Kesusastraan Drama
Tradisi kabuki
Drama Kabuki yang pada mulanya mulai berkembang di zaman Edo, sampai
permulaan zaman Meiji yaitu akhir abad XIX masih tetap populer. Salah satu penulis
terkenal drama ini yang berhasil menyajikan lakon tentang kehidupan realitas
masyarakat zaman Edo adalah Kawatake Mokuami. Dengan mengikuti perkembangan
zaman, salah satu karyanya yang berjudul Shimachidori Tsukino Shiranami menyajikan
pemain yang berpotongan rambut modern untuk waktu itu dan menceriterakan
perubahan-perubahan baru yang terjadi di dalam masyarakat.
Lakon ini walaupun bertemakan persoalan keadilan tetapi sifat dasarnya tidak
pernah melanggar tradisi. Lakon seperti ini disebut ‘Sangirimono’.
Katsurekimono
Sesudah tahun Meiji 20 (1887) muncul lakon baru yang berisikan semangat
realisme. Lakon ini termasuk ‘Katsurekimono’, menceriterakan kejadian-kejadian yang
sesungguhnya terjadi dalam sejarah. Katsurekimono karena mengutamakan kenyataan
sejarah saja maka sifat dramanya sebagian besar menjadi hilang. Namun, lakon ini
merupakan satu pembukaan gaya baru dalam drama. Karya yang terkenal
adalahYoshino Shuui Meika-no Homare karangan Yoda Gakkai dan Kasuga-no
Tsubone karangan Fukuchi Ouchi.
1
Pembaruan Drama Sejarah Oleh Tsubouchi Shooyoo
Sekitar tahun Meiji dua puluhan muncul satu aliran baru dalam drama. Drama
sejarah yang berasal dari Kabuki ini mengambil tema dari kenyataan yang sesungguhnya
ada dalam masyarakat dan zaman baru waktu itu, berlainan dengan Kabuki yang
mengambil tema dari kejadian-kejadian masa lalu. Pada mulanya drama aliran baru ini
mengambil tema tentang pemuda-pemuda yang cenderung kepada politik dan keadaan
orang-orang terpelajar pada waktu itu. Kemudian, terbentuk teater drama aliran baru
yang terdiri atas pengarang-pengarang seperti Kawakami Otojiroo, Ii Yoohoo, Kawai
Takeo, dan Kitamura Rokuroo. Beberapa novel antara lain yang
berjudul Hototogisu, Konjiki Yasha, kemudian novel karangan Izumi Kyooka yang
berjudul Onna Keizu dan Takino Shiraito diangkat ke atas pentas sehingga
kecenderungan mementaskan novel-novel terlihat jelas. Akhirnya drama baru ini
menjadi suatu kekuatan baru dalam dunia drama bersaingan dengan Kabuki yang mulai
menunjukkan kemerosotannya.
2
Peranan Mori Oogai
Mori Oogai adalah orang yang memasukkan unsur-unsur sastra Barat ke dalam
sastra Jepang. Dia juga adalah orang yang membawa angin baru dari Eropa ke dalam
dunia drama Jepang. Dia banyak mengeluarkan terjemahan-terjemahan dari drama-
drama klasik maupun drama modern. Selain itu dia sendiri pun membuat drama puisi
epik berjudul Tamakushige Futari Urashima dan Nichiren Shoonin Tsuji Seppoo.
Bersama-sama dengan Tsubouchi Shooyoo dia juga berjasa besar dalam perbaikan
dunia drama.
Shimamura Hoogetsu
3
Meluasnya Drama – Drama Baru
4
2. Puisi
Pada zaman ini timbul keinginan untuk membuat puisi yang berbeda dengan
bentuk-bentuk puisi yang sudah ada seperti waka, haiku dan kanshi: Terjemahan puisi-
puisi Barat sudah ada sejak sebelum zaman Meiji, namun yang betul-betul berencana
adalah kumpulan puisi berjudul Shintaishihoo (buku puisi baru) yang diterbitkan pada
tahun Meiji 15 (1882) oleh sarjana-sarjana dari Universitas Tokyo yang bernama Toyama
Masakazu, Yatabe Ryookichi dan Inoue Tetsujiroo.
Sebagian besar karya ini merupakan terjemahan dari puisi-puisi panjang Eropa
dan sebagian lagi adalah puisi-puisi baru ciptaannya sendiri. Puisi-puisi tersebut ditulis
dalam gaya bersukukata tujuh-lima seperti puisi klasik dan biarpun di sana sini masih
terlihat adanya kekurangan-kekurangan tetapi dapat dikatakan buku ini telah membuka
suatu zaman baru bagi perkembangan puisi.
