Anda di halaman 1dari 12

MENIKMATI

NOVEL
BAHASA INDONESIA
FATIMAH AZAHRA
XII MIPA 3(09)
A. PENGERTIAN

Pengertian novel menurut para ahli antara lain adalah sebagai berikut :

1. Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling
banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs).

2. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan
(Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).

3. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang
kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs.
Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd).

4. Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsic (Paulus Tukam,
S.Pd).

Dapat disimpulkan bahwa Novel adalah sebuah karangan prosa panjang, yang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
B. CIRI-CIRI C. STRUKTUR

Adapun struktur novel yaitu:


Adapun ciri-ciri novel adalah sebagai berikut:
1. Abstrak adalah ringkasan dari isi cerita yang biasanya
 Cerita kebanyakan dibuat berdasarkan kisah ditemukan di awal sebuah cerita dalam sebuah novel(tema).
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Orientasi adalah bagian dari penjelasan sikap waktu dan
suasana(latar). Dalam perjalanan sejarah, penokohan atau
 Cerita mendeskripsikan tokoh cerita secara
perwatakan terkadang dibicarakan.
detail, juga latar yang kompleks.
3. Komplikasi adalah konsekuensi dari peristiwa yang
 Cerita ditulis menggunakan kata-kata yang dihubungkan oleh sebab dan akibat, dengan setiap peristiwa
mudah dipahami oleh pembaca. terjadi karena sebab dan mengarah pada munculnya peristiwa
lain.
 Cerita dibuat dengan menceritakan beberapa 4. Evaluasi adalah bagian di mana konflik yang terjadi pada
kejadian atau peristiwa.  tahap komplikasi diarahkan ke titik tertentu.

5. Resolusi adalah bagian dari novel yang menunjukkan solusi


untuk konflik saat ini.

6. Koda adalah bagian terakhir atau terakhir dari cerita dalam


novel.
ANALISIS NOVEL
Si Jamin dan Si Johan
Si Jamin dan si Johan adalah anak dari Minah dan Bertes, Bertes punya tabiat yang buruk sejak masih muda, ia
menikahi Minah dan pindah ke Jakarta karena harus berobat. Akhirnya mereka menetap di Jakarta namun tabiat buruk
Bertes itu memang tidak dapat dihilangkan hingga Minah pun sakit dan meninggal. Bertes menikah lagi dengan Inem,
Inem pun tak jauh beda dengan si Bertes, ia adalah tukang candu dan peminum. Sungguh malang nasib si Jamin dan si
Johan, semenjak ibunya tiada bapaknya pun tidak lagi mengindahkan dan memelihara mereka. Mak tiri mereka, si
Inem pun bukan memelihara kedua adik beradik itu tapi disuruhnya si Jamin pergi meminta-minta dengan ancaman
akan dibuang adik nya ke kali kalau tidak mau menurut.
Si Jamin bukannya senang melakukan pekerjaan itu, ia malu ingin meminta-minta kepada orang maka dari itu
kerap kali ia tidak cukup membawa uang pulang dengan disambut tempelengan dari mak tiri bengis nya itu. Bapaknya
Bertes pun tidak ada ubahnya dengan si Inem, ia tukang mabuk dan pemarah. Sebenarnya ingin sekali ia pergi dari
ruamh tetapi adiknya si Johan tidak mungkin ia tinggalkan sendiri, maknya Minah pun sudah meng amanatkan bahwa
jangan sekali-kali ia tinggal adik satu-satunya itu.
Beruntung sekali si Jamin karena di tolong oleh dua laki bini bernama Kong sui dan Nyinya Fi, mereka memberi
pakaian dan makanan kepada Johan. setelah kembali kerumah ternyata ada cincin di dalam saku celana si Jamin, ia
ingin mengembalikan cincin itu tapi direbut oleh si Inem. Akhirnya cincin itu didapat kembali oleh si Johan, mereka
pergi ke pasar senen untuk mengembalikan cincin. Takdir berkata lain, si Jamin tergiling oleh trem karena
menyelamatkan adiknya, ia dibawa kerumah sakit oleh orang sekitar meninggalkan si Johan sendiri. Si Johan dengan
berani mengembalikan cincin ersebut kepada si empu dan menceritakan hal ihwalnya sampai bisa berada di tempat itu.
Kasihan hati nyonya Fi dan mengantarkan si Johan ke tempat abangnya. Si Jamin sudah menyusul ibunya dengan hati
yang tulus dan ikhlas, ia menyuruh adiknya jangan kembali ke rumah mereka di Taman Sari. Si Johan pun dipelihara
oleh Kong sui dan Nyonya Fi. Si Inem ditemukan mati di sungai tepi Ancol. Bertes keluar dari penjara karena terbukti
tidak bersalah atas perkelahian di cafe minum dan taubat.
Unsur intrinsik
1. Tema : novel karya Merari Siregar ini menceritakan tentang dua bersaudara dalam menjalani hidup.
2. Tokoh dan penokohan
 Jamin : Baik hati,penurut,penyabar,rajin,jujur
 Johan : penurut,pendiam,penyabar
 Bertes : Keras kepala,berani,mudah terbawa pergaulan
 Inem : Jahat,berani
 Mina : baik hati,ramah,bertanggung jawab
 Nyonya Fi : Baik hati
 Kong Sui : baik hati,muada dihasut
3.Alur :
Alur yang digunakan dalam novel si jamin dan si johan ini adalah alur maju (progresif), hal ini terlihat dari cerita yang
berurutan dari mulai ayahnya yaitu Bertes yang menikahi ibu tirinya si Inem, perempuan jahat sekaligus pemadat setelah
sepeninggal Mina ibu kandungnya yang bertanggung jawab. Sampai akhirnya jamin meninggal akibat tertabrak trem ketika
dia hendak mengembalikan cincin milik Kong Sui yang meletekkan cincin dalam baju yang diberikan untuk Jamin. Dan
Jamin mengatakan sesuatu pada saat penghembusan nafasa terakhirnya. Dia berkata bahwa Johan jangan pulang kerumah,
karena Jamin tidak ingin adiknya di siksa oleh perempuan jahat yang tak lain ibu tirinya. Dan akhirnya Nyonya Fi
menjalankan amanat terakhirnya, dan akhirnya Johan diasuh oleh Kong Sui dan Fi.
4. Latar :

