bidang
SASTRA
FENNY FEBRIANTY
Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra
Universitas Komputer Indonesia
H a l a ma n 29
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty
Oleh karena itu, berdasarkan fakta sosial seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-
tersebut diatas penulis tertarik untuk peristiwa yang terjadi dalam batin
melakukan penelitian yang berjudul seseorang yang sering menjadi bahan sas-
‘Representasi Samurai sebagai Kelas Atas tra, adalah pantulan hubungan seseorang
dalam Stratifikasi Sosial Masyarakat Jepang dengan orang lain atau dengan masyarakat
di zaman Edo dalam novel Tokaido Inn karya dan menumbuhkan sikap sosial tertentu
Dorothy dan Thomas Hoobler.” atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa
sosial tertentu.
2. Masalah Penelitian
Sosiologi sastra dapat meneliti sastra seku-
Masalah penelitian ini adalah bagaimana rang-kurangnya melalui tiga perspektif. Per-
representasi samurai sebagai kelas atas tama, perspektif teks sastra, artinya peneliti
dalam stratifikasi sosial masyarakat Jepang menganalisis karya sastra sebagai sebuah
di zaman Edo dalam novel Tokaido Inn karya refleksi kehidupan masyarakat dan se-
Dorothy dan Thomas Hoobler. baliknya. Kedua, perspektif biografis, yaitu
peneliti menganalisis pengarang. Perspektif
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini akan berhubungan dengan life history
seorang pengarang dan latar belakang so-
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sialnya. Ketiga, perspektif reseptif, yaitu
bentuk representasi samurai sebagai kelas penelitian menganalisis penerimaan
atas dalam stratifikasi sosial masyarakat masyarakat terhadap teks sastra
Jepang di zaman Edo dalam novel Tokaido (Endraswara, 2004:81). Lebih jauh, pre-
Inn karya Dorothy dan Thomas Hoobler. spektif teks sastra dalam sosiologi sastra
Manfaat teoritis yang diharapkan penulis bermakna bahwa karya sastra adalah
melalui penelitian ini adalah mampu produk masyarakat, sebagai sarana meng-
mengimplementasikan pendekatan sosiolo- gambarkan kembali (representasi) realitas
gi sastra khususnya untuk menganalisis dalam masyarakat. Dengan begini, berarti
sastra sebagai dokumen sosial terkait ma- bahwa sastra menjadi dokumen dari realitas
salah penelitian. Sedangkan manfaat prak- sosial budaya, maupun politik yang terjadi
tis yang ingin diperoleh melalui penelitian ini dalam masyarakat pada masa tertentu yang
adalah dapat memberikan informasi dan menjadi cermin langsung dari berbagai dina-
pengetahuan kepada pembaca mengenai mika kehidupan seperti struktur sosial, hub-
samurai sebagai kelas atas dalam stratifi- ungan kekeluargaan, pertentangan antar
kasi sosial masyarakat Jepang di zaman Edo kelas masyarakat, dan sebagainya.
melalui representasi dari novel Tokaido Inn
karya Dorothy dan Thomas Hoobler. 2. Samurai
H a l a m a n 30
Fenny Febrianty Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1
antar bangsawan yang diperparah prajurit biasa dalam sejarah Jepang. Mereka
melemahnya kendali di provinsi-provinsi adalah ksatria terlatih dengan kemampuan
akibat banyak pejabat provinsi (kokushi- bela diri yang tinggi, memiliki keberanian
selevel gubernur) dari golongan bangsawan dalam bertempur, tetapi juga kesetiaan
terlena dalam kemewahan hidup di ibuko- pribadi pada orang-orang yang dianggap
ta. Sementara itu, penerapan politik Taiho atasan (Beasley, 2003:79). Prinsip, cara
Ritsuryo sejak awal abad ke-8, membuat hidup, dan perilaku samurai dikenal dengan
sebagian besar penduduk hidup dalam istilah bushido sebagai kode etik tidak tertu-
kemiskinan yang berakibat pada tingginya lis yang berisi dasar nilai-nilai moral dan
tindak kriminal seperti penjarahan, per- perilaku sebagai samurai. Konsep bushido
ampokan bahkan pembunuhan di wilayah- berasal dari empat pemikiran, yaitu Zen
wilayah provinsi. Oleh sebab itu, untuk men- Buddhisme, Shintoisme, dan Konfusianisme
jaga keamanan lahan-lahan pertanian serta yang mengajarkan penghargaan terhadap
wilayah kekuasaan masing-masing, banyak kehidupan dan kematian yang mencakup
pejabat yang berada dibawah kokushi nilai-nilai kesetiaan, keteladanan, keberani-
an, keadilan, kedisiplinan, dan harga diri.
