Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Hak cipta adalah salah satu hak-hak yang terdapat dari berbagai macam hak,
tetapi hak cipta ini kurang diketahui oleh masyarakat umum karena pada
umumnya masyarakat lebih mengetahui atau mementingkan hak asasi manusia.
Hak cipta adalah salah satu jenis dari hak kekayaan intelektual, hak cipta
berdasarkan pasal 1 ayat 1 undang-undang nomor 8 tahun 2014 adalah “hak
cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”. Dalam arti yang lebih mudah, hak cipta adalah kepemilikan
seseorang yang sudah tidak bisa lagi digunakan oleh siapapun apabila sudah
dipatenkan secara hukum oleh pihak yang berwenang.

Hak cipta biasanya tidak berwujud fisik atau disebut dengan immateriil, hak cipta
disebut immateriil karena biasanya hak milik yang dihasilkan tidak memiliki wujud
fisik. Hak cipta biasanya merupakan ide-ide yang dikeluarkan dari seseorang
untuk dunia luar yang kemudian akan dipatenkan. Hak kekayaan intelektual
sama sekali tidak berhubungan dengan benda nyata yang memiliki wujud fisik,
karena apa yang terkandung dalam hak kekayaan intelektual hanyalah ide-ide
dari seorang individu yang tadinya belum ada, kemudian menjadi suatu sumber
bagi dunia luar. Ide-ide atau ciptaan yang diciptakan oleh seorang individu bisa
dalam bidang ilmu pengetahuan, industri, dan seni. Dalam ketiga bidang ini,
sangat sering ditemui adanya pelanggaran hak cipta karena banyak orang yang
mengambil ide-ide atau gagasan dari suatu sumber tanpa menyatakan darimana
sumber itu didapat, sehingga hal-hal seperti ini dapat menyebabkan adanya
kontroversi.

Karena banyaknya pelanggaran hak cipta yang terjadi di negara indonesia, hak
cipta sudah dilindungi oleh undang-undang nomor 28 tahun 2014. Dengan
dibuatnya undang-undang yang melindungi hak cipta dari seseorang, indonesia
adalah negara yang melindungi hak eksklusif dari seorang individu yang
mengeluarkan gagasan atau ide-ide yang belum pernah diutarakan oleh orang
lain. Indonesia juga memiliki kepastian hukum agar hak cipta dari seseorang
tidak digunakan oleh orang lain demi kepentingan dan keuntungannya. Dalam
pasal 9 ayat 3 undang-undang nomor 28 tahun 2014, pasal ini berfungsi dalam
penyiaran. Tidak sembarang orang dapat mengucapkan hak cipta seseorang
bahkan dalam komersil. Seseorang dapat mengucapkan hak cipta apabila orang
tersebut memiliki izin untuk mengucapkan atau menggunakannya. Apabila
seseorang tidak memiliki izin untuk menggunakan atau mengucapkan hak cipta
tersebut, maka orang tersebut sudah melanggar pasal 9 ayat 3 nomor 28 tahun
2014.

Permasalahan
Despacito adalah lagu spanyol yang dibuat oleh Luis Fonsi dirilis pada
pertengahan januari tahun 2017. Semenjak pertama kali lagu despacito keluar,
tidak ada kritik atau komplain yang diajukan kepada lagu ini mengenai apapun.
Pelanggaran hak cipta kadang bisa terjadi saat musisi merilis suatu lagu, karena
telah menggunakan lirik yang sudah ada dalam suatu lagu. Despasito sendiri
adalah lagu spanyol, dan lagu dalam bahasa spanyol tidak terlalu banyak yang
mendunia seperti despacito. Maka itu, risiko lagu despacito melanggar hak cipta
sudah berkurang. Dengan tidak adanya komplain mengenai pelanggaran hak
cipta untuk lagu despacito ini, berarti lagu despacito dibuat benar-benar dari ide
seorang individu yang kemudian menjadi hak patennya.

Tidak seperti lagu despacito, lagu syantik yang dinyanyikan oleh Siti Badriyah,
mendapat banyak kritik dalam lokal karena terdapat kabar bahwa jargon syantik
diambil dari Syahrini. Syahrini kesal karena siti badriyah bisa mendapat banyak
kesuksesan dari lagunya yan berjudul syantik. Syahrini kesal karena menurut
syahrini sendiri, jargon syantik itu adalah jargon yang dimilkinya dan tidak
seorangpun boleh menggunakannya. Menurut saya Siti Badriyah boleh-boleh
saja menggunakan jargon syantik meskipun jargon syantik dibawakan oleh
Syahrini pertama kalinya. Akan tetapi saat jargon syantik dibawakan oleh
Syahrini, Syahirini tidak mempublikasikan jargon tersebut dan tidak di sahkan
oleh hukum bahwa jargon syantik tersebut adalah hal cipta milik Syahrini.
Sedangkan sekarang lagu yang dibuat oleh siti badriyah yang berjudul syantik,
sudah mendunia dan sudah di sahkan oleh hukum bahwa lagu tersebut adalah
hak cipta dari Siti Badriyah. Masalah lainnya lagu syantik juga dianggap mirip
dengan lagu despacito oleh beberapa pihak.
Pendukung dan Dasar hukum

Lagu atau musik dalam UUHC adalah salah satu ciptaan yang dilindungi,
sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d UUHC (Undang-undang hak
cipta). Lagu atau musik ini diartikan sebagai karya yang bersifat utuh, sekalipun
terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik, dan aransemennya termasuk
notasi. Yang dimaksud dengan utuh adalah bahwa lagu atau musik tersebut
merupakan satu kesatuan karya cipta sebagaimana dijelaskan dalam UUHC
menyebutkan hal-hal yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta di
dalam Pasal 15 UUHC. Pasal ini mengatakan bahwa dengan syarat bahwa
sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai
pelanggaran Hak Cipta:

a. Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian,


penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta;

b. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna


keperluan pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;

c. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna


keperluan:

i. Ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan;


atau

ii. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.

d. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam
huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat
komersial;

e. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas


dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan
umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi
yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;
f. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas
karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;

g. Ppembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program


Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri

Dalam hal ini, musik tidak termasuk ke dalam hal-hal yang dapat dianggap bukan
pelanggaran hak cipta. Jadi, plagiarisme terhadap suatu karya musik dapat
dianggap sebagai pelanggaran hak cipta sepanjang tidak disebutkan atau
dicantumkan sumbernya.

