Anda di halaman 1dari 12

Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No.

bidang
SASTRA

REPRESENTASI SAMURAI SEBAGAI KELAS ATAS


DALAM STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG DI ZAMAN EDO
DALAM NOVEL TOKAIDO INNKARYA DOROTHY DAN THOMAS HOOBLER

FENNY FEBRIANTY
Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra
Universitas Komputer Indonesia

Karya sastra menampilkan gambaran kehidupan sebagai kenyataan sosial di


masyarakat. Begitu juga novel Tokaido Inn karya Dorothy dan Thomas Hoobler
yang kental merefleksikan fenomena sosial masyarakat Jepang di zaman Edo,
khususnya yang berkenaan dengan keberadaan samurai sebagai kelas teratas
dalam stratifikasi sosial masyarakat Jepang ketika itu. Melalui pendekatan
sosiologi sastra khususnya karya sastra sebagai dokumen sosial, penulis
mengidentifikasikan beberapa representasi dalam novel Tokaido Inn berkenaan
dengan identitas samurai, batasan-batasan sosial yang membedakan samurai
dengan orang biasa, serta sikap maupun pandangan masyarakat terhadap
samurai yang menduduki posisi teratas dalam stratifikasi sosial masyarakat
Jepang pada masa itu.

Keywords : sosiologi sastra, samurai, stratifikasi sosial

PENDAHULUAN suami istri yang sekaligus adalah se-


1. Latar Belakang jarahwan ini, selain mampu menyampaikan
tema cerita lewat gaya penceritaan yang
Karya sastra sebagai hasil ciptaan manusia menarik, juga secara langsung menjadi re-
mengandung nilai keindahan sekaligus fleksi kehidupan sosial masyarakat Jepang
gambaran kehidupan baik yang dialami di zaman Edo, ketika Jepang dibawah ken-
langsung ataupun tidak langsung oleh dalali kelas militer (samurai). Pada zaman
pengarangnya. Oleh karena itu, karya sastra Edo seluruh aspek kehidupan masyarakat
dapat dianggap sebagai dokumen sosial dikendalikan Keshogunan Tokugawa yang
(budaya) yang menggambarkan kehidupan. berpusat di Edo (sekarang Tokyo). Berbagai
Disisi lain kehidupan sendiri adalah sesuatu peraturan dibuat untuk mengendalikan
yang nyata, meskipun unsur-unsur imajinasi masyarakat termasuk golongan samurai
pengarang tidak bisa diabaikan begitu saja, sendiri. Akibatnya, Jepang dalam kondisi
hal ini dikarenakan bahwa dari yang damai. Meskipun akhirnya golongan
kenyataanlah imajinasi dan kreatifitas samurai tidak perlu turun ke medan perang
seorang pengarang berkembang. lagi namun samurai tetap menjadi golongan
terhormat, dan bahkan ditempatkan se-
Begitu pula halnya dengan aspek-aspek bagai kelas teratas dalam stratifikasi sosial
kehidupan yang tergambar dalam novel masyarakat ketika itu.
Tokaido Inn karya Dorothy dan Thomas
Hoobler. Novel yang ditulis oleh pasangan

H a l a ma n 29
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty

Oleh karena itu, berdasarkan fakta sosial seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-
tersebut diatas penulis tertarik untuk peristiwa yang terjadi dalam batin
melakukan penelitian yang berjudul seseorang yang sering menjadi bahan sas-
‘Representasi Samurai sebagai Kelas Atas tra, adalah pantulan hubungan seseorang
dalam Stratifikasi Sosial Masyarakat Jepang dengan orang lain atau dengan masyarakat
di zaman Edo dalam novel Tokaido Inn karya dan menumbuhkan sikap sosial tertentu
Dorothy dan Thomas Hoobler.” atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa
sosial tertentu.
2. Masalah Penelitian
Sosiologi sastra dapat meneliti sastra seku-
Masalah penelitian ini adalah bagaimana rang-kurangnya melalui tiga perspektif. Per-
representasi samurai sebagai kelas atas tama, perspektif teks sastra, artinya peneliti
dalam stratifikasi sosial masyarakat Jepang menganalisis karya sastra sebagai sebuah
di zaman Edo dalam novel Tokaido Inn karya refleksi kehidupan masyarakat dan se-
Dorothy dan Thomas Hoobler. baliknya. Kedua, perspektif biografis, yaitu
peneliti menganalisis pengarang. Perspektif
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini akan berhubungan dengan life history
seorang pengarang dan latar belakang so-
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sialnya. Ketiga, perspektif reseptif, yaitu
bentuk representasi samurai sebagai kelas penelitian menganalisis penerimaan
atas dalam stratifikasi sosial masyarakat masyarakat terhadap teks sastra
Jepang di zaman Edo dalam novel Tokaido (Endraswara, 2004:81). Lebih jauh, pre-
Inn karya Dorothy dan Thomas Hoobler. spektif teks sastra dalam sosiologi sastra
Manfaat teoritis yang diharapkan penulis bermakna bahwa karya sastra adalah
melalui penelitian ini adalah mampu produk masyarakat, sebagai sarana meng-
mengimplementasikan pendekatan sosiolo- gambarkan kembali (representasi) realitas
gi sastra khususnya untuk menganalisis dalam masyarakat. Dengan begini, berarti
sastra sebagai dokumen sosial terkait ma- bahwa sastra menjadi dokumen dari realitas
salah penelitian. Sedangkan manfaat prak- sosial budaya, maupun politik yang terjadi
tis yang ingin diperoleh melalui penelitian ini dalam masyarakat pada masa tertentu yang
adalah dapat memberikan informasi dan menjadi cermin langsung dari berbagai dina-
pengetahuan kepada pembaca mengenai mika kehidupan seperti struktur sosial, hub-
samurai sebagai kelas atas dalam stratifi- ungan kekeluargaan, pertentangan antar
kasi sosial masyarakat Jepang di zaman Edo kelas masyarakat, dan sebagainya.
melalui representasi dari novel Tokaido Inn
karya Dorothy dan Thomas Hoobler. 2. Samurai

TINJAUAN PUSTAKA Samurai berasal dari bahasa Jepang kuno


‘samorau’ yang berarti melayani, lalu men-
1. Sosiologi Sastra jadi ‘saburai’ dan selanjutnya disebut
‘samurai’, yang artinya pelayan yang
Damono (2002:1) mengungkapkan bahwa mengabdi pada majikannya. Ada pula istilah
sastra menampilkan gambaran kehidupan, ‘bushi’ dengan mana mirip yaitu ‘orang yang
dan kehidupan itu sendiri adalah suatu ken- dipersenjatai’ atau ‘kaum militer’. Istilah
yataan sosial. Hal ini bermakna bahwa ke- ‘samurai’ dan ‘bushi’ lalu menjadi sinonim
hidupan mencakup hubungan antar pada akhir abad ke-12.
masyarakat, antar masyarakat dengan
orang-seorang, antarmanusia, dan antar Diakhir abad ke 11, stabilitas politik
peristiwa yang terjadi dalam batin Kekaisaran Jepang diguncang konflik-konflik
kekuasaan antar keluarga Istana maupun

H a l a m a n 30
Fenny Febrianty Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1

antar bangsawan yang diperparah prajurit biasa dalam sejarah Jepang. Mereka
melemahnya kendali di provinsi-provinsi adalah ksatria terlatih dengan kemampuan
akibat banyak pejabat provinsi (kokushi- bela diri yang tinggi, memiliki keberanian
selevel gubernur) dari golongan bangsawan dalam bertempur, tetapi juga kesetiaan
terlena dalam kemewahan hidup di ibuko- pribadi pada orang-orang yang dianggap
ta. Sementara itu, penerapan politik Taiho atasan (Beasley, 2003:79). Prinsip, cara
Ritsuryo sejak awal abad ke-8, membuat hidup, dan perilaku samurai dikenal dengan
sebagian besar penduduk hidup dalam istilah bushido sebagai kode etik tidak tertu-
kemiskinan yang berakibat pada tingginya lis yang berisi dasar nilai-nilai moral dan
tindak kriminal seperti penjarahan, per- perilaku sebagai samurai. Konsep bushido
ampokan bahkan pembunuhan di wilayah- berasal dari empat pemikiran, yaitu Zen
wilayah provinsi. Oleh sebab itu, untuk men- Buddhisme, Shintoisme, dan Konfusianisme
jaga keamanan lahan-lahan pertanian serta yang mengajarkan penghargaan terhadap
wilayah kekuasaan masing-masing, banyak kehidupan dan kematian yang mencakup
pejabat yang berada dibawah kokushi nilai-nilai kesetiaan, keteladanan, keberani-
an, keadilan, kedisiplinan, dan harga diri.
(gunshi-selevel bupati) yang bertanggungja-
Dalam World History – The Rise of Samurai
wab terhadap desa-desa tani ataupun tuan-
(2010:18) disebutkan bahwa dalam seman-
tuan tanah harus mempersenjatai sendiri gat bushido, seorang samurai diharapkan
anggota keluarga dan petani penggarapnya menjadi ksatria yang hebat sekaligus pecin-
dengan busur panah dan pedang. Seiring ta seni, yang disebut dengan ungkapan bu
waktu, orang-orang bersenjata ini menjadi (jalan hidup ksatria) dan bun (keindahan,
serdadu terlatih. Merekalah yang kemudian intelektual dan spiritual). Jalan hidup ini
menjadi cikal bakal samurai. Pada akhirnya tidak hanya diterima sebagai keyakinan,
di daerah-daerah terbentuk kelompok- tetapi juga kebudayaan yang menjadi identi-
kelompok militer kuat, dan yang paling ber- tas samurai.
pengaruh adalah dua klan samurai yaitu
Minamoto (Genji) di Jepang Timur dan klan Masih dalam sumber yang sama, lebih
Taira (Heiji) di Jepang Barat sebagai pence- lanjut dijelaskan bahwa sebelum menang
tus lahirnya kekuasaan kaum samurai. dalam pertempuran, seorang samurai harus
mampu menaklukkan diri sendiri. Harga diri
Kaum samurai menguasai Jepang selama bernilai sama dengan sebuah kehidupan
ratusan tahun yaitu dari zaman Kamakura bagi seorang samurai. Kalah dalam perang
(1192) hingga akhir zaman Edo (1867). Se- adalah salah satu hal yang membuat harga
jak zaman Kamukara Jepang memasuki diri seorang samurai turun, dan mereka ha-
zaman feodal dimana kekuasaan politik rus menanggung malu karena itu. Tindakan
dikendalikan oleh penglima besar samurai menyerah kepada lawan bukanlah hal yang
yang disebut Shogun., sementara Kaisar tepat karena itu justru dianggap sebagai
hanyalah sebagai pemegang kekuasaan ‘dosa yang tak termaafkan’, sementara
simbolis saja. Shogun mendirikan samurai yang melakukannya harus dibuang
pemerintahan militer yang disebut bakufu dari klan dan tidak mendapat tempat dalam
atau keshogunan. Keshogunan sebagai ko- masyarakat. Dalam kondisi seperti ini,
mando militer tertinggi membawahi para bahkan bunuh diri dianggap lebih baik dari
daimyo, yaitu jendral-jendral militer feodal pada menyerah kepada musuh. Prosesi
pemimpin klan samurai di provinsi-provinsi. bunuh diri seorang samurai dikenal sebagai
Para daimyo ini memiliki pasukan militer seppuku. Seppuku bukan sekedar harakiri
yang juga adalah kaum samurai. (menusuk dan merobek perut
menggunakan pisau) namun dipandang
Konsep samurai sebagai kaum ksatria men- sebagai tindakan mulia untuk melindungi
jadikan samurai memiliki peran penting dan kehormatan ketika malu karena gagal
kedudukan tersendiri yang berbeda dengan

H a l a ma n 31
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty

melaksanakan tugas atau kewajiban, hal ini empat tingkatan yang dikenal sebagai shi-
dikarenakan bagi samurai lebih baik mem- nokosho (Nakayama, 2012:234). Shi meru-
ilih kematian dari pada hidup panjang na- pakan singkatan dari bushi (kaum samurai
mun tidak memiliki kharisma. atau prajurit), no dari nomin (petani), ko dari
kosakunin (pengrajin), dan sho dari shonin
3. Stratifikasi Sosial Masyarakat Jepang di (pedagang). Hierarki sosial ini didasarkan
Zaman Edo dari pekerjaan atau cara tiap golongan
masyarakat dalam menjalani kehidupan,
Zaman Edo digunakan untuk menamai peri- apakah memiliki nilai tanggungjawab
ode masa dalam sejarah Jepang yang ber- ekonomis dan pengorbanan bagi kaum pen-
langsung dari tahun 1603 hingga 1867 se- guasa sebagai tolak ukurnya. Suatu golon-
bagai periode terakhir masa feodal di Je- gan akan berada pada tingkat yang lebih
pang. Keshogunan zaman Edo didirikan tinggi jika dinilai lebih keras dalam bekerja
oleh Tokugawa Ieyasu, yang sekaligus men- yang secara tidak langsung berarti lebih
jadi Shogun pertama. Selama 15 generasi berguna bagi kepentingan kaum penguasa
hingga Tokugawa Yoshinobu, klan Tokugawa dibanding keuntungan yang diterima dirinya
mengendalikan Jepang. Keshogunan klan sendiri. Sebagai stratifikasi sosial tertutup,
Tokugawa berpusat di Edo (sekarang Tokyo) status dan peran dari tiap-tiap golongan
ini, sehingga Keshogunan pada masa ini pada masa ini diawasi secara ketat, dimana
disebut juga Keshogunan Edo, sedangkan seseorang yang telah dilahirkan dalam go-
zamannya disebut sebagai zaman Edo (Edo longan tertentu tidak dapat naik ke golon-
Jidai). gan lain begitu saja (Wibawarta : 2006).
Salah satu peraturan yang diterapkan oleh Stratifikasi sosial pada zaman Edo ini
Keshogunan Edo adalah stratifikasi sosial secara sengaja diciptakan oleh penguasa
yang merupakan penggolongan kelompok dari golongan militer (samurai) yang
masyarakat dalam berbagi lapisan-lapisan jumlahnya tidak lebih dari 10% dari seluruh
tertentu. Sorokin dalam skpm.ipb.id penduduk Jepang di masa itu agar mampu
mendefiniskan stratifikasi sosial sebagai mempertahankan kedudukan serta memiliki
perbedaan penduduk atau masyarakat ke kekuatan untuk menekan golongan-
dalam lapisan kelas-kelas secara bertingkat golongan dibawahnya yang jauh lebih ban-
(hierarkis) dengan perwujudannya adalah yak jumlahnya. Akibatnya, lahirlah golongan
kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. ‘yang memerintah’ dan ‘diperintah’ atau
Ukuran yang umumnya dipakai untuk golongan ‘berkedudukan tinggi’ dan
menggolongkan anggota masyarakat ke ‘golongan berkedudukan rendah’ atau
dalam suatu lapisan berdasarkan kekayaan, ‘kelas atas’ dan ‘kelas bawah’ dalam ke-
kekuasaan, kehormatan (masyarakat tradi- hidupan masyarakat Jepang pada masa itu.
sional-golongan tua, seseorang yang ber-
jasa) dan ilmu pengetahuan. Lahirnya strati- METODOLOGI PENELITIAN
fikasi sosial dalam sebuah masyarakat
dapat terjadi secara 1) otomatis/dengan 1. Metode dan Pendekatan Penelitian
sendirinya, karena faktor keturunan, 2) sen-
gaja, terjadi dengan maksud dan tujuan Metode yang digunakan adalah deskriptif
untuk kepentingan bersama yang diten- analitik dengan cara mendeskripsikan fakta-
tukan adanya wewenang dan kekuasaan- fakta yang kemudian disusul dengan ana-
yang diberikan oleh seseorang atau organ- lisis. Pendekatan penelitian yang digunakan
isasi. adalah sosiologi sastra, khususnya perspek-
tif sastra sebagai teks yang menjadi doku-
Statifikasi sosial (mibun seido) di zaman men dari realitas sosial budaya, maupun
Edo, membagi masyarakat Jepang dalam

H a l a m a n 32
Fenny Febrianty Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1

politik yang terjadi dalam masyarakat pada PEMBAHASAN


masa tertentu.
Dalam pembahasan ini penulis akan me-
2. Objek Penelitian maparkan terlebih dahulu unsur-unsur pem-
bangun/instrinsik novel Tokaido Inn karya
Objek penelitian adalah penggambaran Dorothy dan Thomas Hoobler yang paling
kembali atau representasi samurai sebagai berkaitan dengan masalah penelitian.
kelas atas dalam stratifikasi sosial masyara-
kat Jepang di zaman Edo yang terdapat da- 1. Unsur Pembangun Novel
lam novel Tokaido Inn karya Dorothy dan
Thomas Hoobler. a. Tema
Tema (theme) menurut Stanton (1965:20)
3. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengum- dan Kenny (1966:88) dalam Nurgiyantoro
pulan Data Penelitian (2010:67) adalah makna yang dikandung
oleh sebuah cerita. Lebih lanjut, Nurgiyanto-
Data penelitian berupa kata, kalimat, mau- ro (2010:68) menyatakan bahwa tema men-
pun paragrap dari narasi maupun dialog jadi dasar pengembangan seluruh cerita,
dalam novel Tokaido Inn yang terkait maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagi-
dengan objek penelitian. Sumber data beru- an cerita itu yang memiliki generalisasi yang
pa 1) sumber data primer, yaitu novel Tokai- umum, lebih luas, dan abstrak. Penafsiran
do Inn karya Dorothy dan Thomas Hoobler tema mungkin dilakukan apabila telah
yang diterjemahan oleh Hari Ambari (368 memperoleh pemahaman cerita secara
halaman) terbitan Dastan Books tahun keseluruhan. Namun ada kalanya, dapat
2008; 2) sumber data sekunder yaitu juga ditemukan adanya kalimat-kalimat
berbagai referensi ilmiah seperti buku, (atau: alenia-alenia, percakapan) tertentu
jurnal, dan artikel sebagai landasan dalam yang dapat ditafsirkan sebagai sesuatu yang
penganalisan. Teknik pengumpulan data mengandung tema pokok (Nurgiyantoro,
dari sumber data primer menggunakan 2010:69). Menurut penulis, tema novel To-
teknik simak dan catat secara terarah, cer- kaido Inn adalah balas dendam. Penafsiran
mat dan teliti untuk memperoleh data yang tema tersebut berdasarkan pemahaman
dibutuhkan, sedangkan terhadap sumber keseluruhan cerita serta diperkuat oleh ka-
data sekunder digunakan studi pustaka. limat-kalimat dialog di bagian tengah dan
akhir cerita, seperti berikut :
4. Teknik Analisis Data
Aku Genji, anak dari daimyo Takezaki Kita.
Teknik analisis data dilakukan dengan Keturunan orang terhormat yang tersungkur
langkah-langkah seperti berikut : jadi aktor tanpa rumah dan menamakan
a. Menganalisis unsur-unsur instrinsik se- dirinya Tomomi.” ……“Lihat aku sekarang!
bagai unsur pembangun karya sastra Terhina, namun kehormatan harus tetap
yang berkenaan langsung dengan masa- dibela.” Ia mengusap mukanya, menghapus
lah penelitian yaitu tema, cerita dan plot, riasan putih yang ia pakai di panggung……
penokohan, dan latar, Tomomi menggosok bekas lukanya. “Untuk
b. Menganalisis kalimat/paragrap yang membalas ini, kuabdikan hidupku.
menjadi objek penelitian yang merepre- (Tokaido Inn : 165)
sentasikan kondisi sosial terkait masalah
penelitian dengan fakta-fakta sosial ber- Tuan Shakuseki? Kapan Seikei mendengar
dasarkan referensi-referensi ilmiah nama itu, ia tahu siapa musuh keluarga
terkait, lalu membuat kesimpulan. Takezaki sebenarnya. Tomomi pasti ber-
encana menghinakannya. Tapi apa yang
aktor itupikirkan? Mementaskan kisah ini,

H a l a ma n 33
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty

untuk mengejek Tuan Hakuseki—di ru- dan Seikei melihat meski sudah mati, wajah
mahnya sendiri! Ini gila. Tomomi menyungging senyum keme-
(Tokaido Inn : 300) nangan. (Tokaido Inn : 333-334)

Dengan suara ibunya, Tomomi mencela Hakim Ooka menunduk untuk menutup ma-
tuan Shakuheki karena pengkhianatan dan ta Tomomi. Ia berdiri dan berjalan mendeka-
aib yang ia berikan, melemparkan cacian ti Seikei. “Sekarang kau sudah melihat ke-
dan makian kedalam mimpinya. “Meski kau matian seorang samurai”, kata sang hakim.
kaya dan berkuasa, dan makmur karena (Tokaido Inn : 334)
tanah yang kau curi dari keluargaku, kau
masih meminta lebih. Untuk sesuatu yang
tak bisa kau dapatkan, benar kan?” Hantu b. Cerita dan Plot
itu tertawa, menghina dengan sangat kasar Foster (1970:35) dalam Nurgiyantoro
hingga Seikei tidak habis piker kenapa Tuan (2010:91) mengartikan cerita sebagai se-
Hakuseki bisa meredam amarahnya. “Apa buah narasi berbagai kejadian yang sengaja
yang kau inginkan adalah rasa hormat,” disusun berdasarkan urutan waktu. Cerita
kata hantu itu, menekankan pada kata tera- dalam novel Tokaido Inn menggunakan plot
khir. “Rasa hormat yang hanya dimiliki sam- lurus atau maju dimana peristiwa-peristiwa
urai sejati. Di istana shogun, kau hanya yang dikisahkan bersifat kronologi. Secara
diterima, tidak dieri tempat terhormat. Kare- singkat, cerita novel Tokaido Inn sebagai
na shogun, sama seperti orang lain melihat- berikut :
mu, menilaimu dari apa yang telah kau
lakukan. Manusia tanpa kehormatan.” Seikei, seorang remaja berusian 14 tahun
(Tokaido Inn: 328-329) yang sejak kecil memiliki hasrat besar men-
“Ini milikmu?” cemooh Tomomi, menunjuk- jadi samurai tengah menemani ayahnya
kan permata itu. “Ambillah jika bisa… seorang saudagar teh dalam perjalanan
pencuri! Aku adalah Genji, anak Takezaki bisnis dari Osaka ke Edo melewati jalur To-
Kita, orang yang kau curi permatanya.” kaido dengan menaiki kago (kereta
(Tokaido Inn : 330) panggul) mewah milik mereka. Di tengah
perjalanan, secara kebetulan mereka
“Ingat?” cemoohnya pada sang daimyo. menyaksikan insiden kecil antara seorang
“Kau ingat siapa aku?” Ia melewati tusukan daimyo (Tuan Hakuseki) dengan seorang
kaku Tuan Hakuseki untuk kedua kalinya, pengemis. Ketika Seikei dan ayahnya ber-
dan malam di sebuah penginapan, terjadilah
menyayat pipi lainnya. pencurian batu rubi milik Tuan Hakuseki
(Tokaido Inn :332) yang kebetulan bermalam di penginapan
yang sama. Seikei yang pada saat kejadian
Ia melihat dengan tatapan berani, lalu ber- belum tidur, sempat mendengar sesuatu
lutut. Menurunkan pedangnya, men- yang mencurigakan bahkan sosok aneh
guraikan kimono hingga terlihat kulit lehern- yang dipikirnya adalah hantu itu hendak
ya. Samurai shogun menghunus pedang masuk ke kamarnya. Keesokan harinya,
dan menebaskannya ke arah leher Tomomi Seikei bersaksi kepada Hakim Ooka, samu-
dengan sekali tebasan. Kepala aktor itu rai pegawai Keshogunan yang bertugas me-
jatuh ke lantai dan semburan darah keluar nangani kasus pencurian tersebut bahwa
dari tubunya. Tangannya terbuka, Seikei pencurian telah dilakukan oleh ’hantu’.
melihat batu rubi merah terjatuh dan Kesaksian Seikei ini menyelamatkan tokoh-
menggelinding di antara simbahan darah di tokoh lainnya yang tidak bersalah dari tudu-
lantai. Perlahan, kepala Tomomi berhenti han sebagai pencuri, kecuali pemilik
menggelinding. Matanya masih terbuka, penginapan yang lebih memilih melakukan

H a l a m a n 34
Fenny Febrianty Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1

seppuku dari pada memberikan informasi yaitu Seikei (putra saudagar teh), Tomo-
lebih terkait peristiwa pencurian tersebut. mi/Genji (aktor kabuki keliling/putra dai-
Sikap Seikei yang sangat berani dan jujur myo Takezaki Kita), Hakim Ooka
layaknya seorang samurai dalam mem- (samurai petugas kehakiman Keshogun-
berikan kesaksian sangat menarik hati Ha- an), dan Tuan Hakuseki (daimyo)
kim Ooka. Seikei justru diminta sang hakim 2. Tokoh Tambahan
untuk membantunya dalam memecahkan yaitu Konoike Toda (ayah Seikei), pemilik
kasus tersebut. Seikei akhirnya mengetahui penginapan (samurai pengikut keluarga
identitas sang pencuri, ia adalah Tomomi Takezaki), Bunzo (samurai pengikut Ha-
aktor kabuki keliling yang juga orang yang kim Ooka), Kazuo (remaja pengurus per-
sama dengan pengemis yang telibat insiden lengkapan kabuki), dan Shogun.
dengan Tuan Hakuseki di tengah perjalan-
an. Tomomi ternyata adalah Genji, putra d. Latar Waktu dan Sosial
Takezaki Kit-daimyo penganut agama Kris- 1. Latar tempat,
ten yang sangat dilarang oleh Keshogunan Lokasi utama yang menjadi tempat ter-
Edo. Selama ini, Tomomi terpaksa jadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita
mengabdikan hidupnya menjadi aktor kabu- novel Tokaido Inn adalah : Tokaido (jalan
ki demi balas dendam kepada Tuan Ha- utama yang menghubungkan Osaka dan
kuseki yang telah membantai keluarganya Edo), penginapan (Kameyama), Kuil Ise
sehingga membuat ibunya melakukan sep- (Ise), Kediaman daimyo Hakuseki (Edo).
puku. Peristiwa pencurian rubi di pengina- 2. Latar waktu
pan juga adalah salah satu rangkaian balas Waktu terjadinya peristiwa yang dic-
dendam Tomomi. Balas dendam terbalas- eritakan dalam novel Tokaido Inn, yaitu
kan dengan tuntas ketika Tomomi dan rom- pada zaman Edo, tepatnyadi tahun 1735
bongan kabuki mendapat kesempatan dimasa pemerintahan Tokugawa Yo-
melakukan pertunjukan di kediaman Tuan shimune (Shogun klan Tokugawa ke-8).
Hakuseki. Melalui adegan demi adegan da- 3. Latar sosial
lam pertunjukan yang telah dipersiapkan Kehidupan sosial yang melatari peristiwa
dengan matang, Genji berhasil memper- -peristiwa yang diceritakan dalan novel
malukan Tuan Hakuseki dengan menguak Tokaido Inn adalah kehidupan damai di
peristiwa masa lalu di depan semua pe- masa Edo sebagai dampak dari pember-
nonton yang salah satunya adalah Shogun. lakukan berbagai peraturan dan ke-
Karena insiden ini, sesuai peraturan samu- bijakan oleh Keshogunan untuk menga-
rai Genji harus menerima hukuman. Ia di- tur segala aspek kehidupan masyarakat
penggal, namun ia tewas dengan rasa puas secara ketat. Meskipun samurai tidak
dan bahagia karena telah membalas den- lagi terjun ke medan pertempuran na-
dam kematian keluarganya secara terhor- mun samurai tetap menjadi golongan
mat. Atas jasa Seikei dalam kesungguhan terhormat dalam masyarakat Jepang
membantu memecahkan kasus ini, Hakim pada masa itu.
Ooka bermaksud mengangkat Seikei men-
jadi putra secara hukum, agar keinginan 2. Representasi Samurai sebagai Kelas Atas
Seikei untuk menjadi samurai dapat ter- dalam Stratifikasi Sosial Masyarakat Jepang
wujud. di Zaman Edo dalam Novel Tokaido Inn Kar-
ya Dorothy dan Thomas Hoobler
c. Penokohan
Cukup banyak tokoh yang dihadirkan dalam Sebelum memasuki masa feodal hingga
novel Tokaido Inn, namun berdasarkan keu- masa feodal di zaman Kamakura hingga
tamaan dalam penceritaannya tokoh-tokoh Azuchi Mamoyama (1192-1598), golongan
tersebut adalah : samurai telah menjadi penguasa dengan
1. Tokoh Utama status sosial tinggi, meskipun belum men-

H a l a ma n 35
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty

jadi kelas tersendiri seperti di zaman Edo. (Tokaido Inn : 114-115)


Tingginya status sosial golongan samurai
dikarenakan samurai dianggap prajurit elit Kutipan diatas adalah ketika Hakim Ooka
karena memiliki reputasi tinggi yang di- mengajak Seikei menuju sebuah taman
peroleh dari kemenangan dalam berbagai yang terletak di belakang rumahnya. Taman
misi-misi militer Kekaisaran untuk tersebut adalah taman batu/taman Zen/
menumpas berbagai gangguan keamanan karesansui yaitu taman yang dibuat ber-
negara sehingga menjadikan samurai se- dasarkan konsep-konsep Budha aliran Zen
bagai golongan yang banyak berjasa bagi yang umumnya digunakan untuk bermedi-
negara. Tak hanya itu, prinsip hidup ber- tasi. Keberadaan taman tersebut secara
dasarkan nilai-nilai bushido menjadikan tindak langsung merefleksikan bahwa si
samurai tidak hanya dikenal ksatria di me- pemilik yaitu Hakim Ooka yang merupakan
dan perang, namun juga sebagai sosok yang seorang samurai adalah orang yang me-
mencintai sekaligus menguasai seni, mem- mahami dan mencintai seni dan keindahan.
iliki pemikiran yang cerdas, serta selalu Di taman tersebut Hakim Ooka bermeditasi
mendekatkan diri dengan Kami (dewa) me- untuk memohon bimbingan Kami agar
lalui berbagai aktivitas spiritual sebagai berkenan membantu tugasnya me-
manifestasi keseimbangan antara konsep nyelesaikan kasus pencurian batu rubi milik
bu (ilmu perang) dan konsep bun Tuan Hakuseki. Hal ini mencerminkan iden-
(kemampuan sipil) yang menjadi identitas titas samurai yang berkaitan dengan aktivi-
diri samurai. Hal tersebut menjadikan golon- tas spiritual.
gan samurai diaggap ‘sangat’ berbeda dari
prajurit ataupun rakyat biasa. Identitas sam- Identitas samurai sebagai pecinta seni juga,
urai tersebut direpresentasikan dalam novel direpresentasikan dalam novel Tokaido Inn
Tokaido Inn seperti dalam kutipan berikut : dalam dialog antara daimyo Hakuseki
dengan putri pengrajin kertas di penginapan
Sang hakim mengantarnya ke taman sebelum terjadinya peristiwa pencurian batu
belakang rumah. Seperti umumnya rumah rubi miliknya yang akan dihadiahkan kepa-
hakim, taman menggambarkan rasa cinta da Shogun, sebagai berikut :
pada keindahan. Tumbuhan dan pohon
mengelilingi sebentuk kotak dengan lantai
koral putih bersih. Batu berbagai ukuran “Aku butuh kertas yang bagus untuk me-
tersusun sangat rapi. Seikei pernah melihat nyurati shogun,” “Mengerti? Untuk shogun,
yang seperti ini di kuil Zen Buddha di Kyoto. aku membawakan dia hadiah, dan kuharap
Pendeta bersemedi di sana berjam-jam un- sebait puisi indah menyertainya.”
tuk menenangkan pikiran.……..Tiba-tiba, (Tokaido Inn : 35)
sang hakim menepukkan tangan dengan
kencang, dua kali. Ia memanggil Kami, jiwa “Maukan kau mendengar sajak ini?” tanyan-
alam yang hidup di seluruh Jepang. Sang ya. Terkejut, gadis itu tercenung sejenak,
hakim menoleh kearah Seikei, me- lalu perlahan menunduk dan mengangguk.
nyuruhnya melakukan hal yang sa- “Ceri bermekaran menutupi bumi,” ia mem-
ma……..Kami akan melakukan perjalanan”, baca, “seperti kepala musuh-musuhku.”
kata sang hakim. “Kami mohon bimb- (Tokaido Inn : 37)
inganmu supaya bisa menyelesaikan uru-
san ini. Anak ini ingin belajar banyak hal, Haiku (puisi) adalah salah satu seni yang
akan akan mengajarkannya semampuku, paling digemari oleh golongan samurai. Pa-
ketika aku gagal, tunjukkanlah jalan bag- da saat musim semi tiba para samurai me-
inya. Jagalah dia dengan penuh kasih sa- nyelenggarakan pesta melihat mekarnya
yang.” bunga sakura (hanami) dan menulis haiku.

H a l a m a n 36
Fenny Febrianty Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1

Di zaman Edo yang damai, meskipun samu- membungkuk atau bersimpuh dan menun-
rai tidak lagi turun ke medan tempur, na- dukkan kepala. Orang biasa harus tunduk
mun samurai tetap mengabdi kepada dai- dan menaruh hormat pada samurai. Jika
myo atasannya dengan menerima upah. seseorang menyinggung samurai, misalnya
Namun begitu, samurai tetap dianggap se- menghina atau tidak sengaja menyentuh
bagai golongan terhormat yang diunggulkan pedang samurai, orang itu dianggap telah
sama seperti masa-masa sebelumnya se- melakukan kesalahan besar. Nyawanya pun
hingga layak menjadi panutan dan pem- bisa terancam hilang karena samurai ber-
impin dalam masyarakat. Hal ini adalah sa- hak menghukumnya (World History-The Rise
lah satu alasan yang menjadikan golongan of Samurai, 2010:17). Apalagi bagi seorang
samurai menempati kelas teratas dalam daimyo, kedudukannya sebagai pimpinan
stratifikasi sosial masyarakat Jepang yang tertinggi militer di wilayah kekuasaannya,
diciptakan pada zaman itu. Sebagai golon- member kekuasaan yang begitu besar bagi
gan yang disegani dan mulai diperhitungkan yang bersangkutan. Kondisi sosial ini
sejak awal kemunculannya dalam sejarah direpresentasikan dalam novel Tokaido Inn
Jepang di akhir zaman Heian, lalu menjadi dalam kutipan dialog daimyo Hakuseki beri-
golongan terhormat sejak zaman Kamakura, kut :
lantas membuat golongan samurai secara
langsung menerima penilaian serta perla- “Apa urusannya? Dia bukan samurai. Aku
kuan khusus dari masyarakat. Kondisi sosial punya kuasa atas siapa pun yang hidup di
ini dalam novel Tokaido Inn direpresentasi- daerahku. Aku bisa memperlakukan mereka
kan dalam peristiwa ketika Seikei dan sang semauku. Tunjuk saja jika dia memang pen-
ayah sedang berada di tengah perjalanan curi permataku, dan akan kusurh salah satu
menuju Edo, lalu dari arah belakang daimyo penjagaku untuk segera memenggalnya.”
dan pasukan samurainya akan melewati (Tokaido Inn :100)
jalan yang sama, sebagai berikut :
Kedudukan terhormat yang melekat pada
“Minggir!” seru lelaki itu. Seikei bersimpuh golongan samurai melahirkan perbedaan
dan menundukkan kepala. Para penziarah dengan golongan masyarakat lainnya
di pos pemeriksaan segera ke pinggir dan menurut garis pembatas ketat status sosial
melakukan hal yang sama dengan yang yang memisahkan samurai dari orang biasa
dilakukan Seikei. Sangat ceroboh jika tidak (Beasley, 2003:216). Pada zaman Edo ini,
menunjukkan penghormatan pada para banyak aturan yang ditetapkan oleh
samurai. Keshogunan untuk samurai. Masih dalam
(Tokaido Inn : 17) sumber yang sama, disebutkankan bahwa
samurai harus mempelajari urusan sipil dan
…”Kau lihat,” ayah Seikei melanjutkan, urusan militer dan hidup sederhana dan
“betapa beruntungnya kita bisa bepergian hemat. Aturan ini diperkuat oleh peraturan
dengan nyaman dan aman di dalam kago.” yang melarang mabuk-mabukan, perilaku
“Tetap saja, “balas Seikei, “lebih baik men- tidak senonoh, “berpesta sampai lupa diri”,
jadi samurai. Membuat setiap orang me- pakaian berlebihan dan tidak tepat, dan
nyingkir, memberi jalan, dan membungkuk, mengadakan perjalananan dengan iring-
di depanmu serta menyandang sepasang iringan yang berlebihan besarnya (bagi dai-
pedang untuk berperang.” myo) (Beasley, 2003:166). Kondisi sosial
(Tokaido Inn : 20) tersebut dalam novel Tokaido Inn direpre-
sentasikan seperti dalam kutipan-kutipan
Kutipan diatas menggambarkan bagaimana dialog berikut :
sikap orang biasa dalam menunjukkan rasa
hormat kepada samurai sebagai golongan “Kami orang kabuki,” kata Kazuo.
terhormat pada masa Edo yaitu dengan ”Kami mencari aktor.”

