Anda di halaman 1dari 20

KESUSASTRAAN ZAMAN

MODERN

PERIODE AKHIR

EGI RAKASISWI
NURUL SUJARWATI
SUHARYANTO
1. NOVEL DAN KRITIK
A. KESUSASTRAAN PROLETAR
Bersamaan dengan terjadinya perubahan-perubahan yang dialami Jepang
dalam susunan masyarakat dan ekonominya pada saat perang dunia
pertama, kecenderungan berdemokrasi bertambah kuat, golongan proletar
bertambah besar sehingga pertentangan kelas masyarakat bertambah keras.
Dalam kesusastraan pun banyak terjadi gerakan-gerakan yang
mencerminkan perubahan-perubahan sebagai akibat dari perang dunia
pertama itu. Yang turut mengambil bagian dalam gerakan ini antara lain
dari lapisan masyarakat rendahan, masyarakat buruh dan lain-lain.
1. NOVEL DAN KRITIK
A. KESUSASTRAAN PROLETAR
Untuk menginternasionalkan pandangan kaum buruh dibuat sebuah
majalah khusus Tanemakuhito yang isinya lebih ditekankan kepada cara
berpikir masyarakat buruh. Dengan terjadinya kebakaran besar yang
disebabkan oleh gempa bumi Kanto pada tahun Taishoo 12 (1923)
masyarakat menjadi panik dan cemas. Untuk memulihkan kembali keadaan
dan menenangkan masyarakat pemerintah menyetop untuk sementara
kesusastraan sosialis yang baru bertunas ini. Tetapi kemudian secara sedikit
demi sedikit kesusastraan sosialis mengumpulkan tenaganya kembali
sehingga menjadi satu grup sastra yang kuat.
KESUSASTRAAN PROLETAR

Aliran Jenis Sastra Penulis


Maeda Koohiroichiroo
Kaneko Hirobumi
Novel Hayama Yoshiki
Bunsen Hirabayashi Taiko

Hirabayashi Hatsunosuke
Kritik Aono Suekichi
Kobayashi Takiji
Tokunaga Sunao
Senki Novel Miyamoto Yuriko
KESUSASTRAAN PROLETAR

Aliran Jenis Sastra Penulis


Fujimori Seikichi
Drama Murayama Tomoyoshi
Hisaita Eijiroo
Kubo Sakae
Senki Nakano Shigeharu
Puisi
Tsuboi Hanji
Kurahara Korehito
Kritik
Miyamoto Kenji
PEMBENTUKAN ORGANISASI

Pada tahun Taishoo 12 (1924) diterbitkan sebuah majalah Bungeisensen


sebagai ganti dari majalah Tanemakuhito. Dengan terbitnya majalah ini
berarti wadah untuk menuangkan kesusastraan proletar sudah terpenuhi.
Pada tahun berikutnya dibentuk perserikatan sastra proletar Jepang. Setelah
itu, terjadi beberapa kali pembubaran dan penyatuan. Pada tahun Shoowa 3
(1928) dibentuk perserikatan kesenian proletar Jepang yang disebut NAPF
(Nippon Artista Proleta Federacio) dengan Senki sebagai majalahnya yang
menjadi pusat kegiatan sastra aliran kiri. Majalah Senki lebih cenderung
kepada sosialis.
KARYA KESUSASTRAAN PROLETAR

Karya awal dari kesusastraan proletar antara lain


Uzumakeru Karasu-no Mure (gerombolan burung
gagak) oleh Kuroshime Denji, Santoo Senkyaku
(penumpang kapal kelas tiga) oleh Maeda
Koohiroichiroo dan Seryooshitsu-nite (di kamar periksa)
oleh Hirabayashi Taiko. Kemudian, karya dari Kobayashi Takiji
pengarang terkemuka kesusastraan proletar aliran Senki
adalah Kanikoosen (perahu kepiting) dan
Tooseikatsusha (aktivis partai) oleh Kobayashi Takiji
dan Taiyoo-no Nai Machi (kota tanpa matahari) oleh
KARYA KESUSASTRAAN PROLETAR

Dari aliran Bunsen terdapat karya Sementodaru-no Naka-no Tegami (surat


di dalam tong semen) dan Umi-ni Ikuru Hitobito umumnya isi dari karya-
karya tersebut adalah kebaikan-kebaikan politik penguasa saja dan pada
banyak karya hanya memuat ideologi kelas masyarakat yang ditulis secara
terang-terangan. Penulis-penulis yang setuju dengan cara berpikir sastra
aliran kiri ini disebut “Doohansha Sakka” (penulis pendamping).
KESUSASTRAAN TENKOO

Pada tahun Shoowa 6 (1931) terjadi peristiwa Manchuria dan sejak itu
sastra aliran kiri mendapat penindasan yang semakin diperbesar sehingga
akhirnya hancur. Pada tahun Shoowa 9 (1934) organisasi sastra proletar
bubar dan bagian-bagian yang berbau cara berpikir sastra aliran kiri dikikis
habis. Sebagai penggantinya muncul “sastra Tenkoo” (sastra peralihan).
Pengarang-pengarang dari sastra Tenko antara lain Murayama Tomoyoshi,
Nakano Shigeharu, Shimaki Kensaku dan Tokunaga Sunao. Pengarang-
pengarang yang masih mengikuti sastra aliran kiri yang sudah dikikis habis
itu antara lain Miyamoto Yuriko.
B. ALIRAN SENI SASTRA MODERN
KESUSASTRAAN NEOSENSUALIS
Berlainan dengan kesusastraan proletar yang mengutamakan perubahan di
dalam masyarakat, kesusastraan neosensualis mengutamakan perubahan
dalam teknik sastra dan penyampaiannya.
Kikuchi Hiroshi penerbit majalah Bungeishunjuu didukung oleh pemuda-
pemuda sezaman dengannya, pemuda-pemuda ini kemudian menjadi
perintis pada penerbitan majalah Bungeijidai pada tahun Taishoo 13
(1924). Golongan perintis tersebut dipengaruhi oleh aliran Futurisme dan
Ekspresionisme yang berkembang di Eropa sesudah perang dunia pertama.
B. ALIRAN SENI SASTRA MODERN
KESUSASTRAAN NEOSENSUALIS
Kesusastraan tradisional yang sudah ada sejak dulu dengan berani
disingkirkannya dan mereka mencoba mengungkapkan sesuatu yang baru
dalam melukiskan ide-ide secara intelektual. Sebagai akibatnya, fragmen-
fragmen nyata yang ditangkap dengan perasaan dan dikarang kembali dengan
menggunakan rasio, menjadi suatu pekerjaan berbahaya yang seolah-olah
mengundang kehancuran manusia. Mereka mengambil bermacam-macam
ragam teknik pengungkapan antara lain dari Paul Morand, James Joyce atau
Marcel Proust.
YOKOMITSU TOSHIKAZU

Yokomitsu Toshikazu adalah ahli teori yang menjadi pelopor aliran


neosensualis. Hasil karyanya juga merupakan tempat mempraktekkan teori-
teori neosensualis secara gamblang. Ia menulis Nichirin, Napoleon-to
Tamushi (serangga sawah dan Napoleon) dan Shanghai. Pada karya-karya
berikutnya, Kikai (mesin), Monshoo, Ryooshuu (kesan perjalanan) dan
lain-lain tampak adanya perubahan dalam gaya penulisan. Ryoshuu tidak
selesai ditulisnya walaupun penulisannya dilanjutkan sampai setelah selesai
perang dunia II. Di dalamnya ia berusaha menggambarkan nasib pemikiran
orang Jepang yang ditekan terus menerus oleh perbedaan peradaban
modern antara Timur dan Barat.
KAWABATA YASUNARI

Kawabata Yasunari banyak menulis cerpen. Ciri-ciri khas novelnya banyak


menuangkan perasaan anak yatim yang dialaminya sendiri. Ia lebih kaya
dalam lirik jika dibandingkan dengan Yokomitsu Toshikazu. Karya-
karyanya antara lain Juurokusai-no Nikki (catatan harian ketika berusia 16
tahun), Izu-no Odoriko (penandak Izu); Asakusa Kurenaidan (wanita di
Asakusa), Kinjuu (binatang), Yukiguni (negeri salju).
Pengarang-pengarang neosensualis lain antara lain adalah Nakagawa
Yoichi, Kataoka Teppei, dan Kon Tookoo, Nakagawa juga aktif di bidang
teori sastra.
ALIRAN SENI BARU

Pengarang-pengarang yang berasal dari majalah Bungeijidai dan generasi


muda yang banyak mendapat pengaruh kesusastraan neosensualis
membentuk Aliran Seni Baru untuk melawan sastra aliran kiri. Ryuutan
Jiyuu menggambarkan secara gamblang kebobrokan kehidupan kota.
Aliran seni baru tidak dapat bertahan dalam waktu yang lama karena
terlampau memikirkan hal-hal yang sepele yang tidak penting. Namun,
anak cabang dari aliran ini antara lain dipelopori oleh Hori Tatsuo, Abe
Tomoji, Kamura Isota, Kajii Motojiroo, dan Ibuse Masuji masih
menghasilkan karya-karya yang baik.
KESUSASTRAAN NEOPSIKOLOGIS

Aliran ini dipelopori oleh Hori Tatsuo dan Itoo Hitoshi, dan timbul oleh
karena dipengaruhi sastra Barat. Bersamaan dengan masuknya pemikiran-
pemikiran James Joyce dan Marcel Proust dan lain-lain di Jepang. Selain
itu, Yokomitsu Toshikazu dan Kawabata Yasunari juga menggunakan cara
ini. Karyanya yang terkenal berjudul Seikazoku (keluarga suci) dan Kaze
Tachinu (angin datang). Sastra Barat yang lain juga ikut masuk dan dalam
waktu yang singkat telah memperkaya khasanah sastra Jepang. Salah satu
diantaranya adalah tentang kebiasaan hidup, yang ditulis oleh Funabashi
Seiichi dalam bukunya yang berjudul Daiwingu.
ALIRAN SENI SASTRA MODERN
Jenis sastra Aliran Penulis
Yokomitsu Riichi
Kawabata Yasunari
Aliran Neosensualis
Nakagawa Yoichi
(Shinkankakuha)
Kon Tookoo
Kataoka Teppei
NOVEL
Ryuutanji Yuu
Kamura Isota
Aliran Seni Baru
Funabashi Seiichi
(Shinkoogeijutsuha)
Abe Tomoji
Ibuse Masuji
ALIRAN SENI SASTRA MODERN
Jenis sastra Aliran Penulis
Hori Tatsuo
Itoo Hitoshi
Aliran Neopsikologis
KRITIK Yokomitsu Riichi
(Shinshinrishugiha)
Nakagawa Yoichi
Kobayashi Hideo
KAMURA ISOTA & KAJII MOTOJIROO

Kamura Isota adalah seorang pengarang “Novel Aku” (Novel tentang


pribadi pengarang sendiri). Ia menulis buku yang berjudul Gooku (susah)
dan Tojoo (di tengah jalan) yang berlatar belakang kesusahan-kesusahannya
dalam menempuh hidup.
Seorang pengarang lain bernama Kajii Motojiroo juga meninggalkan
beberapa hasil karyanya yang terkenal karena bahasanya yang puitis dan
harmonis dan perasaannya yang halus yang dapat dirasakan dalam cara
penguraiannya tentang keputusasaan dan kelelahan berpikir kaum
cendekiawan. Karyanya yang terkenal adalah Remon (jeruk).
KRITIKUS KOBAYASHI HIDEO

Kobayashi Hideo memulai aktivitasnya sebagai seorang kritikus dengan


menulis sebuah buku yang berjudul Samazamanaru Ishoo (berbagai macam
usaha). Ia disamping berani mengkritik karya-karya sastrawan berhaluan
kiri, juga memberikan kritiknya mengenai kekurangan-kekurangan yang
ada di dalam kesusastraan Jepang. Kritiknya didasarkan pada modernisasi
dalam kesusastraan yang timbul di Perancis. Dengan cara ini ia telah
mempertinggi nilai kritik pada umumnya dalam kesusastraan. Karyanya
antara lain berjudul Shishoosetsuron (tentang novel Aku).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai