Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Inggris adalah bahasa utama komunikasi antar bangsa pada saat ini, baik

secara lisan ataupun secara tertulis. Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan

menghasilkan teks lisan dan tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa

(skill) , yaitu mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan

menulis (writing). Keempat skill inilah yang digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran

Bahasa Inggris, baik di tingkat SMP maupun tingkat SMA agar siswa mampu berkomunikasi

dalam bahasa Inggris.

Dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA/MA/SMK/MAK) tahun 2013,

mata pelajaran bahasa Inggris termasuk kedalam kelompok mata pelajaran wajib, selain PAI,

PKN, Bahasa Indonesia, matematika dan sejarah Indonesia. Diajarkan dari tingkat X hingga

tingkat XII, dengan alokasi waktu belajar per minggu adalah masing masing 2 jam pelajaran

( 2 JP ). Khususnya di SMAN 1 Payung Sekaki, selain menjadi mata pelajaran wajib, bahasa

Inggris juga di pilih oleh siswa kelas X dan XI menjadi mata pelajaran peminatan ( Lintas

Minat) . Mata pelajaran peminatan berdurasi 3 jam pelajaran untuk kelas X dan 4 jam

pelajaran untuk kelas XII.

Salah satu kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Inggris untuk kelas XI yang

berhubungan dengan kemampuan menulis siswa adalah: KD 4.7 Menyusun teks lisan dan

tulis, untuk menyatakan dan menanyakan tentang tindakan/ kegiatan/ kejadian tanpa perlu

menyebutkan pelakunya dalam teks ilmiah faktual ( Factual Report ) dengan memperhatikan
fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks. Dalam

konsep teks ilmiah faktual ini, bisa jadi membahas tentang orang, binatang, benda, gejala dan

peristiwa alam dan sosial terkait dengan mata pelajaran di kelas XI. Untuk mencapai

kompetensi tersebut, tidaklah semudah membalik telapak tangan. Karena masih banyak siswa

yang kesulitan dalam menyusun sebuah teks dalam bahasa Inggris.

Menurut Duin (1986) kemampuan menulis penting untuk diajarkan karena tulisan

dapat menjadi alat untuk menyampaikan ide, gagasan dan pesan ke pembaca dengan tujuan

tertentu. Disamping itu dengan menulis kita dapat menjelaskan dan mendeskripsikan sesuatu

kepada orang banyak. Akan tetapi, dalam kenyataaannya keterampilan menulis masih

dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang sulit dan kompleks, karena mensyaratkan

adanya keluasan wawasan dan melibatkan proses berpikir yang intensif, keterampilan untuk

mengaplikasikan pengetahuan grammar, tata bahasa, susunan kalimat, idiom dan kosa kata.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang jarang diajarkan kepada siswa

secara intensif baik di tingkat SMP atau SMA. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa

pengajaran menulis selama ini hanya menitik beratkan pada pengajaran tata bahasa, grammar,

menentukan bagian bagian ( generic structure) dari sebuah teks, serta menentukan fungsi

sosial dari sebuah teks, jadi bukan mengarahkan siswa untuk banyak menulis. Sehingga saat

mengajar di kelas, guru lebih banyak menghabiskan waktu untuk menerangkan grammar,

serta menjelaskan bagian bagian ( generic structure) dari sebuah teks daripada mengajarkan

keterampilan menulis itu sendiri.

Menurut Syam (2011) ada beberapa alasan mengapa keterampilan menulis sering di

abaikan oleh guru. Pertama, guru kesulitan dalam merencanakan dan mengajarkan

kemampuan ini. Kedua, keterampilan menulis tidak diujikan dalam ujian mid semester atau

ujian semester. Ketiga, guru lebih sering disibukkan dengan menerangkan dan menjelaskan
bagian bagian ( generic structure) dari sebuah teks dibandingkan dengan mengaplikasikannya

dalam sebuah tulisan. Terakhir, keterampilan pembelajaran menulis dianggap sangat menyita

waktu baik dalam prosesnya dan juga dalam pemberian umpan balik.

Berdasarkan pengamatan penulis, kemampuan menulis teks bahasa Ingggris siswa

kelas XI IPS 1 SMAN 1 Payung Sekaki masih rendah. Salah satu indikatornya adalah masih

kurangnya kualitas tulisan siswa baik dalam hal ide dan isi teks, organisasi teks, kosakata,

pemilihan kalimat, dan konvensi (pengejaan dan tanda baca). Hal ini menyebabkan perolehan

nilai siswa dalam keterampilan menulis masih rendah sehingga KKM yang di harapkan tidak

tercapai.