(gunshi-selevel bupati) yang bertanggungja-
Dalam World History – The Rise of Samurai
wab terhadap desa-desa tani ataupun tuan-
(2010:18) disebutkan bahwa dalam seman-
tuan tanah harus mempersenjatai sendiri gat bushido, seorang samurai diharapkan
anggota keluarga dan petani penggarapnya menjadi ksatria yang hebat sekaligus pecin-
dengan busur panah dan pedang. Seiring ta seni, yang disebut dengan ungkapan bu
waktu, orang-orang bersenjata ini menjadi (jalan hidup ksatria) dan bun (keindahan,
serdadu terlatih. Merekalah yang kemudian intelektual dan spiritual). Jalan hidup ini
menjadi cikal bakal samurai. Pada akhirnya tidak hanya diterima sebagai keyakinan,
di daerah-daerah terbentuk kelompok- tetapi juga kebudayaan yang menjadi identi-
kelompok militer kuat, dan yang paling ber- tas samurai.
pengaruh adalah dua klan samurai yaitu
Minamoto (Genji) di Jepang Timur dan klan Masih dalam sumber yang sama, lebih
Taira (Heiji) di Jepang Barat sebagai pence- lanjut dijelaskan bahwa sebelum menang
tus lahirnya kekuasaan kaum samurai. dalam pertempuran, seorang samurai harus
mampu menaklukkan diri sendiri. Harga diri
Kaum samurai menguasai Jepang selama bernilai sama dengan sebuah kehidupan
ratusan tahun yaitu dari zaman Kamakura bagi seorang samurai. Kalah dalam perang
(1192) hingga akhir zaman Edo (1867). Se- adalah salah satu hal yang membuat harga
jak zaman Kamukara Jepang memasuki diri seorang samurai turun, dan mereka ha-
zaman feodal dimana kekuasaan politik rus menanggung malu karena itu. Tindakan
dikendalikan oleh penglima besar samurai menyerah kepada lawan bukanlah hal yang
yang disebut Shogun., sementara Kaisar tepat karena itu justru dianggap sebagai
hanyalah sebagai pemegang kekuasaan ‘dosa yang tak termaafkan’, sementara
simbolis saja. Shogun mendirikan samurai yang melakukannya harus dibuang
pemerintahan militer yang disebut bakufu dari klan dan tidak mendapat tempat dalam
atau keshogunan. Keshogunan sebagai ko- masyarakat. Dalam kondisi seperti ini,
mando militer tertinggi membawahi para bahkan bunuh diri dianggap lebih baik dari
daimyo, yaitu jendral-jendral militer feodal pada menyerah kepada musuh. Prosesi
pemimpin klan samurai di provinsi-provinsi. bunuh diri seorang samurai dikenal sebagai
Para daimyo ini memiliki pasukan militer seppuku. Seppuku bukan sekedar harakiri
yang juga adalah kaum samurai. (menusuk dan merobek perut
menggunakan pisau) namun dipandang
Konsep samurai sebagai kaum ksatria men- sebagai tindakan mulia untuk melindungi
jadikan samurai memiliki peran penting dan kehormatan ketika malu karena gagal
kedudukan tersendiri yang berbeda dengan
H a l a ma n 31
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty
melaksanakan tugas atau kewajiban, hal ini empat tingkatan yang dikenal sebagai shi-
