Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH NIHON BUNGAKUSHI

Monogatari,Setsuwa, dan Otogizooshi


Esei,Catatan Harian,dan Catatan Perjalanan

Penyusun :
Daffa Fawwaz Pujabaladika (1621800032)
Adelia Berliana G
Lailatul Fitri
Yogi Maulana

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA

1
. KATA PENGANTAR

Seraya mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayahnya, sehingga kita masih dalam keadaan sehat. Dan khususnya, kami bisa
menyelesaikan makalah dengan judul Kesusastraan Abad Pertengahan.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan poin poin dimakalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang
penulis peroleh, baik dari buku maupun sumber sumber yang lain. Semoga semuanya
memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan atau kata kata didalam makalah
ini, penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.

Surabaya, 12 Oktober 2018

Penyusun

2
Page

2
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sastra merupakan karya yang indah yang dapat kita nikmati sebagai sebuah hiburan
dan juga sebagai dunia pendidikan. Dengan demikian sastra berfungsi untuk menuangkan
pikiran dan perasaan kita dan juga kita dapat mengetahui atau membaca pikiran dan perasaan
Sastra jepang adalah karya sastra dalam bahasa Jepang, atau studi mengenai karya sastra
tersebut dan pengarangnya.

Rumusan Masalah
1. Apa Perbedaan Esai Zaman Heian Dan Abad Pertengahan?
2. Apa itu Monogatari,Setsuwa, dan Otogizooshi?

Tujuan
1. Untuk Memenuhi Tugas yang Diberikan.
2. Mengetahui Garis Besar Kesusastraan Abad Pertengahan.
3. Untuk Mengetahui Arti Monogatari,Setsuwa,dan Otogizooshi

3
Page

MONOGATARI, SETSUWA DAN OTOGIZOOSHI

3
Monogatari
Hikayat masih juga giat ditulis meskipun telah memasuki Zaman Kamakura, tetapi
penulisan ini mempunyai sifat yaitu kecenderungan untuk mengenang kembali kehidupan
kaum istana. Diantaranya banyak karya yang ditulis panjang lebar, meniru gaya tulisan Genji
Monogatari (Hikayat Genji) yang muncul sebelumnya.
Pada tahap pertama muncullah karya-karya seperti Sumiyoshi Monogatari (Hikayat
Sumiyoshi), Iwashimizu Monogatari (Hikayat Iwashimizu) dan Matsuranomiya
Monogatari (Hikayat Matsuranomiya) dan lain-lain. Ketiga cerita ini mempunyai ciri-ciri
tersendiri yang cukup menonjol, tetapi selain karya-karya tersebut hamper semua cerita yang
muncul kemudian terdiri dari cerita klasik dan menghilang pada akhir Zaman Kamakura.
Pada awal Zaman Kamakura muncul seua buku kritik dan komentar terhadaphikayat
berjudulMumyoozooshi yang sangat mengangungkan Genji Monogatari dan juga memuat
kritikan terhadap hikayat yang muncul sesudah itu, yang diuraikan berdasarkan zamannya.
Pada masa mundurnya kesusastraan yang berpusat pada hikayat ini, yang sangat menarik
perhatian adalah munculnya beberapa karya kritikan yang mencatat tentang sejarah hikayat itu
sendiri.

Cerita Sejarah
Untuk meneruskan langkah-langkah yang dirintis dalam bidang cerita sejarah pada
zaman sebelumnya, pada permulaan abad pertengahan ditulislah cerita sejarah dengan
judul Mizukagami.Mizukagami ditulis untuk melengkapi cerita sejarah
berjudul Ookagami dan Imakagami yang sudah ada sebelumnya.
Dalam Mizukagami dikisahkan cerita sejak Jinmu Tennoo sampai Ninmyoo Tennoo sebanyak
54 generasi berikut kronologinya selama 1500 tahun. Cerita sejarah yang terakhir
adalahMasukagami, yang disebut-sebut sebagai hasil karya Nijoo Yoshimoto. Masukagami
mengisahkan kejadian-kejadian sejak lahirnya Gotoba Tennoo sampai kembalinya Godaigo
Tennoo dari pengasingan di pulau Oki ke Kyooto, yang mencakup kisah 15 generasi dan
berlangsung selama kurang lebih 150 tahun. Masukagami adalah karya tulis klasik yang indah
dan bernilai tinggi yang merupakan cerita sejarah yang bersumber pada kraton, dan dapat
dikatakan mempunyai nilai sejarah dengan Ookagami.

