Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MUHAMMAD ADAM

NIM : I1B118028
KELAS : R-002 GENAP
TUGAS : SOSIOLOGI SASTRA

MODERNISASI DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL “BELENGGU”


KARYA ARMIJN PANE
BERDASARKAN SOSIOLOGI PENGARANG

Pengarang merupakan seseorang yang memiliki peran terhadap karya sastra yang
diciptakannya,dia mampu menentukan jalan cerita dan nasib tokoh-tokohnya. Pengarang juga
dapat menyerap ide dari keseharian atau dari pengalaman atau bahkan dari menceritakan tentang
perasaan jiwanya. Tak sedikit pula pengarang yang mengambil cerita novelnya dari berbagai
sumber bacaan,dan terkadang pula mendapatkan ide dari imajinasi yang berkembang dalam
pemikirannya. Ide-ide seperti itu kemudian berkumpul menjadi karya yang kemudian
diwujudkan dalam sebuah karya sastra. Agar pembaca dapat lebih mengenalnya,setiap pengarang
tentu akan berusaha untuk menunjukkan ciri khas dalam karya sastra yang diciptakannya. Oleh
karena itu karya sastra merupakan cerminan dari pengarang itu baik dari segi
pemikiran,imajinasi,maupun realita yang kemudian berpadu dan melengkapi kelahiran sebuah
karya sastra yang utuh.
Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif,biasanya dalam
bentuk cerita panjang. Novel juga berasal dari bahasa Italia kemudian masuk ke Indonesia,
(Mirriam Golberg, 2004:68) novel ialah cerita panjang yang isinya menceritakan tokoh-tokoh
atau pelaku dalam rangkaian peistiwa dengan latar tersusun dan teratur (Zaidan, 1991:57).
Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:694) dikemukakan bahwa novel
merupakan karangan prosa yang mengandung cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di
sekelilingnya,yang menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Pada umunya sebuah novel
bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari dengan
menitikberatkan pada sisi yang unik.
Novel pun terbagi menjadi dua yaitu novel serius dan novel popular. Novel serius sendiri
ialah novel yang mengambil realitas kehidupan sebagai modelnya,kemuian pengarang
menciptakan sebuah dunia baru melalui cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus.
(Nurgiyantoro, 2002:21). Sedangkan novel popular ialah novel yang popular pada masanya dan
banyak penggemarnya,khususnya remaja. Novel popular juga tidak mengejar efek estetis tetapi
hanya sekedar menyampaikan cerita untuk memberikan hiburan bagi pembacanya
(Nurgiyantoro,2008:18-19).
Dalam tulisan ini akan di bahas mengenai bagaimana sosiologi pengarang terhadap novel
ciptaannya. Sosiologi pengarang sendiri dapat di maknai sebagai salah satu kajian sosiologi
sastra yang memfokuskan perhatian pada pengarang sebagai pencipta karya sastra. Dalam
sosiologi pengarang, pengarang sebagai pencipta karya sastra dianggap merupakan makhluk
social yang keberadaannya terikat oleh status sosialnya dalam masyarakat,ideology yang
dianutnya,posisinya dalam masyarakat serta hubungannya dengan pembaca. Realitas yang
digambarkan dalam karya sastra sering kali bukanlah realitas apa adanya,tetapi realitas seperti
yang diidealkan pengarang. Dalam penelitian Junus (1986:8-9) mengenai novel-novel Indonesia
seperti Belenggu da Telegram,di temukan bahwa kedua novel tersebut telah mencampuradukkan
antara imajinasi dan realita.
Menurut Werren dan Wellek dalam buku Theory of Literature (1994:109-133) sosiologi
pengarang berkaitan dengan profesi pengarang dan institusi sastra. Masalah yang dikaji ialah
dasar ekonomi produksi sastra,latar belakang sosial,status pengarang,dan ideology pengarang
yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang yang terlihat dari nernaagai kegiatan pengarang di
luar karya sastra. Pada tulisan ini akan mengkaji bagaimana sosiologi pengarang dengan karya
sastranya. Yaitu dari penulis yang merupakan sosok terkenal sebagai pendiri majalah Poejangga
Baru yaitu Armijn Pane dengan karya novel serius karangannya yang berjudul “Belenggu”.
Armijn Pan lahir di Muara Sipongi Mandailing Natal,Sumatera Utara pada tanggal 18
agustus 1908. Beliau adalah salah satu Sastrawan senior di Indonesia. Armijn Pane juga
merupakan seorang pengarang dan juga seorang pendiri majalah Poedjangga Baru. Ia pun telah
banyak memberikan jasa-jasanya dalam perkembangan dunia kesusastraan Indonesia di tahun
1940-an. Bakat mengarang Armijn Pane diwariskan oleh sang Ayah Sutan Pengurabaan. Dari
delapan bersaudara dua orang mewarisi bakat Ayahnya yaitu Sanusi Pane dan Armijn Pane
sendiri. ArmijnPane juga bernama Ammak,Ananta,Anom,Lenggahan,Antar Iras,AR.,A.R, Ara
bin Ari dan Aria Indra. Nama itu digunakan dalam majalah Pedoman Masyarakat, Poedjangga
Baru dan Panji Islam.
Prof.Dr.Teeuw menyatakan bahwa Armijn Pane adalah pelopor angkatan ’45. H.B. Jassin
menilai bahwa bentuk prosa dan puisi Armijn Pane memperlihatkan gaya Impresionist.
Sedangkan sastra angkatan ’45 banyak menunukkan gaya ekspresionist. Gaya Imperionist
banyak ditemukan terutama dalam sajak-sajaknya seperti novel yang akan dikaji kali ini yaitu
“Belenggu” yang menurut H.B. Jassin merupakan sastra modern Indonesia yang pertama
menggambarkan kehidupan kaum intelektual sebelum zaman perang kemerdekaan. Armijn Pane
yang pembawaanya terkesan tenang,kalem dan polos yang mengajarkkan sesuatu sangat
cermat,teliti dan semuanya ingin serba rapih. Karena sangat hati-hati sehingga persoalan yang
betapapun kecilkannya, akan menimbulkan keresahan dalam dirinya. Pada novelnya yang
bertajuk “Belenggu” memperlihatkan gaya romantisme,membangkitkan suasana dan perasaan
yang mengalun dan bergantian dalam ritme yang terpola dengan suasana lain yang sendu dan
bahkan cenerung sedih. Karya-karya Armijn Pane juga memperlihatkan banyak pengaruh Noto
Soeroto,Rabindranath Tagore, Dan Krisnamurti. Dan pada tahun 1969 Armijn Pane menerima
Anugerah Seni dari pemerintah RI karena karya dan jasanya dalam bidang sastra.