Puisi panjang dalam Shintaishishoo diterima oleh masyarakat luas dan lambat
laun isi serta bentuknya pun makin sempurna. Puisi panjang Ochiai Naobumi
berjudul Koojo Shiragiku-no Uta (wanita pembakti bernama Shiragiku) dinilai sebagai
karya yang baik.
5
Shimazaki Tooson
Shimazaki Tooson pada majalah Bungakkai banyak menulis puisi-puisi lirik yang
menggambarkan perasaan jiwa muda yang masih polos dan termasuk masih rawan.
Kumpulan puisi pertamanya berjudul Wakanashuu (sayuran wakana), berikutnya
adalah Hitohabune (perahu), Natsukusa (rumput musim panas)
dan Rakubaishuu (pohon plum yang rontok). Banyak karya Tooson yang bagus-bagus
diangkat dari cerita kesucian bercinta dan perasaan hati di waktu perjalanan.
Keempat kumpulan puisi tersebut di atas kemudian dijadikan satu buku dengan
namaToosonshishuu (kumpulan puisi Tooson), bagian pendahuluannya sangat terkenal
karena memberitahukan tibanya suatu zaman bagi puisi-puisi baru.
Doi Bansui
6
Yosano Tekkan
Susukida Kyuukin
7
Puisi Simbolis dan Kaichooon
Ueda Bin dalam novelnya Uzumaki banyak menekankan nilai-nilai estetika dan ia
juga condong menggunakan bentuk novel simbolis. Bentuk yang diperkenalkannya
melalui novel diambilnya dari aliran simbolisme Perancis. Begitu pula dalam dunia puisi,
terjemahan-terjemahan puisi simbolisnya memberikan pengaruh kepada puisi-puisi
waktu itu dan merupakan langkah pertama dalam mempopulerkan puisi simbolis di
Jepang. Hasil karya terjemahannya yang berjudul Kaichooon (suara gelombang laut)
diterbitkan pada tahun Meiji 38 (1905) dan merupakan suatu puisi terjemahan yang
mendapat penilaian tinggi dalam sejarah puisi terjemahan modern sampai-sampai dapat
digolongkan sebagai puisi kreatif.
Kanbara Ariake
Kanbara Ariake adalah salah seorang yang turut berjuang bersama-sama dengan
Ueda Bin dalam memperkenalkan puisi simbolis. Bin dengan puisi terjemahannya dan
Ariake dengan puisi kreatifnya merupakan dua penyair besar dalam dunia puisi Jepang
yang berada pada ujung tikungan menuju ke puisi modern. Karya-karya Kanbara Ariake
adalah Shunchooshuu (kumpulan puisi burung-burung musim semi)
dan Ariakeshuu (kumpulan puisi Ariake). Dalam karya tersebut terdapat unsur yang
memilukan dalam irama yang indah sehingga membawa warna kesyahduan yang tebal.
8
Kecenderungan Gerakan Puisi Bebas
Puisi bebas berbahasa lisan pernah dicoba oleh Kawaji Ryuuko tetapi ia tidak
berhasil. Sebaliknya penyair-penyair Kitahara Hakushuu, Kinoshita Mokutaroo, Miki
Rofuu dan Takamura Kootaroo berhasil dalam usaha menciptakan puisi bebas
berbahasa klasik (tulisan), sehingga sekarang bila ada orang berbicara soal puisi, maka
yang dimaksudkan adalah bebas dan puisi bebas ini menempati kedudukan utama
dalam dunia puisi.
Kitahara Hakushuu
Dari akhir zaman Meiji sampai awal zaman Taishoo, dunia puisi Jepang berpusat
pada kegiatan penyair Kitahara Hakushuu. Hasil karyanya Jashuumon (agama
menyesatkan) merupakan karya yang unik dan khas, yang melukiskan keadaan di luar
negeri dan kegembiraan yang aneh serta asing bagi orang Jepang. Bakat yang cemerlang
ini juga diwujudkannya dalam kumpulan puisinya yang berjudul Omoide (kenangan)
danTokyoo Keibutsushi Oyobi Sono Ta (puisi tentang pemandangan Tokyo dan lain-lain).
Selanjutnya gaya puisinya berubah menjadi gaya puisi yang sederhana dan ia juga
membuka lembaran baru dalam bidang nyanyian rakyat serta nyanyian anak-anak.
9
Kinoshita Mokutaroo
Miki Rofuu
10
Takamura Kootaroo
Bila ditinjau dari segi nilai seni, puisi bebas berbahasa lisan boleh dikatakan
dimantapkan oleh Takamura Kootaroo. Pelopor pembuatan puisi jenis ini sebenarnya
bukanlah Takamura Kootaroo, melainkan adalah Kawaji Ryuukoo. Setelah Kawaji
Ryuukoo, pembuatan puisi ini berangsur-angsur menjadi populer dan akhirnya menjadi
masak. Penyair-penyair dari grup populer dan grup yang berpaham demokratis juga ikut
membuat puisi ini. Mereka itu adalah Senke Motomaro, Fukuda Masao, Momota Sooji,
Tomita Saika, Shirotori Seigo dan lain-lain yang berasal dari aliran Shirakaba. Di pihak
lain, bila ditinjau dari sudut yang mempunyai nilai sastra tersendiri, maka
penyempurnaan puisi berbahasa lisan ini adalah Hagiwara Sakutaroo.
11
Hagiwara Sakutaroo
Hagiwara Sakutaroo dikenal sebagai penyair yang memiliki ilham serta perasaan
ganjil yang tajam. Ia berhasil dalam mengekpresikan perasaan yang dikandungnya
dengan penuturan secara bebas. Di antara karyanya terdapat Aoneko (kucing
biru), Hyootoo (gunung es) dan Tsuki-ni Hoeru (meraung kepada bulan) yang memiliki
daya pengaruh besar pada dunia puisi pada zaman Taishoo.
Selain mereka yang disebut di atas masih ada lagi penyair-penyair grup
simbolisme seperti Hinatsu Koonosuke dan Saijoo Yaso yang menulis puisi bercorak lain.
Penyair Noguchi Yonejiroo membuat puisi berpaham pemikiran dalam bahasa Jepang
dan bahasa Inggris sehingga puisinya dikategorikan sebagai puisi yang aneh.
3. Tanka
Pembaharuan Tanka
Ochiai Naobumi
12
menurut pribadinya masing-masing, tetapi mempunyai kesamaan dalam hal gaya yang
bersifat bebas dan bahan yang bersifat luas.
13
Yosano Tekkan
Majalah Myoojoo yang diterbitkan pada tahun Meiji 33 (1900) membawa puisi
yang berbau romantisme ke puncak kejayaannya. Sejak itu gaya pantun berubah dari
bentuk lama menjadi bentuk baru yang melukiskan masa muda dan percintaan. Bentuk
ini disebut Seikinchoo.
Yosano Akiko
Hoo Akiko adalah seorang wanita murid Yosano Tekkan yang kemudian
diperistrinya. Yosano Akiko menciptakan pantun yang sifatnya mengobarkan semangat
muda. Kemudian, ia tiba pada pembuatan pantun pendek modern yang penuh dengan
pengutaraan tentang kebebasan manusia.
Di dalam grup Myoojoo masih ada lagi penyair-penyair lain seperti Hirano Banri,
Takamura Kootaroo, Kubota Utsubo, Yoshii Isamu, Nagata Hideo, Ishikawa Takuboku,
Kinoshita Mokutaroo, Kitahara Hakushuu dan lain-lain. Mereka turut memperkuat grup
ini sehingga menjadi suatu kekuatan besar dalam dunia puisi pada waktu itu.
14
Sasaki Nobutsuna
Walaupun Onoe Saishuu dan Kaneko Kun-en berasal dari grup Asakasha, akan
tetapi mereka memakai gaya bahasa yang indah dalam pantun-pantunnya dalam
menggambarkan keindahan alam. Mereka tidak setuju dengan aliran Myoojoo. Murid-
murid Onoe Saishuu adalah Wakayama Bokusui dan Maeda Yuugure, sedangkan murid
dari Kaneko Kun-en adalah Toki Aika.
Masaoka Shiki
15
Orang-orang yang mengembangkan pantun realitas menurut pola pemikiran
Masaoka Shiki adalah Shimagi Akahiko, Saitoo Mokichi dan lain-lain. Masaoka Shiki
menyukai realisme yang dimulainya dari pelukisan tentang sawah ladang dan
pertamanan, pada permulaan zaman Taishoo grupnya ini menjadi kekuatan utama di
bidang puisi.
