Anda di halaman 1dari 20

1.

Kesusastraan Drama

 Tradisi kabuki

Drama Kabuki yang pada mulanya mulai berkembang di zaman Edo, sampai
permulaan zaman Meiji yaitu akhir abad XIX masih tetap populer. Salah satu penulis
terkenal drama ini yang berhasil menyajikan lakon tentang kehidupan realitas
masyarakat zaman Edo adalah Kawatake Mokuami. Dengan mengikuti perkembangan
zaman, salah satu karyanya yang berjudul Shimachidori Tsukino Shiranami menyajikan
pemain yang berpotongan rambut modern untuk waktu itu dan menceriterakan
perubahan-perubahan baru yang terjadi di dalam masyarakat.

Lakon ini walaupun bertemakan persoalan keadilan tetapi sifat dasarnya tidak
pernah melanggar tradisi. Lakon seperti ini disebut ‘Sangirimono’. 

 Katsurekimono

Sesudah tahun Meiji 20 (1887) muncul lakon baru yang berisikan semangat
realisme. Lakon ini termasuk ‘Katsurekimono’, menceriterakan kejadian-kejadian yang
sesungguhnya terjadi dalam sejarah. Katsurekimono karena mengutamakan kenyataan
sejarah saja maka sifat dramanya sebagian besar menjadi hilang. Namun, lakon ini
merupakan satu pembukaan gaya baru dalam drama. Karya yang terkenal
adalahYoshino Shuui Meika-no Homare karangan Yoda Gakkai dan Kasuga-no
Tsubone karangan Fukuchi Ouchi.

1
 Pembaruan Drama Sejarah Oleh Tsubouchi Shooyoo

Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam drama sejarah


seperti Katsurekimono itu, Tsubouchi Shooyoo mengadakan perbaikan-perbaikan
dengan menitikberatkan sifat-sifat tokohnya serta uraian-uraian yang mendalam
mengenai kejadian sejarah itu sendiri. Pada tahun Meiji 16 (1883) ia pernah
menerbitkan sebuah buku yang berjudul Jiyuu-no Tachi Nagori-no Kireaji yang
merupakan terjemahan dari karangan Shakespeare berjudul Julius Caesar. Dengan ini ia
menjadi orang yang memiliki andil besar dalam perbaikan drama. Dalam karangan
berikutnya yang berjudul Kiri Hitoha (sehelai daun pohon Kiri), Maki-no
Kata, Hototogisu Kojoo-no Rakugetsu dan lain-lain ia memakai metode-metode dan
bentuk-bentuk drama seperti yang lazim dipakai di dunia Barat sehingga boleh
dikatakan dialah yang mempelopori drama gaya baru di Jepang.

 Lahirnya Aliran Baru Dalam Drama

Sekitar tahun Meiji dua puluhan muncul satu aliran baru dalam drama. Drama
sejarah yang berasal dari Kabuki ini mengambil tema dari kenyataan yang sesungguhnya
ada dalam masyarakat dan zaman baru waktu itu, berlainan dengan Kabuki yang
mengambil tema dari kejadian-kejadian masa lalu. Pada mulanya drama aliran baru ini
mengambil tema tentang pemuda-pemuda yang cenderung kepada politik dan keadaan
orang-orang terpelajar pada waktu itu. Kemudian, terbentuk teater drama aliran baru
yang terdiri atas pengarang-pengarang seperti Kawakami Otojiroo, Ii Yoohoo, Kawai
Takeo, dan Kitamura Rokuroo. Beberapa novel antara lain yang
berjudul Hototogisu, Konjiki Yasha, kemudian novel karangan Izumi Kyooka yang
berjudul Onna Keizu dan Takino Shiraito diangkat ke atas pentas sehingga
kecenderungan mementaskan novel-novel terlihat jelas. Akhirnya drama baru ini
menjadi suatu kekuatan baru dalam dunia drama bersaingan dengan Kabuki yang mulai
menunjukkan kemerosotannya.

2
 Peranan Mori Oogai

Mori Oogai adalah orang yang memasukkan unsur-unsur sastra Barat ke dalam
sastra Jepang. Dia juga adalah orang yang membawa angin baru dari Eropa ke dalam
dunia drama Jepang. Dia banyak mengeluarkan terjemahan-terjemahan dari drama-
drama klasik maupun drama modern. Selain itu dia sendiri pun membuat drama puisi
epik berjudul Tamakushige Futari Urashima dan Nichiren Shoonin Tsuji Seppoo.
Bersama-sama dengan Tsubouchi Shooyoo dia juga berjasa besar dalam perbaikan
dunia drama.