Argumentasi Sejarah
Kemudian muncullah buku berjudul Gukanshoo yang merupakan kesusastraan sejarah
yang berisikan argumentasi sejarah. Selain Gukanshoo muncul pula buku yang sejenis
yaituJinnooshootooki. Gukanshoo adalah karya seorang penyair bernama Jien, mengisahkan
bagian-bagian penting dalam sejarah mulai dari Jinmu Tennoo sampai Juntoku Tennoo dan
juga menguraikan teori sejarah. Tidak seperti lazimnyacerita-cerita sejarah yang hanya
menoleh ke belakang saja, di dalamGukanshoo kita diajak memperhatikan pergerakan zaman
yang sedang berlangsung, untuk menentukan langkah yang akan di ambil bagi masa yang akan
datang. Gukanshoo ditulis dengan mempergunakan bahasa rakyat agar dapat dengan mudah
dimengerti pembacanya. Hal ini sangat berbeda skali dengan tulisan-tulisan sebelumnya.
Jinnooshootooki mengisahkan bagian-bagian penting sejarah yang dimulai sejak masa
sebelum Jinmu Tenno sampai naik tahtanya Gomurakami Tenno termasuk komentar dan kritik.
Masa ini diperkirakan lamanya kira-kira 2000 tahun.
Jinooshootooki tidak berbeda dengan Gukanshoo, yaitu Jinnooshootooki juga
menguraikan teori tentang pemerintahan yang diperuntukkan bagiu Tennoo yang masih
dibawah umur.
Karya ini memberikan perasaan cinta tanah air kepada pembaca dan juga merupakan
4

argumentasi sejarah yang memiliki nilai kesusastraan yang memikat pembaca.


Page

4
Gunki Monogatari
Gunki Monogatari (Cerita Peperangan) sebagai kesusastraan yang menggambarkan
sejarah, dianggap memliki nilai yang tinggi. Meskipun pada zaman Heian telah
ada Masakadoki yaitu catatan pertempuran yang ditulis dengan Kanbun (gaya penulisan)
dan Konjaku Monogatarishuu (Kumpulan Cerita Lama) yang mengandung beberapa bab yang
berisi cerita peperangan, tetapi kedua cerita ini belum dapat dikatakan sebagai kesusastraan
yang istimewa.
Beberapa cerita yang termasuk Gunki Monogatari antara lain adalah Hoogen
Monogatari (Hikayat Hoogen), Heiji Monogatari (Hikayat Heiji), Heike Monogatari (Hikayat
Heike), Taiheiki (Hikayat Taihei), Soga Monogatari (Hikayat Soga) dan Gikeiki Monogatari
(Hikayat Gikei).

Hoogen Monogatari dan Heiji Monogatari


Hoogen Monogatari dan Heiji Monogatari masing-masing terdiri dari tiga jilid, ditulis
pada permulaa Zaman Kamakura. Kedua cerita ini tidak diketahui siapa
pengarangnya. Hoogen Monogatari menggambarkan Pemberontakan Hoogen (1156)
dan Heiji Monogatari menggambarkan Pemberontakan Heiji (1159), yang dapat dikatakan
sebagai permulaan sejarah politik samurai, karena menggambarkan kelemahan dan peruntuhan
kaum bangsawan serta bangunnya kekuatan kaum samurai.
Yang menjadi pahlawan dalam Hooge Monogatari adalah seorang samurai bernama
Minamoto dan Tametomo, dan pahlawan dalam Heiji Monogatari adalah Akugenda yoshihira,
keduanya di likiskan sangat berani dan gagah perkasa. Kedua cerita ini melukiskan gambaran
manusia baru yaitu kaum samurai. Pengarangnya dengan indahnya melukiskan perpaduan
antara semangat kepahlawanan pada waktu pertempuran dan kesedihan setelah peperangan
berakhir.

