempunyai
kegunaan dalam membina daya ekspresi, dan kreasi pada murid.

E. Evaluasi Pembelajaran Menulis di SD


Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu komponen
yang tidak kalah penting dengan proses pembelajaran. Arifin (2013:5)
mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan
berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu,

18
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil
suatu keputusan. Sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan
gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan
mampu membantu pengajar merencanakan strategi pembelajaran. Evaluasi
pembelajaran sangat penting untuk melihat keberhasilan suatu
pembelajaran, begitu juga dengan pembelajaran bahasa Indonesia.Bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di setiap jenjang
pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Mata pelajaran bahasa Indonesia dijadikan sebagai salah satu mata kuliah
prasarat kelulusan peserta didik. Oleh sebab itu, mata pelajaran bahasa
Indonesia harus dipahami oleh semua peserta didik. Salah satu penentu
keberhasilan peserta didik dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dapat
dilihat dari hasil belajar peserta didik.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik
setelah menerima pengalaman belajar. Setelah proses belajar berakhir,
peserta didik akan memperoleh hasil belajar. Hasil belajar digunakan
untuk mengetahui sebatas mana peserta didik dapat memahami dan
menguasai materi. Dimyati dan Mudjiyono (2013, hlm. 3) juga
mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindakan belajar atau tindakan mengajar. Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah dia menerima pengalaman
belajarnya (Sudjana, 2011:22 dan Susanto 2015:5). Penentuan hasilbelajar
dapat dilakukan melalui penilaian. Penilaian adalah kegiatan menafsirkan
atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Penilaian merupakan usaha
formal yang dilakukan untuk menjelaskan status siswa dalam variabel
penting pendidikan yang meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Menurut Djemari (1999, hlm. 8) penilaian adalah kegiatan
menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Sejalan dengan itu,
Cangerosi (1995, hlm.21) juga mengatakan bahwa penilaian adalah
keputusan tentang nilai. Penilaian dapat dilakukan dalam bentuk tertulis
dan lisan. Dalam PP.19/2005tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I

19
pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa “Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik.
Nurgiyantoro, (2011, hlm.439) mengatakan dalam keterampilan
menulis harus menggunakan menggunakan rubrik penilaian yang
menyangkut komponen, yaitu (1) isi gagasan yang dikemukakan, (2)
organisasi isi, (3) tata bahasa, (4) gaya: pilihan struktur dan kosakata, (5)
Ejaan dan tata tulis. Komponen tersebut memiliki masingmasing dengan
sub komponennya. Penilaian dapat dikembangkan sendiri dengan memberi
bobot secara proporsional terhadap tiap komponen-komponen itu. Hal
yang sama juga dijelaskan bahwa instrumen yang divalidasi memiliki
potensi utilitas untuk para profesional yang menilai tulisan anak-anak
(Dunsmuir. S; Kyriacou, M; Su Batuwitage; Hinson ;E, Ingram, V;
O'Sullivan, S, 2015, hlm. 1).
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 menjelaskan bahwa
penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Objektif, berarti
penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas
penilai. (2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara
terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan
berkesinambungan. (3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan
efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. (4)
Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. (5) Akuntabel,
berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak inter-nal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. (6)
Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Penilaian dapat dilakukan dalam bentuk tertulis dan lisan.
Nurgiyantoro (2010, hlm. 422—423) menyatakan bahwa kemampuan
menulis dapat dinilai dengan cara tes. Tes yang bisa digunakan untuk
mengukur kemampuan menulis siswa adalah tes uraian atau unjuk kerja.

20
Hal itu sesuai dengan yang dikemukan oleh Arikunto (2013, hlm, 162)
bahwa tes tertulis dapat dilakukan berbentuk esai atau uraian. Tes uraian
adalah sejenis tes kemampuan belajar untuk memberikan jawaban yang
bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Depdiknas (2008:5) teknik
penilaian merupakan metode atau cara penilaian yang dapat digunakan
guru untuk mendapatkan informasi. Teknik penilaian yang mungkin dan
dapat dipergunakan dengan mudah oleh guru, misalnya: (1) tes (tertulis,
lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengataman, dan (3) wawancara.
Depdiknas (2008:5) menyatakan bahwa jenis tes ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes uraian. Tes
Objektif, salah satu bentuk tes objektif adalah soal bentuk pilihan ganda.
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan
jawabannya. Tes Uraian, dalam menulis soal bentuk uraian diperlukan
ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang
dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan
bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan
gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

