Anda di halaman 1dari 3

TUGAS BUDAYA POP JEPANG

Kelompok 4 :
 Cinta Anugrah 2005125158
 Erma Putriyani 2005112876
 Muhammad Faiz Nazya 2005125157
 Nur Aulia 2005110213
 Witasha Afina Tusofia 2005110193

1. Carilah data dan informasi yang absah mengenai kasus :


Lagu Jepang yang diplagiat menjadi lagu setempat

2. Gagasan mengenai kasus :


a. Contoh kasus :
 5 Penyanyi dan Band Indonesia Dituding Tukang Plagiat
Nama Via Vallen kembali menjadi bahan perbincangan di dunia maya. Artis
yang awalnya dikenal sebagai penyanyi cover ini dianggap terlibat sebuah
tindakan memalukan dan kini menjadi musuh utama pendukung garis keras
K-Pop. Ya, pemicunya adalah video musik terbaru Via Vallen yang bertajuk
'Kasih Dengarkanlah Aku' dituding menjiplak konsep video musik artis
beken Korea Selatan Lee Ji-eun atau yang mempunyai nama panggung IU.
Sebenarnya ini bukan yang pertama menimpa Via Vallen. Pedangdut Via
Vallen juga pernah dituduh melakukan plagiarisme lewat lagu hitsnya
"Sayang" beberapa tahun lalu. Lagu itu sangat mirip dengan lagu asal Jepang
berjudul "Kiroro Mirae".
Saat itu, Via Vallen berkilah tak tahu jika lagunya sangat mirip dengan lagu
asal Negeri Sakura tersebut. Namun, hal itu dianggap omong kosong dan
menganggap lagu Via Vallen hasil dari perbuatan memalukan alias
plagiarisme.
https://republika.co.id/amp/qiovhc824000

 5 Lagu Jepang Ini Mirip Karya Musisi Indonesia


Dunia musik sudah ada sejak lama, bahkan sebelum dunia maya semakin
marak disinggahi manusia di era informatika ini. Maka tak heran jika ada
beberapa kemiripan lagu yang baru ketahuan belakangan ini. Di Indonesia
sendiri, ada masanya ketika para penghuni dunia maya mencari-cari
kemiripan lagu-lagu ciptaan musisi dari negerinya dengan karya-karya milik
musisi luar negeri. Bahkan, beberapa band dianggap menjiplak karya musisi
Negeri Sakura.
https://m.liputan6.com/showbiz/read/2257639/5-lagu-jepang-ini-mirip-
karya-musisi-indonesia
3. Pro / kontra :
Kontra.

4. Alasan :
plagiarisme adalah penggunaan ide orang lain secara substansial tanpa
memberikan kredit pada orang tersebut (bahkan mengakuinya sebagai ide
hasil diri sendiri). Jika pembajakan adalah wujud dari pelanggaran Hak
Ekonomi yang terdapat dalam Hak Cipta, maka plagiarisme adalah
pelanggaran atas Hak Moral-nya.
Di Indonesia, apabila kita berkaca pada Pasal 380 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (”KUHP”), menggunakan karya orang lain baik secara utuh
maupun sebagian tanpa izin termasuk ke dalam pelanggaran hak cipta. Nah,
Pelanggaran hak cipta adalah sebuah tindak pidana, sehingga pelaku dapat
dipidana penjara dan diberikan sanksi denda.Pasal 44 ayat (1) Undang-
Undang No. 28 Tahun 2014 (UU Hak Cipta) kurang lebih menjelaskan
bahwa menggunakan, mengambil, menggandakan dan/atau mengubah suatu
ciptaan secara seluruh atau sebagian secara substansial tidak dianggap
sebagai pelanggaran hak cipta apabila: (a) sumbernya disebutkan atau
dicantumkan secara lengkap; (b) digunakan untuk keperluan pendidikan
dan/atau penelitian; dan (c) tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
pencipta atau pemegang hak cipta.
Ketika berbicara mengenai Plagiarisme, kerap kita tidak membicarakan
kerugian ekonomi sang pencipta. Kita justru lebih banyak berbicara
mengenai etika dan integritas dalam berkarya. Jika menghasilkan karya yang
baik adalah hal yang mudah, semua orang sudah pasti menjadi seniman.
Namun kenyataannya, karya bukanlah hal yang bisa diciptakan secara cuma-
cuma. Ada banyak pertimbangan dan keterampilan yang dituangkan. Hal-hal
yang digunakan untuk membuat karya adalah akumulasi dari berbagai
macam investasi waktu dan sumber daya.
Bisa jadi lagu yang kamu dengarkan adalah hasil kerja keras seseorang yang
telah mengasah kemampuannya selama bertahun-tahun. Mungkin buku novel
yang kamu baca adalah buah dari riset yang telah dilakukan oleh penulis
selama berbulan-bulan. Bisa jadi, puisi yang membuatmu terharu adalah hasil
renungan dari perjalanan karsa penulisnya. Ketika seseorang melakukan
plagiarisme, ia tidak hanya merampas waktu dan sumber daya pencipta karya
tapi juga ide dan dedikasinya. Hal itu tidak hanya merugikan pencipta secara
materi tapi juga menyakiti hati-nya.
Dilansir dari Hukum Online, jangka waktu perlindungan atas karya cipta
diatur dalam Pasal 58 Undang-undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014
(UUHC), yaitu berlaku seumur hidup pencipta hingga 70 tahun setelah
pencipta meninggal dunia
5. Pemecahan :
1. Diharapkan ada tindakan lanjutan terhadap orang yang melakukan plagiat,
menjalan kan hukum yang berlaku dengan sebaik baik nya.
2. Selain itu diminta kesadaran kepada orang yang melakukan plagiat
tersebut karena yang dilakukannya termasuk tindakan yang salah dan
membuat orang rugi

Anda mungkin juga menyukai