Minat Armijn Pane juga tidak terbatas hanya pada bidang sastra saja,tetapi perhatiannya
meliputi pula seni musik,tari dan jurnalistik serta dunia kebahasaan dan sejarah. Di luar
kegiatannya di bidang sastra,ia pernah berpolemik tentang musik dengan G.J. Resink dan Ali
Budiarjo dalam majalah Poejangga Baru tahun 1941.

Armijn Pane meninggal dunia pada hari Senin, tanggal 16 Februari 1970, pukul 10.00, di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam usia 62 tahun. Ia mengalami pendarahan
otak dan tidak sadarkan diri selama dua hari. Ia diserang pneumonic bronchiale. Tempat
peristirahatannya yang terakhir ada di pemakaman Karet, Jakarta, berdampingan dengan makam
kakaknya, Sanusi Pane, yang meninggal satu tahun sebelumnya. Atmijn Pane meninggalkan
seorang istri dan seorang anak angkatnya berusia enam tahun yang pada saat ia meninggal
beralamat di Jalan Setia Budi II No. 5 Jakarta.
“Belenggu” merupakan novel karya Armijn Pane yang dikenal sebagai karya pembaharu
dari kalangan Angkatan Pujangga Baru. Novel ini mula pertama ditawarkan penulisnya kepada
Balai Pustaka untuk diterbitkan. Namun, pihak redaktur penerbit tersebut menolak naskah novel
itu karena dianggap tidak memenuhi kriteria buku yang "baik" menurut ukuran Balai Pustaka
saat itu. Atas usaha Sutan Takdir Alisyahbana, novel itu diterbitkan sebagai cerita bersambung
dalam Pudjangga Baroe, Tahun VII, Nomor 10, 11, dan 12 (April, Mei, dan Juni 1940). Pada
tahun itu juga novel itu diterbitkan oleh Pustaka Rakyat, Jakarta. Pada tahun 2000 diterbitkan
cetakan ke-18 dan cetakan ke-21 terbit tahun 2009 oleh Penerbit Dian Rakyat. Pada bagian
pengantar cetakan keempat, tahun 1954, pengarang novel ini menyatakan bahwa ketika dikirim
ke Penerbit Pujangga Baru, novel ini diberi judul Pintu Kemana? Akan tetapi, setelah novel itu
dicetak, judulnya diubah menjadi Belenggu. Armijn Pane menyatakan bahwa setelah novel ini
terbit, ia lebih banyak dicacimaki daripada dipuji, baik secara langsung maupun melalui surat
kabar.

Novel ini berkisah tentang kehidupan dan percintaan dokter Sukartono dengan dua orang
wanita. Ia memiliki pembawaan yang romantis dan suka kepada seni meskipun ia seorang dokter.
Dalam statusnya sebagai dokter yang menjadi idaman setiap wanita pada zamannya, Tono dapat
mengawini gadis pesta yang cantik, Tini. Sebelum bertemu dengan Tini, Tono menjalin kasih
dengan Yah. Tini juga memiliki masa silam yang sama dengan Tono, yakni menjalin kasih
dengan seorang pemuda yang aktif dalam dunia pergerakan politik. Keduanya memiliki masa
silam yang menjadi belenggu untuk masing-masing. Rumah tangga Tono dan Tini mengalami
kemelut setelah Tini merasa disepelekan Tono yang terlalu asyik dengan kewajibannya sebagai
dokter. Tono sering pulang larut malam, sementara Tini menunggu tak jemu-jemu. Hubungan
perkawinan mereka menjadi makin kisruh tatkala Tono bertemu Yah, kekasih lamanya dalam
keadaan sikap Tini yang semakin dingin. Tono menemukan kehangatan cinta Yah. Pada akhir
novel dikemukakan bahwa rumah tangga Tono dan Tini berantakan. Tini menyibukkan diri
dalam kegiatan sosial dan Tono terus bergiat dalam layanan masyarakat di dunia kedokteran. Yah
juga kembali ke dunianya, menjadi wanita penghibur dan kemudian pergi ke New Caledonia
untuk "mengembangkan" profesinya. Di ujung novel di tulis pertanyaan besar bagi Tono dan
semua tokoh serta pembaca : Pintu Kemanakah?

Dalam majalah Indonesia, 24 Desember 1955 (tanpa penulis), dinyatakan bahwa salah
satu novel sebelum perang yang menarik adalah novel Belenggu karya Armijn Pane. Novel
tersebut banyak memunculkan permasalahan baru, seperti permasalahan marxisme dan
pemikiran eksistensialisme. Kedua masalah itu menyebabkan tidak tampaknya suasana Indonesia
di dalam novel tersebut. Lukisan alam dan watak seseorang tidak bersangkut-paut dengan dunia
Indonesia. Namun, perlu diakui bahwa komposisi novel ini tergolong baru dalam kesusastraan
Indonesia, sesuai dengan masyarakat modern yang dinamis, termasuk dalam bahasanya.

Novel ini menimbulkan pertentangan, khususnya isu sosial di kalangan pembaca karena
isinya menceritakan pengalaman perkawinan seorang intelektual, yaitu dokter Sukartono. Gaya
penuturannya lebih menyajikan monolog interior atau cakapan dalaman daripada perbuatan-
perbuatan konkret para pelakunya. Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1988, dinyatakan
bahwa novel ini merupakan karya Avant Garde, yakni karya bercirikan metode yang
menyimpang dari kelaziman pada zamannya dan menggunakan prinsip novel arus kesadaran
yang berkembang di Indonesia setelah tahun 1970-an.

Penerbit novel ini mengulas bahwa semula novel ini ditolak oleh Balai Pustaka kemudian
dicela dan dipuji. Akhirnya, novel ini dipandang sebagai salah satu karya sastra Indonesia
modern yang perlu dibaca karena isinya mengandung impian, perasaan, dan kritik sosial yang
tajam tentang situasi manusia Indonesia pada saat zaman pancaroba.

Sutan Takdir Alisjahbana (1940) menyatakan bahwa Armijn Pane adalah seorang
romantikus. Ia suka mengembara dalam jiwanya dan alam pikirannya melompat dengan tidak
memperdulikan logika sehingga dalam novel itu tampak mengemuka permainan perasaan
pengarangnya. Ida Nasution (1947) menyatakan bahwa Belenggu merupakan puncak kehidupan
dan kegiatan pengarang Indonesia modern. Bahasa yang dipakai di dalamnya menunjukkan
adanya pembaharuan bahasa, yang ditandai oleh adanya peralihan pemakaian bahasa, dari bahasa
Melayu ke bahasa Indonesia. Dalam dunia sastra Indonesia, novel ini menampilkan aliran baru,
zaman baru, dan gaya bahasa yang baru. Sebelum muncul novel ini, isu yang menarik pengarang
hanyalah dunia kawin paksa dan perjuangan kaum muda menghadapi adat. Belenggu berkisah
tentang peradaban baru melalui tokoh Tono dan Tini serta Yah.

Karena pengungkapan dari Sutan Takdir Alisjahbana yang memang seorang romantikus
sehingga ia menulis cerita romantis yang cukup berpengaruh pada masanya. Novel “Belenggu”
Armijn Pane berusaha menyajikan suatu renungan baru pada masanya,yaitu tetang manusia
modern. Berkaitan juga dengan Armijn Pane yang tidak hanya berfokus atau berkiprah di dunia
sastra saja, melainkan juga terhadap bidang seni,Armijn Pane menunjukkan langsung kepada
tokoh utamanya yaitu Sukartono. Sukartono yang merupakan seorang dokter yang juga memiliki
kesukaan dalam bidang seni. Sukartono juga merupakan dokter yang pembawaannya romantic
terhadap wanita uga menunjukan bahwa Armijn Pane meletakkan sisi romantik yang ada dalm
dirinya kedalam tokoh yang ada dalam novelnya.

Armijn Pane juga menginginkan karyanya menunjukkan dinamis yang modern sehingga
pembaca juga mengerti maksud akan realita yang telah ia tuliskannya. mengisahkan cinta
segitiga antara dokter Sukartono (Tono), istrinya (Tini), dan pacar gelapnya (Yah). Ternyata Tono
tidak dapat membahagiakan Tini sebab Tono terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Tini pun tidak
mau menjadi korban kesibukan suaminya. Oleh karena itu, Tini menyibukkan diri di sebuah
organisasi sosial wanita. Ia tidak mau berperan sebagai pelayan setia suami. Sebagai akibatnya,
Tono melampiaskan kekecewaannya dengan menjalin cinta dengan Yah. Hal itu diketahui Tini
sehingga ia menyerahkan Tono kepada Yah. Namun, Yah merasa tidak pantas untuk
mendampingi Tono. Dengan cerita seperti itu, novel ini menggambarkan terjadinya perubahan,
dari masyarakat pramodern ke masyarakat modern. Para tokohnya telah menghayati perubahan
dan menjadi korban perubahan. Tokoh dalam novel ini berbeda dengan tokoh dalam novel
sebelumnya,

Jadi sosiologi pengarang pada novel “Belenggu” karangan Armijn Pane ialah terlihat dari
penokohan dan alur cerita yang ditunjukkan didalamnya. Melalui tokoh Sukartono yang
berkarakteristik seorang dokter yang menyukai seni dan juga merupakan sosok yang romantic
menunjukkan akan sifat Armijn Pane sendiri yang memang orang yang romantic dan menyukai
hal selain dibidang sastra melainkan di bidang lainnya termasuk dibidang seni. Dalam alur
ceritanya juga sesuai dengan keinginannya yang ingin mengungkakan dan membuat renungan
baru terhadap masyarakat modern yang dibilang baru dan sukses menjalankan alur ceritanya
seperti itu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jurnal Wahdiyatul Masruroh.2013 . Sosiologi Pengarang Novela “Adinda Kulihat
beribu-ribu Cahaya Di Matamu” Karya Ayu Sutarto.
2. Merdeka.com. Profil-Armijn Pane. https://m.merdeka.com/armijn-pane/profil/
3. Biografi Penulis.2015. Biografi Armijn Pane http://biografi-
penulis.blogspot.com/2015/04/biografi-armijn-pane_5.html
4. Ensiklopedia Sastra Indonesia.2019. Artikel “Belenggu”
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Belenggu
5. Wordpress.2017.Biografi Armijn Pane
https://lautanpenulis.wordpress.com/2017/11/14/biografi-armijn-pane/
6. Jari Rindu Blog.Biografi Armijn Pane. https://jaririndu.blogspot.com/2011/09/biografi-
armijn-pane.html
7. Sheduarea.2018. Sosiologi Pengarang,Karya Sastra,dan
Pembacahttp://sheduarea.blogspot.com/2011/10/sosiologi-pengarang-karya-sastra-
dan.html#:~:targetText=Sosiologi%20pengarang%20dapat%20dimaknai
%20sebagai,pengarang%20sebagai%20pencipta%20karya%20sastra.

Anda mungkin juga menyukai