·         Tempat

Ø  Rumah             : “di Taman sari, ada sebuah rumah setengah tua, berdinding papan, beratap genting. Bila diperhatikan dinding
rumah itu, catnya tidak tentu wananya lagi dan halamannya yang sangat kotor” (siregar, 2004 : 9).... “keadaan didalam rumah itu
sangat sederhana” (siregar, 2004 : 10).

Ø  Pasar Senen     :”pada sisi jalan trem di Pasar Senen ada sebuah rumah. Di depannya tergantung sebilah papan yang bertulisan
‘rumah obat’.” (siregar, 2004 : 57)

Ø  Rumah Sakit   :”nyonya fi tak tahu bau obat apa yang berbau itu, tetapi kepada pegawai-pegawai rumah sakit bau itu adalah
suatu tanda, bahwa si sakit dalam penderitaan hebat” (siregar, 2004 : 95)

Ø  kota jakarta     :”kota jakarta masih sepi. lentera-lentera di tepi jalan besar masih menyala, sekadar menggantikn sinar matahari,
yang belum bangun dari peraduannya.” (siregar, 2004 : 57)

Ø  Kutaraja          :”setelah tiga tahun ia ia dalam dinas belajar Gombong, ia dipindahkan ke Kutaraja. Pada waktu itu tanah aceh
belum tunduk semua pada kompeni” (siregar, 2004 : 18).

Ø  Pasar Baru       : “sampai di Pasar baru ia belum berjumpa orang seorang pun jua, tempat ia meminta sedekah” (siregar, 2004 :
38).