Model penilaian dalam penelitian ini menggunakan model penilaian menulis menurut

Glass (2005). Komponen penilaiannya adalah: Ide dan Isi(Ide, topik atau tema, fokus,fakta

dan ilustrasi tulisan), organisasi (struktur fisik, atau rhetorical structure, urutan kronologis,

koherensi, kesimpulan dan layout tulisan), kosa Kata (Variasi dan jenis kosa kata, efesiensi

dan efektivitas kosa kata), kalimat (variasi dan jenis kalimat, efesiensi dan efektivitas

kalimat) serta konvensi (Ejaan, tanda baca, kutipan referensi bila ada, konvensi dan

kebersihan dan kerapian).

Dari test awal yang diberikan tentang menulis sebuah factual report text, menunjukan

hasil bahwa skor rata rata kemampuan siswa dari segi Ide dan Isi (Ide, topik atau tema,

fokus,fakta dan ilustrasi tulisan) adalah 4,3 %, organisasi (struktur fisik, atau rhetorical

structure, urutan kronologis, koherensi, kesimpulan dan layout tulisan) adalah 3 %, kosa Kata

(Variasi dan jenis kosa kata, efesiensi dan efektivitas kosa kata) adalah 4,3%, kalimat (variasi

dan jenis kalimat, efesiensi dan efektivitas kalimat) adalah 3 % serta konvensi (Ejaan, tanda

baca, kutipan referensi bila ada, konvensi dan kebersihan dan kerapian) adalah 4,3 %. Masing

masing komponen penilaian diberi skor tertinggi adalah 5, dan skor terendah adalah 1.
4.50%

4.00%

3.50%

3.00%

2.50%

2.00%

1.50%

1.00%

0.50%

0.00%
Ide / Isi Organisasi teks Kosa kata Kalimat Konvensi

Tabel 1. Hasil test awal

Ada beberapa masalah yang bisa menjadi penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam

menulis teks bahasa Inggris, khususnya teks factual report yang ber genre non fiction.

Pertama, siswa merasa kesulitan untuk memulai menulis sebuah tulisan sederhana yang

berhubungan dengan topik yang mereka pelajari. Hal ini membuat mereka menghabiskan

waktu yang lama hanya untuk memulai sebuah paragraf sederhana. Penulis melihat, hingga

15 menit berlalu beberapa orang siswa masih belum menuliskan apapun di dalam bukunya.

Kedua, siswa merasa kesulitan untuk mengembangkan sebuah paragraf yang terpadu

sehingga tulisan mereka sulit untuk dipahami.

Selanjutnya, masih banyaknya kesalahan gramatikal dalam tulisan mereka, sehingga

tulisan mereka jadi membinggungkan untuk dibaca. Terakhir, siswa cenderung tidak aktif

dan tidak punya motivasi tinggi dalam menulis teks bahasa Inggris karena mereka sudah

mempunyai persepsi dari awal bahwa menulis teks factual report itu sulit.
Beberapa masalah diatas memotivasi penulis untuk menemukan cara mengajarkan

writing skill. Teknik collaborative writing diharapkan mampu meningkatan kemampuan

siswa kls XI IPS 1 dalam menulis teks factual report. Dalam teknik collaborative writing ini,

siswa di dorong untuk berpartisipasi aktif melalui diskusi dan memberikan penilaian atau

respon terhadap ide atau pendapat siswa lain. Melalui cara belajar seperti diskusi dan aktifitas

penukaran ide, siswa bisa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Teknik

collaborative writing bukanlah teknik menulis bersama sama, tapi masing masing siswa

bertanggung jawab mempelajari apa yang diajarkan dan juga bertangggung jawab membantu

teman kelompoknya untuk belajar dan memahami pelajaran yang mereka dapatkan.

Konsep collaborative writing ini merupakan derivasi dari konsep collaborative

learning. Menurut Jacob (1999:13) diartikan sebagai suatu teknik pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam aktivitas kelompok kecil (minimal 2 orang) yang masing masing

mempunyai tingkat kemampuan yang tidak sama untuk meningkatkan penguasaan mereka

terhadap pelajaran.

B. Identifikasi Masalah

Apakah teknik collaborative writing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis teks factual report ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teknik collaborative writing dapat

meningkatkan kemampuan siswa kelas XI IPS 1 SMAN 1 Payung Sekaki dalam menulis teks

factual report .

D. Manfaat Penelitian
Bagi siswa : Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks bahasa Inggris ber

genre non fiction dan lainnya

Bagi guru : Mengembangkan teknik pembelajaran yang efektif, efesien dan

menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran

menulis.

Bagi sekolah : Melalui teknik collaborative writingdiharapkan dapat meningkatkan

kemampuan siswa menulis teks bahasa Inggris di SMAN 1 Payung Sekaki.


BAB 11

KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Menulis (Writing Skill)

Terkait dengan keterampilan menulis (writing skill), Kern (2000:180-184)

menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi orientasi dalam pengajaran menulis, yaitu

pendekatan produk, dan pendekatan proses. Pendekatan produk lebih mementingkan form

tekstual, dengan lebih mengajarkan tata bahasa, analisis kesalahan, atau mengkombinasikan

kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk.

