Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : AHMAD YANI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043338176

Tanggal Lahir : 19 oktober 1997

Kode/Nama Mata Kuliah : Pengajaran Apresiasi Sastra

Kode/Nama Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : Serang

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu, 29 desember 2021

Petunjuk
Tanda Tangan Peserta Ujian

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.

2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.

3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.

4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : AHMAD YANI

NIM : 043338176

Kode/Nama Mata Kuliah : Pengajaran Apresiasi Sastra

Fakultas : Universitas Terbuka

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

UPBJJ-UT : Serang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Rabu, 29 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

AHMAD YANI
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN

1. Seribu Kunang-kunang di Manhattan

• Alur

Cerpen "Seribu Kunang-kunang di Manhattan" menggunakan alur maju progresif


dalam ceritanya. Cerita ini mengisahkan dialog-dialog antara Marno dan Jane dari
awal sampai akhir. Sedang dari segi kualitas alur, cerpen ini bisa diklasifikasikan
beralur longgar. Karena dialog antara Mamo dan Jane membicarakan apa saja.
Tentang Marno, Jane, mantan suami Jane, dan lain-lain. Sedang pada akhir cerita,
cerpen ini beralur terbuka. Diakhiri ketika Marno pergi setelah berpamitan pada Jane.
Alur terbuka tergambar dari kutipan akhir cerita berikut. "Kemudian pelan-pelan
diciumnya dahi Jane, seperti dahi itu terbuat dari porselen. Lalu menghilanglah
Marno di balik pintu. langkahnya terdengar sebentar dari dalam kamar turun tangga.
Di kamarnya, di tempat tidur sesudah meminum beberapa butir obat tidur. Jane
merasa bantalnya basah.". Akhir cerita ini begitu terbuka dan bersifat multitafsir.
Pembaca diajak menafsiri sendiri makna dari akhir cerita tersebut.

• Tokoh & Penokohan

Ada dua tokoh sentral dalam tokoh ini, yaitu Marno dan Jane. Mamo ditokohkan
sebagai orang yang memegang teguh budaya Timur, sentimentil, dan terikat pada
norma budaya Timur. Sedangkan Jane adalah perwakilan budaya Barat, yang liberal
dan tak acuh pada keterikatan yang bagi orang Timur dianggap wajib. Marno yang
perasa dan sentimentil terlihat dari kutipan berikut. "Marno tidak menjawab karena
tiba-tiba saja dia merasa seakan-akan istrinya ada di dekat-dekat dia di Manhattan
malam itu. Adakah penjelasannya bagaimana satu bayang-bayang yang terpisah
beribu-ribu kilometer bisa muncul begitu pendek?". Marno dalam cerpen ini juga
terikat pada norma ketimuran, meski dia juga sanggup menyelaraskan diri dengan
modernitas dan kebaratan Jane hingga. menjalin cerpen yang utuh dan lembut.
Keterikatan Maro tergambar saat dia menolak ajakan Jane untuk berhubungan
badan, tercermin dari kutipan berikut, "Marno diam sebentar. Kemudian ditepuk-
tepuknya tangan Jane. "Sudah tentu tidak, Jane, sudah tentu tidak."

Sedangkan Jane adalah cerminan budaya Barat. Dia melakukan apa yang bagi
budaya Barat sudah biasa. Dia mabuk bersama Marno, menceracau tentang hal-hal
sehari-hari dan pengalaman Baratnya, serta lupa akan status perkawinannya. Jane
lupa sudah cerai atau belum, tercermin dari kutipan dialog Jane berikut. "Tommy,
suamiku, bekas suamiku, suamiku kau tahu....". Jane adalah orang liberal, dia bebas
sekehendak hati berbuat apapun tapi tetap menghormati ketimuran Marno, Jane dan
Marno juga merupakan tokoh kompleks. Jane dan Mamo (kedua tokoh sentral)
ditokohkan secara tidak langsung (dramatik).