Seperti yang diketahui dalam pasal 1 ayat 1 undang-undang nomor 8 tahun 2014
yang berisi “hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”. Lagu syantik yang dibuat oleh Siti Badriyah sama sekali
tidak melanggar hak cipta karena jargon syantik belum dipatenkan oleh Syahrini
pada pertama kalinya. Syahrini tidak berhak menuntut Siti Badriyah karena
jargon syantik yang digunakan memang belum merupakan hak cipta Syahrini dari
awal.

Kronologi dan Fakta


Lagu syantik yang merupakan hak cipta dari Siti Badriyah, mendapat kritik dari
artis ternama Syahrini. Syahrini menganggap bahwa Siti Badriyah mendapatkan
kata-kata syantik dari Syahrini, sehingga Syahrini sendiripun jadi kesal karena
Siti Badriyah mendapat banyak ketenaran dari lagu syantik tersebut. Karena
Syahrini menganggap bahwa kata-kata syantik adalah miliknya, syahrini merasa
kecewa pada Siti Badriyah karena siti badriyah tidak mengakui bahwa jargon
syantik yang digunakan untuk lagunya adalah ide dari Syahrini. Pada akhirnya
Siti Badriyah meminta maaf pada syahrini meski seharusnya Siti Badriyah tidak
ada salah sedikitpun dalam menggunakan kata-kata syantik.

Setelah munculnya lagu syantik yang diciptakan oleh Siti Badriyah, sekarang
tidak boleh ada lagi yang menggunakan kata-kata syantik ataupun lirik yang ada
dalam lagu tersebut karena sudah menjadi hak cipta dari Siti Badriyah. Apabila
ada yang menggunakan kata-kata syantik atau lirik dalam lagu tersebut akan
dikenakan pidana. Bersasarkan Pasal 44 ayat 1 UU No 28 Tahun 2014, yang
berisikan tentang hak cipta, hal ini menjadi bagian yang sangat penting dan khas
dalam menjadi suatu ciptaan seseorang.

Pendapat dan Analisa Hukum


Dalam mengatasi hal yang sering terjadi seperti pelanggaran hak cipta ini,
banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghentikan pelanggaran ini. Hal paling
mudah yang bisa dilakukan adalah dengan mengingatkan sesama untuk tidak
menggunakan apa yang sudah menjadi hak milik orang lain. Akan tetapi, cara
yang paling efektif adalah dengan menetapkan undang-undang dalam menjaga
hak cipta yang merupakan hak eksklusif dari seseorang. Dengan adanya
undang-undang, jika orang menggunakan atau mengambil apa yang sudah
menjadi hak cipta, tentu saja orang tersebut akan dikenakan sanksi tidak peduli
alasan apapun yang digunakan untuk membela dirinya.

Tidak berarti seorangpun tidak boleh menggunakan atau mengambil apa yang
sudah menjadi hak cipta seseorang. Apa yang sudah menjadi hal cipta
seseorang boleh saja digunakan, akan tetapi di waktu dan tempat yang tepat.
Jika hak cipta seseorang digunakan pada waktu dan tempat yang tepat, itu tidak
akan menimbulkan masalah-masalah yang berhubungan dengan undang-
undang. Menurut pendapat saya hak cipta hanya tidak bisa digunakan seperti
dalam halnya branding. Seperti indomi yang memiliki slogan indome seleraku,
merek mi instan yang lain tidak akan bisa menggunakan slogan tersebut lagi.
Akan tetapi semua orang bisa menggunakan kata-kata indomi seleraku karena
mereka hanya menggunakannya untuk melalukan konversasi bukan kepada
dunia luas.

Kesimpulan dan Saran


Kita sebagai masyrakat Indonesia yang memiliki pasal yang mengatur hal
mengenai hak cipta, pasal 1 ayat 1 undang-undang nomor 8 tahun 2014, “hak
cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”. Sebenarnya boleh-boleh saja menggunakannya jika kita tidak
mendapat atau mengambil keuntungan apapun dari hak eksklusif tersebut. Jika
disaat kita menggunakannya dan kita mendapat keuntungan atau ketenaran
seperti sisi badriyah, kita sudah mungkin akan dikenakan sanksi sesusai undang-
undang yang mengatur hak cipta. Maka itu lebih baik jika kita tidak menggunakan
apanyang sudah menjadi hak eksklusif dari seseorang.

Penggunaan hak cipta seseorang boleh saja digunakan saat orang yang
menggunakan sudah mendapat ijin untuk menggunakan hak eksklusif dari yang
menciptakannya. Pada kasus syahrini dan siti badriyah, lebih baik untuk meminta
ijin sebelum menggunakan sesuatu yang tidak pasti daripada terjadi kasus
seperti mereka. Terjadinya kasus karena kurangnya pengetahuan tentang hukum
yang melindungi semua hak-hak yang terdapat di Indonesia. Jadi lebih baik jika
kita meminta ijin terlebih dahulu sebelum menggunakan sesuatu yang tidak pasti
atau tidak kita ketahui.

Anda mungkin juga menyukai