Heike Monogatari
Heike Monogatari biasanya terdiri dari 12 jilid yang ditambah dengan Kanjoo no Maki,
sehingga menjadi 13 jilid, tetapi selain itu ada juga buku yag terdiri 6 jilid, 12 jilid dan 20 jilid.
Selain bentuk seperti itu, ada juga buku bernama Genpei Joosuiki (cerita tentang masa jaya dan
hancurnya Genji dan Heishi) yang berjumlah 48 jilid. Mungkin aslinya terdiri dari 3 jilid yang
dibuat pada Zaman Kamakura, tetapi sejalan dengan perkembangan zaman diperkirakan makin
lama makin bertambah banyak. Mengenai pengarangnya terdapat beberapa pendapat, tetapi
dugaan yang paling kuat adalah Shinano no Zenji Yukinaga, seperti yang tertulis
dalam Tsurezure Gusa bagian ke-226.
Yukinaga adalah seorang bangsawan yang mempunyai pengetahuan luas dan bekerja
pada Gotobain.
Heike Monogatari adalah hasil kerja sama antara sastrawan dari keluarga bangsawan
yang sudah menjadi pendeta agama Budha yaitu Yukinaga dan seniman yang berasal dari
rakyat jelata yaitu Shoobutsu yang mempunyai hubungan erat dengan kaum samurai yang
sedang berkuasa. Dalam isi cerita terlihat pula hubungan yang erat dengan agama Budha. Heike
Monogatari juga menceritakan tentang tentang berdiri dan runtuhnya keluarga Heike dan
munculnya keluarga Genji.
Cerita yang ada dalam Heiki Monogatari ini dapat juga disebut sebagai seni rakyat
zaman pertengahan, yang mempunyai pengaruh besar pada kesusastraan setelah zaman
Kamakura.
5
Page

Taiheiki

5
Buku Jookyuuki menceritakan tentang peristiwa Jookyuu yaitu kudeta yang berhasil
yang dilaksanakan oleh Godaigo Tenno terhadap pemerintahan Kamukura. Setelah Shibu
Kassenjoo ini diterbitkan, maka muncullah sebuah buku tentang peperangan anatara Kerajaan
Selatan di Kyooto.
Buku Taiheiki baru selesai ditulis pada tahun 1371. Secara resmi pengarangnya adalah
Kojima Hooshi, akan tetapi apakah karangan itu berasal dari penyelidikan sendiri atau saduran
dari buku-buku lain, tidak dapat dipastikan. Taiheiki terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian pertama
menceritakan sampai Kenmuchuukoo atau berdirinya pemerintahan Godaigo Tennoo setelah
berhasil menjatuhkan pemerintahan Kamakura, bagian kedua mengisahkan kejadian-kejadian
sampai meninggalnya Godaigo Tennoo pada tahun 1339 dan bagian ketiga menceritakan
peristiwa sampai pemerintahan Jendral Yoshimitsu.
Pengarang buku Taiheiki zaman Nambakuchoo ini menampilkan pandangan baru yang
tajam dengan melukiskan kritikan rakyat terhadap pemerintahan yabg tidak beres dan juga
melukiskan kejelekan-kejelekan manusia pada masa itu.

Soga Monogatari dan Gikeiki


Sejak keluarnya buku Taiheiki ini sampai Zaman Muromachi, banyak juga diterbaitkan
buku lain yang bertemakan peperangan di daerah-daerah. Tetapi yang paling bermutu
diantaranya adalah cerita yang cenderung disebut sebagai Eiyuu Denki Monogatari (Biografi
Para Pahlawan). Pada zaman ini cerita-cerita kepahlawanan sangat disenangi orang,
diantaranya adalah legenda kepahlawanan Soga Bersaudara dan Minamoto Yoshitsune. Buku
tentang Soga Bersaudara ini ditulis dalam Soga Monogatari dan tentang kepahlawanan
Minamoto Yoshitsune ditulis dalam buku berjudulGikeiki. Pengumpulan dan pengolahan cerita
kepahlawanan dalam kedua buku tersebut dimulai sejak Zaman Kamakura sampai pada
permulaan Zaman Muromachi.
Cerita yang diuraikan dalam Soga Monogatari bertemakan pembalasan dendam yang
dijiwai semangat samurai Kantoo (daerah Tokyo sekarang), dan di bumbui dengan ajaran-
ajaran agama Budha. Sebaliknya Gikeiki meninjilkan perasaan belas-kasihan yang keluar dari
perasaan kemanusiaan, dengan berlatar-belakang kehidupan Yoshitsume pada masa kanak-
kanak dan pada masa tuanya.