Selain kedua tokoh sentral di atas, cerpen ini juga punya tokoh-tokoh periferal.
Yang hanya kita ketahui dari dialog dan pemikiran dua tokoh sentral. Tokoh-tokoh
periferal itu antara lain: Tommy (suami atau bekas suami Jane), istri Marno, lalu
penjaga lift kantor Tommy.

• Latar

1. Latar Tempat
Latar cerita ini bertempat di apartemen Jane, penjelasannya terdapat pada
kutipan, "Sebuah pesawat jet terdengar mendesau keras lewat di atas bangunan
apartemen Jane. Jet keparat!". Jane mengutuk sambil berjalan terhuyung ke
dapur."

2. Latar Waktu

Cerita ini berlatar waktu pada malam hari, dijelaskan dalam awal cerita dari
dialog Mamo dan Jane yang mendebatkan bulan, dan bulan muncul di malam
hari. Juga ditekankan lagi pada kutipan berikut, "Lampu-lampu yang berkelipan di
belantara pencakar langit yang kelihatan dari jendela mengingtkan Marno pada
ratusan kunang-kunang yang suka bertabur malam-malam di sawah embahnya di
desa."

3. Latar Sosial

Cerita ini berlatar sosial pada kondisi pertemuan sosialita Timur dan Barat.
Marno mewakili Timur, Jane mewakili Barat.

• Judul

Cerita ini mengambil judul dari latar tempat, "Seribu Kunang-kunang di


Manhattan". Karena cerita ini berlatar di apartemen Jane yang berada di Manhattan.

• Sudut Pandang

"Seribu Kunang-kunang di Manhattan" diceritakan dari sudut pandang orang


ketiga.

• Gaya dan Nada

Jika dilihat dari diksi, pilihan bunyi dan sintaksis, cerita ini mengundang nuansa
kelembutan yang begitu halus. Suasana toleransi yang begitu kuat, dan sanggup
mempengaruhi pembaca yang secara halus merasuk mempengaruhi alam pikiran
mereka.

• Tema

Tema dalam cerita ini adalah tema sosial, dengan sedikit unsur tema egoik.
Tema cerita ini adalah pertemuan dua budaya: Barat dan Timur, yang lembut, mesra,
gelisah. dan sekaligus penuh toleransi. Dua budaya itu disimbolkan dengan dua
tokoh yang berdialog sampai membentuk cerita yang utuh. Adapun unsur egoiknya
adalah Marno menolak menjadi orang Barat sepenuhnya, dan Jane juga tidak
menjadi orang Timur.

2. Seribu Kunang-Kunang Di Manhattan merupakan judul kumpulan cerpen Umar Kayam.


Pada tahun 1972, kumpulan cerpen ini diterbitkan oleh Pustaka Jaya, Jakarta dan pada
tahun 2003 diterbitkan oleh Grafiti Press, Jakarta.