Dalam pendekatan proses, Cumming dalam Reid (1993) menyatakan bahwa menulis

adalah negosiasi makna antara penulis dan pembaca yang melibatkan proses

berkesinambungan mulai dari rancangan sampai proses revisi. Menurutnya, tahapan dalam

menulis terdiri dari pre writing, drafting and revising. Dalam pre writing,siswa mengeluarkan

ide untuk menemukan topik yang akan mereka tulis. Setelah menemukan ide, mereka

membuat rancangan (drafting) yang kelak direvisi (revising) dan ditulis ulang sampai selesai.

Proses ini akan mengembangkan kemampuan siswa untuk menuangkan gagasan mereka

dalam tulisan.

Sementara itu, menurut Shih (dalam Brown, 2001:335) proses menulis mencakup

beberapa langkah. Pertama, guru membantu siswa untuk memahami proses menulis mereka

sehingga mereka mampu menemukan strategi yang sesuai. Selanjutnya, siswa diberi waktu

yang cukup untuk menulis dan merevisi tulisannya. Siswa didorong untuk menuangkan apa

yang ingin mereka sampaikan melalui tulisannya. Kemudian, guru memberikan kesempatan

kepada siswa lainnya untuk memberikan umpan balik sehingga siswa tidak hanya
mendapatkan umpan balik dari guru tetapi juga dari teman sejawat. Dengan demikian, siswa

diharapkan dapat mandiri (autonomous).

Menurut White (1985) kegiatan menulis dapat menjadi media atau alat pembelajaran

komponen bahasa karena dalam ketrampilan menulis siswa tertuntut untuk mengaplikasikan

pengetahuan grammar, tata bahasa, susunan kalimat, idiom dan kosakata. Disamping itu

siswa juga diberikan kesempatan untuk mengekplorasi bahasa yang mereka pelajari.

Graham (2007) berpendapat bahwa pembelajaran ketrampilan menulis di sekolah-

sekolah mempunyai dua manfaat penting. Pertama, writing merupakan skill yang dapat

menunjukkan kemampuan menggunakan strategi ( seperti perencanaan, evaluasi, dan revisi)

untuk tercapainya tujuan tulisan itu sendiri dengan berbagai opini dan bukti pendukung yang

mereka miliki. Kedua, Menulis berarti memperluas dan memperdalam pengetahuan siswa.

Alwasilah (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa dalam budaya Indonesia

literasi belum diartikan sebagai “kemampuan untuk membaca dan menulis” tapi masih

diartikan sebatas “kemampuan untuk membaca”. Selain itu, guru lebih banyak menghabiskan

waktu yang telah mereka alokasikan untuk menerangkan grammar daripada mengajarkan

keterampilan menulis itu sendiri. Alasan lain yang dia temukan adalah guru sering mengeluh

dengan kelas besar yang mereka ajar. Hal ini menjadikan guru tak mungkin mengkoreksi

hasil pekerjaan siswa secara efektif.

Keterampilan menulis merupakan salah satu ketrampilan bahasa yang telah banyak

menyedot perhatian banyak pihak. Selain karena ketrampilan menulis bisa dijadikan takaran

literasi suatu bangsa, juga karena belum begitu membudaya umumnya di masyarakat dan

khususnya di lingkungan sekolah. Ketrampilan menulis ini bisa dianggap sebagai ketrampilan

berbahasa yang sulit dan kompleks karena mensyaratkan adanya keluasan wawasan dan

melibatkan proses berpikir yang intensif.


Ketidakmampuan menulis siswa juga diyakini sebagaian besar orang disebabkan

karena kegagalan pengajaran ketrampilan menulis disekolah-sekolah. Sejumlah penelitian

menunjukkan bahwa pengajaran menulis selama ini hanya menitikberatkan pada pengajaran

tata bahasa atau tata cara menulis, bukan mengarahkan peserta didik pada untuk banyak

menulis.

Dalam kontek pengajaran bahasa Inggris di tingkat SMA, ketrampilan menulis ini

mutlak diperlukan mengingat salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris di tingkat

SMA/MA adalah mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis

untuk mencapai tingkat literasi informational. Dalam kompetensi dasar pengajaran bahasa

Inggris, siswa dituntut mampu memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek

dan monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, report, news

item, analyticalexposition, hortatoryexposition, spoof, explanation, discussion, review,

publicspeaking (Dedpdiknas, 2006).

Cumming dalam Reid (1993) menyatakan bahwa menulis adalah negosiasi makna

antara penulis dan pembaca yang melibatkan proses berkesinambungan mulai dari rancangan

sampai proses revisi. Menurutnya, tahapan dalam menulis terdiri dari prewriting, drafting

and revising. Dalam prewriting, siswa mengeluarkan ide untuk menemukan topik yang akan

mereka tulis. Setelah menemukan ide, mereka membuat rancangan (drafting) yang kelak

direvisi (revising) dan ditulis ulang sampai selesai. Proses ini akan mengembangkan

kemampuan siswa untuk menuangkan gagasan mereka dalam tulisan.