H a l a ma n 37
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty

Wanita itu mencibir.” Tak ada aktor di sini, samurai karena petani dianggap sebagai
ini tempat terhormat. Hanya samurai.” golongan yang produktif. Mereka bekerja
(Tokaido Inn : 159-160) keras sepanjang tahun untuk menghasilkan
sesuatu untuk dikonsumsi (beras) dan
Seikei terbelalak. “Tak mungkin, setiap bahkan menjadi sumber pendapatan (pajak)
orang tahu samurai dilarang menonton ka- bagi penguasa dari beras dan komoditi
buki.” lainnya yang serahkan oleh kaum petani
Kazuo mengangkat bahu. “Samurai sering tersebut. Namun, sumbangsih golongan
datang pada pementasan kami, mereka pengrajin (kosakunin) dianggap lebih kecil
menyamar menjadi orang kebanyakan.” dari petani, karena mereka dianggap hanya
(Tokaido Inn :258) menghasilkan barang-barang kebutuhan
sehari-hari saja, karenanya golongan ini
Seikei memeriksa keadaan sekitar, ia ditempatkan dibawah golongan petani. Se-
melihat tak ada tempat duduk untuk mentara pedagang (chonin) meskipun kaya
menyaksikan pentas. “Dimana tamu daimyo dengan harta benda melimpah dan hidup
itu akan duduk?” tanyanya. Tomomi menun- nyaman, namun apa yang dilakukan golon-
juk ke layar bambu tinggi yang mengelilingi gan pedagang dianggap lebih rendah dari
dinding ruangan itu. “Dibalik itu,” katanya. golongan pengrajin karena bagi samurai
“Daimyo dan para tamu terlalu tinggi dera- pedagang hidup hanya dari keuntungan
jatnya hingga mereka tidak boleh langsung yang diperoleh sebagai hasil dari menjual
terlihat oleh aktor. Akan mencoreng nama barang yang diproduksi oleh orang lain, ka-
baik shogun jika harus muncul ketika renanya golongan pedagang berstatus so-
menonton penampilan kita.” sial lebih rendah dibawah golongan pengraj-
(Tokaido Inn: 315) in. Kondisi sosial tersebut dalam novel To-
kaido Inn direpresentasikan seperti dalam
Sejak pemerintahan Shogun ke-3 Tokuga- kutipan-kutipan berikut :
wa Iemitsu (1623-1651), stratifikasi sosial
semakin ketat dan diskriminasi antar kelas
semakin jelas melalui ketetapan yang “Kau memakai pakaian halus. Itu baju yang
mengatur perbedaan penampilan berpaka- biasa dipakai saudagar. Mereka kaya kare-
ian, tutur bahasa, etika, dan tata rambut na menjual dengan harga tinggi, menipu
serta pemakaian jenis pedang bagi samurai. orang-orang.” Seikei mengangkat wajahnya.
Khususnya mengenai penampilan dan tata Karena itulah mereka meremahkan
rambut samurai, dalam novel Tokaido Inn saudagar. Mereka tidak menanam ma-
direpresentasikan seperti dalam kutipan kanan seperti petani, atau membuat sesua-
berikut : tu seperti Michiko dan ayahnya. Mereka
hanya menjual barang.
Bunzo adalah samurai berkumis yang ga- (Tokaido Inn : 107)
gah. Seperti kebanyakan samurai, ia me-
melihara botak diatas keningnya, lengkap “Kenapa anak seorang daimyo bisa.…”
dengan rambut yang terikat di atasnya, ter- Seikei mulai bicara tapi Kazuo memo-
gulung kuat. Pakaian pria itu bersih dan tongnya.
ketat. Kazuo mengangguk. “Jangan khawatir. Aku
(Tokaido Inn: 106) tahun apa yang kau pikirkan. Apa yang dia
lakukan di rombongan aktor kabuki? Setiap
Dalam stratifikasi sosial masyarakat di za- orang memandang rendah aktor, benar
man Edo, golongan petani (nomin) berada kan?”
dibawah golongan bushi (samurai). Petani Seikei menggelengkan kepala. “Aku anak
ditempatkan langsung dibawah golongan seorang saudagar, dan setiap orang me-

H a l a m a n 38
Fenny Febrianty Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1

mandang kami sebelah mata.” samurai sejati.”