dikarenakan bagi samurai lebih baik mem- nokosho (Nakayama, 2012:234). Shi meru-
ilih kematian dari pada hidup panjang na- pakan singkatan dari bushi (kaum samurai
mun tidak memiliki kharisma. atau prajurit), no dari nomin (petani), ko dari
kosakunin (pengrajin), dan sho dari shonin
3. Stratifikasi Sosial Masyarakat Jepang di (pedagang). Hierarki sosial ini didasarkan
Zaman Edo dari pekerjaan atau cara tiap golongan
masyarakat dalam menjalani kehidupan,
Zaman Edo digunakan untuk menamai peri- apakah memiliki nilai tanggungjawab
ode masa dalam sejarah Jepang yang ber- ekonomis dan pengorbanan bagi kaum pen-
langsung dari tahun 1603 hingga 1867 se- guasa sebagai tolak ukurnya. Suatu golon-
bagai periode terakhir masa feodal di Je- gan akan berada pada tingkat yang lebih
pang. Keshogunan zaman Edo didirikan tinggi jika dinilai lebih keras dalam bekerja
oleh Tokugawa Ieyasu, yang sekaligus men- yang secara tidak langsung berarti lebih
jadi Shogun pertama. Selama 15 generasi berguna bagi kepentingan kaum penguasa
hingga Tokugawa Yoshinobu, klan Tokugawa dibanding keuntungan yang diterima dirinya
mengendalikan Jepang. Keshogunan klan sendiri. Sebagai stratifikasi sosial tertutup,
Tokugawa berpusat di Edo (sekarang Tokyo) status dan peran dari tiap-tiap golongan
ini, sehingga Keshogunan pada masa ini pada masa ini diawasi secara ketat, dimana
disebut juga Keshogunan Edo, sedangkan seseorang yang telah dilahirkan dalam go-
zamannya disebut sebagai zaman Edo (Edo longan tertentu tidak dapat naik ke golon-
Jidai). gan lain begitu saja (Wibawarta : 2006).
Salah satu peraturan yang diterapkan oleh Stratifikasi sosial pada zaman Edo ini
Keshogunan Edo adalah stratifikasi sosial secara sengaja diciptakan oleh penguasa
yang merupakan penggolongan kelompok dari golongan militer (samurai) yang
masyarakat dalam berbagi lapisan-lapisan jumlahnya tidak lebih dari 10% dari seluruh
tertentu. Sorokin dalam skpm.ipb.id penduduk Jepang di masa itu agar mampu
mendefiniskan stratifikasi sosial sebagai mempertahankan kedudukan serta memiliki
perbedaan penduduk atau masyarakat ke kekuatan untuk menekan golongan-
dalam lapisan kelas-kelas secara bertingkat golongan dibawahnya yang jauh lebih ban-
(hierarkis) dengan perwujudannya adalah yak jumlahnya. Akibatnya, lahirlah golongan
kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. ‘yang memerintah’ dan ‘diperintah’ atau
Ukuran yang umumnya dipakai untuk golongan ‘berkedudukan tinggi’ dan
menggolongkan anggota masyarakat ke ‘golongan berkedudukan rendah’ atau
dalam suatu lapisan berdasarkan kekayaan, ‘kelas atas’ dan ‘kelas bawah’ dalam ke-
kekuasaan, kehormatan (masyarakat tradi- hidupan masyarakat Jepang pada masa itu.