Menurut Murray (dalam Aswandi, 2009) kegiatan pembelajaran menulis dengan

menggunakan pendekatan proses ditandai dengan adanya penggunaan collaborative brain

storming, free-writing, pilihan topik tulisan diserahkan pada penulis, adanya peer group

editing, langkah-langkah pembelajaran dalam pendeketan proses meliputi: mengembangkan

gagasan/ide, drafting, revising, dan editing.


Sementara itu, menurut Shih (dalam Brown, 2001:335) proses menulis mencakup

beberapa langkah. Pertama, guru membantu siswa untuk memahami proses menulis mereka

sehingga mereka mampu menemukan strategi yang sesuai. Selanjutnya, siswa diberi waktu

yang cukup untuk menulis dan merevisi tulisannya. Siswa didorong untuk menuangkan apa

yang ingin mereka sampaikan melalui tulisannya. Kemudian, guru memberikan kesempatan

kepada siswa lainnya untuk memberikan umpan balik sehingga siswa tidak hanya

mendapatkan umpan balik dari guru tetapi juga dari teman sejawat (peer response). Dengan

demikian, siswa diharapkan dapat mandiri (autonomous)

B. Teknik Collaborative Writing

Menurut Jacob (1999:13) collaborative writing sebagai suatu teknik pembelajaran

yang melibatkan siswa dalam aktivitas kelompok kecil (minimal dua orang) yang masing2

mempunyai tingkat kemampuan yang tidak sama untuk meningkatkan pnguasaan mereka

terhadap pelajaran. Masing-masing anggota kelompok tidak hanya bertanggung jawab

membantu teman kelompoknya untuk belajar dan memahami pelajaran yang mereka

dapatkan.

Konsep collaborative writing (CW) ini merupakan derivasi dari konsep collaborative

learning (CL), yang menurut Gokhale (1995) diartikan sebagai suatu teknik pembelajaran

yang melibatkan siswa dalam aktivitas kelompok kecil (minimal dua orang) untuk mencapai

tujuan akademik tertentu. Melalui cara belajar seperti diskusi dan aktivitas pertukaran

ide,siswa mendapatkan porsi lebih untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

Sekaligus belajar mengemban tanggung jawab akan kelancaran jalannya proses

pembelajaran. Jadi, collaborative writing bukanlah menulis bersama-sama atau menulis

berjamaah.

Teknik ini tentunya jauh berbeda dengan teknik pengajaran tradisional yang

cenderung memberikan fokus pada aspek teori dan didominasi oleh guru. Dalam teknik
kolaboratif ini, siswa didorong untuk berani berpartisipasi aktif melalui diskusi dan

memberikan penilaian atau respons terhadap ide atau pendapat orang lain. Collaborative

writing merupakan teknik pembelajaran menulis yang melibat pihak lain dalam proses

penulisan. Pihak lain yang disebut kolaborator ini “memantau” setiap tahapan penulisan

dengan cara memberikan penilaian dalam bentuk komentar dan catatan perbaikan.

Berdasarkan penilaian kolaborator, penulis memperbaikinya. Begitu seterusnya sampai pada

langkah terakhir.

Menurut Alwasilah (2000), teknik collaborative writing ini memiliki sejumlah

kelebihan sebagai berikut:

(a) menanamkan kerjasama dan toleransi terhadap pendapat orang lain dan meningkatkan

kemampuan memformulasi dan menyatakan gagasan.

(b) menanamkan sikap akan menulis sebagai suatu proses karena kerja kelompok

menekankan revisi, memungkinkan siswa yang agak lemah mengenal tulisan karya sejawat

yang lebih kuat

(c) mendorong siswa saling belajar dalam kerja kelompok, dan menyajikan suasana kerja

yang akan mereka alami dalam dunia professional di masa mendatang.

(d) membiasakan koreksi diri dan menulis draf secara berulang, dimana siswa sebagai penulis

menjadi pembaca yang paling setia.

Secara hakikat, collaborative writing adalah sebuah proses sosial dimana para penulis

saling mencari pemahaman bersama. Untuk memperoleh pemahaman tersebut, setiap anggota

berperan sesuai dengan sejumlah aturan interaksi dan aturan sosial.Anggota-anggota ini

membangun tujuan yang sama, walau mereka memiliki pengetahuan yang berlainan. Mereka

berinteraksi dalam satu kesatuan dan mereka mengambil jarak dengan teks (Barnum,1994.)

Berdasarkan hasil studi Alwasilah (2000) yang melibatkan 30 mahasiswa PPS UPI

Bandung ihwal collaborative writing terungkap bahwa collaborative writing itu:


(a) menyadarkan siswa akan kompleksitas menulis dan akan kelemahan diri;

(b) sebagai strategi dalam mengajarkan menulis pada berbagai tingkat pendidikan dari SD

sampai PT

(c) memotivasi mahasiswa untuk menulis, mempelajari cara orang lain menulis dan

membaca referensi lebih banyak.

