Anda di halaman 1dari 7

Ukiyo-e

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

"Fuji Merah" dari buku 36 Pemandangan Gunung Fuji Ukiyo-e (?) adalah sebutan untuk teknik cukil kayu yang berkembang di Jepang pada zaman Edo yang digunakan untuk menggandakan lukisan pemandangan, keadaan alam dan kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Dalam bahasa Jepang, "ukiyo" berarti "zaman sekarang," sedangkan "e" berarti gambar atau lukisan. Istilah ukiyo-e sekarang semata-mata digunakan untuk lukisan berwarna-warni (nishiki-e) yang dihasilkan teknik cukil kayu (woodprinting), tetapi sebenarnya di zaman dulu istilah ukiyo-e juga digunakan untuk lukisan asli yang digambar dengan menggunakan kuas.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah o 1.1 Periode awal o 1.2 Periode pertengahan o 1.3 Periode lanjut o 1.4 Periode akhir 2 Pranala luar

[sunting] Sejarah
Pada awalnya, ukiyo-e adalah lukisan tentang "ukiyo" (keadaan zaman) seperti kehidupan sehari-hari, gaya busana, dan sebagainya. Pelukis ukiyo-e dibagi menjadi dua aliran utama, yakni aliran Kan dan aliran Tosa. Aliran Kan sebenarnya sudah dimulai sejak zaman Muromachi, sedangkan aliran Tosa

berakar pada aliran Kasuga yang sudah dimulai sejak zaman Heian. Pelukis yang diusir dari aliran Kan kemudian banyak yang bergabung dengan aliran Tosa.

[sunting] Periode awal


Periode awal ukiyo-e berlangsung sejak Kebakaran besar zaman Meireki sampai zaman Hreki. Bentuk awal ukiyo-e adalah lukisan asli yang digambar dengan menggunakan kuas serta lukisan hasil reproduksi teknik cukil kayu dengan tinta satu warna (hitam). Di pertengahan hingga akhir abad ke-17, seniman yang menggambar lukisan asli untuk teknik cukil kayu disebut Hanshita-eshi ( pelukis sketsa?). Hishikawa Moronobu adalah salah satu pelukis sketsa terkenal zaman itu yang membuat buku bergambar dan ilustrasi untuk buku Ukiyo-zshi. Salah satu karya Hishikawa Moronobu yang sangat terkenal berjudul Mikaeri Bijin-zu (?, Wanita Cantik Menoleh ke Belakang). Istilah "ukiyo-e" pertama kali disebut dalam buku Kshoku Ichidai Otoko (terbitan tahun 1682) yang ditulis Ihara Saikaku. Di dalam cerita dikisahkan tentang kipas lipat bertulang dua belas yang berhiaskan ukiyo-e. Ukiyo-e yang tadinya merupakan lukisan hitam-putih menjadi berwarna-warni berkat kreasi pelukis ukiyo-e asal Osaka bernama Torii Kiyonobu. Warna yang dipakai umumnya adalah tinta merah dalam berbagai nuansa. Lukisan yang menggunakan warna merah-oranye seperti warna bangunan Torii disebut Tan-e. Lukisan dengan tinta merah tua disebut Beni-e, sedangkan Beni-e dengan tambahan 2 atau 3 warna lain disebut Benizuri-e.

[sunting] Periode pertengahan

"Edo no hana" wanita pemain Jruri karya Kitagawa Utamaro

Lukisan potret Ichikawa Omez karya Tshsai Sharaku Periode pertengahan ditandai dengan kelahiran Nishiki-e sekitar tahun 2 zaman Meiwa hingga tahun 3 zaman Bunka. Di tahun 1765, kalender bergambar yang disebut E-goyomi populer di kalangan penyair haiku di Edo, sampai-sampai sempat diadakan pertemuan untuk tukar menukar kalender bergambar. Pelukis ukiyo-e Suzuki Harunobu mengantisipasi minat masyarakat dengan membuat ukiyo-e menggunakan tinta beraneka warna. Seni ukiyo-e mencapai zaman keemasan berkat teknik cetak warna ukiyoe secara full-color. Percetakan multi warna dimungkinkan berkat ditemukannya cara membuat batas-batas (kento) pada objek lukisan yang memudahkan pewarnaan lukisan secara berulang kali dan tersedianya kertas washi berkualitas tinggi yang tahan melewati proses pewarnaan yang tumpang tindih. Ukiyo-e banyak menggunakan kertas washi bermerek dari provinsi Echizen dan Iyo yang menggunakan bahan baku dari tanaman perdu yang disebut Kzo (Broussonetia kazinoki). Sesuai dengan perkembangan zaman, pembuatan ukiyo-e juga mulai melibatkan beberapa orang seniman dengan bidang yang sangat terspesialiasi, seperti pelukis yang hanya menggambar sketsa, seniman pencungkil kayu, dan seniman yang memberi warna pada lukisan. Di zaman Anei, ukiyo-e yang menggambarkan wanita secara realistik (Bijinga) karya Kitao Shigemasa menjadi sangat populer. Katsukawa Shunsh menggambar lukisan potret aktor kabuki terkenal (Yakusha-e) hingga sangat mirip dengan aslinya. Pelukis ukiyo-e bernama Kitagawa Utamaro melahirkan banyak sekali karya-karya berupa Bijinga dan kubi-e (lukisan potret setengah badan aktor dan wanita cantik) yang terkenal sangat mendetil dan digambar dengan elegan. Pada tahun 2 zaman Kansei pemerintah mengeluarkan peraturan tentang bahan cetak yang membatasi peredaran bahan-bahan cetak di kalangan masyarakat. Di tahun 7 zaman Kansei, setelah seluruh harta benda yang dimiliki disita pemerintah, penerbit ukiyo-e bernama Tsutaya Jzabur berusaha bangkit kembali. Tsutaya Jzabur

mengumpulkan uang dengan cara menjual lukisan ukiyo-e karya Tshsai Sharaku. Lukisan karya Tshsai Sharaku menjadi sangat terkenal berkat pose aktor kabuki yang selalu digambar berlebih-lebihan walaupun lukisannya sendiri kurang laku. Kumpulan lukisan aktor kabuki karya Utagawa Toyokuni yang dikenal sebagai Yakusha Butai Sugata-e (?, lukisan potret aktor di atas panggung) justru lebih laku. Murid-murid Utagawa Toyokuni kemudian mendirikan aliran Utagawa yang merupakan aliran terbesar dalam seni ukiyo-e.

[sunting] Periode lanjut

Salju di Kambara, karya Hiroshige Periode lanjut ukiyo-e menunjuk pada masa sekitar tahun 4 zaman Bunka hingga tahun 5 zaman Ansei. Setelah Kitagawa Utamaro tutup usia, lukisan wanita cantik (Bijinga) makin digambar secara lebih erotis seperti terlihat dalam karya-karya Keisai Eisen. Murid Katsukawa Shunsh yang bernama Katsushika Hokusai membuat kumpulan lukisan yang dikenal sebagai 36 Pemandangan Gunung Fuji. Kumpulan lukisan Hokusai dibuat untuk mengikuti tren orang Jepang yang mulai senang bepergian di dalam negeri. Utagawa Hiroshige mengikuti kesuksesan Hokusai dengan kumpulan lukisan yang dikenal sebagai Tkaid gojsan-tsugi ( 53 Pemberhentian di Tkaid?). Karya Hokusai dan Hiroshige dikenal sebagai genre Meisho-e (lukisan tempat terkenal) atau Fkeiga (lukisan pemandangan). Lukisan potret aktor kabuki yang tergolong dalam genre Yakusha-e tetap diteruskan Utagawa Kunisada yang merupakan murid Utagawa Toyokuni. Karya Utagawa Kunisada justru makin mempertegas ciri khas genre Yakusha-e berupa garis-garis keras dan dinamis yang dirintis sang guru. Bersamaan dengan kepopuleran Kusazshi (buku bergambar dengan cerita memakai aksara hiragana) lahir karya-karya ukiyo-e genre Musha-e yang menggambarkan tokohtokoh samurai, seperti terlihat dalam lukisan karya Utagawa Kuniyoshi. Ilustrasi tokohtokoh kisah Batas Air yang digambar Utagawa Kuniyoshi menjadi sangat populer, bahkan sampai membuat orang Jepang keranjingan cerita Batas Air.

[sunting] Periode akhir

Pegulat sumo Onogawa Kisaburo, karya Tsukioka Yoshitoshi Periode akhir ukiyo-e menunjuk pada masa sekitar tahun 6 zaman Ansei sampai tahun 45 zaman Meiji. Lukisan ukiyo-e yang populer pada masa ini adalah genre lukisan orang asing yang disebut Yokohama-e, karena orang Jepang menaruh minat pada budaya asing yang dibawa oleh Kapal Hitam. Akibat kekacauan yang ditimbulkan Restorasi Meiji, lukisan ukiyo-e mulai banyak yang mengetengahkan tema-tema lukisan kabuki yang mengumbar brutalisme dan lukisan makhluk "aneh tapi nyata." Tsukioka Yoshitoshi yang merupakan murid Utagawa Kuniyoshi dan Ochiai Yoshiiku membuat kumpulan lukisan berjudul 28 Pembunuhan Terkenal dan Prosa ( Eimei nijhachi shku?). Kumpulan lukisan bertema sadis berlumuran darah seperti ini digolongkan ke dalam genre Muzan-e. Kawanabe Kysai dari aliran Kan juga banyak melahirkan karya-karya legendaris di masa ini. Genre baru ukiyo-e yang disebut Ksenga dimulai Kobayashi Kiyochika dengan ciri khas objek lukisan yang digambar tanpa garis tepi (outline). Lukisan ukiyo-e untuk anak-anak seperti yang dibuat Utagawa Yoshifuji digolongkan ke dalam genre Omocha-e. Gambar hasil penggandaan bisa digunakan anak-anak untuk bermain, seperti lembaran permainan yang sekarang sering menjadi bonus majalah anakanak. Utagawa Yoshifuji begitu mengkhususkan diri pada genre Omocha-e, sehingga mendapat julukan "Omocha Yoshifuji" (Yoshifuji ahli mainan). Kepopuleran ukiyo-e akhirnya memudar akibat berkembangnya fotografi dan teknik percetakan. Pelukis ukiyo-e berusaha segala macam cara untuk bertahan dari kemajuan teknologi tapi gagal. Tsukioka Yoshitoshi dikenal sebagai grandmaster terakhir ukiyo-e. Karya-karyanya sangat bergaya Barat dan bersentuhan halus. Dari tangannya lahir karya-karya seperti

surat kabar ukiyo-e (nishiki-e shimbun), lukisan bertema sejarah (rekishiga), dan lukisan bertema erotis (fzokuga). Prihatin dengan kemunduran ukiyo-e, murid-muridnya disuruh untuk belajar hal-hal lain selain ukiyo-e. Salah seorang murid Yoshitoshi yang bernama Kaburaki Kiyokata berhasil menjadi pelukis Jepang yang sangat terkenal. Kaburagi lahir di Kanda distrik Tokyo untuk keluarga kaya dan terpelajar. Ayahnya adalah pendiri dan presiden dari koran Nichi Nichi Shimbun di Tokyo, dan penulis novel populer. Pada tahun 1891, muda Kaburagi dikirim untuk menjadi murid seniman ukiyo-e Mizuno Toshikata dan Taiso Yoshitoshi ketika ia berusia 13 tahun. Pekerjaan pertamanya adalah sebagai ilustrator untuk Yamato Shinbun, koran Tokyo didirikan oleh ayahnya. Ketika dia berumur enam belas tahun, ayahnya bangkrut dan keluarga harus menjual rumah mereka. Kaburagi awalnya dibuat hidup sebagai ilustrator, memproduksi frontispieces disebut Kuchi-e, menggambarkan judul dari novel populer. Karya-karyanya yang sangat dipuji oleh penulis mencatat Kyka Izumi, yang bersikeras bahwa novelnya digambarkan oleh Kaburagi. Namun demikian, bunga Kaburagi pertama dan terutama adalah dalam lukisan. Pada tahun 1901, ia membantu menciptakan Ugokai ( ?), Sebuah kelompok seni yang didedikasikan untuk menghidupkan kembali dan mempopulerkan genre Bijin-ga (gambar wanita cantik). Ketika pemerintah yang disponsori Bunten pameran dimulai pada tahun 1907, Kaburagi mulai melukis penuh waktu, beberapa memenangkan hadiah. Pada tahun 1915, Murasame karyanya memenangkan hadiah pertama pada Pameran Bunten 9. Pada tahun 1917, bersama dengan Hirafuku Hyakusui, Matsuoka Eikyu, Kikkawa Reika dan Yuki Somei, ia membantu menemukan Kinreisha, sebuah asosiasi Nihonga pelatihan menjanjikan seniman muda, termasuk Kawase Hasui. Ketika Watanabe Shozaburo memulai sebuah bisnis ekspor ukiran kayu cetak, ia membutuhkan banyak seniman berbakat untuk membuat desain menarik bagi khalayak cetak barat. Kelompok Kaburagi menjadi sebuah pusat perekrutan bagi Watanabe. Kaburagi diselenggarakan pameran dengan karya-karya siswa dan memperkenalkan siswa-siswanya yang terbaik untuk Watanabe. Selanjutnya Watanabe sendiri, itu mungkin Kiyokata Kaburagi, yang memiliki pengaruh terbesar pada pengembangan dan promosi gerakan Hanga tulang kering. Tidak hanya Kawase Hasui, tetapi juga It Shinsui, Shiro Kasamasu, Yamakawa Shuho, Torii Kotondo dan Terashima Simei dilatih oleh Kaburagi dan kemudian diperkenalkan ke Watanabe. Ketika Kaburagi telah mencapai 40-an, ia mapan dan seorang seniman dihormati tinggi. Pada 1929 ia menjadi anggota Akademi Seni Rupa Kekaisaran (Teikoku Bijutsuin). Potret Nya aktor rakugo San'ytei Ench (1930) telah terdaftar sebagai Budaya Properti Penting (ICP) oleh Badan Urusan Kebudayaan. Pada tahun 1938 ia diangkat ke Komite Seni Rumah Tangga Kekaisaran. Ia menerima posisi resmi pelukis istana pada tahun 1944. Pada tahun 1946, ia diminta untuk menjadi salah satu hakim untuk Pameran pascaperang pertama Nitten. Pada tahun 1954, ia menerima Orde Kebudayaan.

Rumahnya di Tokyo dibakar selama pemboman Tokyo pada Perang Dunia II, dan ia pindah ke Kamakura, Kanagawa prefektur, di mana dia tinggal sampai kematiannya. Kiyokata Kaburagi meninggal pada 1972 pada usia 93. Makamnya di Pemakaman Yanaka di Tokyo. Rumahnya telah berubah menjadi Kaburagi Kiyokata Memorial Museum, menampilkan banyak karya-karyanya, dan melestarikan studionya.

Anda mungkin juga menyukai