sional-golongan tua, seseorang yang ber-
jasa) dan ilmu pengetahuan. Lahirnya strati- METODOLOGI PENELITIAN
fikasi sosial dalam sebuah masyarakat
dapat terjadi secara 1) otomatis/dengan 1. Metode dan Pendekatan Penelitian
sendirinya, karena faktor keturunan, 2) sen-
gaja, terjadi dengan maksud dan tujuan Metode yang digunakan adalah deskriptif
untuk kepentingan bersama yang diten- analitik dengan cara mendeskripsikan fakta-
tukan adanya wewenang dan kekuasaan- fakta yang kemudian disusul dengan ana-
yang diberikan oleh seseorang atau organ- lisis. Pendekatan penelitian yang digunakan
isasi. adalah sosiologi sastra, khususnya perspek-
tif sastra sebagai teks yang menjadi doku-
Statifikasi sosial (mibun seido) di zaman men dari realitas sosial budaya, maupun
Edo, membagi masyarakat Jepang dalam
H a l a m a n 32
Fenny Febrianty Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1
H a l a ma n 33
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty
untuk mengejek Tuan Hakuseki—di ru- dan Seikei melihat meski sudah mati, wajah
mahnya sendiri! Ini gila. Tomomi menyungging senyum keme-
(Tokaido Inn : 300) nangan. (Tokaido Inn : 333-334)
Dengan suara ibunya, Tomomi mencela Hakim Ooka menunduk untuk menutup ma-
tuan Shakuheki karena pengkhianatan dan ta Tomomi. Ia berdiri dan berjalan mendeka-
aib yang ia berikan, melemparkan cacian ti Seikei. “Sekarang kau sudah melihat ke-
dan makian kedalam mimpinya. “Meski kau matian seorang samurai”, kata sang hakim.
kaya dan berkuasa, dan makmur karena (Tokaido Inn : 334)
tanah yang kau curi dari keluargaku, kau
masih meminta lebih. Untuk sesuatu yang
tak bisa kau dapatkan, benar kan?” Hantu b. Cerita dan Plot
itu tertawa, menghina dengan sangat kasar Foster (1970:35) dalam Nurgiyantoro
hingga Seikei tidak habis piker kenapa Tuan (2010:91) mengartikan cerita sebagai se-
Hakuseki bisa meredam amarahnya. “Apa buah narasi berbagai kejadian yang sengaja
yang kau inginkan adalah rasa hormat,” disusun berdasarkan urutan waktu. Cerita
kata hantu itu, menekankan pada kata tera- dalam novel Tokaido Inn menggunakan plot
khir. “Rasa hormat yang hanya dimiliki sam- lurus atau maju dimana peristiwa-peristiwa
urai sejati. Di istana shogun, kau hanya yang dikisahkan bersifat kronologi. Secara
diterima, tidak dieri tempat terhormat. Kare- singkat, cerita novel Tokaido Inn sebagai
na shogun, sama seperti orang lain melihat- berikut :
mu, menilaimu dari apa yang telah kau
lakukan. Manusia tanpa kehormatan.” Seikei, seorang remaja berusian 14 tahun
(Tokaido Inn: 328-329) yang sejak kecil memiliki hasrat besar men-
“Ini milikmu?” cemooh Tomomi, menunjuk- jadi samurai tengah menemani ayahnya
kan permata itu. “Ambillah jika bisa… seorang saudagar teh dalam perjalanan
pencuri! Aku adalah Genji, anak Takezaki bisnis dari Osaka ke Edo melewati jalur To-
Kita, orang yang kau curi permatanya.” kaido dengan menaiki kago (kereta
(Tokaido Inn : 330) panggul) mewah milik mereka. Di tengah
perjalanan, secara kebetulan mereka
“Ingat?” cemoohnya pada sang daimyo. menyaksikan insiden kecil antara seorang
“Kau ingat siapa aku?” Ia melewati tusukan daimyo (Tuan Hakuseki) dengan seorang
kaku Tuan Hakuseki untuk kedua kalinya, pengemis. Ketika Seikei dan ayahnya ber-
dan malam di sebuah penginapan, terjadilah
menyayat pipi lainnya. pencurian batu rubi milik Tuan Hakuseki
(Tokaido Inn :332) yang kebetulan bermalam di penginapan
yang sama. Seikei yang pada saat kejadian
Ia melihat dengan tatapan berani, lalu ber- belum tidur, sempat mendengar sesuatu
lutut. Menurunkan pedangnya, men- yang mencurigakan bahkan sosok aneh
guraikan kimono hingga terlihat kulit lehern- yang dipikirnya adalah hantu itu hendak
ya. Samurai shogun menghunus pedang masuk ke kamarnya. Keesokan harinya,
dan menebaskannya ke arah leher Tomomi Seikei bersaksi kepada Hakim Ooka, samu-
dengan sekali tebasan. Kepala aktor itu rai pegawai Keshogunan yang bertugas me-
jatuh ke lantai dan semburan darah keluar nangani kasus pencurian tersebut bahwa
dari tubunya. Tangannya terbuka, Seikei pencurian telah dilakukan oleh ’hantu’.
melihat batu rubi merah terjatuh dan Kesaksian Seikei ini menyelamatkan tokoh-
menggelinding di antara simbahan darah di tokoh lainnya yang tidak bersalah dari tudu-
lantai. Perlahan, kepala Tomomi berhenti han sebagai pencuri, kecuali pemilik
menggelinding. Matanya masih terbuka, penginapan yang lebih memilih melakukan
H a l a m a n 34
Fenny Febrianty Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1
seppuku dari pada memberikan informasi yaitu Seikei (putra saudagar teh), Tomo-
lebih terkait peristiwa pencurian tersebut. mi/Genji (aktor kabuki keliling/putra dai-
Sikap Seikei yang sangat berani dan jujur myo Takezaki Kita), Hakim Ooka
layaknya seorang samurai dalam mem- (samurai petugas kehakiman Keshogun-
berikan kesaksian sangat menarik hati Ha- an), dan Tuan Hakuseki (daimyo)
kim Ooka. Seikei justru diminta sang hakim 2. Tokoh Tambahan
untuk membantunya dalam memecahkan yaitu Konoike Toda (ayah Seikei), pemilik
kasus tersebut. Seikei akhirnya mengetahui penginapan (samurai pengikut keluarga
identitas sang pencuri, ia adalah Tomomi Takezaki), Bunzo (samurai pengikut Ha-
aktor kabuki keliling yang juga orang yang kim Ooka), Kazuo (remaja pengurus per-
sama dengan pengemis yang telibat insiden lengkapan kabuki), dan Shogun.
dengan Tuan Hakuseki di tengah perjalan-
an. Tomomi ternyata adalah Genji, putra d. Latar Waktu dan Sosial
Takezaki Kit-daimyo penganut agama Kris- 1. Latar tempat,
ten yang sangat dilarang oleh Keshogunan Lokasi utama yang menjadi tempat ter-
Edo. Selama ini, Tomomi terpaksa jadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita
mengabdikan hidupnya menjadi aktor kabu- novel Tokaido Inn adalah : Tokaido (jalan
ki demi balas dendam kepada Tuan Ha- utama yang menghubungkan Osaka dan
kuseki yang telah membantai keluarganya Edo), penginapan (Kameyama), Kuil Ise
sehingga membuat ibunya melakukan sep- (Ise), Kediaman daimyo Hakuseki (Edo).
puku. Peristiwa pencurian rubi di pengina- 2. Latar waktu
pan juga adalah salah satu rangkaian balas Waktu terjadinya peristiwa yang dic-
dendam Tomomi. Balas dendam terbalas- eritakan dalam novel Tokaido Inn, yaitu
kan dengan tuntas ketika Tomomi dan rom- pada zaman Edo, tepatnyadi tahun 1735
bongan kabuki mendapat kesempatan dimasa pemerintahan Tokugawa Yo-
melakukan pertunjukan di kediaman Tuan shimune (Shogun klan Tokugawa ke-8).
Hakuseki. Melalui adegan demi adegan da- 3. Latar sosial
lam pertunjukan yang telah dipersiapkan Kehidupan sosial yang melatari peristiwa
dengan matang, Genji berhasil memper- -peristiwa yang diceritakan dalan novel
malukan Tuan Hakuseki dengan menguak Tokaido Inn adalah kehidupan damai di
peristiwa masa lalu di depan semua pe- masa Edo sebagai dampak dari pember-
nonton yang salah satunya adalah Shogun. lakukan berbagai peraturan dan ke-
Karena insiden ini, sesuai peraturan samu- bijakan oleh Keshogunan untuk menga-
rai Genji harus menerima hukuman. Ia di- tur segala aspek kehidupan masyarakat
penggal, namun ia tewas dengan rasa puas secara ketat. Meskipun samurai tidak
dan bahagia karena telah membalas den- lagi terjun ke medan pertempuran na-
dam kematian keluarganya secara terhor- mun samurai tetap menjadi golongan
mat. Atas jasa Seikei dalam kesungguhan terhormat dalam masyarakat Jepang
membantu memecahkan kasus ini, Hakim pada masa itu.
Ooka bermaksud mengangkat Seikei men-
jadi putra secara hukum, agar keinginan 2. Representasi Samurai sebagai Kelas Atas
Seikei untuk menjadi samurai dapat ter- dalam Stratifikasi Sosial Masyarakat Jepang
wujud. di Zaman Edo dalam Novel Tokaido Inn Kar-
ya Dorothy dan Thomas Hoobler
c. Penokohan
Cukup banyak tokoh yang dihadirkan dalam Sebelum memasuki masa feodal hingga
novel Tokaido Inn, namun berdasarkan keu- masa feodal di zaman Kamakura hingga
tamaan dalam penceritaannya tokoh-tokoh Azuchi Mamoyama (1192-1598), golongan
tersebut adalah : samurai telah menjadi penguasa dengan
1. Tokoh Utama status sosial tinggi, meskipun belum men-
H a l a ma n 35
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty
H a l a m a n 36
Fenny Febrianty Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1
Di zaman Edo yang damai, meskipun samu- membungkuk atau bersimpuh dan menun-
rai tidak lagi turun ke medan tempur, na- dukkan kepala. Orang biasa harus tunduk
mun samurai tetap mengabdi kepada dai- dan menaruh hormat pada samurai. Jika
myo atasannya dengan menerima upah. seseorang menyinggung samurai, misalnya
Namun begitu, samurai tetap dianggap se- menghina atau tidak sengaja menyentuh
bagai golongan terhormat yang diunggulkan pedang samurai, orang itu dianggap telah
sama seperti masa-masa sebelumnya se- melakukan kesalahan besar. Nyawanya pun
hingga layak menjadi panutan dan pem- bisa terancam hilang karena samurai ber-
impin dalam masyarakat. Hal ini adalah sa- hak menghukumnya (World History-The Rise
lah satu alasan yang menjadikan golongan of Samurai, 2010:17). Apalagi bagi seorang
samurai menempati kelas teratas dalam daimyo, kedudukannya sebagai pimpinan
stratifikasi sosial masyarakat Jepang yang tertinggi militer di wilayah kekuasaannya,
diciptakan pada zaman itu. Sebagai golon- member kekuasaan yang begitu besar bagi
gan yang disegani dan mulai diperhitungkan yang bersangkutan. Kondisi sosial ini
sejak awal kemunculannya dalam sejarah direpresentasikan dalam novel Tokaido Inn
Jepang di akhir zaman Heian, lalu menjadi dalam kutipan dialog daimyo Hakuseki beri-
golongan terhormat sejak zaman Kamakura, kut :
lantas membuat golongan samurai secara
langsung menerima penilaian serta perla- “Apa urusannya? Dia bukan samurai. Aku
kuan khusus dari masyarakat. Kondisi sosial punya kuasa atas siapa pun yang hidup di
ini dalam novel Tokaido Inn direpresentasi- daerahku. Aku bisa memperlakukan mereka
kan dalam peristiwa ketika Seikei dan sang semauku. Tunjuk saja jika dia memang pen-
ayah sedang berada di tengah perjalanan curi permataku, dan akan kusurh salah satu
menuju Edo, lalu dari arah belakang daimyo penjagaku untuk segera memenggalnya.”
dan pasukan samurainya akan melewati (Tokaido Inn :100)
jalan yang sama, sebagai berikut :
Kedudukan terhormat yang melekat pada
“Minggir!” seru lelaki itu. Seikei bersimpuh golongan samurai melahirkan perbedaan
dan menundukkan kepala. Para penziarah dengan golongan masyarakat lainnya
di pos pemeriksaan segera ke pinggir dan menurut garis pembatas ketat status sosial
melakukan hal yang sama dengan yang yang memisahkan samurai dari orang biasa
dilakukan Seikei. Sangat ceroboh jika tidak (Beasley, 2003:216). Pada zaman Edo ini,
menunjukkan penghormatan pada para banyak aturan yang ditetapkan oleh
samurai. Keshogunan untuk samurai. Masih dalam
(Tokaido Inn : 17) sumber yang sama, disebutkankan bahwa
samurai harus mempelajari urusan sipil dan
…”Kau lihat,” ayah Seikei melanjutkan, urusan militer dan hidup sederhana dan
“betapa beruntungnya kita bisa bepergian hemat. Aturan ini diperkuat oleh peraturan
dengan nyaman dan aman di dalam kago.” yang melarang mabuk-mabukan, perilaku
“Tetap saja, “balas Seikei, “lebih baik men- tidak senonoh, “berpesta sampai lupa diri”,
jadi samurai. Membuat setiap orang me- pakaian berlebihan dan tidak tepat, dan
nyingkir, memberi jalan, dan membungkuk, mengadakan perjalananan dengan iring-
di depanmu serta menyandang sepasang iringan yang berlebihan besarnya (bagi dai-
pedang untuk berperang.” myo) (Beasley, 2003:166). Kondisi sosial
(Tokaido Inn : 20) tersebut dalam novel Tokaido Inn direpre-
sentasikan seperti dalam kutipan-kutipan
Kutipan diatas menggambarkan bagaimana dialog berikut :
sikap orang biasa dalam menunjukkan rasa
hormat kepada samurai sebagai golongan “Kami orang kabuki,” kata Kazuo.
terhormat pada masa Edo yaitu dengan ”Kami mencari aktor.”
H a l a ma n 37
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty
Wanita itu mencibir.” Tak ada aktor di sini, samurai karena petani dianggap sebagai
ini tempat terhormat. Hanya samurai.” golongan yang produktif. Mereka bekerja
(Tokaido Inn : 159-160) keras sepanjang tahun untuk menghasilkan
sesuatu untuk dikonsumsi (beras) dan
Seikei terbelalak. “Tak mungkin, setiap bahkan menjadi sumber pendapatan (pajak)
orang tahu samurai dilarang menonton ka- bagi penguasa dari beras dan komoditi
buki.” lainnya yang serahkan oleh kaum petani
Kazuo mengangkat bahu. “Samurai sering tersebut. Namun, sumbangsih golongan
datang pada pementasan kami, mereka pengrajin (kosakunin) dianggap lebih kecil
menyamar menjadi orang kebanyakan.” dari petani, karena mereka dianggap hanya
(Tokaido Inn :258) menghasilkan barang-barang kebutuhan
sehari-hari saja, karenanya golongan ini
Seikei memeriksa keadaan sekitar, ia ditempatkan dibawah golongan petani. Se-
melihat tak ada tempat duduk untuk mentara pedagang (chonin) meskipun kaya
menyaksikan pentas. “Dimana tamu daimyo dengan harta benda melimpah dan hidup
itu akan duduk?” tanyanya. Tomomi menun- nyaman, namun apa yang dilakukan golon-
juk ke layar bambu tinggi yang mengelilingi gan pedagang dianggap lebih rendah dari
dinding ruangan itu. “Dibalik itu,” katanya. golongan pengrajin karena bagi samurai
“Daimyo dan para tamu terlalu tinggi dera- pedagang hidup hanya dari keuntungan
jatnya hingga mereka tidak boleh langsung yang diperoleh sebagai hasil dari menjual
terlihat oleh aktor. Akan mencoreng nama barang yang diproduksi oleh orang lain, ka-
baik shogun jika harus muncul ketika renanya golongan pedagang berstatus so-
menonton penampilan kita.” sial lebih rendah dibawah golongan pengraj-
(Tokaido Inn: 315) in. Kondisi sosial tersebut dalam novel To-
kaido Inn direpresentasikan seperti dalam
Sejak pemerintahan Shogun ke-3 Tokuga- kutipan-kutipan berikut :
wa Iemitsu (1623-1651), stratifikasi sosial
semakin ketat dan diskriminasi antar kelas
semakin jelas melalui ketetapan yang “Kau memakai pakaian halus. Itu baju yang
mengatur perbedaan penampilan berpaka- biasa dipakai saudagar. Mereka kaya kare-
ian, tutur bahasa, etika, dan tata rambut na menjual dengan harga tinggi, menipu
serta pemakaian jenis pedang bagi samurai. orang-orang.” Seikei mengangkat wajahnya.