 Shimamura Hoogetsu

Tsubouchi Shooyoo sebagai pemimpin drama modern pada tahun Meiji 39


(1906) membentuk grup kesenian. Salah satu pengikutnya yang bernama Shimamura
Hoogetsu, seorang perintis aliran naturalisme saja, yang meninggalkan karya yang
sangat berarti untuk dunia teater modern. Misalnya penampilan drama modern Hendrik
Ibsen berjudul Ningyoo-no Uchi (rumah boneka) yang dibawakan oleh Matsui Sumako
dengan permainannya yang sangat gemilang telah mempertinggi nama teater modern.
Kerjasama antara Shimamura dan Matsui ini sedemikian baiknya sehingga setelah
zaman Taishoo (1912-1925) berhasil dibentuk sanggar kesenian yang diberi nama
Geijutsuza. 

 Osanai Kaoru dan Teater Bebas

Osanai Kaoru adalah orang yang berjasa dalam memantapkan pembentukan


teater modern. Pada tahun Meiji 41 (1911) ia bergabung dengan Ichikawa Sadanji
generasi II membentuk teater beraliran bebas dengan menampilkan drama-drama
Ibsen, Chehov, Hawptman dan lain-lain. Mori Oogai juga menjadi pendukungnya.

3
 Meluasnya Drama – Drama Baru

Berkat rangsangan yang diberikan oleh drama-drama terjemahan, maka timbul


banyak penulis-penulis drama, ada yang berasal dari penulis-penulis novel. Misalnya
Okamoto Kidoo dengan karyanya Shuzenji Monogatari (kisah Kuil Shuzen), Nakamura
Kichizoo dengan karyanya Iitairoo-no Shi (kematian Iitairoo), Kurata Hyakuzoo dengan
karyanya Shuuke-to Sono Deshi (bikhu dan muridnya), Mayama Seika dengan
karyanya Genbokuto Chooei (Genboku dan Chooei) dan Taira-no Masakado (Masakado
dari keluarga Taira). Tsubouchi Shooyoo sendiri juga menulis Nagori-no
Hoshizukiyo (malam kelam).

Penulis-penulis drama meneruskan kegiatannya sampai zaman Taishoo, sehingga


akhirnya drama-drama kreasi asli bisa mencapai puncak kepopulerannya. Kinoshita
Mokutaroo menulis Nanbanjii Monzen (pintu gerbang kuil Nanban) dan Izumiya
Somemonoten (toko penyepuh kain bernama Izumi), Mushanokooji Saneatsu
menulis Sono Imooto (adik perempuan) dan Aiyoku (cinta), Yamamoto Yuuzo
menulis Eiji Goroshi(pembunuh bayi), Inochino Kanmuri (mahkota hidup) dan Sakazaki
Dewa-no Kami (bupati Dewa di Sakazaki), Kikuchi Hiroshi menulis Chichi Kaeru (ayahku
kembali), Kume Masao menulis Gyuunyuuya-no Kyoodai (saudara penjual susu), Kubota
Mantaroo menulis Amazora (langit hujan) dan lain-lain. Pementasan drama-drama
kreatif ini menciptakan zaman baru yang berlainan dengan zaman sebelumnya yang
berpusat pada drama-drama terjemahan. Puncak kepopuleran drama-drama kreatif ini
berlangsung terus sampai terjadinya gempa bumi dahsyat Kantoo.

4
2. Puisi

 Lahirnya Puisi Baru

Pada zaman ini timbul keinginan untuk membuat puisi yang berbeda dengan
bentuk-bentuk puisi yang sudah ada seperti waka, haiku dan kanshi: Terjemahan puisi-
puisi Barat sudah ada sejak sebelum zaman Meiji, namun yang betul-betul berencana
adalah kumpulan puisi berjudul Shintaishihoo (buku puisi baru) yang diterbitkan pada
tahun Meiji 15 (1882) oleh sarjana-sarjana dari Universitas Tokyo yang bernama Toyama
Masakazu, Yatabe Ryookichi dan Inoue Tetsujiroo.

Sebagian besar karya ini merupakan terjemahan dari puisi-puisi panjang Eropa
dan sebagian lagi adalah puisi-puisi baru ciptaannya sendiri. Puisi-puisi tersebut ditulis
dalam gaya bersukukata tujuh-lima seperti puisi klasik dan biarpun di sana sini masih
terlihat adanya kekurangan-kekurangan tetapi dapat dikatakan buku ini telah membuka
suatu zaman baru bagi perkembangan puisi.

Puisi panjang dalam Shintaishishoo diterima oleh masyarakat luas dan lambat
laun isi serta bentuknya pun makin sempurna. Puisi panjang Ochiai Naobumi
berjudul Koojo Shiragiku-no Uta (wanita pembakti bernama Shiragiku) dinilai sebagai
karya yang baik. 

