Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ENDOMETRIOSIS

OLEH

YUSTINA PRIMA MATUR

21203005

PPROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

1
2021/2022

A. Defenisi
Kista endometrium merupakan kelainan ginekologis yang ditandai
dengan adanya pertumbuhan lapisan endometrium secara ektopik yang
ditemukan di luar uterus. Secara lebih spesifik lagi dijelaskan sebagai suatu
keadaan dengan jaringan yang mengandung unsur-unsur stroma dan unsur
granular endometrium khas terdapat secara abnormal pada berbagai tempat di
dalam rongga panggul atau daerah lain pada tubuh. (Manuaba. 2008)

B. Etiologi
Penyebab terjadinya endometriosis sampai saat ini masih belum
diketahui secara pasti. Namun, beberapa teori telah dikemukakan dan
dipercaya sebagai mekanisme dasar endometriosis. (A.Price, Sylvia. 2006).

2
1) Menstruasi retrograde
Teori ini dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927, di mana terjadi
refluks (darah menstruasi mengalir balik) melalui saluran tuba ke dalam rongga
pelvis. Darah yang berbalik ke rongga peritoneum diketahui mampu
berimplantasi pada permukaan peritoneum dan merangsang metaplasia
peritoneum yang kemudian akan merangsang angiogenesis.Saat ini, teori ini
tidak lagi menjadi teori utama, karena teori ini tidak dapat menjelaskan
keadaan endometriosis di luar pelvis.
2) Teoriimunologik dan genetic
Gangguan pada imunitas terjadi pada wanita yang menderita
endometriosis. Dmowski mendapatkan adanya kegagalan dalam sistem
pengumpulan dan pembuangan zat-zat sisa saat menstruasi oleh makrofag dan
fungsi sel NK yang menurun pada endometriosis.
3) Teori metaplasia
Teori metaplasia ini dikemukakan oleh Robert Meyer yang menyatakan
bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel yang berasal
dari sel epitel selomik pluripoten dapat mempertahankan hidupnya di daerah
pelvis, sehingga terbentuk jaringan endometriosis. Teori ini didukung oleh
penelitian yang dapat menerangkan terjadinya pertumbuhan endometriosis di
toraks, umbilikus dan vulva.

3
4) Teori emboli limfatik dan vascular
Teori ini dapat menjelaskan mekanisme terjadinya endometriosis di
daerah luar pelvis. Daerah retroperitoneal memiliki banyak sirkulasi limfatik.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa pada 29 % wanita yang menderita
endometriosis ditemukan nodul limfa pada pelvis. Hal ini dapat menjadi salah
satu dasar teori akan endometriosis yang terjadi di luar pelvis, contohnya di
paru
C. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita dengan ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki risiko lebih besar
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang
diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti
menoragiadapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan
memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan
pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh
seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme
tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun
menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat
seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal. Jaringan
endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dari infundibulum tuba fallopii menuju ke
ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium
merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dapat terkena
endometriosis.Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa,
sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran
regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi
terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin
normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan

4
progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron
lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis
dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dismenorea). Setelah
perdarahan,penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan
adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan
nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait,
nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di
uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba
fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan
terjadinya infertil pada endometriosis. (A.Price, Sylvia. 2006)
D. Patway

Faktor genetik Gangguan Mensturasi Toksik Sampah

Gen Abnormal Mempengaruhi sistem hormon Terdapat mikroorganisme


tubuh yang menghasilkan makrofag

Kista
endometrium

Prosedur
Kurang
pembedahan
pengetahuan

Luka
Cemas
operasi

Resiko
Diskontinuitas infeksi
jaringan

5
Gangguan sekresi esterogen Respon imun menurun
dan progesteron

Peningkatan pertumbuhan
sel Pertumbuhan sel-sel
endometrium abnormal

Jaringan endometrium tumbuh


di luar uterus

Menyerang infundibulum,
ovarium, memasuki peredaran
darah

Terjadi siklus endokrin normal

Esterogen dan progesteron


menurun

Nekrosis dan perdarahan Penggumpalan


darah

Iritasi peritoneum Adhesi Menyerang tuba


fallopii

Menghambat
Nyeri Retroversi gerakan
uterus
spontan ujung
fimbrae
Ovum ke uterus terhambat