Khususnya mengenai penampilan dan tata Karena itulah mereka meremahkan
rambut samurai, dalam novel Tokaido Inn saudagar. Mereka tidak menanam ma-
direpresentasikan seperti dalam kutipan kanan seperti petani, atau membuat sesua-
berikut : tu seperti Michiko dan ayahnya. Mereka
hanya menjual barang.
Bunzo adalah samurai berkumis yang ga- (Tokaido Inn : 107)
gah. Seperti kebanyakan samurai, ia me-
melihara botak diatas keningnya, lengkap “Kenapa anak seorang daimyo bisa.…”
dengan rambut yang terikat di atasnya, ter- Seikei mulai bicara tapi Kazuo memo-
gulung kuat. Pakaian pria itu bersih dan tongnya.
ketat. Kazuo mengangguk. “Jangan khawatir. Aku
(Tokaido Inn: 106) tahun apa yang kau pikirkan. Apa yang dia
lakukan di rombongan aktor kabuki? Setiap
Dalam stratifikasi sosial masyarakat di za- orang memandang rendah aktor, benar
man Edo, golongan petani (nomin) berada kan?”
dibawah golongan bushi (samurai). Petani Seikei menggelengkan kepala. “Aku anak
ditempatkan langsung dibawah golongan seorang saudagar, dan setiap orang me-
H a l a m a n 38
Fenny Febrianty Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1
H a l a ma n 39
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.14 No. 1 Fenny Febrianty
biasa; 4) pandangan bahwa manusia harus Tim Pustaka Lebah. (2010). World History–
menerima dan tidak bisa mengubah takdir Amazing Fun Fact and Stories Behind-
dikarenakan setiap manusia yang dilahirkan The Rise of Samurai. Jakarta : Pustaka
telah membawa peranan masing-masing Lebah
dalam kehidupan sangat disadari sepe-
nuhnya oleh masyarakat pada masa itu, Yoshimura, Takehiko. (2007). Nihon no
membuat stratifikasi sosial pada masa ini Rekishi – Sakaeru Heian no Kizoku.
bersifat tertutup dan untuk golongan samu- Tokyo : Shueisha
rai sendiri hanya dapat dimasuki melalui
kelahiran atau pengangkatan anak secara Internet
hukum. Anonim. Tinjauan Umum Tentang Kondisi
Sosial Zaman Edo dan Kesetiaan Sam-
urai dalamrepository.usu.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA bitstream/123456789/26018/4/
ChapterII.pdf diunduh 4 Januari 2016
Beasley, W.G (2003). Pengalaman Jepang –
Sejarah Singkat Jepang. Jakarta : Hidayati, Titiek Nur. (2014). Pengaruh Zen
Yayasan Obor Indonesia Buddhisme Bagi Kaum Samurai dalam
lib.iu/File?=digital/20368931-MK-
Damono, Sapardi Djoko. (2002). Pedoman Titiek Nur Hidayati.pdf diunduh 4 Jan-
Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: uari 2016
Pusat Bahasa
Suliyati, Titiek. Bushido pada masyarakat
Nakayama, Yoshiaki. (2012). Surasura Jepang : Masa Lalu dan Masa Kini
Yomete Maruwakari- Nihonshi. Tokyo : dalam ejournal.undip.ac.id/index.php/
Shinsei Shuppansha izumi/article/…5266 di unduh 5 Janu-
ari 2016
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Wibawarta, Bambang. (2006 ). Bushido da-
Mada University Press lam Masyarakat Jepang Modern.
WACANA VOL. 8 NO. 1, APRIL 2006
Suwardi, Endraswara. (2004). Metodologi (54—66) dalam wacana.ui.ac.id/
Penelitian Saatra. Yogyakarta: Pustaka index.php/wjhi/article/.../246/235
Widyatama diunduh 4 Januari 2016
H a l a m a n 40