Anda di halaman 1dari 5

Analisis Novel Kitchen oleh Banana Yoshimoto

- Fitria Nahdah Syariqoh (2005135792)


- Alya Putri Meirinda (2005114124)
- Witasha Afina Tusofia (2005110193)
- Cinta Anugrah (2005114196)

Latar belakang
Novel debutan Yoshimoto Banana ini berisi dua cerita, yaitu Kitchen dan Moonlight Shadow.
Masing-masing karakter dalam cerita ini sama-sama mengalami pergulatan batin setelah
kehilangan orang tercinta, mulai dari orangtua, kakek, nenek, hingga kekasih. Dan uniknya
setiap karakter memiliki caranya sendiri untuk mengisi “ruang kosong” yang muncul setelah
kehilangan sosok terkasih. Novel ini mengajak pembaca memahami dan menghadapi
pergulatan emosional ketika berhadapan dengan kehilangan, kepedihan, dan perasaan sepi.
Hal ini terlihat oleh masing-masing karakter yang memilih caranya masing-masing dalam
menghadapi rasa duka. Self healing dari rasa duka bisa dalam bentuk apa saja. Tidak harus
dengan bepergian, mencari suasana baru. Namun hal-hal yang dianggap sederhana pun bisa
memunculkan kenyamanan dan ketenangan. Tidak masalah bagaimana bentuknya, tapi
output yang didapat itu yang lebih penting.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk menganalisis tentang novel Kitchen oleh
Banana Yoshimoto. Alasan kami memilih novel ini karena novel ini memiliki alur cerita dan
tema yang unik. Dan kami ingin membahas perbedaan laki-laki dengan perempuan dalam
membuat karya sastra.

Landasan Teori
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan penelusuran
pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data melalui internet. Data
dan informasi yang digunakan yaitu data dari skripsi, media elektronik, dan beberapa pustaka
yang relevan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang menjadi
bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai lingkup kegiatan dan
konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh, diperlukan
data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut dapat dikembangkan
untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.
Pembahasan
Kitchen, terdiri dari dua bab. Kisahnya adalah tentang seorang gadis bernama Mikage
Sakurai yang berjuang menambal perasaan kehilangan setelah kerabat satu-satunya yang
tersisa, neneknya, meninggal dunia. Mikage sangat tergila-gila pada dapur yang selalu
memberikannya kenyamanan ketika perasaan sepi menerpanya. “….aku paling bisa lelap
ketika tidur di samping kulkas.” (hlm: 4). Bahkan secara eksplisit dia memilih dapur sebagai
tempat favorit seandainya dia meninggal. “…., aku ingin menghembuskan napas terakhirku
di dapur. Tak peduli dapur itu dingin sekali…” (hlm: 4).
Untunglah, ada Yuichi Tanabe yang telah sepakat dengan ibunya untuk mengajak Mikage
tinggal bersama mereka selama gadis itu belum menemukan apartemen baru. Saat tinggal di
keluarga Tanabe inilah, Mikage menyadari betapa sebuah keluarga adalah anugerah. Tak
selalu indah, namun patut disyukuri. Selain kenyataan bahwa Eriko, ibu Yuichi, adalah
seorang laki-laki transgender yang adalah ayah kandung Yuichi, Mikage juga mulai
menyadari bahwa ada perasaan lain yang tumbuh di dalam dirinya terhadap Yuichi. Cinta.
Sayang sekali, keharmonisan hidup Mikage, Yuichi, dan Eriko tak berlangsung lama. Pada
bab kedua diceritakan bahwa Eriko dibunuh. Berita ini tentu saja mengacaukan perasaan
Mikage, terlebih Yuichi sebagai seorang anak. Pada titik itulah hubungan keduanya diuji.
Perlahan masing-masing mulai menyadari bahwa mereka punya perasaan lain selain perasaan
bahwa selama ini mereka adalah keluarga. Ketika hati tak lagi mampu berbohong, keputusan
terbaik harus segera dibuat. Novelete ini ditutup dengan ending yang legit dan menyentuh.
Sangat menginspirasi, bahwa dalam hidup dibutuhkan perjuangan dan kedewasaan dalam
menentukan sikap.
 Tema novel ini adalah : Keluarga, Romansa, Persahabatan, Dewasa, Rasa kehilangan
 Latar tempat dalam novel ini adalah : dapur di apartemen Mikage Sakurai, rumah
Yuichi Tanabe, toko bunga, bar, kedai kopi.
 Tokoh dalam novel : Mikage Sakurai, Yuichi Tanabe, Eriko, nenek Mikage.