Di dalam kumpulan cerpen itu termuat enam cerpen yang berlatar belakang
Amerika. Judul itu merupakan salah satu judul cerpen Umar kayam yang kuat yang
secara tematik mengikat keseluruhan cerpen yang terkumpul didalamnya.
Cerpen "Seribu Kunang-Kunang di Manhattan" kita menemukan bagaimana
sepasang manusia modern, yaitu Marno dan Jane yang berdialog tentang berbagai hal.
Terkesan pula bahwa kedua tokoh itu tampak kesepian. Sekalipun mereka tampak jatuh
cinta, tapi ternyata cinta mereka tak mengusir kesepian itu satu situasi jiwa yang banyak
menghinggapi manusia modern. Selain itu, Korrie Layun Rampan (dalam Pelita tanggal
8 Desember 1981) menjelaskan pula bahwa tokoh Marno dan Jane dalam cerpen
"Kunang-Kunang di Manhattan" ini merupakan cerpen yang tidak bercerita, tetapi
disajikan dalam bentuk suasana. Dua tokohnya masing-masing sibuk dengan dunianya
sendiri-sendiri: Jane dengan dunia suami dan masa kanaknya, Marno dengan dunia
"dusun"nya di Indonesia. Tetapi keduanya saling menyayangi, cerita lalu penuh dengan
dialog, dengan sebuah suasana yang momentil. Menurut Korrie, bentuk cerpen seperti
ini ketika itu masih baru di Indonesia. Menurut dia, cerpen di Indonesia selalu
menyajikan tokoh dan peran tokoh sangat besar sekali, ia harus seorang hero, dan
hebat sehingga kisah itu harus mengesankan, agar ia tidak menjadi dunia mistik. Pada
Umar Kayam, tokoh-tokohnya adalah manusia nyata, ia lebih menekankan manusia
yang serba terasing dan tergencet oleh suatu situasi dan suasana tertentu. Sifat
keterasingan di dalam dunia yang ramai itu biasanya sifat manusia dalam kota dan
masyarakat modern. Mereka saling egois dan bergelut dengan dunianya masing-
masing.

Dialog-dialog antara Jane dan Marno mengesankan suatu keragu-raguan;


kehampaan jiwa, kehampaan nilai-nilai spiritual; manusia tergencet oleh situasi kotayang
serba kebetulan dan karenanya kering dari nilai-nilai rohani. Dialog itu dilakukan secara
intensif; sehingga cerita berjalan dalam suasana, tanpa cerita yang sebenarnya, cerita
menurut kaidah konvensional. Nah, di situlahlah uniknya cerita itu.

Jika diamati secara menyeluruh, kumpulan cerpen Umar Kayam ini membawa
nuansa baru dalam khazanah kesusastraan Indonesia. Bentuk ceritanya yang mengalir
secara indah memaparkan segi-segi yang hakiki dari suasana batin manusia secara
universal. Latar New York yang benat-benar metropolis tidak saja sebagai latar yang
mendekorkan cerita, tetapi tampil sebagai bagian jiwa cerita. Di mana manusia yang
tidak saling menghiraukan satu sama lainnya tersua dalam "Istriku, Madame Schlitz, dan
Sang Raksasa" yang merupakan efek metropolis yang selalu mendapatkan individu
lainnya.

Cerpen "Seribu kunang-kunang di Manhattan" menyajikan kekosongan jiwa dari


manusia metropolis. Mereka ingin kembali kepada impian-impian, tetapi justru pelarian
kepada dunia romantis membuat mereka kian terpencil dan sendiri. Dan ini semua
merupakan penyakit menusia modern.

Pada tahun 1999, Yayasan Obor Indonesia (YOI) pernah menerbitkan buku Seribu
Kunang-Kunang di Manhattan yang berisi cerpen "Seribu Kunang-Kunang di Manhattan"
dalam 13 bahasa daerah, di samping naskah aslinya yang berbahasa Indonesia. Tiga
belas bahasa daerah tersebut adalah bahasa Aceh, Batak Toba, Minangkabau, Sunda,
Cirebon, Jawa, Madura, Bali, Sasak, Bugis Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar.

3. Model pembelajaran Moody

• Tahap pelacakan pendahuluan


Pada langkah ini guru berusaha mempelajari spesifikasi cerita pendek "Seribu
kunang-kunang di manhattan" ini. Bagaimanakah alur cerita ini? Apakah cerita ini
memiliki kekhasan dalam gaya ceritanya? Bagaimanakah pengarang melalui
pencerita mengakhiri ceritanya? Sejumlah pertanyaan lain harus dicoba dirumuskan
guru dan dicari jawabannya. Pertanyaan dan jawaban itu pada hakikatnya akan
membawa guru kepada pemahaman yang lebih baik tentang karya yang akan ia
berikan kepada siswa. Guru juga harus mempersiapkan cara penyajian pembelajaran
apresiasi cerita pendek ini setelah dia mempertimbangkan aspek-aspek cerita
pendek ini. Misalnya, apa yang dimaksud dengan "Seribu kunang-kunang di
manhattan" ini? Mengapa disebut "Seribu kunang-kunang di manhattan"? Bagaimana
pengarang melalui pencerita menggiring pembaca untuk sampai pada gagasan.