E. Tanda dan Gejala

1) Dismenorea

Nyeri haid disebabkan oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin


dalam rongga peritoneum, akibat perdarahan lokal pada sarang endometriosis
dan karena adanya infiltrasi endometriosis ke dalam syaraf pada rongga
panggul. Nyeri yang berlebihan dapat menyebabkan mual, muntah bahkan
diare. Dismenore primer terjadi pada awaltahun menstruasi, cenderung
meningkatkan dengan usia atau setelah melahirkan,dan biasanya tidak
berhubungan dengan endometriosis. Dismenore sekunderterjadi di kemudian

6
hari dan dapat meningkat dengan usia. Ini mungkin peringatantanda
endometriosis, meskipun beberapa wanita dengan endometriosis merasa tidak
ada nyeri sama sekali.

2) Nyeri pelvik

Akibat perlengketan, lama-lama dapat mengakibatkan nyeri pelvik yang


kronis. Rasa nyeri bisa menyebar jauh ke dalam panggul, punggung dan paha
bahkan menjalar sampai ke rektum. Duapertiga perempuan dengan
endometriosis mengalami nyeri intermenstrual.

3) Dispareunia

Endometriosis dapat menyebabkan rasa sakit selama atau setelah


hubungan seksual. Dalam penetrasi dapat menghasilkan nyeri pada
ovariumterikat oleh jaringan parut di atas vagina. Nyeri juga dapat
disebabkan olehadanya nodul pada endometriosis belakang rahim
atauligamen uterosakral, yang menghubungkan leher rahim dan sakrum.

4) Diskezia

Keluhan sakit buang air besar bila endometriosis sudah tumbuh dalam
dinding rektosigmoid dan terjadi hematokezia pada saat siklus haid.

5) Subfertilitas

Perlengketan pada ruang pelvis yang diakibatkan endometriosis dapat


menganggu pelepasan oosit dari ovarium atau menghambat perjalanan ovum
untuk bertemu dengan sperma.

F. Klasifikasi

Penentuan klasifikasi dan stadium endometriosis sangat penting


dilakukan untuk menerapkan cara pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi
hasil pengobatan. Stadium endometriosis tidak memiliki korelasi dengan
derajat nyeri keluhan pasien maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri
atau infertilitas. Hal ini dikarenakan endometriosis dapat dijumpai pada
pasien yang asimptomatik. Klasifikasi Endometriosis yang digunakan saat ini

7
adalah menurut American Society For Reproductive Medicine yang telah
direvisi pada tahun 1996 yang berbasis pada tipe, lokasi, tampilan, kedalaman
invasi lesi, penyebaran penyakit dan perlengketan.

Berdasarkan visualisasi rongga pelvis pada endometriosis, dilakukan


penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium
dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai – nilai
dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi
endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan
(stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat
(stadium IV).

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1) Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk
mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound)
yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan
ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh
dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya
dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan
cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut.
2) Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3) Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan endometriosis sulit mengalami penyembuhan karena adanya
risiko kekambuhan. Tujuan pengobatan endometriosis lebih disebabkan oleh