Banana Yoshimoto adalah sastrawan perempuan Jepang yang namanya mulai dikenal oleh
para penikmat sastra di Indonesia. Yoshimoto memiliki cara unik dalam mengeksplorasi
cerita dengan semangat filosofis yang mampu menyihir pembacanya dalam pusaran emosi
protagonis yang ia tulis. Karyanya-karyanya berpusat pada tema nature of life, yaitu kematian
dan cinta. Bukunya “Kitchen” (1988) yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
adalah karyanya yang paling populer dan sarat dengan isu gender. Ia menawarkan kontra-
narasi yang kuat di mana perempuan adalah karakter yang berdaya, dan perempuan
transgender adalah karakter yang paling diberdayakan dari semuanya.
Istilah joryũ sakka (penulis perempuan) atau joryũ bungaku (sastra perempuan) menjadi
istilah yang lumrah ditemui di dunia sastra Jepang yang mana dipengaruhi oleh norma sosial
masyarakat Jepang mengenai perbedaan gender. Joryũ bungaku merupakan gaya sastra
spesifik yang dicirikan oleh narasi sentimental, pengamatan rinci, dan impresionistis.
Penulis cerita pendek mempunyai gaya masing-masing baik pengarang lakilaki atau
perempuan. Teknik tulisan atau gaya cerita merupakan suatu hal yang tidak dapat dipandang
sebelah mata saja. Hal di atas menjadi sangat penting karena tiap individu, terlebih bagi laki-
laki dan perempuan memiliki cara pikir yang berbeda. Cara berpikir laki-laki biasanya
bekerja baik untuk pekerjaan yang berhubungan dengan olah sistem atau analisa sedangkan,
otak perempuan cenderung berkaitan dengan empati, karena bekerja berdasarkan perasaan
dan emosi. Menurut Holmes (2001) wanita lebih sadar akan bahasa yang digunakannya.
Latar dunia perempuan yang sangat dominan yang ditemukan dalam karya sastra
adalah latar dunia domestik, latar campuran (domestik dan publik), dan latar dunia
publik). Latar duniadomestiklengkap dengan permasalahannya merupakan latar dunia
yang sangat digemari pengarang perempuan dari dulu (sejak dekade 1920-an) sampai
sekarang (dekade 2000-an). Hal tersebut mungkin disebabkan karena dunia domestik
ini adalah dunia yang paling dekat dan paling dipahami oleh pengarang perempuan
tersebut.
Akan tetapi pada dekade 1980-an, beberapa pengarang perempuan sudah mulai menggarap
‘dunia lain’ sebagai latar cerita mereka. ‘Dunia lain’ tersebut adalah dunia yang digeluti
perempuan di samping dunia domestik, yaitu dunia yang bersinggungan dengan hal-hal
yang berapa di luar lingkungan rumah tangga seperti dunia kerja, sosial masyarakat,
hubungan dengan rekan sejawat, dan juga hubungan dengan atasan maupun bawahan.
Dua dunia ini merupakan dunai yang berbeda, tetapi keduanya salingberhubungan dan
hampir setiap perempuan menggeluti keduanya sekaligus.Sebagai latar dunia yang paling
dominan yang digambarkan oleh pengarang perempuan, latar dunia domestik
menggambarkan bahwa perempuan adalah ‘makhluk rumahan’ yaitu makhluk yang
selaluberada di rumah, mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan rumah
seperti menyapu, memasak, mencuci, mengasuh anak, dan melayani suami. Pekerjaan
tersebut seringkali dikategorikan ‘pekerjaan gratis’
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa gaya penulisan cerpen pengarang lakilaki dan perempuan memiliki
perbedaan dan persamaannya hal ini dapat dibuktikan oleh.
a. Dilihat dari aspek alur perbedaanya yakni pengarang laki-laki lebih cenderung
menggunakan alur campuran pada karya nya sedangkan pengarang perempuan menggunakan
alur maju dan campuran pada kedua cerpennya. Persamaannya yakni terdapat alur campuran
dalam cerpen pengarang laki-laki dan perempuan.
b. Dilihat dari aspek latar perbedaannya yakni pada latar tempat, pengarang laki-laki lebih
cenderung menggunakan latar seputar lingkungan yang sama sedangkan pengarang
perempuan menggunakan latar tempat yang berbeda-beda. Persamaannya yakni karya dari
masing-masing pengarang laki-laki dan perempuan memiliki latar tempat, waktu, dan
suasana.
c. Dilihat dari aspek titik pengisahan perbedaannya yakni pengrang laki-laki lebih cenderung
menggunakan titik pengisahan orang pertama pada karya nya sedangkan pengarng
perempuan menggunakan titik pengisahan orang pertama dan ketiga. Persamaannya yakni
terdapat titik pengisahan orang ketiga pada pengarang laki-laki dan perempuan.
d. Dilihat dari aspek tokoh perbedaannya yakni Berdasarkan fungsinya, pengarang laki-laki
hanya menggunakan satu tokoh utama pada tiap karya nya. Sedangkan, pengarang
perempuan menggunakan dua tokoh utama
Daftar Pustaka
DOKLIWAN, S. S. (2018). PERBANDINGAN GAYA PENULISAN CERPEN ANTARA
PENGARANG LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN. Skripsi, 1(311413112).
Hayati, Y. (2012). Dunia perempuan dalam karya sastra perempuan Indonesia (Kajian
Feminisme). Humanus, 11(1), 85-93.
http://www.fiksimetropop.com/2010/02/2010-5-resensi-novel-terjemahan-banana.html

Anda mungkin juga menyukai