• Tahap kedua yang harus dilalui adalah penentuan sikap praktis. Pada tahap ini guru
menentukan hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan penyajian pembelajaran
apresiasi cerita rekaan dalam hal ini pembelajaran apresiasi cerita pendek. Pada
model ini sudah ditentukan cerita rekaannya berupa cerita pendek berjudul "Seribu
kunang-kunang di manhattan" Karya Umar Kayam. Cerita pendek ini penulis
pandang cukup untuk satu pertemuan apalagi bila pertemuan itu dua jam pelajaran.
Dengan demikian, yang harus dipersiapkan guru selanjutnya adalah informasi apa
yang perlu disampaikan guru kepada siswa untuk mempermudah siswa memahami
cerita pendek ini.

• Tahap berikutnya adalah tahap introduksi atau pendahuluan/pengantar. Misalnya,


informasi yang perlu diberikan berupa keterangan singkat siapa Umar Kayam, apa
pula karya-karyanya.

• Selanjutnya, kita sampai pada tahap penyajian. Pada tahap ini, guru mengajak para
siswa untuk membaca cerita pendek tersebut dalam hati. Baru setelah para siswa
selesai membaca dalam hati, guru meminta salah seorang atau dua tiga orang siswa
membacakan secara bergantian cerita pendek tersebut. Teknisnya bisa dibicarakan
bersama. Pada prinsipnya, acara ini untuk mempertinggi pemahaman siswa terhadap
karya sastra yang dipelajari. Jangan pula dilupakan, kegiatan ini harus diupayakan
dilakukan siswa dengan senang hati. Pada bagian tertentu - bagian kecil saja - guru
bisa saja turut membacakan fragmen cerita pendek ini hanya untuk menunjukkan
bahwa guru juga turut 'terlibat dalam apresiasi, tetapi jangan mendominasi. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah bahwa pembacaan cerpen juga
harus mengikuti kaidah-kaidah membaca ekspresif dan membaca estetik. Misalnya,
para siswa juga menunjukkan ekspresi yang tepat sebagaimana ditunjukkan atau
dituntut oleh teks.

• Tahap selanjutnya adalah tahap diskusi. Setelah guru menganggap cukup kegiatan
membaca tadi sampailah kita pada tahap diskusi. Diskusi dan pembacaan
sebenarnya bisa saja dilakukan bersama-sama. Artinya, setelah pembacaan oleh
satu atau beberapa orang selesai, diselingi diskusi sebelum dilanjutkan dengan
pembacaan selanjutnya. Bisa pula pembacaan dilakukan pada bagian-bagian
tertentu yang didiskusikan.

• Tahap terakhir berupa pengukuhan seperti sudah dijelaskan bahwa pengukuhan bisa
berupa lisan atau tertulis.

4. Pertanyaan

1. Informasi
• Apa warna langit yang mendungnya itu?

• Bagaimana alaska sekarang?

2. Konsep

• Mengapa umar kayam mengambil cerpen Skkm?

• Jelaskan perbedaan budaya barat dan timur?

3. Perspektif

• Bagaimana pendapat orang lain tentang manathan sebagai kampung


halamannya?

• Mengapa jane bersikap sekeras itu?

4. Apresiasi

• Apa yang harus dilakukan marno dalam menghadapi sikap jane?

• Apa yang dilakukan jane untuk menghadapi masalah kondisi budaya dan keadaan
sosial yang berbeda?

Anda mungkin juga menyukai