Anda di halaman 1dari 6

Kesusastraan Abad Pertengahan

 Antik Hargina
 Fani Nurlia Fitri
 Ichi Elshofyani Manzil
 Virsa Fatisa Marani

1. Zuihitsu/Essei
Nikki (Catatan Harian) dan Kikoo (Catatan Perjalanan)
Essei dan catatan harian pada Zaman Heian ditulis oleh kaum wanita, tetapi
pada Zaman Pertengahan ditulis oleh pertapa yang umumnya adalah pria.
Contohnya adalah Hoojooki ditulis oleh Kamo no Choomei. Pengarang
mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang ada di dalam dunia yang fana
ini tidak ada yang kekal dan pemikiran-pemikiran agama Budha bahwa
segala sesuatu di dunia yang fana ini tidak
ada yang abadi dan bahwa dunia ini kotor
harus dijauhi dan berdoa demi kebahagiaan
dunia yang akan datang. Namun, isi
Hoojooki bukanlah merupakan pelajaran
agama Budha, tetapi merupakan
pencetusan sikap dan hati pengarang yang
berusaha memisahkan diri dari kancah
kehidupan rakyat biasa, kemudian
menyendiri di gubuk yang ada di gunung
dengan tenang, seakan dia jera akan kehidupan dunia fana ini. Tetapi
meskipun demikian, Hoojooki sebagai sebuah essei merupakan suatu karya
tulis dengan nada indah dan sangat logis sifatnya.

Tsurezure Gusa
Tsurezure Gusa adalah sebuah essei yang muncul pada akhir zaman
Kamakura, ditulis oleh Yoshida Kenkoo.Essei ini terdiri dari 243 bab tentang
nostalgia zaman kuno, bagaimana menghadapi kehidupan.
Dengan didasari ajaran agama Budha, dalam buku ini diterangkan
bagaimana caranya menghadapi dan mengatasi kehidupan sehari-hari yang
penuh liku-liku dan persoalan yang memang betul-betul dialami setiap orang.
Dia memberikan contoh-contoh yang mudah dimengerti sehingga buku ini
dapat dikatakan termasuk buku yang berguna bagi pendidikan.
Tsurezure Gusa dan Makura no Sooshi dianggap sebagai dua essei yang
terbaik dalam kesusastraan klasik Jepang. Dengan membandingkan kedua
essei ini, kita dapat mengetahui perbedaan kesusastraan dua zaman, yaitu
Zaman Heian (Zaman penulisan Makura no Sooshi) dan Zaman Kamakura
(Zaman penulisan Tsurezure Gusa).

2. Nikki dan Kikoo


Nikki (Catatan Harian)
Pada zaman Kamakura ada juga Nikki yang ditulis oleh wanita, yaitu
Kenshunmonin Chuunagon ditulis oleh Fujiwara Shunzen no Musume. Ada
juga Nikki yang ditulis oleh pria dalam huruf kana, yaitu Haru no Miyamaji
yang ditulis oleh Asukai Massari.

Dengan dibukanya Kamakura sebagai pusat pemerintahan Bakufu, pusat


kegiatan politik terbagi menjadi dua tempat yaitu Kyoto dan Kamakura.
Akibatnya kedua tempat tersebut banyak dikunjungi pelancong yang
menyebabkan timbulnya kesusastraan Kikoo adalah Kaidooki dan
Tookankikoo. Tookankikoo merupakan salah satu contoh Kikoo yang ditulis
dengan campuran gaya bahasa Jepang dan gaya bahasa Cina.
Setelah Zaman Nanbokuchoo berakhir, keadaan lalu lintas bertambah maju
dan ramai, sehingga memungkinkan banyak orang bepergian atau
bertamasya. Hal ini menyebabkan banyak sekali karya kesusastraan Kikoo
muncul. Tetapi Kikoo yang dapat dikatakan bernilai tinggi setelah Zaman
Nanbokuchoo berakhir hanyalah Tsukushi no Michi no Ki karya Soogi.
3. Hoogo dan Kanbungaku
Hoogo adalah ssei tentang teori agama Budha yang ditulis dengan
Katakana.Buku tersebut dimaksudkan untuk memberikan penerangan ajaran
agama Budha secara sederhana kepada masyarakat agar mudah dipahami.
Untuk itu digunakan huruf Kana dicampur dengan huruf Kanji yang tidak
begitu susah diingat. Isinya mencerminkan entusias beragama Budha.
Maksud dan tujuan pembuatan buku tersebut adalah untuk penyebaran
agama Budha secara menyeluruh dan memberikan pengertian tentang
agama Budha kepada masyarakat yang belum mengetahuinya.Beberapa
yang terkenal Kurotani shoonen Gotooroku, Matsutoosho, Shooboogenzoo
dll.
Kanbungaku atau kesusastraan Cina populer lagi sejak masuknya sekte
Zenshuu ke Jepang. Pendeta Budha dari kedua negara saling berkunjung
sehingga Kanbungaku muncul lagi, terutama setelah dapat dukungan dari
Jendral Ashikaga Yoshimitsu.