 Kumpulan Puisi Terjemahan Berjudul Omokage

Kumpulan puisi terjemahan berjudul Omokage (bayangan hati) merupakan


kumpulan puisi baru beraliran romantis yang bernilai sastra tinggi. Kumpulan puisi ini
yang berpengaruh kuat di masyarakat, diterbitkan oleh grup Shin Sei Sha yang dikenal
dengan julukan S.S.S dengan Mori Oogai sebagai pemimpin utamanya. Karya-karya
penyair kelas satu dari Inggris dan Jerman yaitu Byron, Goethe, Heine dan lain-lain
banyak diterjemahkan ke dalam bahasa yang halus dan bersifat klasik sehingga berhasil
dibentuk suatu dasar bagi puisi gaya baru.

5
 Shimazaki Tooson

Kitamura Tookoku dan Shimazaki Tooson adalah orang-orang yang berpangkalan


pada majalah Bungakkai yang mempopulerkan kesusastraan beraliran romantisme.
Kitamura Tookoku menghasilkan drama puisi berjudul Hooraikyoku yang pernauh
dengan perasaan yang bergelora.

Shimazaki Tooson pada majalah Bungakkai banyak menulis puisi-puisi lirik yang
menggambarkan perasaan jiwa muda yang masih polos dan termasuk masih rawan.
Kumpulan puisi pertamanya berjudul Wakanashuu (sayuran wakana), berikutnya
adalah Hitohabune (perahu), Natsukusa (rumput musim panas)
dan Rakubaishuu (pohon plum yang rontok). Banyak karya Tooson yang bagus-bagus
diangkat dari cerita kesucian bercinta dan perasaan hati di waktu perjalanan.

Keempat kumpulan puisi tersebut di atas kemudian dijadikan satu buku dengan
namaToosonshishuu (kumpulan puisi Tooson), bagian pendahuluannya sangat terkenal
karena memberitahukan tibanya suatu zaman bagi puisi-puisi baru.

 Doi Bansui

Puisi-puisi Shimazaki Tooson kebanyakan menggambarkan kehalusan perasaan


bercinta dan kesedihan, sedangkan Doi Bansui dalam puisinya menggambarkan cita-cita
masyarakat dalam bentuk syair kanshi. Puisi Tooson bersifat liris sentimentil dan
kewanitaan, sedangkan puisi Bansui bersifat liris faktual dan jantan. Kumpulan puisi
Bansui yang terkenal adalah Tenchi Ujoo (langit dan tanah berperasaan)
danGyooshoo (lonceng fajar).

6
 Yosano Tekkan

Yosano Tekkan adalah seorang penyair beraliran romantisme yang namanya


tidak setinggi seperti Shimazaki Tooson dan Doi Bansui. Namun demikian, ia sebagai
tulang punggung dari majalah Myoojoo berhasil menciptakan zaman keemasan bagi
perkembangan puisi dalam sejarah kesusastraan Jepang modern. Gaya puisinya mula-
mula bersifat jantan tetapi kemudian berubah menjadi bersifat keindahan. Penyair-
penyair yang berada di bawah pengaruhnya adalah Takamura Kootaroo, Kitahara
Hakushuu, Kinoshita Mokutaroo dan lain-lain. Setelah majalah Myoojoo tidak dicetak
lagi, gaya puisi yang bersifat romantis tersebut dilanjutkan oleh majalah Subaru.

 Susukida Kyuukin

Susukida Kyuukin adalah penyair yang mempunyai kedudukan penting dalam


grup penyair romantisme sesudah zaman Shimazaki Tooson dan Doi Bansui. Ia menyukai
karya penyair Inggris Keats, dalam karya-karyanya banyak dipergunakan kata-kata klasik
sehingga mencerminkan adanya pengaruh kuat dari faham absolutisme seni. Di antara
karya-karyanya terdapat kumpulan puisi berjudul Nijuugogen dan Hakuyookyuu(istana
kambing putih), khususnya yang terkenal adalah puisinya yang berjudul ‘Aa Yamato-ni
Shiaramashikaba’ yang terdapat di dalam Hakuyookyuu.

 Penyair Aliran Bunko

Penyair-penyair aliran ini bukanlah orang-orang terkemuka dalam dunia puisi.


Kawai Suimei dan Irako Seihaku adalah penyair-penyair utama dari majalah Bunko yang
diterbitkan pada tahun Meiji 28 (1895).Kujaku-bune (perahu merak) adalah karya
Seihaku yang merupakan kumpulan puisi teratur rapi dan berkualitas tinggi.

7
 Puisi Simbolis dan Kaichooon

Ueda Bin dalam novelnya Uzumaki banyak menekankan nilai-nilai estetika dan ia
juga condong menggunakan bentuk novel simbolis. Bentuk yang diperkenalkannya
melalui novel diambilnya dari aliran simbolisme Perancis. Begitu pula dalam dunia puisi,
terjemahan-terjemahan puisi simbolisnya memberikan pengaruh kepada puisi-puisi
waktu itu dan merupakan langkah pertama dalam mempopulerkan puisi simbolis di
Jepang. Hasil karya terjemahannya yang berjudul Kaichooon (suara gelombang laut)
diterbitkan pada tahun Meiji 38 (1905) dan merupakan suatu puisi terjemahan yang
mendapat penilaian tinggi dalam sejarah puisi terjemahan modern sampai-sampai dapat
digolongkan sebagai puisi kreatif.