Setsuwa
Legenda yang sejenis dengan Konjaku Monogatarishuu masih terus ditulis sampai
Zaman Pertengahan seperti Ujishuui Monogatari, Kokonchomonjuu, Jikkinshoo dan lain-lain.
Dalam Ujishuui Monogatari ditulis legenda tentang setan yang mengambil benjolan dari
kepala, burung gereja membalas budi dna lain-lain. Legenda seperti ini sangat menarik dan
merupakan contoh-contoh legenda Zaman Pertengahan. Antologi legenda agama Budha yang
ditulis oleh pendeta dan pertapa diantaranya terdapat Hoobutsushuu yang ditulis oleh Taira no
Yasuyori, Hosshinshuu yang ditulis oleh Kamo no Choomci dan lain-lain. Mujuu juga banyak
menulis legenda yang diceritakannya sambil mengajarkan agama Budha,
misalnya Shasekishuu. Semuanya ini membawa angin baru bagi legenda rakyat hingga Zaman
Pra Modern. Buku Shintooshuu yang disusun pada Zaman Nanbokuchoo, selain berisi ajaran
Shintoo, juga banyak memuat legenda-legenda yang berhubungan dengan dewa-dewa Shintoo
dan Budha.

Otogizooshi (sejenis dongeng)


Di Zaman Heian cerita hikayat sangat populer sekali, tepapi pada Zaman Pertengahan
hal ini berubah, karena otogizooshi lebih digemari. Dongeng ini banyak mendapat pengaruh
6

dari cerita-cerita perang yang seluruhnya berjumlah sekitar 400 sampai 500 buah berupa cerita
Page

pendek yang tidak diketahui dengan jelas siapa pengarangnya.

6
Isi dongenng ini bermacam-macam, ada yang mengambil contoh dari cerita roman,
cerita perang, cerita kepahlawanan seperti Shutendooji, ada yang menggambarkan tentang
pendeta seperti Chigo Monogatari yang disebut juga Akinoyononaga Monogatari, dongeng
pertapa seperti Sanin Hoshi, dongeng tentang hubungan dewa agama Shintoo dengan dewa
agama Budha seperti Kumano no Honji, dongeng tentang flora dan fauna yang dilukiskan
sebagai manusia seperti Arokassen Monogatari dan lain-lain. Selain itu ada juga yang
bersumber dari dongeng rakyat, misalnyaBunshozooshi, Issunbooshi, Hachikazuki, dan
sebagainya. Karya tulis dongeng ini merupakan pertanda kebangkitan rakyat biasa dan
mempunyai pengaruh sampai dengan kesusastraan zaman berikutnya yakni Zaman Pra Modern.
Dongeng pada umumnya isinya sangat sederhana dan dangkal, karena berlainan dengan
jenis kesusastraan yang berpusat pada bmonogatari yang pengarang dan pembacanya terbatas
dengan kaum bangsawan, dongeng ditulis oleh bangsawan kelas rendah, pertapa dan pedagang.
Ruang lingkup para pembaca dongeng pun lebih luas mulai dari samurai, pendeta, pedagang
hingga rakyat banyak.

ZUIHITSU, NIKKI DAN KIKOO


1. Zuihitsu (essai)
Zuihitsu adalah genre sastra Jepang yang terdiri dari esai dan ide-ide yang biasanya
bereaksi terhadap lingkungan penulis. Zuihitsu muncul pada zaman Heian, namun berlanjut
ke periode Abad Pertengahan, yaitu tepatnya pada zaman Kamakura. Di zaman
Heian zuihitsu yang terkenal adalah Makura no Sooshi karyaSeishoonagon, sedangkan di
zaman Kamakura zuihitsu yang terkenal yaitu Hoojooki dan Tsurezure Gusa.

ü Hoojooki, adalah sebuah karya pendek yang penting dari zaman Kamakura (1185-1333) di
Jepang, yang ditulis olehKamo no Chōmei yang berasal dari keturunan agama Shintoo namun
matang dalam agama Budha. Peristiwa-peristiwa yang sangat menyedihkan seperti kebakaran
besar, angin topan, kelaparan, gempa bumi dan lain-lain telah mendorongnya mengasingkan
diri dari keramaian dan bertapa di Gunung Hinoyama. Pemikiran-pemikiran agama Budha
bahwa segala sesuatu di dunia yang fana ini tidak ada yang abadi dan bahwa dunia ini kotor
harus dijauhi dan berdoa demi kebahagian dunia yang akan datang, juga merupakan latar
belakang penulisan essei Hoojooki.

Namun isi Hoojooki bukanlah merupakan pelajaran agama Budha, tetapi merupakan
pencetusan sikap dan hati pengarang yang memisahkan diri dari kancah kehidupan rakyat biasa,
kemudian menyendiri di gubuk yang ada di gunung seakan dia jera akan kehidupan dunia fana
ini. Tetapi meskipun demikian, Hoojooki sebagai sebuah essei merupakan suatu karya tulis
dengan nada indah dan sangat logis sifatnya. Kamo no Chōmei menulis essei dimulai dengan
kata-kata Yuku Kawa... (Air sungai mengalir...). Maksudnya, pengarang mengungkapkan
bahwa segala sesuatu yang ada di dunia fana ini tidak ada yang kekal.
“Yuku kawa no nagare wa taezu shite, shikamo moto no mizu ni arazu. Yodomi ni ukabu
utakata wa, katsu ki katsu musubite, hisashiku todomaritaru tameshi nashi.byo no naka ni aru
hito to sumika to mata kau no gotoshi. Tamashiki no miyako no uchi ni mune wo narabe iraka
wo arasoeru takaki iyashiki hito no sumai wa, yoyo wo hate tsukisenu mono naredo, kore wo
7

makotoka to tazunereba, mukashi arishi ie wa mare nari. Aruiwa kozo yakete kotoshi tsukureri.
Page

Aruwa ooie horobite koie to naru. Sumu hito mo kore ni onaji. Tokoro mo kawara zu hito mo

7
ookaredo, inshie mishi hito wa, nisanjuunin ga naka ni wazuka hitori futari nari. Ashita ni
shini, yuu ni umaruru narai, tada mizu no awa ni zo nitari keru”.
Air sungai selalu mengalir, tetapi airnya akan berbeda. Buih-buih air itu akan pecah dan
mengalir, kemudian timbul lagi buih yang baru, tidak ada yang bertahan lama. Manusia dan
segalanya dalam dunia ini tak ubahnya seperti air dan buih, tiada yang kekal. Juga rumah-
rumah yang berjejer di ibukota. Seakan bersaing dalam kemewahannya. Rumah pembesar
maupun rumah si miskin kelihatannya seakan tetap ada sepanjang masa melalui beberapa
generasi. Tetapi kalau kita tanya apakah rumah itu ada dari dulu, ternyata tidaklah demikian.
Rumah yang lama sudah terbakar kemudian diganti dengan yang baru. Ada juga dulu rumah
yang besar, karena sudah hancur tinggallah hanya gubuk kecil saja. Demikian juga
penghuninya, selalu berubah tiada yang tetap. Meskipun tempat dan jumlah manusianya tidak
berubah, tetapi manusia yang dulu ada 20 atau 30 orang, kini hanya tinggal 2 atau 3 orang
saja. Pagi meninggal sorenya lahir, begitulah dunia ini seperti halnya buih-buih yang
mengapung di sungai.

ü Tsurezure Gusa, adalah sebuah essei yang muncul pada akhir zaman Kamakura. Ditulis
oleh Yoshida Kenkoo atau nama samarannya yang lebih populer adalah Urabe no Kaneyoshi.
Dilahirkan di lingkungan keluarga pendeta agama Shintoonamun ketika berumur 30
tahun, Kenkoo menjadi pendeta agama Budha. Sebagai penyair yang berbakat, dia juga
mempelajari sistem adat istiadat kuno, upacara kuno, waka, agama Budha dan ajaran konfusius
(ajaran China). Dengan latar belakang bermacam-macam keahlian diatas, di tempat
pengasingan diri yang sunyi dan tenang dia berhasil menciptakan sebuah essei yang dikenal
dengan nama Tsurezure Gusa. Essei ini terdiri dari 243 bab tidak termasuk pra kata, yang
memuat berbagai hal.
Dengan didasari ajaran agama Budha, dalam buku ini diterangkan bagaimana caranya
menghadapi dan mengatasi kehidupan sehari-hari yang penuh liku-liku dan pesoalan yang
memang betul-betul dialami setiap orang. Dia memberikan contoh-contoh yang mudah
dimengerti sehinga buku itu dapat dikatakan termasuk buku yang berguna bagi pendidikan. Di
dalam buku itu ada juga bagian yang isinya berlawanan dengan bagian yang lain, tetapi secara
keseluruhan pada umumnya lebih banyak menonjolkan hal-hal yang logis dan rasional, yang
mencerminkan cara berfikir penulisnya yang serius dan logis.
“Tsurezurenaru mama ni, hikurashi, suzuri mukaite ni, kokoro wo ni utsuriyuku
yoshinashigoto, sokowakatonaku kakitsukureba, ayashū koso monoguruoshikere”.
Dikala senggang dan santai, sehari suntuk menghadapi batu tulis, semua yang terbayang
dalam hatiku, langsung kutulis kadangkala kuhapus, tetapi semua yang kutulis itu,
membingungkan diriku sendiri.

