Anda di halaman 1dari 14

BUDAYA TRADISI SANDUR BOJONEGORO DALAM EKSPRESI

BATIK TULIS

ARTIKEL

OLEH
AINUN MAGHFIROH
NIM 150251603877

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SENI RUPA
JULI 2019
HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Nama : Ainun Maghfiroh


NIM : 150251603877
Prodi/Jurusan : S1 Pendidikan Seni Rupa/ Seni dan Desain

Telah menyelesaikan artikel ilmiah dengan judul “Budaya Tradisi Sandur


Bojonegoro dalam Ekspresi Batik Tulis”.

Malang, 16 Juli 2019


Pencipta

Ainun Maghfiroh
NIM 150251603877

Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ponimin, M.Hum. Lisa Sidyawati, S.Pd., M.Pd


NIP. 19650202 199412 1 001 NIP. 19880706 201504 2 001
BUDAYA TRADISI SANDUR BOJONEGORO DALAM EKSPRESI
BATIK TULIS

Ainun Maghfiroh
Dr. Ponimin, M.Hum., Lisa Sidyawati, S.Pd., M.Pd
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5, Malang, kode pos: 65145
Email: afhy.ainun.98@gmail.com

Abstrak: Sandur merupakan sebuah seni pertunjukkan tradisi yang sudah lama
berkembang di Bojonegoro dan membudaya hingga hari ini. Istilah sandur berasal dari
istilah jawa sanepane dunyo lan urip, sanepa yang berarti kiasan, gambaran, atau
perumpamaan; dunyo lan urip berarti dunia dan kehidupan, jika digabung bisa disimpulkan
bahwa istilah sandur adalah gambaran kehidupan manusia di dunia. Secara spiritual sandur
memiliki nilai sarat akan makna khususnya pada proses Nggundhisi dan juga tembang-
tembangnya yang mengiringi. Hal ini memicu imajinasi penulis selaku pencipta untuk
menciptakan karya batik dan menjadikan budaya sandur sebagai inspirasi karena memiliki
nilai filosofi yang cenderung sama.
Dalam konteks metodologis, pencipta menggunakan tahap-tahap proses
penciptaan meliputi eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Pada tahap eksplorasi
pencipta mengkaji lebih dalam tentang sumber ide yang mendasari penciptaan ini yaitu seni
pertunjukkan tradisi sandur Bojonegoro, baik dari segi histori, nilai filosofi, tokoh-tokoh
dengan karakter-karakter khasnya, arena pertunjukkan, tahap-tahap jalannya pertunjukkan
hingga tembang-tembang pengiringnya baik secara visual maupun data-data valid yang
diperoleh dari studi lapangan hingga studi pustaka. Tahap selanjutnya pencipta melakukan
eksplorasi teknik dan bahan hingga pada akhirnya pencipta memutuskan untuk memilih
kain mori jenis Primisima sebagai media, kemudian bahan warna Remasol dan Napthol
yang diaplikasikan dengan perpaduan metode colet dan celup, dan yang terpenting adalah
pemilihan canting dengan ukuran tertentu dan kuas untuk dipadukan dalam goresan malam
batik untuk merintangi warna pada kain.
Pada hasil penciptaan yang berjumlah enam karya batik ekspresi yang dihasilkan
pencipta dengan media kain dalam proses penciptaan ini, penulis mengulas dengan
berdasarkan empat aspek yaitu aspek visual estetik, aspek proses, aspek fungsi, dan aspek
nilai. Sehingga semua aspek ini penting untuk mendukung penciptaan batik dalam bentuk
Fine Art atau ekspresi.
Dengan adanya penciptaan yang bersumber ide Budaya Tradisi Sandur Kabupaten
Bojonegoro ini diharapkan memberikan edukasi kepada pembaca baik mengenai budaya
tradisi pertunjukkan di Jawa Timur khususnya Bojonegoro maupun mengenai seni batik
serta mendorong eksistensi budaya tradisi lokal di Indonesia sehingga dapat memberikan
nilai-nilai kepada masyarakat terutama generasi milenial untuk tetap menghargai dan lebih
mengenal budaya kearifan lokal serta memberikan motivasi untuk ikut melestarikan
kebudayaan tersebut demi generasi yang akan mendatang.
Kata Kunci: Sandur Bojonegoro, penciptaan, seni batik

Abstract: Sandur is kind of art performance tradition that had existed in


Bojonegoro long time ago until present. Sandur comes from java’a terminology sanepane
dunyo lan urip, sanepa means a figurative, description, or analogy, dunyo lan urip means
the world and life, if we combine those words it become a description about human life in
this world. Spiritually, sandur has a deep meaning especially in Nggundhisi process and
its music. For the reason, it motivates the writer to make batik and sandur as the inspiration
because it has same philosophy value.
For the methodologythe writer used somes step those were, exploration,
designation, and realization. In exploration, the writer learned more about the sources, in
this case was sandur from Bojonegoro, it could be seen from historical valuephilosophy
value, the characters, the stage, the plot, and also the music from visually and valid data
found from observation and based a book. The next step, the writer did exploration
technique and substance. Finally, the writer decided to choose Primisima as the media,
Remasol and Napthol colors which had been applicated with paint and dye method. The
important thing was choosing canting with the certain size and also the brush to block the
material.
As the result, the writer describes this artwork based on four aspects: visual
aesthetic aspect, process aspect, function aspect and value aspect. Therefore, all those
aspect are important to support this batik artwork in Fine Art or expression.
In conclusion, it hopes to the reader to give education learning about the tradition
art performance in East java especially Bojonegoro. Besides it can support the existence
of local tradition in Indonesia. Furthermore , it can motivate the young generation keeping
the tradition for the future generation.

Keywords: Sandur Bojonegoro, artwork, batik art

Sandur merupakan sebuah dan ‘Dhur’’ yang berarti semalam


seni pertunjukkan tradisi yang sudah suntuk kemudian Beksan yang berarti
lama berkembang di berbagai daerah tarian dan mundur yaitu mundur
yang ada di Jawa Timur khususnya di dengan gerak maju mudur dalam
Bojonegoro. Sandur menceritakan pertunjukkan, istilah-istilah tersebut
budaya agraris pada masyarakat dibuat masyarakat dengan tujuan
Bojonegoro yang mengandung pesan menguatkan sandur agar tetap
moral untuk generasi muda agar melekat pada kehidupan masyarakat
berjuang keras untuk mencapai tujuan dalam perkembangannya.
tertentu serta mengiringi usaha Pada mulanya Sandur
dengan tawakal kepada Tuhan dan merupakan sebuah permainan anak-
tidak lupa bersyukur setelah anak kemudian berkembang kepada
mencapai tujuan tersebut. Sandur produk yang bertumpu pada ritual.
merupakan produk budaya yang Kemudian berkembang menjadi
memiliki banyak fungsi, diantaranya sebuah tradisi di kehidupan
fungsi ritual, komunikasi antar masyarakat pedesaan kabupaten
masyarakat, hingga hiburan. Bojonegoro. Pada zaman dahulu
Istilah Sandur berasal dari cerita dalam tradisi sandur dibawakan
istilah jawa sanepane dunyo lan urip, dengan mengusung tema masyarakat
sanepa yang berarti kiasan, agraris atau menggambarkan
gambaran, atau perumpamaan; dunyo masyarakat petani karena selain
lan urip berarti dunia dan kehidupan, digelar setelah masa panen cerita ini
jika digabung bisa disimpulkan diambil dari cerita masyarakat itu
bahwa istilah sandur adalah sendiri dalam bertani atau mengolah
gambaran kehidupan manusia di tanah persawahan. Budaya tradisi ini
dunia. Istilah-istilah lain yang telah mengandung pesan moral untuk
disebutkan dalam penelitian penonton agar berjuang keras untuk
sebelumnya seperti kata sandur yang mencapai tujuan tertentu serta
diartikan ‘Isan’ yang berarti panen mengiringi usaha dengan tawakal
kepada Tuhan dan tidak lupa saat proses nggundhisi untuk
bersyukur setelah mencapai tujuan mengundang dewa agar menyusup
tersebut pada roh-roh dari tokoh permainan
Pertunjukkan sandur dibagi sandur. Kemudian saat peradaban
menjadi tiga bagian, yaitu pembuka Islam masuk pada awal pembukaan
meliputi tari jaranan, tembang- sandur dilantunkan tembang
tembang pembuka, dan nggundhisi, bismillahirahmanirahim dan salam
kemudian inti dari pertunjukkan yang awalnya berbunyi “Sluman
cerita inti yang dimainkan oleh Slumun Slamet” di pertunjukkan
kelima tokoh, yakni Pethak, Cawik, sandur akhirnya dibunyikan
Balong, Tangsil, dan Germo “Assalamualaikumsalam” .
(Paugeran Limo) dan sebagai Perjalanan Sandur di
penutup dilakukan atraksi Bojonegoro sampai sekarang masih
kalongking. Tari Jaranan yang dilestarikan dan dikembangkan di
dibawakan dua atau tiga perempuan Sanggar Sayap Jendela di desa Ledok
sebelum masuk pada inti Kulon Kabupaten Bojonegoro.
pertunjukkan, biasanya tari Jaranan Perjalanan sandur yang sudah lama
ditampilkan sesudah dilantunkan akan berlalu begitu saja jika tidak ada
soran-soran atau lagu-lagu dari karya seni sebagai artefak atau wujud
panjhak hore atau grup iringan musik bendawi untuk mengabadikan
Sandur. Tari jaranan dalam permainan tersebut. Koentjaraningrat
masyarakat jawa masih menjadi (1980:193) mengatakan bahwa wujud
identitas budaya agraris, dan isi kebudayaan sedikitnya ada
penghormatan terhadap mitologi dewi tiga wujud yaitu ide, aktivitas dan
padi yaitu Dewi Sri lambang “tanah” artefak. Ketiga hal ini merupakan
dan “kesuburan”, dan juga binatang sistem-sistem yang sangat erat
pelindung (totemistik) seperti kuda, kaitannya satu sama lain, sehingga hal
lembu, atau kerbau (Hidajat, ini memberikan gambaran bahwa
2008:115) kebudayaan merupakan interaksi
Menurut Djagat Pramudjito timbal-balik di antara sistem-sistem
(Wawancara, 2019), hal yang dalam wujud kebudayaan tersebut,
menarik dari sandur adalah yaitu hubungan antara ide, aktivitas,
sandurnya itu sendiri, karena bisa dan artefak dari karya yang dihasilkan
berkembang dengan fleksibel dan oleh masyarakat. Pembuatan karya
menerima perubahan zaman. Sandur seni dalam wujud lain yang
sendiri sudah ada dan berkembang bersumber dari sandur akan
sejak kepercayaan Hindu Budha menyampaikan nilai-nilai kepada
belum masuk, saat nenek moyang kita semua masyarakat, tidak hanya
masih memiliki kepercayaan kepada masyarakat yang melihat
Animisme dan Dinamisme. Bukti permainan sandur secara langsung
bahwa sandur telah ada dari zaman namun juga pada masyarakat yang
dulu adalah tembang-tembang dari menjadi penghayat dari karya seni /
selalu berubah mengikuti peradaban, artefak lain yang bersumber pada
saat zaman Hindu Budha sandur pertunjukkan atau permainan sandur
menggunakan tembang ilir gantung tersebut. Kemudian karya-karya seni
yang berbunyi “Ilir gantung menyan dalam bentuk lain yang menjadi
madu ngundang dewa,raneng dewa artefak dari sandur juga akan
widodari tumurun neng otobroto”
membuktikan adanya perkembangan mengerti nilai-nilai falsafah yang
kebudayaan itu sendiri. terkandung dalam kebudayaan
Penelitian ini dilakukan peneliti tersebut. Untuk dapat dipahami oleh
karena terdorong oleh kegelisahan penghayat dibutuhkan konsep dan ide
pribadi yaitu belum adanya wujud yang matang sebagai acuan dalam
karya seni sandur yang diwujudkan proses merancang dan mewujudkan
dalam goresan batik mendorong suatu karya seni. Karya seni apapun
peneliti yang mendalami minor batik jenis dan bentuknya adalah jabaran
di jurusan Seni Desain Universitas dan pernyataan dari ungkapan rasa
Negeri Malang untuk membuat batik dengan muatan keindahan bagi
ekspresi yang bersumber ide Budaya penghayatnya. Diwujudkan dalam
sandur Bojonegoro. Menurut bentuk yang teraga; dapat dilihat,
Soegeng (1988:50) Seni sebagai dirasakan, diraba, dinikmati, hingga
bentuk aktivitas kebendaan (materiil) menghantar pengayaan batin manusia
memang tidak akan tumbuh dan (Toekio, 1988:93). Jika komponen-
berkembang tanpa didukung oleh komponen tersebut didapatkan dalam
aktivitas nir benda (immaterial), suatu karya seni, maka karya tersebut
keduanya bagai sekeping mata uang akan dipahami oleh penghayat.
logam yang kedua sisinya memiliki Dalam konteks metodologis, tahapan
makna yang sepanjang proses penciptaan karya seni menurut SP.
terjadinya pertimbangan sangat sulit Gustami terdapat tiga tahap
untuk mencapai harmoni, berbobot, penciptaan kriya seni, yaitu
dan membangkitkan apresiasi dari eksplorasi, perancangan, dan
penghayat. Pewujudan batik ekspresi perwujudan.
dengan bersumber kebudayaan tradisi Proses penciptaan karya batik
ini diharapkan akan memberikan ini melewati tahap-tahap yang
edukasi kepada pembaca baik secara diuraikan dalam uraian berikut ini.
nilai filosofis budaya tradisi sandur 1. Eksplorasi
Bojonegoro maupun nilai filosofis Kegiatan eksplorasi dilakukan
pada batik. Kemudian harapan peneliti dengan mencari data tentang
lainnya penciptaan batik ini bisa ide penciptaan yaitu budaya tradisi
mendorong eksistensi sandur dan Sandur Bojonegoro secara bentuk
perkembangan batik serta fisik maupun nilai-nilai yang
meningkatkan apresiasi pada dikandungnya, sehinga dalam tahap
kalangan masyarakat luas dari anak ini bisa menjadi pedoman untuk
milenial, masyarakat lokal jawa proses penciptaan karya seni ini.
timur, nasional, hingga internasional. Adapun tahap eksplorasi yang
dilakukan peneliti yaitu sebagai
METODE PENCIPTAAN berikut.
Batik ekspresi yang a. Pengamatan secara visual seni
diwujudkan dalam penciptaan ini pertunjukkan Sandur yang
memiliki tujuan edukasi untuk semua menjadi budaya tradisi di
kalangan dari ide, konsep, serta nilai Bojonegoro untuk menambah
yang dituangkan dalam karya seni pengalaman estetik yang akan
tersebut. Masyarakat dari segala usia dituangkan dalam karya seni.
dan kalangan pentingnya Dalam hal ini peneliti melihat
melestarikan budaya lokal sebagai kesenian Sandur yang
warisan nenek moyang, serta menceritakan tentang masyarakat
Bojonegoro dari segi bentuk yang diinginkan oleh peneliti atau
pertunjukkan, tokoh-tokoh Sandur pencipta.
dan perannya dalam permainan, 3. Perwujudan
serta nilai-nilai yang disampaikan Pada proses penciptaan
lewat permainan tersebut. penting dilakukan pembuatan
b. Pengumpulan informasi melalui beberapa gambar sketsa alternatif
studi pustaka dan studi lapangan di sehingga dipilih yang akan
Sanggar Sayap Jendela untuk diwujudkan dalam karya batik
mendapatkan pengetahuan serta sebagai ekspresi dengan teknik batik
penguatan rasa untuk menyusun tulis dengan proses pewarnaan
konsep penciptaan karya seni batik sedemikian rupa, hal tersebut melalui
sebagai ekspresi mengenai budaya proses stilasi dan dekorasi bentuk
Sandur. Bagi peneliti sekaligus yang bersumber pada budaya tradisi
pencipta menyampaikan nilai Sandur Bojonegoro dari aspek
lewat karya dibutuhkan wawasan pertunjukkan maupun nilai-nilai yang
mendalam mengenai budaya disampaikan lewat budaya tersebut.
tradisi Sandur melalui bacaan Tahap selanjutnya yang dilakukan
penelitian sebelumnya maupun oleh peneliti sekaligus pencipta yaitu
sumber-sumber buku serta pembuatan karya seni yang dilakukan
wawancara dan observasi dengan tradisional atau manual.
langsung ke lapangan dalam kurun Mulai dari memola atau
waktu tertentu. memindahkan desain pada kain
c. Mengembangkan imajinasi yang hingga proses pelorodan malam
bersumber dari pengalaman estetik sebagai proses terakhir dari
dan artistic untuk mendapatkan pembuatan karya. Media bahan yang
ide-ide kreatif tentang budaya digunakan dalam karya ini adalah
tradisi Sandur Bojonegoro sebagai kain mori serta pewarna sintetis
sumber ide penciptaan karya yang Remasol.
akan dibuat, sehingga konsep
pewujudan dari karya batik PROSES DAN HASIL
sebagai ekspresi ini orisinil dan PENCIPTAAN
satu-satunya ide dalam penciptaan 1. Pendalaman Sumber Ide dan
karya batik. Membangun Konsep Bentuk
2. Perancangan Karya
Dalam mengembangkan Penciptaan batik ekspresi
imajinasi pencipta menghasilkan pada skripsi ini diawali dengan
beberapa gambar sketsa alternatif kegelisahan penulis kemudian
yang akan melalui proses pemilihan, dilakukan penggalian fokus masalah
dan beberapa akan menjadi sketsa yang akan dijadikan sebagai sumber
terpilih. Visual yang diwujudkan ide dari penciptaan ini. Dari sumber
dalam sketsa-sketsa terpilihlah yang tersebut kemudian pencipta
akan diwujudkan menjadi karya melakukan kajian konsep karya dan
sesungguhnya. Sebelum proses dilanjutkan dengan penentuan objek
pewujudan karya sesungguhnya, dan subjek karya dari penciptaan ini.
peneliti akan melakukan eksperimen 2. Proses Realisasi Ide Penciptaan
atau modeling untuk eksplorasi alat Merealisasi atau mewujudkan
dan bahan, sehingga didapatkan hasil karya seni merupakan suatu proses
yang dilalui oleh penulis dengan
mengaplikasikan konsep dan ide garis yang dihasilkan canting agar
penciptaan dalam wujud karya seni. bisa menciptakan visual pada karya
Tahap selanjutnya adalah tahap yang batik yang dihasilkan, terutama pada
penting yaitu proses membuat sketsa detail-detail pada visual utama,
karya meliputi penggambaran objek pendukung, serta isen-isen seperti
serta subjek pendukung. Di tahap ini cecekan, visual jajan pasar, visual
pencipta membuat sketsa dengan janur kuning, dan visual tokoh-tokoh
menggambar manual bagian demi pada sandur.
bagian kemudian di scan dan disusun d. Eksplorasi Bahan
secara digital. Dibutuhkan beberapa Eksplorasi bahan warna yang
hal dalam melakukan proses realisasi dilakukan pencipta pada penciptaan
ide penciptaan menjadi sebuah karya, ini menghasilkan beberapa hasil yang
yaitu persiapan alat dan bahan, berbeda. Dengan mempertimbangkan
eksplorasi visual dan serta teknik hasil visual serta proses pengerjaan
dalam batik yang meliputi akhirnya pencipta memilih hasil
pencantingan dan pewarnaan, eksplorasi yang menggunakan
kemudian eksplorasi bahan, proses Remasol dan Napthol untuk
pembuatan sketsa karya batik, serta diterapkan pada karya yang
proses aktualiasi atau mewujudkan sebenarnya. Alasan pencipta memilih
sketsa mejadi karya batik. hasil eksplorasi ini adalah hasil visual
a. Alat dan Bahan Batik yang dihasilkan sangat mendukung
Alat dan bahan batik yang konsep penciptaan yaitu suasana
diperlukan oleh pencipta dalam sakral dalam pertunjukkan yang
penciptaan ini antara lain: canting, diwujudkan dengan warna terang
kuas, botol bekas, cuttonbud, lidi, ijuk pada visual utama, pendukung dan
sapu, jarum pentul, ember plastik pengisi kemudian warna gelap dan
kecil dan besar, panci lorod, tali pekat pada warna dasar kain.
raffia, gunting, gawangan, pensil dan e. Sketsa Karya
penghapus, kertas A0, kursi, sarung Setelah visual utama dan
tangan karet, tongkat kayu lorod, visual pendukung sudah disusun
pewarna tekstil, kain, malam batik. secara digital kemudian sketsa batik
b. Eksplorasi Visual secara keseluruhan akan dicetak pada
Eksplorasi visual yang kertas A0 atau dengan ukuran sesuai
dilakukan oleh pencipta meliputi tiga kain.
bagian. Pertama adalah visual utama f. Proses Aktualisasi Karya
kemudian kedua adalah visual Proses pembuatan karya
pendukung atau pelengkap, dan yang merupakan tahap aktualisasi dari
ketiga isen atau pengisi bidang. Untuk sketsa atau desain yang sudah pasti.
visual utama meliputi tokoh-tokoh Dalam proses pembuatan karya batik
serta pemain yang ada dalam ini pencipta akan melewati beberapa
permainan sandur, sedangkan untuk proses diantaranya adalah nyorek atau
visual pendukungnya adalah jajan tracing menggambar pada kain dari
pasar, janur kuning serta visual kertas sketsa, kemudian
pinggiran. pencantingan, pewarnaan tahap awal,
c. Eksplorasi Teknik pengeblokan, pewarnaan tahap akhir,
Eksplorasi teknik ini fiksasi warna, hingga pelorodan.
dilakukan oleh pencipta untuk
memperoleh gambaran tebal tipisnya
3. Hasil Penciptaan Kabut Siwat-Siwut, Ndeg Amun-
a. Karya 1 Amun, Pentheleg Penthelung, Margo
Catur, Purbantoro, dan sampailah di
bumi atau arena permainan Blabar
Janur Kuning. Urutan-urutan tersebut
merupakan tujuh lapisan langit yang
harus dilewati para dewi atau bidadari
untuk menuju arena pertunjukkan
Sandur.
b. Karya 2

Judul : Nggundhisi
Ukuran: 1,15 x 3 m
Media : Batik tulis Remasol Napthol
(teknik colet dan celup) di Kain Mori

Nggundhisi merupakan proses


awal yang dilakukan oleh tokoh
bernama Germo atau Paugeran Limo
sebelum inti pertunjukkan. Tahap ini Judul : Cawik (Penari sindir)
merupakan proses terpenting dari Ukuran: 0,75 x 2 m
keseluruhan pertunjukkan, karena Media : Batik tulis Remasol Napthol
pada proses ini tokoh Germo (teknik colet dan celup) di Kain Mori
memanggil dewi-dewiatau bidadari
yang akan memasuki raga-raga semua Tokoh Cawik ini diperankan
pemain. Isi penggalan wacana dari oleh seorang wanita yang merupakan
Nggundhisi yang disampaikan oleh sindir atau penari Tayub. Kostum
Germo yang menjelaskan turunnya yang digunakan merupakan pakaian
dewi-dewi yaitu “Patang puluh papat seorang penari yang mencitrakan
widodari cancut tali wondo, ndodok keanggunan dan keindahan seorang
selo penangkep (lawang watu) njujug wanita. Karakter dari tokoh ini adalah
tanpo larapan miyak punggowo berwibawa, cantik, halus dan
seban” yang berarti empat puluh disenangi oleh tokoh-tokoh lainnya.
empat bidadari keluar melewati pintu Nilai yang disiratkan dari tokoh ini
besar yang dijaga oleh Buto atau adalah suatu kemuliaan dan
raksasa untuk menuju ke lapisan kebahagiaan di dunia. Maka dari itu
langit yang paling atas yaitu Prepad tokoh ini direbutkan oleh tiga tokoh
Kepanasan untuk berpamitan kepada lain, karena penggambaran tiga tokoh
Yang Berkuasa dan izin untuk turun lain sebagai manusia-manusia di
ke Arcapada atau bumi. Kemudian dunia yang menginginkan kemuliaan
menuju ke Madyo Ganthang atau dan kebahagiaan.
tengah-tengah langit, dilanjutkan
menuju lapisan berikutnya yaitu
c. Karya 3 d. Karya 4

Judul : Wak Tangsil Judul : Balong jejogetan


Ukuran: 0,75 x 2 m Ukuran: 0,75 x 2 m
Media : Batik tulis Remasol Napthol Media : Batik tulis Remasol Napthol
(teknik colet dan celup) di Kain Mori (teknik colet dan celup) di Kain Mori

Tokoh selanjutnya adalah Tokoh selanjutnya adalah


Tangsil, biasa dipanggil Wak Tangsil Balong. Tokoh ini memakai kostum
oleh tokoh-tokoh lain. Kostum khas kuluk, sumping, cinde, serta hiasan
yang dipakai oleh tokoh ini dan tidak yang lain. Tokoh yang diperankan
dipakai tokoh lain adalah jas, dasi, Balong menggambarkan masyarakat
dan topi kompeni. Hal ini kelas bawah yang lemah, bodoh,
memvisualkan bahwa tokoh Tangsil mudah putus asa dan tokoh ini senang
adalah orang yang sudah dewasa, berhura-hura dan menimbulkan
kaya, mapan serta bijaksana. Selain masalah. Tokoh ini biasanya yang
itu tokoh ini dimunculkan dnegan memiliki konflik dengan tokoh
aksesoris khasnya dengan maksud Pethak, karena mereka adalah tokoh
bahwa Bojonegoro telah melewati yang masih muda pada permainan
masa penjajahan oleh kompeni VOC Sandur sebagai pengambaran anak
dan hal tersebut mempengaruhi muda yang masih penuh gairah dan
kepercayaan dan kebudayaan yang semangat dalam mengembara di
ada di Bojonegoro. Peran tokoh kehidupan Balong.
Tangsil pada permainan sandur
adalah tokoh tertua yang selalu
memberi solusi dari masalah-masalah
tokoh lainnya, dan biasanya yang
menengahi atas konflik yang terjadi
antara Pethak dan Balong.
e. Karya 5 f. Karya 6

Judul : Tetembangan
Ukuran: 4 x 1,15 m
Media : Batik tulis Remasol Napthol
(teknik colet dan celup) di Kain Mori

Sebuah rangkain iringan


musik untuk pertunjukkan yang
memiliki nilai yang tinggi. Lirik yang
sangat mencerminkan sebuah iringan
Judul : Pethak golek lemah teater tradisi sandur yaitu “la le lo la”
Ukuran: 0,75 x 2 m atau Lailahailallah yang merupakan
Media : Batik tulis Remasol Napthol suatu kalimat yang mengakui adanya
(teknik colet dan celup) di Kain Mori Tuhan Yang Maha Esa di dalam
kehidupan ini. Lagu iring-iringan
Pethak merupakan istilah sandur banyak memiliki makna yang
jawa yang berarti satuan untuk sarat akan ritual. Misalnya tembang
mengukur tanah. Kisah masyarakat yang berjudul mendung sepayung
yang diangkat dalam permainan dinyanyikan untuk menangkal hujan
Sandur Bojonegoro adalah tentang yang potongan liriknya “Ojo udan
masyarakat agraris yang mengolah bengi iki, udano suk jemah legi” yang
lahan, menanam padi hingga panen. berarti jangan hujan malam mini
Nilai-nilai yang ingin disampaikan hujanlah besok jum’at legi. Dan
kepada masyarakat dari cerita tembang yang tidak berubah dari
tersebut adalah bahwa manusia harus adanya sandur yaitu tembang ilir
bekerja keras untuk mencapai gantu yang dinyanyikan untuk
tujuannya. Tugas Pethak di dalam mengundang para dewa atau bidadari
cerita Sandur adalah mencari lahan untuk turun ke Arcapada atau bumi.
untuk dijadikan lahan pertanian atau Semua lagu-lagu pengiring sandur
lapangan pekerjaan bagi masyarakat merujuk kepada kebesaran Tuhan
agraris. Kostum yang dipakai Pethak yang tidak lepas dari hakekat sandur
hamper sama dengan kostum dari itu sendiri yang berarti sanepane
Balong namun terdapat perbedaan dunyo lan urip atau perumpamaan
pada kuluk pada kostum kedua tokoh dunia dan kehidupan. Kita sebagai
tersebut. Tokoh Pethak adalah manusia hanya sebagian kecil dari
penggambaran masyarakat kelas ciptaan Tuhan yang begitu besar di
bawah yang memiliki karakter alam semesta ini.
pekerja keras, lugu, ulet dan keras 4. Penyajian Karya
dalam pendiriannya. Penyajian karya meliputi hasil
penataan atau display karya dan
evaluasi pameran.
a. Hasil Display Karya PENUTUP
Kesimpulan
Batik merupakan sebuah
perumpamaan kehidupan, mulai dari
penciptaan motif dan melahirkan
visual pada kain dengan
menggoreskan pensil dan canting
berisikan malam panas. Visual yang
digoreskan hasilnya bagus, belum
tentu nanti saat sudah melewati
pencantingan dan pewarnaan hasilnya
akan bagus juga. Proses ini adalah
proses kehidupan dimana manusia
ditempa dan diberi ujian seperti
panasnya kain yang digores canting
berisikan malam. Kemudian diberi
Karya utama atau karya yang kenikmatan seperti dinginnya kain
ukurannya paling besar dibandingkan yang dicelup dalam air pewarnaan.
keempat karya lainnya ditempatkan di Tidak hanya sampai disini, kain akan
tengah karena pencipta ingin ditembok atau diberi malam yang
menonjolkan keutamaan karya panas lagi yang mengumpamakan
tersebut. Pencipta ingin pengunjung manusia yang selalu diberi ujian agar
yang datang terarahkan kepada karya selalu ingat pada yang
tersebut, sebagaimana menurut menciptakannya. Hingga proses
Djelantik (1999:51) Penonjolan pelorodan yang merupakan proses
mempunyai maksud mengarahkan penggodokan kain didalam air yang
perhatian orang yang menikmati mendidih di atas api yang sangat
suatu karya seni sesuatu hal tertentu, besar memvisualkan puncak ujian
yang dipandang lebih penting terbesar manusia sebelum melihat
daripada hal-hal lain. akhir yang sesungguhnya. Semakin
b. Evaluasi Pameran bagus hasil kain yang telah dilorod
Evaluasi pameran merupakan akan semakin panjang dan semakin
tahap pasca pameran yang dilakukan sulit juga proses yang harus dilewati.
untuk melihat kekurangan dan Begitupun seorang manusia dalam
kelebihan agar proses yang dilakukan kehidupan, semakin mulia dan meraih
ke depan lebih baik lagi. Evaluasi sebuah kemenangan perjalanan hidup
pameran meliputi evaluasi proses atau seorang manusia akan semakin
persiapan yang dilakukan pencipta panjang dan sulit. Mendapatkan ujian
hingga pelaksanaan pameran dan yang bertubi-tubi namun seorang
evaluasi hasil adalah evaluasi karya manusia harus bisa mengalahkan ego
pameran tersebut serta umpan balik dirinya sendiri untuk mengerti
dari pengunjung tentang pameran kemenangan yang sebenarnya.
tersebut. Keterkaitan antara nilai dari batik dan
sandur yang juga mengartikan sebuah
perumpamaan kehidupan membuat
pencipta yakin untuk mengangkat
sumber ide ini menjadi sebuah karya
batik bernilai fungsi seni agar
masyarakat Indonesia khususnya berlangsung. Jadi yang diharapkan
Jawa Timur tetap dekat dengan peneliti untuk penciptaan atau
budaya-budaya lokalnya. penelitian berikutnya adalah
pemvisualisasian lebih banyak
Saran adegan atau prosesi dalam budaya
Saran untuk penelitian atau sandur ini, seperti adegan kalongking,
penciptaan karya seni ke depan kemudian prosesi tokoh-tokoh
karena pada penciptaan ini peneliti mubeng blabar (berjalan mengelilingi
hanya memvisualkan satu prosesi saja arena pertunjukkan), adegan perang
pada budaya tradisi sandur ini yaitu antara Pethak dengan Balong, dan
proses pra pertunjukkan atau ritual lain sebagainya. Jika bukan
nggundisi pada karya pertama, bersumber dari budaya sandur ini
kemudian karena pada karya pertama peneliti berharap penciptaan-
empat tokoh yang bermain di penciptaan berikutnnya akan lebih
pertunjukkan ini ditutupi kain atau banyak mengangkat kebudayaan
dikudungi jadi pada karya kedua lokal jawa timur, jawa, bahkan
hingga kelima peneliti memunculkan nusantara yang sarat akan makna
tokoh-tokoh dalam sandur dengan kehidupan.
jelas, dan karya keenam merupakan
visualisasi tetembangan yang
dinyanyikan selama pertunjukkan

DAFTAR RUJUKAN

Lukman, Hamzah. Sejarah Bojonegoro Bunga Rampai. Bojonegoro.


Dharsono. 2006. Budaya Nusantara. Bandung: Rekayasa Sains.
Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara. Yogyakarta: Andi Offset.
Mistaram. 1994. Batik, Perkembangannya, dan Seni Lukis Batik. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Toekio, Soegeng. 1987. Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Penerbit
Angkasa.
Toekio, Soegeng. 2002. Kria Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendersl Pendidikan
Tinggi Depdiknas.
Hidajat, Robby. 2008. Seni Pertunjukkan Etnis Jawa, Ritus, Simbolisme, politik,
dan Problematikanya. Malang: Gantar Gumelar.
Gustami, SP. 2004. Proses Penciptaan Seni Kriya: Untaian Metodologis.
Yogyakarta: Program Pascasarjanan S2 Penciptaan dan pengkajian Seni
ISI Yogyakarta
Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa: kumpulan istilah dan gerakan seni rupa.
Yogyakarta: Dicti Art Lab dan Djagad Art House.
Ciptoprawiro, Abdullah. 2000. Filsafat Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Syuropati, A Mohammad. 2015. Kumpulan Mutiara Kearifan Jawa. Yogyakarta:
Syura Media Utama.
Kudiya, Komarudin. 2019. Kreativitas Dalam Desain Batik. Bandung: ITB Press.
Ponimin & Widodo, T. 2017. Batik Lereng Timur Gunung Welirang: Alam
Sebagai Sumber Kreasi Ragam Motif Batik. Malang: LP2M UM.
Djelantik, AAM. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukkan Indonesia.
Kartika, Dharsono S. 2004.Pengantar Estetika. Bandung: REKAYASA SAINS.
Universitas Negeri Malang. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi 2017.
Malang: UM PRESS.
Abrar, NI. 2017. Jamur Dalam Ekspresi Seni Kriya Kayu. Corak 6(2). 125—135.
Dari http://journal.isi.ac.id/index.php/corak.
Wibowo, AS. 2017. Kelelawar Sebagai Sumber Inspirasi Dalam Penciptaan Seni
Tekstil. Corak 6(2). 151—161. Dari http://journal.isi.ac.id/index.php/corak
Putra, PA & Yuwono, BT. 2018. Cerita Arjuna Wiwaha Divisualkan Dalam
Bentuk Relief Wayang Beber Pada Medium Selongsong Peluru. Texture
1(2). 186—198. Dari https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/TXT
Lukisanku. 2018. Pesta Rakyat, (online), (https://lukisanku.id/lukisan-
otto-djaya-3/), diakses 30 jan 2019.
Waras, RB. 2016. Makna Kesenian Sandur Ronggo Budoyo Bagi Masyarakat
Tuban. Antro Unair dot Net 5(3). 374—386. Dari http://journal.unair.ac.id
/download-fullpapers-aun9c6eb5c572full.pdf.
Bachyul,Syofiardi. 2017. Motif “Aka Cino” di Ukiran Sabuk Arca Prajna
Paramita dan Ukiran Daun Bodi di Kain, (online), (http://www.
jurnalistravel.com/motif-kain-arca-mirip-ukiran-rumah-gadang/), diakses
18 Januari 2019.
Haryanto. 2018. Batik Kontemporer Karya Griya Batik Haryanto dalam Jogja
Fashion Week, (online), (Instagram @griyaharyanto), diakses 10 Januari
2019.

DAFTAR NARASUMBER
Djagat Pramudjito (61 th), Komposer musik Sanggar Sayap Jendela, Penggiat
Sandur, Pengamat kesenian tradisi, wawancara, 9 Februari 2019.

Anda mungkin juga menyukai