Anda di halaman 1dari 19

KATSUSHIKA HOKUSAI

(1760-1849)

1
PROFIL SINGKAT

Hokusai
北斎

Katsushika Hokusai, dalam potret diri 1839

Lahir Tokitarō
時太郎
31 Oktober 1760 (tanggal pasti
dipertanyakan)
Edo (sekarang Tokyo), Jepang

Meninggal 10 Mei 1849 (umur 88)
Edo (sekarang Tokyo), Jepang

Kebangsaan Jepang

Dikenal karena Lukisan dan Ukiyo-e


Cetakan blok kayu

Karya terkenal Gelombang Hebat Kanagawa

Katsushika Hokusai (葛飾 北斎?) lahir dengan nama


asli Tokitaro di Edo (sekarang Tokyo), Jepang, 31 Oktober 1760 – meninggal

2
di Edo (sekarang Tokyo), Jepang, 10 Mei 1846 pada umur 85 tahun)  adalah
seorang seniman, pelukis, pemahat dan terutama seniman grafis dengan
teknik ukiyo-e pada zaman Edo. Ia lahir di Distrik Honjo, Edo (sekarang Edo
bernama Tokyo).

Pelukis buku sketsa 13 jilid berjudul Hokusai Manga (diterbitkan


tahun 1814) dan cetakan ukiyo-e "36 Pemandangan Gunung Fuji" (sekitar tahun
1823-1829) termasuk "Ombak Besar di Lepas Pantai Kanagawa". Hokusai
dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam bidang ukiyo-e (secara harafiah:
"lukisan zaman sekarang") atau lukisan bertema kehidupan sehari-hari. Hokusai
juga terkenal untuk gambar erotisnya dalam gaya shunga. "Fukujusō" karyanya,
sebuah rangkaian sejumlah 12 gambar yang merayakan keagungan tubuh dan
hasrat, dianggap sebagai salah satu dari tiga karya shunga terbaik. Karyanya
menjadi inspirasi yang perting bagi impresionis Eropa seperti Claude Monet.

Katsushika Hokusai umumnya lebih dihargai di kebudayaan


Barat daripada di Jepang. Banyak karya pelukis Jepang yang diimpor
ke Eropa pada abad ke-19 dan dikoleksi artis-artis seperti Claude Monet, Edgar
Degas, dan Henri de Toulouse-Lautrec, yang karya-karyanya menunjukkan
pengaruh dari Jepang.

KARYA

3
Hokusai mempunyai karier yang panjang, namun hanya menghasilkan
kebanyakan karya pentingnya setelah berusia 60 tahun. Karyanya yang paling
terkenal adalah seri ukiyo-e 36 Pemandangan Gunung Fuji (富嶽三十六景;
 Fugaku Sanjūrokkei) yang mengambarkan pemandangan Gunung Fuji dari
berbagai lokasi. Seri lukisan 36 Pemandangan Gunung Fuji terdiri dari 46 lukisan
yang dihasilkan antara tahun 1826-1833. Pada awalnya seri lukisan ini hanya
terdiri dari 36 lukisan, tetapi begitu terkenal hingga Hokusai perlu menambah lagi
dengan 10 lukisan.

Karya terbesar Hokusai yang berjudul Hokusai Manga (北斎漫画) terdiri dari 15


jilid, berisi sketsa-sketsa yang inventif dan diterbitkan sejak 1814. Gaya
karikaturnya sering dianggap sebagai perintis manga modern.

Ukiyo-e ( 浮 世 絵 ?) adalah sebutan untuk teknik cukil kayu yang


berkembang di Jepang pada zaman Edo yang digunakan untuk
menggandakan lukisanpemandangan, keadaan alam dan kehidupan sehari-hari di
dalam masyarakat. Dalam bahasa Jepang, "ukiyo" berarti "zaman sekarang,"
sedangkan "e" berarti gambar atau lukisan.

Istilah ukiyo-e sekarang semata-mata digunakan untuk lukisan berwarna-


warni (nishiki-e) yang dihasilkan teknik cukil kayu (woodprinting), tetapi
sebenarnya pada zaman dulu istilah ukiyo-e juga digunakan untuk lukisan asli
yang digambar dengan menggunakan kuas.

Pada awalnya, ukiyo-e adalah lukisan tentang "ukiyo" (keadaan zaman) seperti
kehidupan sehari-hari, gaya busana, dan sebagainya.

Pelukis ukiyo-e dibagi menjadi dua aliran utama, yakni aliran Kanō dan aliran


Tosa. Aliran Kanō sebenarnya sudah dimulai sejak zaman Muromachi, sedangkan
aliran Tosa berakar pada aliran Kasuga yang sudah dimulai sejak zaman Heian.
Pelukis yang diusir dari aliran Kanō kemudian banyak yang bergabung dengan
aliran Tosa.

Periode awal :

4
Periode awal ukiyo-e berlangsung sejak Kebakaran besar zaman
Meireki sampai zaman Hōreki. Bentuk awal ukiyo-e adalah lukisan asli yang
digambar dengan menggunakan kuas serta lukisan hasil reproduksi teknik cukil
kayu dengan tinta satu warna (hitam).

Di pertengahan hingga akhir abad ke-17, seniman yang menggambar lukisan asli


untuk teknik cukil kayu disebut Hanshita-eshi (版下絵師 pelukis
sketsa?). Hishikawa Moronobu adalah salah satu pelukis sketsa terkenal zaman itu
yang membuat buku bergambar dan ilustrasi untuk buku Ukiyo-zōshi. Salah satu
karya Hishikawa Moronobu yang sangat terkenal berjudul Mikaeri Bijin-zu (見返
り美人図?, Wanita Cantik Menoleh ke Belakang).

Istilah "ukiyo-e" pertama kali disebut dalam buku Kōshoku Ichidai


Otoko (terbitan tahun 1682) yang ditulis Ihara Saikaku. Di dalam cerita
dikisahkan tentang kipas lipat bertulang dua belas yang berhiaskan ukiyo-e.

Ukiyo-e yang tadinya merupakan lukisan hitam-putih menjadi berwarna-warni


berkat kreasi pelukis ukiyo-e asal Osaka bernama Torii Kiyonobu. Warna yang
dipakai umumnya adalah tinta merah dalam berbagai nuansa. Lukisan yang
menggunakan warna merah-oranye seperti warna bangunan Torii disebut Tan-e.
Lukisan dengan tinta merah tua disebut Beni-e, sedangkan Beni-e dengan
tambahan 2 atau 3 warna lain disebut Benizuri-e.

Periode pertengahan :

Periode pertengahan ditandai dengan kelahiran Nishiki-e sekitar tahun 2


zaman Meiwa hingga tahun 3 zaman Bunka.

Pada tahun 1765, kalender bergambar yang disebut E-goyomi populer di kalangan


penyair haiku di Edo, sampai-sampai sempat diadakan pertemuan untuk tukar
menukar kalender bergambar. Pelukis ukiyo-e Suzuki Harunobu mengantisipasi
minat masyarakat dengan membuat ukiyo-e menggunakan tinta beraneka warna.
Seni ukiyo-e mencapai zaman keemasan berkat teknik cetak warna ukiyoe
secara full-color.

5
Percetakan multi warna dimungkinkan berkat ditemukannya cara membuat batas-
batas (kento) pada objek lukisan yang memudahkan pewarnaan lukisan secara
berulang kali dan tersedianya kertas washi berkualitas tinggi yang tahan melewati
proses pewarnaan yang tumpang tindih. Ukiyo-e banyak menggunakan kertas
washi bermerek dari provinsi Echizendan Iyo yang menggunakan bahan baku dari
tanaman perdu yang disebut Kōzo (Broussonetia kazinoki). Sesuai dengan
perkembangan zaman, pembuatan ukiyo-e juga mulai melibatkan beberapa orang
seniman dengan bidang yang sangat terspesialiasi, seperti pelukis yang hanya
menggambar sketsa, seniman pencungkil kayu, dan seniman yang memberi warna
pada lukisan.

Di zaman Anei, ukiyo-e yang menggambarkan wanita secara realistik (Bijinga)


karya Kitao Shigemasa menjadi sangat populer. Katsukawa Shunshō menggambar
lukisan potret aktor kabuki terkenal (Yakusha-e) hingga sangat mirip dengan
aslinya.

Pelukis ukiyo-e bernama Kitagawa Utamaro melahirkan banyak sekali karya-


karya berupa Bijinga dan Ōkubi-e (lukisan potret setengah badan aktor dan wanita
cantik) yang terkenal sangat mendetil dan digambar dengan elegan.

Pada tahun 2 zaman Kansei pemerintah mengeluarkan peraturan tentang bahan


cetak yang membatasi peredaran bahan-bahan cetak di kalangan masyarakat.

Pada tahun 7 zaman Kansei, setelah seluruh harta benda yang dimiliki disita
pemerintah, penerbit ukiyo-e bernama Tsutaya Jūzaburō berusaha bangkit
kembali. Tsutaya Jūzaburō mengumpulkan uang dengan cara menjual lukisan
ukiyo-e karya Tōshūsai Sharaku. Lukisan karya Tōshūsai Sharaku menjadi sangat
terkenal berkat pose aktor kabuki yang selalu digambar berlebih-lebihan walaupun
lukisannya sendiri kurang laku. Kumpulan lukisan aktor kabuki karya Utagawa
Toyokuni yang dikenal sebagai Yakusha Butai Sugata-e (役者舞台姿絵?, lukisan
potret aktor di atas panggung) justru lebih laku. Murid-murid Utagawa Toyokuni
kemudian mendirikan aliran Utagawa yang merupakan aliran terbesar dalam seni
ukiyo-e.

Periode lanjut :

6
Periode lanjut ukiyo-e menunjuk pada masa sekitar tahun 4
zaman Bunkahingga tahun 5 zaman Ansei. Setelah Kitagawa Utamaro tutup usia,
lukisan wanita cantik (Bijinga) makin digambar secara lebih erotis seperti terlihat
dalam karya-karya Keisai Eisen.

Murid Katsukawa Shunshō yang bernama Katsushika Hokusai membuat


kumpulan lukisan yang dikenal sebagai 36 Pemandangan Gunung Fuji. Kumpulan
lukisan Hokusai dibuat untuk mengikuti tren orang Jepang yang mulai senang
bepergian di dalam negeri. Utagawa Hiroshige mengikuti kesuksesan Hokusai
dengan kumpulan lukisan yang dikenal sebagai Tōkaidō gojūsan-tsugi (東海道五
十三次 53 Pemberhentian di Tōkaidō?). Karya Hokusai dan Hiroshige dikenal
sebagai genre Meisho-e (lukisan tempat terkenal) atau Fūkeiga (lukisan
pemandangan).

Lukisan potret aktor kabuki yang tergolong dalam genre Yakusha-e tetap
diteruskan Utagawa Kunisada yang merupakan murid Utagawa Toyokuni. Karya
Utagawa Kunisada justru makin mempertegas ciri khas genre Yakusha-e berupa
garis-garis keras dan dinamis yang dirintis sang guru.

Bersamaan dengan kepopuleran Kusazōshi (buku bergambar dengan cerita


memakai aksara hiragana) lahir karya-karya ukiyo-e genre Musha-e yang
menggambarkan tokoh-tokoh samurai, seperti terlihat dalam lukisan
karya Utagawa Kuniyoshi. Ilustrasi tokoh-tokoh kisah Batas Air yang digambar
Utagawa Kuniyoshi menjadi sangat populer, bahkan sampai membuat orang
Jepang keranjingan cerita Batas Air.

Periode akhir :

Periode akhir ukiyo-e menunjuk pada masa sekitar tahun 6 zaman Ansei sampai


tahun 45 zaman Meiji.

7
Lukisan ukiyo-e yang populer pada masa ini adalah genre lukisan orang asing
yang disebut Yokohama-e, karena orang Jepang menaruh minat pada budaya
asing yang dibawa oleh Kapal Hitam.

Akibat kekacauan yang ditimbulkan Restorasi Meiji, lukisan ukiyo-e mulai


banyak yang mengetengahkan tema-tema lukisan kabuki yang mengumbar
brutalisme dan lukisan makhluk "aneh tetapi nyata." Tsukioka Yoshitoshi yang
merupakan murid Utagawa Kuniyoshi dan Ochiai Yoshiiku membuat kumpulan
lukisan berjudul 28 Pembunuhan Terkenal dan Prosa (英名二十八衆句 Eimei
nijūhachi shūku?). Kumpulan lukisan bertema sadis berlumuran darah seperti ini
digolongkan ke dalam genre Muzan-e.

Kawanabe Kyōsai dari aliran Kanō juga banyak melahirkan karya-karya


legendaris pada masa ini.

Genre baru ukiyo-e yang disebut Kōsenga dimulai Kobayashi Kiyochika dengan


ciri khas objek lukisan yang digambar tanpa garis tepi (outline).

Lukisan ukiyo-e untuk anak-anak seperti yang dibuat Utagawa


Yoshifuji digolongkan ke dalam genre Omocha-e. Gambar hasil penggandaan bisa
digunakan anak-anak untuk bermain, seperti lembaran permainan yang sekarang
sering menjadi bonus majalah anak-anak. Utagawa Yoshifuji begitu
mengkhususkan diri pada genre Omocha-e, sehingga mendapat julukan "Omocha
Yoshifuji" (Yoshifuji ahli mainan).

Kepopuleran ukiyo-e akhirnya memudar akibat berkembangnya fotografi dan


teknik percetakan. Pelukis ukiyo-e berusaha segala macam cara untuk bertahan
dari kemajuan teknologi tetapi gagal.

Tsukioka Yoshitoshi dikenal sebagai grandmaster terakhir ukiyo-e. Karya-


karyanya sangat bergaya Barat dan bersentuhan halus. Dari tangannya lahir karya-
karya seperti surat kabar ukiyo-e (nishiki-e shimbun), lukisan bertema sejarah
(rekishiga), dan lukisan bertema erotis (fūzokuga). Prihatin dengan kemunduran
ukiyo-e, murid-muridnya disuruh untuk belajar hal-hal lain selain ukiyo-e. Salah

8
seorang murid Yoshitoshi yang bernama Kaburaki Kiyokata berhasil menjadi
pelukis Jepang yang sangat terkenal.

Shunga

Shunga ( 春 画 ?) adalah sebuah istilah Jepang untuk seni erotis. Shunga


merupakan karya seni lukis bergaya ukiyo-e yang menggunakan metode printing
kuno, dengan papan kayu sebagai plat cetakan. Biasanya menampilkan adegan
percintaan lelaki dan perempuan, perempuan dan perempuan, lelaki dewasa
dengan lelaki dewasa, atau lelaki dewasa dengan pemuda. Shunga merupakan
istilah Jepang yang merujuk pada “gambar erotis”. Secara harfiah shunga berarti
“gambar musim semi” sementara “musim semi” sendiri dalam bahasa Jepang
merupakan eufemisme dari seks.

Manga ( 漫 画  )  merupakan komik yang dibuat di Jepang, kata tersebut


digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan
gaya yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke-19. Kata tersebut memiliki
prasejarah yang panjang dan sangat rumit di awal Kesenian Jepang. Mangaka (漫
画家) adalah orang yang menggambar manga.

Di Jepang, orang dari segala usia membaca manga. Media mencakup karya dalam
berbagai genre: aksi-petualangan, asmara, olahraga dan permainan, sejarah drama,
komedi, fiksi ilmiah dan fantasi, misteri, detektif, horor, seksualitas, dan bisnis /
perdagangan, dan lain-lain.. Sejak 1950-an, manga telah terus menjadi bagian
utama dari industri penerbitan Jepang, mewakili pasar ¥406 miliar di Jepang pada
tahun 2007 (sekitar $3.6 miliar) dan ¥420 miliar ($5.5 miliar) pada tahun
2009. Manga juga telah mendapatkan pembaca di seluruh dunia yang
signifikan. Di Eropa dan Timur Tengah pasar manga bernilai $250 juta. Pada
tahun 2008, di Amerika Serikat dan Kanada, pasar manga senilai $ 175 juta. Pasar
di Perancis dan Amerika Serikat memang sama. Cerita manga biasanya dicetak
dalam hitam putih, meskipun beberapa manga penuh warna sudah ada
(contoh Colorful). Di Jepang, manga biasanya serial di majalah manga besar,
sering mengandung banyak cerita, masing-masing disajikan dalam satu episode
kemudian dilanjutkan dalam edisi berikutnya.Jika seri berhasil, bab dikumpulkan
dan dapat dipublikasikan ulang pada buku paperback yang biasa disebut tankōbon.

9
Seorang seniman manga biasanya bekerja dengan beberapa asisten di sebuah
studio kecil dan berhubungan dengan editor kreatif dari perusahaan penerbitan
komersial. Jika seri manga cukup populer, mungkin dianimasikan setelah atau
bahkan disaat manga sedang berjalan. Terkadang manga terpusat pada dahulu
sebelumnya yang terdapat aksi langsung atau film animasi.

Istilah manga (kanji: 漫 画 ; hiragana: ま ん が ; katakana: マ ン ガ ;  adalah


kata dalam bahasa Jepang yang merujuk terhadap keduanya, baik untuk komik
dan kartunis. "Manga" sebagai istilah yang digunakan di luar Jepang merujuk
secara khusus untuk komik aslinya yang diterbitkan di Jepang.

Komik Manga dipengaruhi, dari karya-karya asli, yang ada juga di bagian
negara lain, khususnya di China, Hong Kong, dan Taiwan ("manhua"), dan Korea
Selatan ("manhwa"). Di Perancis, "la nouvelle manga" telah dikembangkan
sebagai bentuk bande dessinée komik digambar dalam gaya yang dipengaruhi
oleh manga. Ada juga OEL manga di Amerika juga.

36 Pemandangan Gunung Fuji (富嶽三十六景) adalah karya yang


dibuat dengan teknik cukil kayu oleh Katsushika Hokusai antara

10
tahun 1826 dan 1833. Karya ini menampilkan Gunung Fuji dalam berbagai
musim dan kondisi cuaca serta dari berbagai tempat dan jarak.

11
12
13
Great Wave of Kanagawa

a phoenix

Bluebells and Dragonflies Flock of Chickens

14
Erotic (1820) love making scene

John ward knock lessons

street suspension bridge at mount gyodo

Home Tenji Tenno

Koi crest Landscape

15
Mount Fuji seen in ocean

Paying Debt to Nature with a Death as Obscure

Plum Blossom and the Moon Shrike and Bluebird

16
Scholten self portrait as a fisherman

Pengaruh karya Katsushika Hokusae terhadap karya impresionisme Eropa:

1888 Vincent van Gogh menemukan di Arles, Perancis Selatan sebuah


karya lukisan pada kayu yang dibuat seniman Jepang Katsushika Hokusai, dan
mulai terinspirasi. Karya lukisan kayu Hokusai yang berjudul "Gelombang Besar
di dekat Pantai Kanagawa" (sekitar 1831), juga dipertunjukkan di pameran
"Inspirasi Jepang" di museum Folkwang, Essen.

 van Gogh, Monet dan Gauguin 

Edouard Manet, Edgar Degas dan Claude Monet kumpulkan karya


Katsushika Hokusai, Utagawa Hiroshige dan Kitagawa Utamaro. Van Gogh
bahkan menjual karya lukisan kayu Jepang, dan adakan pameran di sebuah kafe di
Paris, "Le Tambourin" pada tahun 1887. Ukiyo, yang artinya "gambar dari dunia
yang mengalir", sangat disukai seniman Jepang. Ini jadi inspirasi karya Gustave
Courbet, "Gelombang" (1869).

Orientalisme Yang Memukau

Fokus pameran adalah masa antara 1860 dan 1910, awal dan masa puncak
penyerapan inspirasi dari karya seniman Jepang di Perancis. Karya Van Gogh
"Perahu Sungai Rhone" diciptakan di fase ini, setelah mempelajari karya
Katsushika Hokusai berupa lukisan pada kayu.

17
Terpukau dengan Lukisan Kayu

Lukisan kayu dari Jepang asing dan memukau bagi pelukis pada akhir
abad ke-19. Pameran menunjukkan, bagaimana pelukis aliran Impresionis
terinspirasi estetika dari Jepang. Karya berjudul Pierre Bonnard ini dibuat dengan
teknik lukisan pada kayu dari Jepang. Untuk membuat lukisan ini, Bonnard perlu
tiga tahun (1894/1897).

Bukan Hanya Tiruan

Dengan lukisan minyaknya, "Perempuan dari Arles," (1888) Paul Gauguin


juga terinspirasi seni dari Jepang. Para seniman Eropa tidak hanya meniru gaya
dan motif, melainkan juga prinsip komposisi seni lukis Jepang. Sehingga mereka,
misalnya menekankan segi dekoratif.

"Japonism" Berpengaruh Luas

Selama dua ratus tahun Jepang menutup diri dari dunia luar. Akibat
tekanan AS, Jepang akhirnya membuka diri 1853 dan berbisnis dengan AS, dan
kemudian dengan Eropa. Setelah tahun 1860 semakin banyak karya lukis kayu,

18
keramik dan kipas berdatangan dari Jepang ke Barat. Fenomena ini disebut
"Japonism."

Benda Seni dan Yang Untuk Digunakan

Kekaguman seniman Perancis bagi karya seni Jepang tampak dalam


banyak hal. Misalnya, mereka menampilkan gambar benda dari Jepang di karya
mereka. Karya Gauguin yang berjudul "Kucing Kecil pada Kunci" (1888)
berbentuk seperti kipas dari Jepang.

\\\\\\\\\\\\\\\\

S,

19

Anda mungkin juga menyukai