4. Kesusastraan Drama dan Kayoo (Nyanyian)


Noh adalah sejenis drama yang terdiri dari Utai(cerita dalam gaya syair yang
dibawakan pada waktu pementasan), Hayashi(musik yang mengiringi utai
pada waktu pementasan), Shosa(Tarian atau lakon yang dipertunjukan pada
waktu pementasan).
Kesenian Noh bersifat klasik dan banyak mengandung unsur-unsur agama
Budha. Kalimat-kalimatnya yang berirama banyak mengambil pantun kuno
dengan susunan tujuh lima atau tujuh empat.
Babak I , Wakinoh ; cerita tentang dewa-dewa/upacara syukur
Babak II, Shuramono ; Cerita tentang samurai yang telah meninggal di
medan perang
Babak III, Kazuramono ; Cerita tentang roh wanita / wanita sbg tokohnya
Babak IV, Genzaimono ; Cerita tentang kejadian pada zaman tsb
Babak V, Kirinoh ; Cerita tentang setan/binatang buas Kelima pembabakan
kadang disingkat menjadi babak
Shin (dewa), babak nan (laki-laki), babak nyo
(perempuan), Babak Kyoo (gila), dan babak Ki (setan)
Isi sebuah drama Noh sesuai dengan cara pembabakan di atas dapat
disimpulkan kira-kira sebagai berikut. Pada babak pertama dipentaskan
adegan yang memunculkan dewa-dewa sehingga nada dan suasana
mengandung keagungan. Untuk itu lagunya misalnya diambil dari Yookyoku
Takasago, Chikubushima dan lain-lain. Pada babak kedua dipentaskan
adegan pertempuran yang hebat, misalnya diambil dari Yookyoku Atsumori,
Tamura, Tadanori dan lainlain. Pada babak ketiga dipentaskan adegan yang
sedih tetapi agung, dengan menampilkan tokoh sebagai seorang wanita.
Untuk ini biasanya diambil dari Yookyoku Yuugao, Hagoromo, Matsukaze
dan lain-lain yang menggambarkan orang-orang atau kejadian di lingkungan
istana. Isi ceritera biasanya diambil dari Ise Monogatari, Genji Monogatari
dan lain-lain.

SHITE (仕手, シテ)


Dalam pertunjukan Shite muncul
sebagai manusia pada awalnya
kemudian menjadi hantu. Peran
yang pertama dikenal dengan
maeshite dan peran berikutnya
disebut nochishite. Shitetsure (仕
手連れ, シ テ ヅ レ )
WAKI (脇, ワキ)
pendamping shite.
Waki ( 脇 , ワ キ ) bertugas
sebagai partner dari shite.
Wakitsure (脇連れ,ワキヅレ) atau
Waki tsure adalah pendamping waki.
Jiutai ( 地 謡 )

Jiutai ( 地 謡 ) adalah paduan


suara, biasanya terdiri dari enam
sampai delapan orang.

HAYASHI-KATA(囃子方)
Hayashi-kata (noh musisi).Kiri
ke kanan:
1. taiko,
2. ōtsuzumi (hip drum),
3.kotsuzumi (shoulder drum),
4. flute.

 Kyoogen
KŌKEN
adalah sejenis(後見)
lawak yang erat hubungannya dengan Sarugaku dan Noh,
karena itu disebut juga Noh Kyoogen, dipentaskan ditengah pertunjukan
Kōken ( 後 見 ) bertugas sebagai
penanggung
Noh,yaitu jawab yang
diantara babak panggung, biasanya
satu dengan babak berikutnya.
terdiri satu sampai tiga orang.
Kyoogen menitikberatkan pada dialog dan gerak
Berbeda dengan noh yang khidmat dan simbolik,
Kyoogen lebih jenaka.
kyoogen Bersifat kerakyatan yang mengandung unsur-unsur realita.
Yang selalu menjadi tokoh dalam lakon kyoogen ini tidak menggambarkan
manusia zaman dahulu seperti biasanya pada Noh, tetapi selalu
menggambarkan manusia pada zaman yang bersangkutan, teristimewa
rakyat jelatanya.

5. Kowakamai
Kowakamai adalah suatu seni tari pada zaman Muromachi yang terbentuk
setelah adanya Noh.
Tarian dalamn Kowakamai ini sangat bersahaja, rupanya yang menjadi
bagian terpenting adalah isi cerita yang merupakan lagu-lagu yang
mengiringi tarian tersebut.
Secara keseluruhan, ceritera-ceritera ini mengandung isi tentang samurai,
tentang perang yang menandakan bahwa Zaman Muromachi telah diisi
dengan peperangan yang berkepanjangan. Tarian ini nampaknya disukai
kaum samurai, tetapi karena isinya yang bersifat kemiliteran hampir tak
mengalami perubahan, setelah memasuki Zaman Edo tarian ini lambat laun
menjadi hilang.

6. Enkyoku, Wasan
Nyanyian rakyat populer zaman kamakura yaitu Enkyoku (sooka) dan
Wasan.
Sooka dinyanyikan para samurai dan bangsawan di pesta sambil
memainkan kipas
Wasan adalah nyanyian untuk penyebaran agama Budha sekte Joodookyuu
yang dipelopori oleh Shinran, Ippen, dan Taa. Nyanyian yang diciptakan
ketiga pelopor agama ini sangat terkenal.

Anda mungkin juga menyukai