21
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pentingnya pengembangan pembelajaran menulis di tingkat Sekolah
Dasar (SD) yaitu, pertama-tama pendekatan yang beragam dan terintegrasi
diperlukan untuk mengembangkan keterampilan menulis siswa. Metode
pembelajaran yang aktif, seperti pendekatan berbasis proyek atau cooperative
learning, memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara langsung
dalam proses menulis dan membangun keterampilan mereka dengan cara yang
menarik dan bermakna. Selain itu, integrasi teknologi dalam pembelajaran
menulis menjadi semakin penting di era digital saat ini. Penggunaan aplikasi dan
perangkat lunak kreatif tidak hanya memotivasi siswa, tetapi juga memperluas
jangkauan kemungkinan ekspresi mereka.
Di samping itu, evaluasi pembelajaran menulis di SD harus holistik dan
komprehensif. Penilaian formatif yang teratur memungkinkan guru untuk
memantau kemajuan siswa secara berkelanjutan dan memberikan umpan balik
yang tepat waktu. Pembuatan portofolio siswa yang mencakup berbagai jenis
tulisan memberikan gambaran yang lengkap tentang perkembangan keterampilan
menulis siswa dari waktu ke waktu. Ujian tertulis, rubrik penilaian, dan korekan
rekan sebaya merupakan alat evaluasi tambahan yang membantu guru dalam
memahami tingkat pemahaman siswa tentang konsep-konsep menulis serta
memberikan arahan untuk perbaikan.
Selanjutnya, keterlibatan orang tua juga merupakan faktor penting
dalam pengembangan keterampilan menulis siswa di SD. Kolaborasi antara
sekolah dan orang tua dapat meningkatkan dukungan dan motivasi siswa dalam

22
belajar menulis, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Pameran
karya tulis siswa menjadi salah satu cara yang efektif untuk memamerkan hasil
karya mereka kepada publik dan mendorong rasa percaya diri mereka.
Dengan memperhatikan semua aspek ini, pengembangan pembelajaran
menulis di SD dapat menjadi lebih efektif dan relevan, mempersiapkan siswa
untuk menjadi pembaca dan penulis yang kompeten di masa depan. Dengan
menerapkan pendekatan yang beragam dan melakukan evaluasi yang
komprehensif, guru dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang
memuaskan dan bermakna bagi siswa, memajukan kemampuan literasi mereka
untuk menghadapi tuntutan dunia yang semakin kompleks.

B. Saran
Dalam upaya meningkatkan pembelajaran menulis di Sekolah
Dasar (SD), beberapa saran dapat diusulkan. Pertama, penting untuk
mengadopsi metode pembelajaran yang interaktif, seperti pendekatan
berbasis proyek atau cooperative learning, yang memungkinkan siswa
terlibat secara aktif dalam proses menulis. Selanjutnya, integrasi teknologi
dalam pembelajaran dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa,
sehingga guru perlu mendapatkan pelatihan dalam menggunakan teknologi
secara kreatif. Selain itu, pengembangan bahan ajar yang kreatif dan
bervariasi juga diperlukan untuk memotivasi siswa dan memfasilitasi
eksplorasi kreativitas mereka dalam menulis. Kolaborasi dengan orang tua
juga penting, dengan memberikan informasi tentang kegiatan menulis di
sekolah dan mendukung pembelajaran menulis di rumah. Pameran karya
tulis siswa secara berkala dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan
memotivasi mereka untuk terus meningkatkan kemampuan menulis
mereka. Terakhir, evaluasi pembelajaran menulis harus dilakukan secara
komprehensif dengan menggunakan berbagai metode evaluasi, termasuk
penilaian formatif, pembuatan portofolio siswa, ujian tertulis, dan rubrik
penilaian yang jelas. Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan

23
pembelajaran menulis di SD dapat menjadi lebih efektif dan bermakna
bagi perkembangan keterampilan menulis siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Ali Mustadi, dkk. 2021. Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dan
Bersastra yang Efektif di Sekolah Dasar. UNY Press:
Yogyakarta.
Apri Damai Sagita K, dkk. 2018. Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD
(Pendekatan dan Teknis). Penerbit Media Maxima: Bekasi
Arifin. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta.
Asep Muhyidin. Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan Bahasa
Indonesia di Kelas Awal. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra, Agustus 2017.
Depdiknas. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. (2008). Kompetensi evaluasi pendidikan: kriteria dan indikator
Depdiknas. (2019). Kurikulum 2013 Revisi: Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas
IV. Jakarta: Depdiknas
Gusti Yarmi. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar. Jurnal PERSPEKTIF Ilmu
Pendidikan - Vol. 31 No. 1 April 2017
Harmer, J. (2004). How to Teach Writing. Pearson Education.
Harmer, J. (2015). How to Teach Writing. Pearson Education.
keberhasilan pembelajaran. Diakses 28Mei 2018.
kompetensi).Yogyakarta: BPFE.

24
Nunan, D. (2022). Language Teaching Methodology: A Textbook for Teachers.
Cambridge University Press.
Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian pembelajaran bahasa. Yogyakarta: BPFE
Nurgiyantoro, B. (2011). Penilaian pembelajaran bahasa (berbasisis
Rohana dan Syamsudin. 2018. Keterampilan Bahasa Indonesia Pendidikan Dasar.
Universitas Negeri Makasar.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta.

25

Anda mungkin juga menyukai