2. Nikki (catatan harian)


Nikki adalah kesusastraan Jepang yang yang merupakan catatan harian yang menarik
dan memiliki makna. Seperti halnya Zuihitsu, nikki juga muncul pada zaman Heian namun
berlanjut ke periode Abad Pertengahan. Di zaman Heian nikki yang terkenal yaitu Tosa
8

Nikki karya Ki no Tsurayuki, Kageroo Nikki karya Michitsuna (istri Fujiwara Keneie), Izumi
Page

Shikibu Nikki dan nikki yang terakhir adalah Murasaki Shikibu Nikki karya Murasaki Shikibu.

8
Pada Abad Pertengahan, tepatnya di zaman Kamakura nikki (catatan harian) yang
terkenal dan ditulis oleh wanita, yaitu Kenshunmonin Chuunagon Nikki karya Fujiwara
Shunzen no Musume, Kenreimonin Ukyoo no Daibutsu karya Kenreimonin Ukyoo no
Daibu, Nakatsuka Naishi Nikki karya Benno Naishi. Selain itu ada juganikki yang
berjudul Towazugatari karya Gofukakusain Nijoo yang dianggap unik dan mempunyai warna
tersendiri.
Selain nikki yang ditulis oleh wanita, ada juga nikki yang ditulis oleh pria dalam huruf
kana, antara lainHaru no Miyamaji karya Asukai Massari dan Soochoo no
Shuki karya Soochoo. Soochoo no Shuki adalah salah satu nikki yang menarik karena
menggambarkan kehidupan penyair pantun Renga.

3. Kikoo (catatan perjalanan)


Dengan dibukanya Kamakura sebagai pusat pemerintahan Bakufu, menyebabkan pusat
kegiatan politik terbagi menjadi dua tempat yaitu Kyooto dan Kamakura. Akibatnya kedua
tempat tersebut banyak dikunjungi pelancong yang menyebabkan timbulnya kesusastraan
Kikoo.
Kesusastraan kikoo adalah jenis catatan perjalanan. Kikoo ini baru di muncul di periode
Abad Pertengahan, dan contoh kikoo yang terkenal adalah Kaidooki dan Tookankikoo.
Tookankiko merupakan salah satu contoh kikooyang ditulis dengan campuran gaya bahasa
Jepang dan gaya bahasa China.
Salah satu Kikoo yang terkenal selain kedua Kikoo yang sudah disebutkan diatas
adalah Isayoi Nikki yang ditulis oleh Abutsuni, istri Fujiwara Tameie. Kalimat dan gaya
bahasanya sangat indah dan halus karena sangat menonjolkan sifat kewanitaan
penulisnya. Isayoi Nikki melukiskan kisah perjalanan dari
ibukota Kyooto menujuKamakura dan keadaan kehidupannya selama bertempat tinggal
di Kamakura.
Setelah Zaman Nanbokuchoo berakhir, keadaan lalu lintas bertambah maju dan ramai,
sehingga memungkinkan banyak orang bepergian atau bertamasya. Hal ini menyebabkan
banyak sekali karya kesusastraankikoo muncul. Tetapi kikoo yang dapat dikatakan bernilai
tinggi setelah Zaman Nanbokuchoo berakhir hanyalahTsukushi no michi no Ki karya Soogi.

Kesimpulan
Hikayat masih juga giat ditulis meskipun telah memasuki Zaman Kamakura, tetapi
penulisan ini mempunyai sifat yaitu kecenderungan untuk mengenang kembali kehidupan
9

kaum istana. Diantaranya banyak karya yang ditulis panjang lebar, meniru gaya tulisan Genji
Page

Monogatari (Hikayat Genji) yang muncul sebelumnya

9
Pada Zaman Abad Pertengahan ini terdapat banyak macam karya sastra yang
dibuat oleh beberapa kalangan sehingga terdapat ciri khas masing-masing penulis yang dapat
kita ketahui

10
Page

10
DAFTAR PUSAKA

1.Asoo, Isoji. 1983. Sejarah Kesusastraan Jepang. Jakarta : Universitas Indonesia.

2.Aswil, Ila. Kesusastraan Jepang Zaman Pertengahan. 12 Oktober 2018.


http://zhenzhen91.blogspot.com/2012/11/kesusastraan-zaman-pertengahan.html

3. Aswil Ila. Kesusastraan Jepang zaman Pertengahan (bagian ke-2. 12 Oktober 2018
http://zhenzhen91.blogspot.com/2012/11/kesusastraan-jepang-abad-pertengahan.html

11
Page

11

Anda mungkin juga menyukai