A. Puisi Baru
Untuk menerapkan pikiran dan perasaan zaman baru, pada zaman ini timbul keinginan untuk
membuat puisi yang berbeda dengan bentuk-bentuk puisi yang sudah ada seperti waka, haiku dan
kanshi: Terjemahan puisi-puisi Barat sudah ada sejak sebelum zaman Meiji. Berikut macam-
macam puisi baru di zaman Modern Jepang :
1. Shintaishihoo
Shintaishihoo adalah buku kumpulan puisi baru yang diterbitkan pada zaman Meiji
(1882) oleh sarjana-sarjana dari Universitas Tokyo yang bernama Toyama Masakazu, Yatabe
Ryookichi dan Inoue Tetsujiroo. Sebagian besar karya ini merupakan terjemahan dari puisi-puisi
panjang Eropa dan puisi-puisi baru ciptaannya sendiri. Puisi-puisi tersebut ditulis dalam gaya
bersuku kata 7-5 seperti puisi klasik. Meskipun masih terlihat adanya kekurangan-kekurangan
tetapi dapat dikatakan buku ini telah membuka suatu zaman baru bagi perkembangan puisi.
Contoh puisi Toyama Masakazu dalam Shintaishishoo terjemahan puisi Tennison berjudul
‘Serangan Kavaleri’:
Puisi panjang dalam Shintaishishoo diterima oleh masyarakat luas dan semakin lama, isi
serta bentuknya semakin sempurna. Puisi panjang Ochiai Naobumi berjudul Koojo Shiragiku-no
Uta (wanita pembakti bernama Shiragiku) dinilai sebagai karya yang baik.
2. Omokage
Kumpulan puisi baru terjemahan beraliran romantisme yang bernilai sastra tinggi.
Kumpulan puisi ini yang berpengaruh kuat di masyarakat, diterbitkan oleh grup Shin Sei Sha
yang dikenal dengan julukan S.S.S dengan Mori Oogai sebagai pemimpin utamanya. Karya-
karya penyair kelas satu dari Inggris dan Jerman yaitu Byron, Goethe, Heine dan lain-lain
banyak diterjemahkan ke dalam bahasa yang halus dan bersifat klasik sehingga berhasil dibentuk
suatu dasar bagi puisi gaya baru.
Arti :
3. Hooraikyoku
Merupakan drama puisi yang dibuat oleh Kitamura Tookoku yang penuh dengan
perasaan yang bergelora. Kitamura Tookoku dan Shimazaki Tooson adalah orang-orang yang
berpangkalan pada majalah “Bungakkai“ yang mempopulerkan kesusastraan beraliran
romantisme. Shimazaki Tooson pada majalah “Bungakkai“ juga banyak menulis puisi-puisi lirik
yang menggambarkan perasaan jiwa muda yang masih polos dan termasuk masih rawan.
Kumpulan puisi pertamanya berjudul Wakanashuu (sayuran wakana), berikutnya adalah
Hitohabune (perahu), Natsukusa (rumput musim panas) dan Rakubaishuu (pohon plum yang
rontok). Banyak karya Tooson yang bagus-bagus diangkat dari cerita kesucian bercinta dan
perasaan hati di waktu perjalanan. Keempat kumpulan puisi di atas kemudian dijadikan satu
buku dengan nama Toosonshishuu (kumpulan puisi Tooson), bagian pendahuluannya sangat
terkenal karena memberitahukan datangnya suatu zaman bagi puisi-puisi baru.
Arti :
Banyaknya air yang mengalir seolah-olah keluar dari mata air,
Mondar-mandir di sana, kecapi laut,
Nada pun lambat laun meninggi, datang dari banyak sungai,
Dengan suara yang bermacam-macam, berkumpul menjadi satu,
Jikalau air laut pasang, hati menjadi lega dan santai,
Itulah suara ombak di musim semi, kedengaran sampai jauh.
Kumpulan puisi karya Doi Banshui yang menggambarkan cita-cita masyarakat dala
bentuk syair kanshi. Jika puisi Tooson bersifat liris sentimentil dan kewanitaan, puisi Bansui
bersifat liris faktual dan jantan. Kumpulan puisi Bansui yang terkenal adalah Tenchi Ujoo (langit
dan tanah berperasaan) dan Gyooshoo (lonceng fajar).
5. Myoojoo zasshi
Yosano Tekkan adalah seorang penyair beraliran romantisme yang namanya tidak
setinggi seperti Shimazaki Tooson dan Doi Bansui. Namun demikian, ia merupakan tulang
punggung dari majalah Myoojoo dan berhasil menciptakan zaman keemasan bagi perkembangan
puisi dalam sejarah kesusastraan Jepang modern.
Gaya puisinya mula-mula bersifat jantan tetapi kemudian berubah menjadi bersifat
keindahan. Penyair-penyair yang berada di bawah pengaruhnya adalah Takamura Kootaroo,
Kitahara Hakushuu, Kinoshita Mokutaroo dan lain-lain.
Setelah majalah Myoojoo tidak dicetak lagi, gaya puisi yang bersifat romantis tersebut
dilanjutkan oleh majalah Subaru.
6. Hakuyookyuu dan Nijuugogen
Susukida Kyuukin adalah penyair yang mempunyai kedudukan penting dalam grup
penyair romantisme sesudah zaman Shimazaki Tooson dan Doi Bansui. Ia menyukai karya
penyair Inggris Keats, dalam karya-karyanya banyak dipergunakan kata-kata klasik sehingga
mencerminkan adanya pengaruh kuat dari faham absolutisme seni. Di antara karya-karyanya
terdapat kumpulan puisi berjudul Nijuugogen dan Hakuyookyuu (istana kambing putih),
khususnya yang terkenal adalah puisinya yang berjudul ‘Aa Yamato-ni Shiaramashikaba’ yang
terdapat di dalam Hakuyookyuu.
7. Kujaku-bune
Karya Seigaku yang bermakna “perahu merak“. Kumpulan puisi ini teratur, rapi dan
berkualitas tinggi. Kujaku-bune juga merupakan aliran Bunko, karena dimuat dalam “Bunko shinbun”
atau majalah Bunko yang diterbitkan pada zaman Meiji 28 (1895).
Penyair-penyair aliran ini bukanlah orang-orang terkemuka dalam dunia puisi. Kawai
Suimei dan Irako Seihaku adalah penyair-penyair utama dalam majalah ini.
Ueda Bin dalam novelnya Uzumaki banyak menekankan nilai-nilai estetika dan ia juga
condong menggunakan bentuk novel simbolis. Bentuk yang diperkenalkannya melalui novel
diambilnya dari aliran simbolisme Perancis. Begitu pula dalam dunia puisi, terjemahan-
terjemahan puisi simbolisnya memberikan pengaruh kepada puisi-puisi waktu itu dan merupakan
langkah pertama dalam mempopulerkan puisi simbolis di Jepang. Hasil karya terjemahannya
yang berjudul Kaichooon (suara gelombang laut) diterbitkan pada tahun Meiji 38 (1905) dan
merupakan suatu puisi terjemahan yang mendapat penilaian tinggi dalam sejarah puisi
terjemahan modern sampai-sampai dapat digolongkan sebagai puisi kreatif.
Arti :
Pada suatu hari di musim gugur, terdengar suara biola digesek,
Bagai suara napas seseorang, masuk ke dalam jiwa kalbu yang sedang sunyi,
Hanya alunan suara itu saja, menyebabkan aku sedih,
Suara lonceng berdentang, berkesan di dalam hati,
Perasaanku berubah, air mata berlinang,
Hari-hari telah lewat, kenangan-kenangan telah berlalu,
Sesungguhnya aku, merasa susah dan gelisah,
Beberapa tahun ini, selalu tidak menentu,
Berjatuhan terbang dibawa angin tanpa tujuan, bagaikan daun-daun yang rontok itu.
Kanbara Ariake adalah salah seorang yang turut berjuang bersama Ueda Bin dalam
memperkenalkan puisi simbolis. Bin dengan puisi terjemahannya dan Ariake dengan puisi
kreatifnya merupakan dua penyair besar dalam dunia puisi Jepang yang berada pada ujung
tikungan menuju ke puisi modern. Karya-karya Kanbara Ariake adalah Shunchooshuu
(kumpulan puisi burung-burung musim semi) dan Ariakeshuu (kumpulan puisi Ariake). Dalam
karya tersebut terdapat unsur yang memilukan dalam irama yang indah sehingga membawa
warna kesyahduan yang tebal.
B. Gerakan Puisi Bebas
Naturalisme menjadi aliran yang memegang peran penting dalam kesusastraan dari
periode akhir zaman Meiji sampai zaman Taishoo, dalam dunia puisi aliran ini mempunyai
pengaruh yang kuat, mereka tidak mau lagi terikat pada peraturan-peraturan penulisan,
melainkan cenderung pada penulisan puisi yang bergaya bebas. Bahasa lisan digunakannya,
peraturan penulisan yang bersukukata tujuh-lima atau lima-tujuh ditinggalkan dan mereka
berusaha berpegang pada hakekat pengungkapan bebas.
Puisi bebas berbahasa lisan pernah dicoba oleh Kawaji Ryuuko tetapi ia tidak berhasil.
Sebaliknya penyair-penyair Kitahara Hakushuu, Kinoshita Mokutaroo, Miki Rofuu dan
Takamura Kootaroo berhasil dalam usaha menciptakan puisi bebas berbahasa klasik (tulisan),
sehingga sekarang bila ada orang berbicara soal puisi, maka yang dimaksudkan adalah bebas dan
puisi bebas ini menempati kedudukan utama dalam dunia puisi. Contoh karya puisi bebas antara
lain :
Kumpulan puisi karya Kinoshita Mokutaroo yang mempunyai kedudukan hampir sama
dengan Kitahara Hakushuu, ia juga membuat puisi-puisi yang menceritakan keadaan kota dan
kesukaan orang-orang di luar negeri. Kedua penyair tersebut sama-sama menjunjung nilai
estetika, tetapi karya Mokutaroo lebih bersifat intelektual bila dibandingkan dengan Kitahara
Hakushuu.
Kumpulan puisi karya Nagai Kafuu yang memuat terjemahan puisi-puisi Perancis
modern. Kumpulan puisi ini merupakan kumpulan puisi terjemahan yang terkenal sesudah
Kaichooon dan memberi pengaruh yang amat besar kepada penyair-penyair muda terutama Miki
Rofuu.
5. Dootei (perjalanan)
Kumpulan puisi Takamura Kootaroo yang dapat mewakili dunia puisi zaman Taishoo.
Takamura Kootaroo adalah penyair majalah Myoojoo dan Subaru yang berpaham romantis dan
santai, tetapi kemudian karena dia dipengaruhi orang-orang dari aliran Shirakaba, maka puisi-
puisinya berubah menjadi yang bersifat kemanusiaan dan idealis.
Di samping itu, pemakaian bahasanya pun berubah dari bahasa klasik menjadi bahasa
lisan sehari-hari, sehingga ia berhasil membuat puisi yang bersifat sederhana tetapi mantap dan
mengandung unsur kejantanan. Di dalam karya ini terdapat semangatnya yang bergelora yang
memiliki daya ampuh untuk mempengaruhi pembaca.
Penyair humanisme yang lain adalah Yamamura Bochoo. Kemudian, penyair Muroo
Saisei yang mempunyai identitas hampir sama dengan penyair rakyat membuat puisinya yang
menuturkan secara murni perasaannya selama ia hidup dalam kemiskinan dan berkelana.
Arti :
Di depan tak ada jalan
Di belakangku ada jalan
Oh, sang alam
Oh, sang bapak
Oh, sang Bapak yang nan luas, janganlah membiarkanku sendiri
Janganlah meninggalkan daku dan lindungilah aku
Untuk perjalanan nan jauh ini
Untuk perjalanan nan jauh ini.
Bila ditinjau dari segi nilai seni, puisi bebas berbahasa lisan boleh dikatakan dimantapkan
oleh Takamura Kootaroo. Pelopor pembuatan puisi jenis ini sebenarnya bukanlah Takamura
Kootaroo, melainkan adalah Kawaji Ryuukoo. Setelah Kawaji Ryuukoo, pembuatan puisi ini
berangsur-angsur menjadi populer dan akhirnya menjadi masak. Penyair-penyair dari grup
populer dan grup yang berpaham demokratis juga ikut membuat puisi ini. Mereka itu adalah
Senke Motomaro, Fukuda Masao, Momota Sooji, Tomita Saika, Shirotori Seigo dan lain-lain
yang berasal dari aliran Shirakaba. Di pihak lain, bila ditinjau dari sudut yang mempunyai nilai
sastra tersendiri, maka penyempurnaan puisi berbahasa lisan ini adalah Hagiwara Sakutaroo.
Berikut tokoh puisi bebas berbahasa lisan :
1. Hagiwara Sakutaroo
Hagiwara Sakutaroo dikenal sebagai penyair yang memiliki ilham serta perasaan ganjil
yang tajam. Ia berhasil dalam mengekpresikan perasaan yang dikandungnya dengan penuturan
secara bebas. Di antara karyanya terdapat Aoneko (kucing biru), Hyootoo (gunung es) dan Tsuki-
ni Hoeru (meraung kepada bulan) yang memiliki daya pengaruh besar pada dunia puisi pada
zaman Taishoo.
2. Satoo Haruo
Satoo Haruo menulis puisi yang bergaya dan berirama tertentu yang bersifat klasik,
kumpulan puisinya berjudul Junjooshishuu (kumpulan puisi demi cinta), di dalamnya terdapat
puisi terkenal yang berjudul Samma-no Uta (nyanyian ikan Samma).