Anda di halaman 1dari 2

Baik saya akan menjawab pertanyaan diskusi diatas berdasarkan rujukan dari (modul 6.1 & 6.

2)
PBIN4110 SEJARAH SASTRA

1. Karya-karya yang muncul sebagai karya yang memiliki ciri pembaharu prose di Indonesia, yaitu
karya yang lahir dari tulisan Idrus. Meskipun tokoh ini tidak sebesar sumbangan Chairil Anwar
dalam bidang puisi pada masanya. Namun demikian tidaklah disangsikan bahwa Idrus telah
meninggalkan kesan prosa lama (zaman sebelumnya) masuk pada golongan prosa zaman
revolusi. Cerita pendek pertama berjudul Surabaya (1945). Gaya bahasa yang digunakan dalam
cerpen ini cukup berani, ia memiliki kata-kata yang kejam, kasar, hal-hal yang menyinggung, dan
kata-kata yang ditemukan dalam karyanya itu cukup menantang pembaca. Menurutnya sifat
terus terang merupakan norma dan nilai karangan prosanya.
Karya lain yang turut mewarnai karya prosa dalam masa pascaperang ini adalah prosa yang
ditulis oleh Mochtar Lubis. Dunia kewartawanan tidak lepas dari gambaran cerita yang ditulis.
Berbagai cerita pendek telah dikumpulkan dalam buku Si Jamal (1951) dan Perempuan (1951).
Kedua cerita ini menurut A. Teeuw (1989: 267) karya kedua cerita itu memiliki kesamaan
struktur cerita seperti pada penulis Somerset Maugham, tekanan dan putaran yang tak
disangka-sangka meskipun kita membaca cerita itu dengan geli. Namun bagi pembaca Barat
yang membaca Si Jamal akan menemukan daya pesona tambahan dari unsur-unsur lelucon yang
bersifat asli Indonesia. Pada Roman Tak Ada Esok adalah roman yang memaparkan kisah gerilya.
Intinya cerita seorang manusia Indonesia mulai dari zaman Belanda, namun belum sampai
kemerdekaan tokohnya sudah meninggal. Rom ini diceritakan secara falshback. Tema
perjuangan tetap sebagai pilihan penulis yang diselingi dengan peperangan dan paksaan.
Gambaran umum ciri sastra jenis prosa pada periode Jepang atau periode 1942-1953 ini, dari
unsur estetik intrinsik menunjukan bahwa :
 Gambaran alur umumnya padat,
 Terdapat sorot balik (flashback),
 Penokohan digambarkan dengan analisis konflik kejiwaan yang dialami oleh tokohnya, dan
gaya ironi, sinisme, naturalisme dan sikap surialisme dalam menyikapi masyarakat.
2. Selama masa pendudukan Jepang (1942—1945) sumbangan besar pada perjalanan kesusastraan
dan kehidupan sandiwara di Indonesia adalah lahirnya karya sastra drama yang jauh melebihi
jumlah pada masamasa sebelumnya.
Penulisan drama pada periode 1942-1953, terutama pada masa kependudukan Jepang banyak
ditulis. Hal yang melatarinya adalah karya drama tidak mengalami sensor yang ketat, seperti
pada prosa dan puisi. Ditambah lagi bahwa drama dijadikan sebagai alat propaganda oleh
pemerintah Jepang dalam menghadapi perang Asia Timur Raya.
Drama yang ditulis pada masa ini bersifat modern dan sesuai zamannya. Berbeda dengan
periode sebelumnya bahwa, penulisan drama masih bersifat sejarah. Masalah yang dibahas
sudah pada kenyataan yang dihadapi masyarakat.
Ciri utama drama pada periode 1942-1953 terbagi dua, yaitu ciri intrinsik estetik dan ciri ekstra
estetik. Pada ciri intrinsik estetik terlihat bahwa karakter tokoh sudah terlihat pada konflik batin
tokoh, gaya bahasa pada dialog menggunakan gaya ironis, dengan lelucon pada sebagian cerita.
Sedangkan ciri ekstra estetik pada karya drama yaitu pemikiran modern yang menggambarkan
konteks saat itu, sikap patriotis dan nilai moral untuk menghadapi keegoisan dan ketamakan
pemimpin atau pembesar, kritik terhadap kemiskinan yang melanda rakyat.

Anda mungkin juga menyukai