Menurut Blanton (1992), collaborative writing dalam kelompok kecil membuat menulis

menjadi lebih mudah. Hal ini karena dalam proses menulis yang meliputi drafting, revising,

reading, dan editing siswa melakukannya secara bersama-sama. Para siswa saling bertukar

informasi dan memberikan respons untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Selain

meningkatkan keterampilan menulis, collaborative writing juga dapat meningkatkan

kemandirian mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Dunn, 1996; Louth dkk, 2001;

Scheffler dkk,1992; Stanier, 1997; dan Wright dkk, 1993 menunjukkan bahwa collaborative

writing dapat merangsang siswa untuk berpartisipasi aktif. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Graves (1983) menunjukkan bahwa pemberian umpan balik oleh siswa memberikan

dampak positif. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Kantor (1984) yang menunjukkan

bahwa collaborative writing dapat mengubah sikap egosentris menjadi kesadaran akan

adanya pembaca sehingga mereka lebih memperhatikan strategi untuk perbaikan karya

tulisnya.

Dalam hal kemandirian belajar siswa, guru tetap berperan sebagai fasilitator yang

bertanggung jawab untuk memberikan tugas dan mengelola kelas untuk merangsang siswa

belajar (Weiner dalam Reid, 1993). Pemantauan guru ketika siswa melakukan ”kolaborasi”

dengan teman sekelompoknya sangat diperlukan. Dengan penerapan strategi collaborative

writing, siswa lebih mandiri dan aktif memberikan umpan balik dalam setiap tahapan
penulisan. Umpan balik dari sesama siswa (peer-response) ini akan lebih cepat diterima

siswa yang bersangkutan dan perbaikannya pun akan lebih cepat dilakukan.

C. Konsep Teks Report (Factual Report Text)

Teks ilmiah faktual adalah ber genre non fiction. Teks report bisa berupa fenomena

alam ( gempa bumi, banjir, tsunami dll), fenomena sosial, budaya dan adat istiadat, serta

pengetahuan dan tekhnologi.

A. Definisi teks report

Karya tulis ber-genre report biasanya mengupas suatu hasil pengamatan, penelaahan,

penelitian observasi, atau studi tentang benda, orang dan tempat. (Djuharie, Setiawan Otong,

2009:155)

B. Tujuan teks report

Adapun tujuan teks report adalah untuk menggambarkan sesuatu secara general (umum) apa

adanya. Serta memberikan informasi yang akurat dan relevan tentang sesuatu.

C. Struktur teks report

Djuharie, Setiawan Otong, (2009:155) menyatakan bahwa pada umumnya, teks report

memiliki struktur sebagai berikut:

– General Classification : yaitu suatu pernyataan umum yang menerangkan subjek laporan,

keterangan dan klasifikasinya.

– Description : yaitu penginformasian ciri-ciri umum/generalisasi yang dimiliki subjek –

misalnya sifat-sifat psikologis, perilaku, tampilan fisik, fitur-fitur khas, kualitas dan

sejenisnya.
D. Unsur kebahasaan teks report (Language Features)

Teks report sering menggunakan unsur kebahasaan tertentu, antara lain:

– General Noun, kata yang merujuk secara umum.

misalnya:

Tigers are wild animals. (harimau yang mana saja)

Rabbits can jump. (kelinci mana saja)

– Relational process, menggunakan kata kerja yang dapat menggambarkan keadaan si subjek

(benda yang diamati), dan atau mengisyaratkan kepemilikan,

Elephants have a trunk.

An ant is a small animal.

– Simple present tense, untuk menyatakan suatu kebenaran umum atau fakta ilmiah.

A baby of the blue whale generally weighs more than 500 kilograms.

D. Model Penilaian Menulis

Dalam kaitannya dengan metode penilaian, Brown (2007) menguraikan ada tiga cara

utama dalam penilaian menulis yaitu

1. Secara holistic (holistic scoring),

2. Analytic scoring method, dan

3. Triat based scoring method

Namun dia mengajukan pada hakikatnya ada dua metode utama dalam penilaian sebuah

tulisan yang biasa digunakan oleh penilai yaitu metode analytic dan holistic.

Glass (2005) menguraikan ada lima komponen yang harus dinilai dalam sebuah

tulisan. Kelima komponen tersebut adalah:

1. Idea atau contents,

2. Organization,
3. Word choice,

4. Sentence fluency, dan

5. Conventions.

Selain itu, setiap bobot memiliki gradasi dan kualitas penilaian atau kategori seperti

misalnya excellent to very good, good to average, fair to poor, dan inadequate.

Heaton (1989) juga menilai lima komponen menulis dengan istilah

1. Isi

2. Organisasi

3. Kosa kata

4. Tatabahasa

5. Mekanik

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model penilaian menulis menurut Glass

(2005) . Model Penilaian menurut Glass digambarkan dalam tabel di bawah ini:

Komponen Skore 5 Skore 4 Skore 3 Skore 2 Skore 1

Penilaian

1.Ide dan Isi -Satu ide -Satu ide -Secara -Banyak teks -Tidak
(Deskripsi: yang jelas, yang jelas, umum sesuai bersifat fokus,
Ide, topik fokus dan fokus dan topik dan mengulang benar-benar
atau tema, sesuai topik sesuai topik mengembang dan seperti keluar dari
focus,fakta -Semua detail -Adanya kan tema atau kumpulan ide ide, hal yang
dan ilustrasi konkret dan detail yang pesan yang yang tidak tidak
tulisan) spesifik konkret dan jelas berhubungan teridentifika
untuk spesifik -Beberapa -Kurang si, panjang
mendukung -Detail yang konkret dan detail khusus dan tidak
ide. menarik detail, dan dan banyak cukup
-Banyak untuk beberapa yang umum dikembangk
detail yang mendukung masih -Detail yang an
menarik dan ide bersifat bersifat -Detail tidak
asli untuk -Semua umum prediksi dan konsisten,
mendukung bagian -Beberapa sketchy tidak jelas,
ide. terintegrasi detail atau trivial
-Semua dan sesuai pendukung
bagian- bersifat
bagian prediksi dan
terintegrasi sebagian
dan sesuai. bersifat
umum
-Mungkin
ada bagian
yang kurang
sesuai

2.Organisasi -Pembukaan -Pembukaan -Pembukaan -Pembukaan -Awal yang


(Deskripsi: jelas dan menarik yang efektif yang lemah tidak jelas
Struktur menarik pembaca tetapi tidak -Struktur -Kurangnya
fisik, atau pembaca -Setiap menciptakan paragraf pengorganis
rhetorical -Susunan paragraf sense yang cenderung asian secara
structure, paragraph, konsisten kuat kurang sesuai umum
urutan kalimat -Sebagian -Semua seperti -Urutan dan
kronologis, topik, jelas besar ide bagian indensi detail tidak
koherensi, dan berhubungan paragraf Keterhubung beraturan
kesimpulan konsisten, secara logis biasanya an yang -Akhir yang
dan layout pendukung -Akhir yang benar, kurang logis tidak sesuai
tulisan) yang relevan, efektif kecuali satu -Akhir yang -Tidak
dan kalimat -Penggunaan dua yang lemah mengunakan
kesimpulan transisi yang tidak sesuai -Hanya transisi
yang jelas. sesuai -Mencoba sedikit
Urutan yang mengunakan penggunaan
logis dan hubungan transisi yang
efektif. yang logis benar
-Penggunaan -Mencoba
transisi yang mengunakan
yang akhir yang
konsisten, efektif
tepat, dan -Beberapa
sesuai. transisi masih
ada yang
kurang sesuai

3.Kosa Kata -Semua -Mungkin -Mungkin -Tulisan -Tidak ada


(Deskripsi: ditulis ada satu ada dua memilik sense
Variasi dan dengan fragment dan fragment dan banyak pengunakan
jenis kalimat run-on run on fragment dan tanda baca
kosakata, lengkap tidak -Biasanya -Kadang- run-on dan kalimat
efesiensi dan ada run-on variasi tipe- kadang -Hanya -Hanya
efektivitas -Mengunakan tipe kalimat mengunakan mengunakan kalimat
kosakata) variasi -Sebagian kalimat yang kalimat simple dan
kosakata besar kalimat bervariasi simple dan fragments
secara memiliki -Beberapa compound -Semua
konsisten awal yang variasi pada -Sedikit kalimat
(complex, bervariasi bagaian awal variasi di memiliki
compound, -Mengunakan kalimat awal kalimat awal yang
dan simple) transisi yang -Beberapa -Sedikit sama
-Mengunakan sesuai mengunakan mengunakan -Transisis
varaisi transisi yang transisi yang hampir tidak
kalimat awal benar sesuai ada
yang
konsisten,
bertujuan dan
kreatif
-Mengunakan
kosakata
konsisten,
sesuai, dan
shopisticated
transisi antar
kalimat
4.Kalimat -Semua -Mungkin -Mungkin -Tulisan -Tidak ada
(Deskripsi: ditulis ada satu ada dua memilik sense
Variasi dan dengan fragment dan fragment dan banyak pengunakan
jenis kalimat, kalimat run-on run on fragment dan tanda baca
efesiensi dan lengkap tidak -Biasanya -Kadang- run-on dan kalimat
efektivitas ada run-on variasi tipe- kadang -Hanya -Hanya
kalimat) -Mengunakan tipe kalimat mengunakan mengunakan kalimat
variasi -Sebagian kalimat yang kalimat simple dan
kalimat besar kalimat bervariasi simple dan fragments
secara memiliki -Beberapa compound -Semua
konsisten awal yang variasi pada -Sedikit kalimat
(complex, bervariasi bagaian awal variasi di memiliki
compound, -Mengunakan kalimat awal kalimat awal yang
dan simple) transisi yang -Beberapa -Sedikit sama
-Mengunakan sesuai mengunakan mengunakan -Transisis
variasi transisi yang transisi yang hampir tidak
kalimat awal benar sesuai ada
yang
konsisten,
bertujuan dan
kreatif
-Mengunakan
kalimat
konsisten,
sesuai, dan
shopisticated
transisi antar
kalimat