 Kanbara Ariake

Kanbara Ariake adalah salah seorang yang turut berjuang bersama-sama dengan
Ueda Bin dalam memperkenalkan puisi simbolis. Bin dengan puisi terjemahannya dan
Ariake dengan puisi kreatifnya merupakan dua penyair besar dalam dunia puisi Jepang
yang berada pada ujung tikungan menuju ke puisi modern. Karya-karya Kanbara Ariake
adalah Shunchooshuu (kumpulan puisi burung-burung musim semi)
dan Ariakeshuu (kumpulan puisi Ariake). Dalam karya tersebut terdapat unsur yang
memilukan dalam irama yang indah sehingga membawa warna kesyahduan yang tebal.

8
 Kecenderungan Gerakan Puisi Bebas

Naturalisme menjadi aliran yang memegang peranan penting dalam


kesusastraan dari periode akhir zaman Meiji sampai zaman Taishoo, dalam dunia puisi
pun aliran ini mempunyai pengaruh yang kuat, mereka tidak mau lagi terikat pada
peraturan-peraturan penulisan, melainkan cenderung pada penulisan puisi yang
bergaya bebas. Bahasa lisan digunakannya, peraturan penulisan yang bersukukata
tujuh-lima atau lima-tujuh ditinggalkan dan mereka berusaha berpegang pada hakekat
pengungkapan bebas.

Puisi bebas berbahasa lisan pernah dicoba oleh Kawaji Ryuuko tetapi ia tidak
berhasil. Sebaliknya penyair-penyair Kitahara Hakushuu, Kinoshita Mokutaroo, Miki
Rofuu dan Takamura Kootaroo berhasil dalam usaha menciptakan puisi bebas
berbahasa klasik (tulisan), sehingga sekarang bila ada orang berbicara soal puisi, maka
yang dimaksudkan adalah bebas dan puisi bebas ini menempati kedudukan utama
dalam dunia puisi.

 Kitahara Hakushuu

Dari akhir zaman Meiji sampai awal zaman Taishoo, dunia puisi Jepang berpusat
pada kegiatan penyair Kitahara Hakushuu. Hasil karyanya Jashuumon (agama
menyesatkan) merupakan karya yang unik dan khas, yang melukiskan keadaan di luar
negeri dan kegembiraan yang aneh serta asing bagi orang Jepang. Bakat yang cemerlang
ini juga diwujudkannya dalam kumpulan puisinya yang berjudul Omoide (kenangan)
danTokyoo Keibutsushi Oyobi Sono Ta (puisi tentang pemandangan Tokyo dan lain-lain).
Selanjutnya gaya puisinya berubah menjadi gaya puisi yang sederhana dan ia juga
membuka lembaran baru dalam bidang nyanyian rakyat serta nyanyian anak-anak.

9
 Kinoshita Mokutaroo

Kinoshita Mokutaroo mempunyai kedudukan yang hampir sama dengan Kitahara


Hakushuu, ia juga membuat puisi-puisi yang menceriterakan keadaan kota dan
kesukaan-kesukaan orang-orang di luar negeri. Kedua penyair sama-sama menjunjung
nilai-nilai estetika, tetapi karya Mokutaroo lebih bersifat intelektual bila dibandingkan
dengan Kitahara Hakushuu. Kumpulan puisinya berjudul Shokugo-no Uta (nyanyian
sesudah makan).

 Miki Rofuu

Miki Rofuu penyair yang disederajatkan dengan Hakushuu, ia membuat puisi


yang bersifat tenang dan mantap, bertentangan dengan puisi-puisi Hakushuu yang
bersifat mewah dan meriah. Puisi-puisi simbolis Miki Rofuu banyak sekali, di antaranya
berjudul Haien (taman terlantar) dan Shirokite-no-Kariudo(pemburu bertangan putih).

 Nagai Kafuu dan Sangoshuu

Sangoshuu (bunga karang) adalah kumpulan puisi karya Nagai Kafuu yang


memuat terjemahan puisi-puisi Perancis modern. Kumpulan puisi ini merupakan
kumpulan puisi terjemahan yang terkenal sesudah Kaichooon dan memberi pengaruh
yang amat besar kepada penyair-penyair muda terutama Miki Rofuu.