8
akibat dari endometriosis tersebut, seperti nyeri panggul dan infertilitas.Terapi
hormonal disarankan ketika rasa sakit mengganggu bekerjaatau kegiatan
sehari-hari, karena terapi ini biasanya mengurangi nyeri panggul dan
dispareunia lebih dari 80% perempuan yang menderita endometriosis. Terapi
hormon tidak efektifuntuk endometrioma ovarium besar yang memerlukan
operasi. Operasi jugadapat diindikasikan ketika pengobatan medis tidak
berhasil atau ketika kondisi medis melarang penggunaan terapi hormon.
1) Pengobatan simtomatik
Pengobatan dengan memberikan antinyeri seperti paracetamol, asam
mefenamat dan Non Steeroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID) seperti ibu
profen.
2) Kontrasepsi oral
Penanganan terhadap endometriosis dengan pemberian pil kontrasepsi
dosis rendah. Tujuan pengobatan ini adalah induksi amenorea, dengan
pemberian berlanjut selama 6-12 bulan. Membaiknya gejala dismenorea dan
nyeri panggul dirasakan oleh 60-95% pasien.
3) Progestin
Progestin adalah obat sintetis yang memiliki aktivitas progesteron seperti
pada endometrium. Progestin memungkinkan efek anti endometriosis dengan
menyebabkan desisualisasi awal pada jaringan endometrium dan diikuti
dengan atrofi. Progestin digunakan untuk mengurangi nyeri panggul
endometriosis. Efek samping yang umum dari terapi progestin adalah
perdarahan uterus yang tidak teratur, peningkatan berat badan, retensi air,
nyeri payudara, sakit kepala, mual, dan perubahan mood, terutama depresi.
4) Gonadotropin Releasing Hormone Agonist (GnRHa)
GnRHa menyebabkan sekresi terus-menerus FSH dan LH sehingga
hipofisa mengalami disensitisasi dengan menurunnya sekresi FSH dan LH
mencapai keadaan hipogonadotropik hipogonadisme, dimana ovarium tidak
aktif sehingga tidak terjadi siklus haid.
I. Data Fokus
a. Anamnesis

9
Pasien dengan kista endometriosis akan datang dengan keluhan utama
nyeri. Nyeri haid, nyeri pelvis kronis, nyeri selama hubungan sekualitas
yang disertai infertilitas juga merupakan masalah klinis utama pada
endometriosis. Endometriosis pada organ tertentu akan menimbulkan efek
yang sesuai dengan fungsi organ tersebut,sehingga lokasi penyakit dapat
diduga. Riwayat dengan fungsi organ tersebut, sehingga lokasi penyakit
dapat diduga. Riwayat dalam keluarga sangat penting untuk ditanyakan
karena penyakit ini bersifat diwariskan. Kerabat jenjang pertama beresiko
tujuh kali lebih besar untuk mengalami lebi hal serupa.
b. Pemeriksaan fisik ginekologi
Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak ada
kelainan. Lesi endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan
inspekulo, sedangkan pada pemeriksaan manual lesi ini teraba 43,1%
penderita.
J. Diagnosa keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan.
2. PK perdarahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan tindakan invasif dan pembedahan.
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska
pembedahan).
6. Gangguang citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh

10
K. Intervensi

 RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
injuri fisik selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
berkurang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
NOC : presipitasi
  Pain Level, 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
  Pain control, 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
  Comfort level pengalaman nyeri pasien
Kriteria Hasil : 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
penyebab nyeri, mampu menggunakan 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
tehnik nonfarmakologi untuk ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
mengurangi nyeri, mencari bantuan) 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dukungan
dengan menggunakan manajemen nyeri 8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
3. Mampu mengenali nyeri (skala, suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
berkurang farmakologi dan inter personal)
5. Tanda vital dalam rentang normal 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
11
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyer
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyer
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan pertahanan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi 2. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain Pertahankan
primer terkontrol teknik isolasi
NOC : 3. Batasi pengunjung bila perlu
  Immune Status 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
  Knowledge : Infection control berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
  Risk control 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Kriteria Hasil : 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
1. Klien bebas dari tanda dan gejala 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
infeksi 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
2. Mendeskripsikan proses penularan 9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
penyakit, factor yang mempengaruhi dengan petunjuk umum
penularan serta penatalaksanaannya, 10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
3. Menunjukkan kemampuan untuk kandung kencing
mencegah timbulnya infeksi 11. Tingktkan intake nutrisi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal 12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat 13. Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
14. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
15. Monitor hitung granulosit, WBC
16. Monitor kerentanan terhadap infeksi
17. Batasi pengunjung
18. Saring pengunjung terhadap penyakit menular