5.Konvensi -Pengejaan -Pengejaan -Beberapa -Sering -Tulisan


(Deskripsi: yang benar secara umum kata salah eja kesalahan terlalu sulit
Ejaan, tanda walaupun benar -Biasanya dalam ejaan dibaca,
baca, kutipan kata yang -Tanca baca tanda baca -Banyak dipahami
referensi bila sulit. secara umum benar tanda baca dan
ada, -Tanda baca benar -Kapitalisasi yang salah diinterpretas
konvensi dan yang akurat, -Kapitaliasi biasanya -Banyak ikan karena
kebersihan kreatif dan secara umum benar kapitalisasi banyak
dan membimbing benar -Grammar yang salah kesalahan
kerapian) pembaca. -Grammar dan usage -Grammar spelling
-Pemahaman dan usage biasanya dan usage -Tanda baca
yang lengkap benar benar sering salah tidak ada
dan -Secara -Tulisan agak -Tulisan yang -Penggunaan
penerapan umum legible legible dan ilegible kapitalisasi
yang dan bersih paper agak membuat yang
konsisten bersih pembaca berulang
tentang stumle dan -Grammar
kapitalisasi messy dan usage
Grammar hampir salah
dan usage semua
benar dan -Illegible,
berkontribusi beyond
pada messy,
kejelasan dan pembaca
style tidak dapat
-Semua decipher
legible dan teks.
bersih.

Tabel 2: Model Penilaian menurut Glass


BAB III

PEMBAHASAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah “kegiatan

penelitian yang berupaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar melalui suatu

tindakan berbentuk siklus berdasarkan pencermatan guru yang mendalam terhadap

permasalahan yang terjadi dan berkeyakinan akan mendapatkan solusi terbaik bagi siswa di

lingkungan kelasnya sendiri” (Darmansyah, 2009:10).

Berdasarkan defenisi tersebut, dapat diartikan bahwa Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas praktik pembelajaran di kelas.

Perbaikan ini dapat melalui penyempurnaan model, strategi, metode dan media yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran bahasa Inggris di SMAN 1 Payung

Sekaki. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap TP 2014/2015

C. Subjek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 yang berjumlah 33

orang, dengan perincian 11 orang siswa laki laki dan 12 orang siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis

dan Lewin yang digambarkan dalam bentuk kegiatan spiral. Model ini terdiri atas

perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), dan perenungan

(reflection) seperti terlihat pada Gambar 1.


Gambar 1. Model PTK menurut Kemmis dan Lewin yang telah dimodifikasi (Sumber:

Mills, 2000: 7).

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Satu siklus terdiri dari dua kali

pertemuan tatap muka.

Siklus 1

A. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:

1. Penyusunan RPP menggunakan teknik collaborative writing

2. Penyiapan skenario pembelajaran

B. Pelaksanaan (action), terdiri atas kegiatan:

1. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai jadwal.

2. Guru menjelaskan bagaimana proses pembelajaran menerapkan teknik collaborative

writing
3. Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tujuan dari factual report text,generic

structure dari factual report text,tenses yang digunakan dalam factual report text,serta

jenis text yang termasuk dalam jenis factual report text.

4. Guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang, sebanding antara

siswa yang pintar dan siswa yang lemah (terbentuk 8 kelompok)

5. Guru memberikan contoh teks wacana tentang factual report text.

Guru memberikan latihan kepada siswa untuk menyusun paragraf acak menjadi

sebuah factual report text yang benar. Berdasarkan pada generic structure dari sebuah

factual report text.

6. Guru meminta siswa untuk membuat sebuah factual report text berdasarkan topik

yang diberikan guru, menggunakan teknik collaborative writing.

C. Pengamatan ( Observasi)

Guru mengadakan observasi tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung di

dalam kelompok yang telah di bentuk untuk melihat penerapan teknik collaborative writing

dalam menghasilkan sebuah factual report text .

D. Refleksi (Reflection)

Guru menyimpulkan pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan teknik

collaborative writing pada siklus 1

Siklus 2

A. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:

1. Penyusunan RPP menggunakan teknik collaborative writing

2. Penyiapan skenario pembelajaran


B. Pelaksanaan (action), terdiri atas kegiatan:

1. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai jadwal.

2. Guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang, sebanding antara

siswa yang pintar dan siswa yang lemah

3. Guru memberikan contoh teks wacana tentang factual report text, topik berbeda dari

siklus 1

4. Guru memberikan latihan kepada siswa untuk menyusun paragraf acak menjadi

sebuah factual report text yang benar. Berdasarkan pada generic structure dari sebuah factual

report text.

5. Guru meminta siswa untuk membuat sebuah factual report text berdasarkan topik

yang diberikan guru ( berbeda dari siklus 1), menggunakan teknik collaborative writing.

C. Pengamatan ( Observasi)

Guru mengadakan observasi tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung di

dalam kelompok yang telah di bentuk untuk melihat penerapan teknik collaborative writing

dalam menghasilkan sebuah factual report text .

D. Refleksi (Reflection)

Guru menyimpulkan pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan teknik

collaborative writing pada siklus 11

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah test menulis. Komponen

penilaian dalam test ini adalah: Ide dan Isi (Ide, topik atau tema, focus,fakta dan ilustrasi

tulisan),Organisasi (struktur fisik, atau rhetorical structure, urutan kronologis, koherensi,


kesimpulan dan layout tulisan), Kosa Kata (Variasi dan jenis kosa kata, efesiensi dan

efektivitas kosa kata), kalimat (Variasi dan jenis kalimat, efesiensi dan efektivitas kalimat)

serta Konvensi (Ejaan, tanda baca, kutipan referensi bila ada, konvensi dan kebersihan dan

kerapian). Masing masing kriteria penilaian di beri skor tertinggi 5, dan skor terendah 1.

F. Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil tes keterampilan menulis siswa

tentang factual report text. Teknik atau cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes

menulis yang di nilai dari segi Ide dan Isi (Ide, topik atau tema, focus,fakta dan ilustrasi

tulisan), organisasi (struktur fisik, atau rhetorical structure, urutan kronologis, koherensi,

kesimpulan dan layout tulisan), kosa Kata (Variasi dan jenis kosa kata, efesiensi dan

efektivitas kosa kata), kalimat ( Variasi dan jenis kalimat, efesiensi dan efektivitas kalimat)

serta Konvensi (Ejaan, tanda baca, kutipan referensi bila ada, konvensi dan kebersihan dan

kerapian).

G. Teknik Analisis Data

Keterampilan menulis dievaluasi melalui tes. Tes yang digunakan adalah tes essai

(uraian objektif) dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif untuk melihat

keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Data yang diperoleh dapat diinterpretasikan sebagai

hasil penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis persentase

(%). Teknik ini digunakan untuk melihat persentase siswa yang mampu menghasilkan teks

factual report yang baik dari segi Ide dan Isi (Ide, topik atau tema, focus,fakta dan ilustrasi

tulisan), organisasi (struktur fisik, atau rhetorical structure, urutan kronologis, koherensi,

kesimpulan dan layout tulisan), kosa Kata (Variasi dan jenis kosa kata, efesiensi dan

efektivitas kosa kata), kalimat (variasi dan jenis kalimat, efesiensi dan efektivitas kalimat)

serta konvensi (Ejaan, tanda baca, kutipan referensi bila ada, konvensi dan kebersihan dan
kerapian)isi, organisasi teks, kosa kata dan penulisan ( pengejaan dan tanda baca). Masing

masing kriteria penilaian di beri skor tertinggi 5, dan skor terendah 1.


Daftar Rujukan

Alwasilah, A. Chaedar. 2000. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia dalam

Konteks Persaingan Global. Bandung: Andira.

Barnum, Carol M. 1994. “Collaborative Writing in Graduate Technical Communication: Is

There a Difference?” Journal of Technical Writing and Communication 24(4):405-419.

Bruffee, Kenneth A. 1999. Collaborative Learning: Higher Education, Interdependence, and

the Authority of Knowledge. 2nd edition. Baltimore: Johns Hopkins University Press.

Cooper, James L. and Randall Mueck. 1989. “Cooperative/Collaborative Learning: Research

and Practice (Primarily) at the collegiate Level.” The Journal of Staff, Program &

Organization Development. 7(3):143-148.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

Tingkat SMA dan Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi dan Standar

Kompetensi Lulusan Tingkat SMA dan MA. Jakarta: PT. Binatama Raya.

Duin, Ann Hill. 1986. "Implementing Cooperative Learning Groups in the Writing

Curriculum." Journal of Teaching Writing 5: 315-24.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning: Mempraktekken Cooperative Learning di Ruang Kelas.

Jakarta: Grasindo.

Reid, Joy.M. 1993. Teaching ESL Writing. New Jersey: Prentice Hall Regents

Scheffler, Judith. 1992. “Using Collaborative Writing Groups to Teach Analysis of an RFP

(My Favorite Assignment).” The Bulletin of the Association for Business Communication

55(2):26-28.

Anda mungkin juga menyukai