10
 Takamura Kootaroo

Takamura Kootaroo adalah penyair majalah Myoojoo dan Subaru yang


berpaham romantis dan santai, tetapi kemudian karena dia dipengaruhi orang-orang
dari aliran Shirakaba, maka puisi-puisinya berubah menjadi yang bersifat kemanusiaan
dan idealis. Di samping itu, pemakaian bahasanya pun berubah dari bahasa klasik
menjadi bahasa lisan sehari-hari, sehingga ia berhasil membuat puisi yang bersifat
sederhana tetapi mantap dan mengandung unsur kejantanan. Salah satu karyanya yang
berjudul Dootei (perjalanan) merupakan kumpulan puisi yang dapat mewakili dunia
puisi zaman Taishoo. Di dalam karya ini terdapat semangatnya yang bergelora yang
memiliki daya ampuh untuk mempengaruhi pembaca.

Penyair humanisme yang lain adalah Yamamura Bochoo. Kemudian, penyair


Muroo Saisei yang mempunyai identitas hampir sama dengan penyair rakyat membuat
puisinya yang menuturkan secara murni perasaannya selama ia hidup dalam kemiskinan
dan berkelana.

 Puisi Bebas Berbahasa Lisan Pada Zaman Taishoo

Bila ditinjau dari segi nilai seni, puisi bebas berbahasa lisan boleh dikatakan
dimantapkan oleh Takamura Kootaroo. Pelopor pembuatan puisi jenis ini sebenarnya
bukanlah Takamura Kootaroo, melainkan adalah Kawaji Ryuukoo. Setelah Kawaji
Ryuukoo, pembuatan puisi ini berangsur-angsur menjadi populer dan akhirnya menjadi
masak. Penyair-penyair dari grup populer dan grup yang berpaham demokratis juga ikut
membuat puisi ini. Mereka itu adalah Senke Motomaro, Fukuda Masao, Momota Sooji,
Tomita Saika, Shirotori Seigo dan lain-lain yang berasal dari aliran Shirakaba. Di pihak
lain, bila ditinjau dari sudut yang mempunyai nilai sastra tersendiri, maka
penyempurnaan puisi berbahasa lisan ini adalah Hagiwara Sakutaroo.

11
 Hagiwara Sakutaroo

Hagiwara Sakutaroo dikenal sebagai penyair yang memiliki ilham serta perasaan
ganjil yang tajam. Ia berhasil dalam mengekpresikan perasaan yang dikandungnya
dengan penuturan secara bebas. Di antara karyanya terdapat Aoneko (kucing
biru), Hyootoo (gunung es) dan Tsuki-ni Hoeru (meraung kepada bulan) yang memiliki
daya pengaruh besar pada dunia puisi pada zaman Taishoo. 

Selain mereka yang disebut di atas masih ada lagi penyair-penyair grup
simbolisme seperti Hinatsu Koonosuke dan Saijoo Yaso yang menulis puisi bercorak lain.
Penyair Noguchi Yonejiroo membuat puisi berpaham pemikiran dalam bahasa Jepang
dan bahasa Inggris sehingga puisinya dikategorikan sebagai puisi yang aneh.

3. Tanka

Pembaharuan Tanka

Dalam Tanka banyak terdapat ciri-ciri yang bersifat tradisional. Sesudah


memasuki zaman Meiji pun gaya puisi dari aliran Keien yang mengikuti gaya dari
seorang penyair yang bernama Kagawa Kageki tetap berpengaruh dan ini dibawakan
oleh Takasaki Masakaze dan kawan-kawan. Namun, pantun pada waktu ini masih
berbau pantun lama yang mempunyai nada rendah sehingga menimbulkan
pembaharuan ke arah pantun yang menuturkan perasaan serta pemikiran baru dengan
bahasa dan gaya yang baru pula.

Ochiai Naobumi

Ochiai Naobumi adalah pemuka pembaharuan dalam pantun pendek. Pada


tahun Meiji 26 (1893) ia mendirikan organisasi penyair yang diberi nama Asakasha.
Pantun yang indah-indah diciptakan sehingga grup ini mendapat julukan Oriiha. Di
dalam grup ini terdapat penyair-penyair kenamaan seperti Yosano Tekkan, Kaneko Kun-
en, Hattori Motoharu, Kubo Inokichi dan Onoe Saishuu. Mereka akhirnya berkembang

12
menurut pribadinya masing-masing, tetapi mempunyai kesamaan dalam hal gaya yang
bersifat bebas dan bahan yang bersifat luas.

13
Yosano Tekkan

Yosano Tekkan sangat menonjol dalam perkumpulan penyair Asakasha. Bait


pantunnya berbahasa pilihan dengan lirik penuh kejantanan. Karena dia sendiri senang
“Tora” (harimau) dan “Ken” (pedang), maka dijuluki penyair “Toraken”. Ia merupakan
pelopor gerakan pembaharuan dalam pantun pendek dengan mengeluarkan kumpulan
puisinya yang berjudul Toozainanboku (segenap penjuru) dan Tenchi Genkoo.

Majalah Myoojoo yang diterbitkan pada tahun Meiji 33 (1900) membawa puisi
yang berbau romantisme ke puncak kejayaannya. Sejak itu gaya pantun berubah dari
bentuk lama menjadi bentuk baru yang melukiskan masa muda dan percintaan. Bentuk
ini disebut Seikinchoo.