12
19. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
20. Pertahankan teknik isolasi k/p
21. Berikan perawatan kuliat pada area epidema
22. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
23. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
24. Dorong masukan cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
27. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
28. Ajarkan cara menghindari infeksi
29. Laporkan kecurigaan infeksi
30. Laporkan kultur positif
3. Deficit personal Setelah dilakukan asuhan keperawatan Personal hyegene managemen
hyegene b.d imobilitas selama 3x24 jam diharapakan pasien 1. Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri
(nyeri pembedahan) menunjukkan kebersihan diri 2. Berikan kenyamanan pada pasien dengan membersihkan tubuh
NOC : pasien (oral,tubuh,genital)
  Kowlwdge : disease process 3. Ajarkan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri
  Kowledge : health Behavior 4. Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga kebersihan
Kriteria Hasil : pasien
1. Pasien bebas dari bau
2. Pasien tampak menunjukkan
kebersihan
3. Pasien nyaman

4. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC :


diagnosis dan selama 3x 24 jam diharapakan cemasi Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
pembedahan terkontrol 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

13
NOC : 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
  Anxiety control 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
  Coping prosedur
Kriteria Hasil : 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
1. Klien mampu mengidentifikasi dan takut
mengungkapkan gejala cemas 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan prognosis
menunjukkan tehnik untuk mengontol 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
cemas 7. Lakukan back / neck rub
3. Vital sign dalam batas normal 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 9. Identifikasi tingkat kecemasan
tubuh dan tingkat aktivitas10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
menunjukkan berkurangnya kecemasan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksa
13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
5. Resiko Perdarahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
selama 3x24 jam diharapakan pasien 1. Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan dari suatu tempat
menunjukkan perdarahan dapat 2. Monitor vital sign
diminimalkan dengan kriteria hasil NOC: 3. Catat perubahan mental
Perdarahan Kriteria hasil : 4. Hindari aspiri
1. Pasien mengetahui penyebab dan gejala 5. Awasi HB dan factor pembekuan
dari perdarahan 6. Berikan vitamin tambahan dan pelunan feses
2. Pasien tidak mengatakan merasakan
gejala timbulnya perdarahan
3. Tidak ada hematuria dan hematemesis
4. Tekanan darah dalam batas normal
systole dan diastole (TD= 100-

14
140/<500 ml)
6. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan Peningkatan citra tubuh :
berhubungan dengan selama 3x 24 jam diharapakan masalah 1. Gunakan bimbingan antisipasif menyiapkan pasien terkait
perubahan fungsi tubuh. teratasi dengan kriteria hasil NOC : dengan perubahan perubahan citra tubuh (telah) diprediskusikan
Citra Tubuh : 2. Bantu pasien untuk mendiskusikan stressor yang mempengaruhi
1. Kepuasan dengan penampilan tubuh ditra diri terkait dengan kondisi konginetal, cedera, penyakit
2. Penyesuaian terhadap perubahan atau pembedahan
tampilan fisik 3. Tentukan persepsi pasien dan keluarga terkait dengan
3. Penyesuaian terhadap perubahan perubahan citra diri dan realitas
status kesehatan 4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi bagian dari tubuhnya yang
4. Penyesuaian terhadap perubahan memiliki persepsi positife terkait dengan tubuhnya
fungsi tubuh
5. Penyesuaian terhadap perubahan
akibat pembedahan

15
16
DAFTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC.
Bulecheck, Gloria M., et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC)
sixth Edition. Mosby an Imprint of Elsevier Inc.
Mansjoer, Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapus.
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta:EGC.
Moorhead, Sue., et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition. Mosby an Imprint of Elsevier Inc.
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai