Anda di halaman 1dari 2

Nama: Salwa Nurkhalishah

NPM : 215030025
Kelas: A
Tugas: Resume

Sejarah Sastra Indonesia Periode 1942-1945

1. Saat-saat yang Mematangkan


Dijajah Jepang selama 3,5 tahun merupakan saat-saat yang penting dalam sejarah
bangsa dan juga sastra Indonesia. Jepang mendukung diresmikannya Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa nasional Indonesia dan mengajarkan Bahasa Jepang diseluruh kepulauan dan
dalam seluruh bidang kehidupan. Indonesia tentu saja maksud jepang kemudian akan
menggantikan Bahasa jepang sebagai Bahasa persatuan di Indonesia. Tetapi karena waktu
mereka di sini hanya tiga setengah tahun,maka besar keuntungannya untuk Indonesia.
Sebelum diganti Bahasa jepang. Jepang sudah kalah,dan Bahasa Indonesia sudah tetap dan
kuat kedudukannya.
Banyak seniman yang keberatan,meski mula-mula uluran tangan jepang itu di sambut
antusias namun kian lama kian banyak seniman yang terbuka matanya. Bahkan mereka yang
mula-mula di antusias sekali menerima kedatangan jepang ,kemudian mulai ragu dan was-
was. Usmar Ismail misalnya. Sedangkan Chairil Anwar,Amal Hamzah,dan beberapa orang lagi
sejak semula menaruh curiga kepada Jepang,mengejek para seniman yang berkumpul di
Kantor pusat kebudayaan. Amal Hamzah menulis dua buah sandiwara yang keduanya sama-
sama berisikan sindiran kepada seniman yang tunduk kepada jepang. Sandiwara berjudul
‘Tuan Amin’ yang merupakan sindiran kepada Armijn Pane yang pada saat ini sangat
bersemangat dan menyokong Jepang dan menulis sandiwara-sandiwara pesanan sesuai
dengan permintaan Jepang. Juga sandiwara berjudul ‘Seniman Pengkhianat’

2. Para Penyair
• Usmar Ismail. Ia menulis beberapa cerpen di antaranya Pancaran Cinta (1946) dan
Gema Tanah Air (1948),dan sajak-sajaknya dikumpul dan diterbitkan dalam sebuah
buku berjudul Puntung Berasap (1949).
• Amal Hamzah. Mulai menulis pada zaman Jepang. Ia seorang yang kasar dan sajak-
sajaknya sangat naturalistik. Juga dalam sandiwara-sandiwara dan cerita sketsa yang
ditulisnya,sensualisme sangat kentara.
• Rosihan Anwar. Pada zaman Jepang menulis sejumlah sajak dan cerpen. Sajak-
sajaknya banyak melukiskan perasaan dan semangat pemuda.
• Anas Ma’ruf. Pada zaman sesudah perang lebih terkenal sebagai organisator
kebudayaan dan penerjemah. Ia menulis sejumlah sajak,esaidan kritik. Ia pun
menerjemahkan karya-karya para pengarang dunia seperti Rabindra Tagore,John
Steinbeck,William Saroyan,dll.
• M.S Ashar. Yang pada zaman Jepang menulis beberapa buah sajak menjadi terkenal
karena sebuah sajaknya yang berjudul ‘Bunglon’
• Maria Amin. Penyair Wanita zaman Jepang ini menggambarkan kehidupan rakyat dan
bangsa Indonesia sebagai ikan dalam akuarium yang dilukiskan dalam prosa liriknya
‘Tengoklah Dunia Sana’.

Anda mungkin juga menyukai