(Tokaido Inn : 176) “Sebutkan namanya,” kata sang shogun.
“Aku akan mengangkatnya jadi hakim.
Stratifikasi sosial masyarakat di zaman Edo Lebih baik lagi, mengirimnya ke istana un-
ini, bersifat tertutup. Hal ini dikarenakan tuk jadi pegawai, aku butuh orang seperti
pada masa itu orang biasa terpaksa harus itu.”
menerima keadaan serta status yang dimili- “Tapi ada satu masalah,” kata sang hakim.
kinya sejak lahir tanpa dapat melakukan ”Dia bukan samurai, hanya anak seorang
apapun untuk menaikkan atau memperbaiki saudagar.”
statusnya ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini ……………….
dikarenakan sistem stratifikasi sosial di za- “Tanpa melanggar tradisi,” jawab sang ha-
man Edo ini dibuat berlandaskan salah satu kim. “Seperti yang Anda harus tahu, sangat
konsep dalam ajaran Konfusianisme (ajaran biasa bagi satu keluarga tanpa keturunan
yang banyak dijadikan landasan bagi ban- mengangkat anak untuk melanjutkan nama
yak kebijakan Keshogunan Edo) bahwa keluarga. Saya tidak punya. Jika Anda
‘manusia harus menerima takdir dari lahir, berkenan, dan jika ayah anak ini sepakat,
tidak dapat menggugat takdir’. Fenomena saya akan mengadopsinya.”
sosial tersebut dalam novel Tokaido Inn (Tokaido Inn : 361-362)
direpresentasikan seperti dalam kutipan-
kutipan berikut : Kutipan diatas adalah dialog antara Hakim
Ooka dan Shogun ketika kasus pencurian
“Saudagar?” Kazuo melotot kearah Seikei, pertama milik daimyo Hakuseki sudah ter-
tertarik. “Lalu kenapa kau membawa pecahkan berkat bantuan Seikei. Atas
pedang seperti samurai?” kesungguhan sikap yang ditunjukkan oleh
(Tokaido Inn : 176) Seikei layaknya seorang samurai selama
membantu memecahkan kasus tersebut,
“Impian terbesarku adalah menjadi seorang Hakim Ooka berniat untuk mengangkat
samurai,” kata Seikei. Seikei sebagai anaknya, agar keinginan
Kazuo melotot. “Ah, tak mungkin.Kau harus Seikei untuk menjadi samurai dapat ter-
tahu diri. Setiap orang dilahirkan di tempat- wujud.
nya masing-masing. Pikirkan apa yang akan
terjadi pada orang yang ingin menjadi KESIMPULAN
sesuatu yang tak mungkin dia capai. Mere-
ka akan beringas dan kacau, dan orang lain Memandang sastra sebagai dokumen sosial
akan menderita.” dapat memberikan pengetahuan terhadap
(Tokaido Inn : 177) kondisi sosial masyarakat pada suatu waktu
tertentu. Novel Tokaido Inn karya Dorothy
Sebagai kelas teratas dalam masyarakat, dan Thomas Hoobler merepresentasikan
untuk menjadi samurai hanya dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung
secara alamiah melalui kelahiran/ fenomena sosial terkait keberadaan samu-
keturunan atau pengangkatan sebagai anak rai sebagai kelas atas dalam stratifikasi
berdasarkan hukum. Fakta sosial ini sosial masyarakat Jepang di zaman Edo.
direpresentasikan dalam novel Tokaido Inn Fakta sosial yang direpresentasikan dalam
seperti dalam kutipan berikut : tersebut adalah 1) identitas samurai se-
bagai manifestasi keseimbangan antara bu
Aku tahu seseorang yang sangat berbakti dan bun; 2) menerima perlakuan khusus dari
dan sangat cocok untuk bushido. Dia telah masyarakat sebagai bentuk penghormatan;
membuktikan dirinya pemberani, terhormat, 3) terdapat batasan-batasan sosial yang
dan setia. Di setiap langkah, dia adalah memisahkan golongan samurai dan orang

H a l a ma n 39
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty

biasa; 4) pandangan bahwa manusia harus Tim Pustaka Lebah. (2010). World History–
menerima dan tidak bisa mengubah takdir Amazing Fun Fact and Stories Behind-
dikarenakan setiap manusia yang dilahirkan The Rise of Samurai. Jakarta : Pustaka
telah membawa peranan masing-masing Lebah
dalam kehidupan sangat disadari sepe-
nuhnya oleh masyarakat pada masa itu, Yoshimura, Takehiko. (2007). Nihon no
membuat stratifikasi sosial pada masa ini Rekishi – Sakaeru Heian no Kizoku.
bersifat tertutup dan untuk golongan samu- Tokyo : Shueisha
rai sendiri hanya dapat dimasuki melalui
kelahiran atau pengangkatan anak secara Internet
hukum. Anonim. Tinjauan Umum Tentang Kondisi
Sosial Zaman Edo dan Kesetiaan Sam-
urai dalamrepository.usu.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA bitstream/123456789/26018/4/
ChapterII.pdf diunduh 4 Januari 2016
Beasley, W.G (2003). Pengalaman Jepang –
Sejarah Singkat Jepang. Jakarta : Hidayati, Titiek Nur. (2014). Pengaruh Zen
Yayasan Obor Indonesia Buddhisme Bagi Kaum Samurai dalam
lib.iu/File?=digital/20368931-MK-
Damono, Sapardi Djoko. (2002). Pedoman Titiek Nur Hidayati.pdf diunduh 4 Jan-
Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: uari 2016
Pusat Bahasa
Suliyati, Titiek. Bushido pada masyarakat
Nakayama, Yoshiaki. (2012). Surasura Jepang : Masa Lalu dan Masa Kini
Yomete Maruwakari- Nihonshi. Tokyo : dalam ejournal.undip.ac.id/index.php/
Shinsei Shuppansha izumi/article/…5266 di unduh 5 Janu-
ari 2016
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Wibawarta, Bambang. (2006 ). Bushido da-
Mada University Press lam Masyarakat Jepang Modern.
WACANA VOL. 8 NO. 1, APRIL 2006
Suwardi, Endraswara. (2004). Metodologi (54—66) dalam wacana.ui.ac.id/
Penelitian Saatra. Yogyakarta: Pustaka index.php/wjhi/article/.../246/235
Widyatama diunduh 4 Januari 2016

H a l a m a n 40

Anda mungkin juga menyukai