Itoo Sachio
Nagatsuka Takashi
16
Wakayama Bokusui
Maeda Yuugure
Maeda Yuugure tidak memiliki perasaan susah sekeras Wakayama Bokusui, hal
ini tercermin pada hasil karyanya. Ia menggubah pantunnya yang bertemakan
kehidupan biasa sehari-hari dengan teknik penulisan sederhana dan cara penuturan
langsung. Pantunnya yang mula-mula sederhana ini kemudian berkembang menjadi
pantun-pantun khas yang sentimental dengan pelbagai variasi yang berwarna-warni
seperti sebuah lukisan.
Ishikawa Takuboku
Ishikawa Takuboku berasal dari grup Myoojoo. Ia menaruh perhatian besar pada
keadaan masyarakat dan menggubah pantun-pantunnya mengenai perasaan hidup
dalam kemiskinan dan dalam keadaan sakit dengan kata-kata yang mendekati bahasa
biasa sehari-hari. Ia mencoba menghubungkan pantun dengan kehidupan dan dari
usaha ini ia menemukan ide pemakaian kata dari bahasa sehari-hari.
Penyajian pantunnya mengambil bentuk lirik yang ditulis dalam tiga baris. Ia
menjadi pelopor dalam pembuatan pantun kehidupan dan mewakili penyair-penyair
aliran naturalisme. Di antara karyanya terdapat Ichiaku-no Suna (segenggam pasir)
dan Kanashiki Gangu (mainan sedih).
Toki Aika
Sama dengan Ishikawa Takuboku, Toki Aika juga adalah penyair naturalisme. Ia
menggubah pantunnya yang bertemakan kehidupan sehari-hari dalam bentuk lirik.
Kumpulan puisinya yang pertama yang berjudulNakiwarai (tangis tertawa) ditulisnya
dalam bentuk lirik tiga baris dengan memakai ejaan Latin.
17
Kubota Utsubo
Sama dengan Ishikawa Takuboku, Kubota Utsubo juga berasal dari grup
Myoojoo. Ia menggubah pantunnya yang bertemakan hal-hal yang bersifat humanisme
dan mengenai kehidupan sehari-hari. Ia adalah penyair yang dapat digolongkan satu
grup dengan Ishikawa Takuboku karena dalam karyanya dapat ditemukan unsur
naturalisme yang tebal. Di antara karyanya terdapat kumpulan puisi Mahiru no (ladang
di siang hari bolong).
Aliran Tanbi disebut pula sebagai aliran Taitoo yang berarti dekadensi. Paham
“tanbi” (menghayati keindahan) muncul setelah masa jayanya naturalisme. Penyair-
penyair yang mewakili aliran ini adalah Kitahara Hakushuu dan Yoshii Isamu yang
berpangkalan pada majalah Subaru.
Kitahara Hakushuu
Yoshii Isamu
18
Penyair Aliran Araragi
Kira-kira pada tahun Taishoo 5 atau 6 (1916) yang memegang peran utama di
bidang pantun adalah penyair-penyair aliran Araragi. Pantunnya bersifat realisme dan
bergaya Manyooshuu. Pemimpin aliran ini adalah Shimagi Akahiko dan Saitoo
Shigekichi, anggotanya adalah Nakamura Kenkichi, Koizumi Chikashi, Tsuchiya Bunmei,
Shakuchookuu dan lain-lain. Pantunnya bergaya Manyooshuu dan bertemakan
kenyataan seperti yang dianjurkan oleh Masaoka Shiki.
Kedua unsur ini diperdalam lagi oleh Shimagi Akahiko dan Saitoo Shigekichi.
Bertentangan dengan aliran Myoojoo yang pantunnya mengandung pandangan
subyektif, aliran Araragi melukiskan kenyataan yang ada di dalam masyarakat secara
mendalam dan obyektif. Pantun serupa ini diterima oleh masyarakat yang pada waktu
itu menganut paham naturalisme:
Shimagi Akahiko
Saitoo Shigekichi
Isi pantunnya mengenai kisah yang nyata dan di dalamnya terdapat unsur
penyatuan antara kehidupan dirinya dengan alam semesta sekelilingnya. Kisah
kehidupan nyata bergaya Masaoka Shiki inilah yang ditinggikan mutunya yang
akhirnya mencapai taraf bergaya penulisan secara abstrak. Karya
lainnya Aratama juga terkenal dan selain itu ia mempelajari riwayat seorang
penyair terkenal dan hasilnya berjudul Kaki-no Motono Hitomaro menjadi
sebuah karya besar.
19
Tsuchiya Bunmei
Kinoshita Rigen
Oota Mizuo
Shakuchookuu
20