Yosano Akiko

Hoo Akiko adalah seorang wanita murid Yosano Tekkan yang kemudian
diperistrinya. Yosano Akiko menciptakan pantun yang sifatnya mengobarkan semangat
muda. Kemudian, ia tiba pada pembuatan pantun pendek modern yang penuh dengan
pengutaraan tentang kebebasan manusia.

Ia merupakan penyair yang berbakat dan berkedudukan penting dalam


menunjang gerakan pembaharuan yang dilakukan Yosano Tekkan. Dalam kumpulan
puisinya yang berjudul Midaregami (rambut terurai) ia melukiskan keindahan bercinta
dan nilai indah yang ada dalam hidup manusia. Selain itu juga nampak keberaniannya
untuk menentang adat lama. Pantun yang penuh semangat dan berbau erotis itu
menarik perhatian masyarakat sehingga dia sangat dikenal sebagai seorang pelopor
terkemuka dalam gaya puisi grup Myoojoo.

Di dalam grup Myoojoo masih ada lagi penyair-penyair lain seperti Hirano Banri,
Takamura Kootaroo, Kubota Utsubo, Yoshii Isamu, Nagata Hideo, Ishikawa Takuboku,
Kinoshita Mokutaroo, Kitahara Hakushuu dan lain-lain. Mereka turut memperkuat grup
ini sehingga menjadi suatu kekuatan besar dalam dunia puisi pada waktu itu.

14
Sasaki Nobutsuna

Sasaki Nobutsuna muncul setelah Ochiai Naobumi. Ia turut mencoba


memperbaharui pantun pendek. Pada tahun Meiji 31 (1898) perkumpulan yang
diasuhnya Chikuhakukai menerbitkan majalah Kokoro-no Hana yang membawa suasana
baru dan berusaha mengembangkan pantun pendek. Sasaki Nobutsuna mempunyai
pengetahuan luas dalam bidang sastra klasik sehingga terkenal juga sebagai seorang
peneliti pantun. Isi pantunnya sangat luas dan dalam, gaya pantunnya bersifat bebas
dan baru. Beberapa orang muridnya seperti Kinoshita Rigen, Ishikure Chimata, Kawada
Jun, Kujoo Takeko dan lain-lain ikut membantunya.

Onoe Saishuu dan Kaneko Kun-en

Walaupun Onoe Saishuu dan Kaneko Kun-en berasal dari grup Asakasha, akan
tetapi mereka memakai gaya bahasa yang indah dalam pantun-pantunnya dalam
menggambarkan keindahan alam. Mereka tidak setuju dengan aliran Myoojoo. Murid-
murid Onoe Saishuu adalah Wakayama Bokusui dan Maeda Yuugure, sedangkan murid
dari Kaneko Kun-en adalah Toki Aika.

Masaoka Shiki

Masaoka Shiki melancarkan kritikan-kritikan terhadap aliran Asakasha dan juga


menentang aliran Myoojoo. Ia juga berpangkal pada surat kabar Nihon dan dalam
artikelnya yang berjudul Utayomi-ni Ataeru Sho (catatan tentang penyajian pantun)
yang ditulis pada tahun Meiji 31 (1898), ia menghendaki agar diadakan perbaikan-
perbaikan mengenai pantun pendek. Pada tahun berikutnya ia membentuk suatu grup
yang terdiri dari pengarang-pengarang pantun pendek dan diberi nama Negishi
Tankakai.

Kehendaknya ditujukan agar pantun-pantun dibuat dengan mengambil bahan


dari kenyataan-kenyataan yang ada di dalam hidup dan mengambil gaya yang mengikuti
Manyooshuu. Murid-muridnya adalah Itoo Sachio, Nagatsuka Takashi, Katori Hozuma,
Oka Fumoto, Ketsu Shin dan lain-lain. Setelah ia meninggal, murid-muridnya yang
dipimpin Itoo Sachioo menerbitkan majalah Ashibi, kemudian Araragi, sebagai wadah
penampungan karya-karya mereka.

15
Orang-orang yang mengembangkan pantun realitas menurut pola pemikiran
Masaoka Shiki adalah Shimagi Akahiko, Saitoo Mokichi dan lain-lain. Masaoka Shiki
menyukai realisme yang dimulainya dari pelukisan tentang sawah ladang dan
pertamanan, pada permulaan zaman Taishoo grupnya ini menjadi kekuatan utama di
bidang puisi.

Itoo Sachio

Itoo Sachio adalah pengganti Masaoka Shiki sebagai pemimpin grupnya. Ia


menghendaki “sakebi” (teriakan) yaitu langsung menyatakan apa yang timbul di dalam
perasaan hati sanubarinya. Pantun-pantunnya melukiskan tekanan dari satu perasaan
yang kuat dan merupakan suatu pantun yang menggambarkan kesungguhan.

Nagatsuka Takashi

Natatsuka Takashi berperasaan tajam dan penglihatannya mengenai sesuatu


bisa sampai kepada yang sekecil-kecilnya. Dalam menguraikan penglihatannya terhadap
alam dia memperlihatkan kebolehannya. Dengan bahasa yang menarik, dia
menggambarkan impresinya terhadap sesuatu yang dilihatnya. Pada hari tuanya dalam
keadaan sakit-sakitan dia mengeluarkan karya besar yang berjudul Hari-no
Gotoku (seperti jarum).

Masuknya Paham Naturalisme Ke Dunia Puisi

Grup Myoojoo yang menjadi populer karena paham romantismenya, memegang


peran utama dalam dunia pantun. Kemudian, pada tahun Meiji 40 (1907), muncul
kesusastraan naturalisme, pengaruh ini juga ada di bidang pantun. Aliran naturalisme
menolak cara-cara pelukisan sesuatu secara berlebihan dan cenderung kepada
pelukisan keadaan pribadi seseorang atau kehidupan yang nyata dengan jelas.

Aliran naturalisme mempengaruhi pemikiran Onoe Saishuu, Kaneko Kun-en, Itoo


Sachio, Nagatsuka Takashi dan lain-lain. Wakayama Bokusui, Maeda Yuugure, Ishikawa
Takuboku, Toki Aika dan lain-lain menghasilkan karya yang melukiskan kesedihan
manusia dengan mengambil bahan dari kelesuan dan kemalasan manusia.

16
Wakayama Bokusui

Wakayama Bokusui banyak menulis karyanya yang bertemakan perjalanan dan


minuman keras (sake). Ia menggubah pantunnya dengan perasaan yang menyentuh hati
mengenai keletihan-keletihan dalam kehidupan dan kesusahan-kesusahan manusia
dalam duniawi. Di samping itu, pantunnya memiliki unsur irama indah yang dibawakan
secara datar tetapi jelas.

Maeda Yuugure

Maeda Yuugure tidak memiliki perasaan susah sekeras Wakayama Bokusui, hal
ini tercermin pada hasil karyanya. Ia menggubah pantunnya yang bertemakan
kehidupan biasa sehari-hari dengan teknik penulisan sederhana dan cara penuturan
langsung. Pantunnya yang mula-mula sederhana ini kemudian berkembang menjadi
pantun-pantun khas yang sentimental dengan pelbagai variasi yang berwarna-warni
seperti sebuah lukisan.

Ishikawa Takuboku

Ishikawa Takuboku berasal dari grup Myoojoo. Ia menaruh perhatian besar pada
keadaan masyarakat dan menggubah pantun-pantunnya mengenai perasaan hidup
dalam kemiskinan dan dalam keadaan sakit dengan kata-kata yang mendekati bahasa
biasa sehari-hari. Ia mencoba menghubungkan pantun dengan kehidupan dan dari
usaha ini ia menemukan ide pemakaian kata dari bahasa sehari-hari. 

Penyajian pantunnya mengambil bentuk lirik yang ditulis dalam tiga baris. Ia
menjadi pelopor dalam pembuatan pantun kehidupan dan mewakili penyair-penyair
aliran naturalisme. Di antara karyanya terdapat Ichiaku-no Suna (segenggam pasir)
dan Kanashiki Gangu (mainan sedih).

Toki Aika

Sama dengan Ishikawa Takuboku, Toki Aika juga adalah penyair naturalisme. Ia
menggubah pantunnya yang bertemakan kehidupan sehari-hari dalam bentuk lirik.
Kumpulan puisinya yang pertama yang berjudulNakiwarai (tangis tertawa) ditulisnya
dalam bentuk lirik tiga baris dengan memakai ejaan Latin.

17
Kubota Utsubo

Sama dengan Ishikawa Takuboku, Kubota Utsubo juga berasal dari grup
Myoojoo. Ia menggubah pantunnya yang bertemakan hal-hal yang bersifat humanisme
dan mengenai kehidupan sehari-hari. Ia adalah penyair yang dapat digolongkan satu
grup dengan Ishikawa Takuboku karena dalam karyanya dapat ditemukan unsur
naturalisme yang tebal. Di antara karyanya terdapat kumpulan puisi Mahiru no (ladang
di siang hari bolong).

Penyair-Penyair Aliran Tanbi

Aliran Tanbi disebut pula sebagai aliran Taitoo yang berarti dekadensi. Paham
“tanbi” (menghayati keindahan) muncul setelah masa jayanya naturalisme. Penyair-
penyair yang mewakili aliran ini adalah Kitahara Hakushuu dan Yoshii Isamu yang
berpangkalan pada majalah Subaru.

Kitahara Hakushuu

Kitahara Hakushuu adalah penggubah syair yang mempunyai kegemaran


mengambil bahan dari luar negeri. Ia juga aktif dalam penggubahan pantun pendek. Di
antara karyanya terdapat yang berjudul Kiri-no Hana(bunga pohon Kiri), di dalam
karyanya ini ia memberikan variasi yang mengesankan orang dan membawa perasaan
mengenai modern. Gaya pantunnya di kemudian hari berkembang menjadi gaya yang
santai tapi anggun yang bersifat kebudayaan Timur.

Yoshii Isamu

Yoshii Isamu menggubah pantunnya mengenai keadaan Gion (tempat Geisha)


dengan gaya yang sedih tapi manja. Di antara karyanya terdapat Sakehogai (menikmati
sake). 

18
Penyair Aliran Araragi

Kira-kira pada tahun Taishoo 5 atau 6 (1916) yang memegang peran utama di
bidang pantun adalah penyair-penyair aliran Araragi. Pantunnya bersifat realisme dan
bergaya Manyooshuu. Pemimpin aliran ini adalah Shimagi Akahiko dan Saitoo
Shigekichi, anggotanya adalah Nakamura Kenkichi, Koizumi Chikashi, Tsuchiya Bunmei,
Shakuchookuu dan lain-lain. Pantunnya bergaya Manyooshuu dan bertemakan
kenyataan seperti yang dianjurkan oleh Masaoka Shiki.

Kedua unsur ini diperdalam lagi oleh Shimagi Akahiko dan Saitoo Shigekichi.
Bertentangan dengan aliran Myoojoo yang pantunnya mengandung pandangan
subyektif, aliran Araragi melukiskan kenyataan yang ada di dalam masyarakat secara
mendalam dan obyektif. Pantun serupa ini diterima oleh masyarakat yang pada waktu
itu menganut paham naturalisme:

 Shimagi Akahiko

Shimagi Akahiko memperdalam penggubahan pantun bergaya Masaoka


Shiki. Ia berpandangan bahwa hakekat dari seni pantun terletak pada pelukisan
mengenai rasa kesepian yang ada di dalam hidup manusia. Pantunnya bersifat
realis, agung dan menyentuh hati. Karyanya antara lain adalah Hio (ikan
es), Taikyoshuudan Shiinshuu. 

 Saitoo Shigekichi

Saitoo Shigekichi menggubah pantunnya menurut gaya Manyooshuu


yang dibumbui unsur romantisme dan menggambarkan hati yang keras serta
kekuatan jiwa gagah berani. Shakkoo (sinar merah) adalah kumpulan puisi yang
terkenal dan mendapat sambutan hangat dan besar.

Isi pantunnya mengenai kisah yang nyata dan di dalamnya terdapat unsur
penyatuan antara kehidupan dirinya dengan alam semesta sekelilingnya. Kisah
kehidupan nyata bergaya Masaoka Shiki inilah yang ditinggikan mutunya yang
akhirnya mencapai taraf bergaya penulisan secara abstrak. Karya
lainnya Aratama juga terkenal dan selain itu ia mempelajari riwayat seorang
penyair terkenal dan hasilnya berjudul Kaki-no Motono Hitomaro menjadi
sebuah karya besar.

19
 Tsuchiya Bunmei

Tsuchiya Bunmei adalah pemimpin aliran Araragi sesudah Saitoo


Shigekichi, di dalam Fuyukusa (rumput musim dingin) ia menuturkan keharuan
yang segar dari seorang remaja. Kemudian ia mengambil tema kehidupan sehari-
hari dan memperkenalkan gubahan yang gagah berani dalam penampilan
barunya yang segar. 

 Kinoshita Rigen

Kinoshita Rigen adalah penyair aliran Shirakaba yang menggubah pantun


pendek yang bersifat humanisme. Ia memiliki kehangatan dalam menggubah
pantun yang dikembangkannya dengan memakai bahasa sehari-hari. Pantunnya
adalah pantun baru dan unik karena banyak yang berbentuk “shishichoo” (empat
suku kata empat suku kata).

 Oota Mizuo

Oota Mizuo menentang keras cara penggambaran kehidupan yang


dikisahkan aliran Araragi, ia membuat pantun simbolis setelah mendapat ilham
dari haikai buatan Bashoo.

Pada akhir zaman Taishoo, aliran-aliran yang menentang aliran Araragi


bersatu dan menerbitkan majalah yang disebut Nikkoo sehingga memberi angin
baru kepada dunia pantun.

 Shakuchookuu

Shakuchookuu keluar dari Araragi kemudian menggabungkan diri dengan


Nikkoo. Ia mempunyai pandangan tersendiri dalam membuat pantun pendek
yang bersifat klasik. Ia memasukkan unsur-unsur folklore ke dalam pantunnya
sehingga mempunyai bentuk tersendiri yang khas.

20

Anda mungkin juga menyukai