Ø  Jalan Mangga Besar    : “dapatlah ia hidup sederhana dengan istrinya dan kedua anaknyan Jamin dan Johan, di jalan mangga
besar itu.” (siregar, 2004 : 28).
·         Waktu
Ø  “pukul 12 tengah malam” (siregar, 2004 : 20)
Ø  “29 hari bulan Mei tahun 1986” (siregar, 2004 : 20)
Ø  “Hari sudah siang. Dengan langkah panjang-panjang ia berjalan.” (siregar, 2004 : 38).
Ø  “matahari makin lama makin jauh bersembunyi ke sebelah barat. (bertanda senja)”. (siregar, 2004 : 44).
·         Suasana
Ø  Tegar   : “meskipun Jamin seorang budak kecil, tetapi ia telah mengenal Tuhan berkat ajaran ibunya dahulu selagi hidup.”
(siregar, 2004 : 39)
Ø  Kejam  : “setiap hari disuruh mengemis dan harus memperoleh uang yang maksimal menurut perempuan itu, dan sesekali ia
tidak mendapat uang banyak maka ia akan dipukul dan ditendang sampai ia jatuh terguling-guling dilantai. Dan setelah demikian
anak itu dibiarkan menangis disudut kamar.” (siregar, 2004 : 10)
Ø  Sedih   : “amat sakit dan sedih hati si Jamin mendengar perkataan adiknya yang mengaku telah dipukul oleh ibu tirinya saat ia
minta makan. Tidak dapat ia menahan air mata. Jauh lebih sakit dari kena pukulan perempuan itu.”
Ø  Mengharukan  : “adikku johan... jangan adikku susah ... kita bercerai ... nanti di belakang hari ... kita bertemu lagi. Selamat ...
selamatlah adikku, yang tercinta. Sehabis bicara itu si jamin menarik tangan adiknya. Berlinang-linanglah air mata dokter serta
pegawainya yang melihat kejadian itu. Nyonya fi tak hent-hentinya lagi menyapu air mata dengan sapu tangan.”...”sampaikan
salamku kepada ayah,. Kata si jamin, dan ia mencium si johan sekali lagi. Kemudian ia melihat keatas seraya berkata, Allah Yang
Mahakuasa! Hamba serahkan badan dan jiwa hamba kepadaMu. Peliharakanlah hambaMu dengan rahmatMu....” (siregar, 2004 :
98).
5. Sudut pandang

Di sini pengarang sebagai orang ketiga. Pengarang dalam menceritakan para pelaku meggunakan sudut pandang
pengarang sebagai orang ketiga serba tahu (sudut pandang diaan). Pengarang menyebut para pelaku dengan
menggunakan kata ganti orang ketiga. Pengarang tidak menjadi pelaku dalam cerita itu. Jadi pengarang berada di
luar cerita atau sebagai pengamat yang meceritakan semua yang dilakukan para tokoh sampai apa yang ada dalam
hati maupun yang dipikirkan para tokoh tersebut.  

 6. Gaya bahasa

Pengarang menggunakan bahasa yang tidak baku supaya masyarakat umum, khususnya para remaja mudah
mengerti dari isi novel ini. Dan mudah untuk di pahami.

Terdapat bahasa jakarta atau betawi pada dialog ini, “minta bakonya, mat.... lu engga malu, jaka? Minta-minta aje.”
Jawab si Amat “masak laki-laki segede elu masih minta-minta tembako aje”.

“ah, elu marah-marah aje, baru kali ini gue minta rokok ude ngomel,” sahut si Jaka....
Majas yang digunakan:
Majas Personifikasi     : “Suatu hari ketika matahari hendak masuk keperaduannya, hawa panas nertukar menjadi hawa sejuk,
dan angin lemah lembut bertiup sepoi-sepoi.” (siregar, 2004 : 9).
Majas Repetisi : “sekali lagi di dengarkan baik-baik, benarkah perempuan jahat dan bengis itu telah keluar?” (siregar, 2004 :
11).
Majas  Hiperbola         : “hancur luluh hatinya, memikirkan nasibnya dua beradik.” (siregar, 2004 : 12).
Majas Metafora           : “segala pencariannya seperti hujan jatuh di pasir saja, ia tak ada bekas-bekasnya.” (siregar, 2004 : 31).

7. .Amanat

Persaudaraan yang saling mengasihi adalah hal yang indah dan perlu dijaga. Hal inilah yang patut kita tiru. Jalani hidup sesuai
dengan yang Allah perintahkan dan apabila kita melakukan salah sebaiknya segera bertaubat karena pertaubatan yang tulus
akan diterima oleh Allah SWT. Bersyukurlah kita yang tidur dalam kasur yang hangat dan memakai baju bagus dan baru, dan
bersyukurlah kita dengan apa yang kita dapatkan, karena masih banyak orang yang kurang beruntung dari kita, berterimakasih
kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya.

Bertaubatlah sebelum terlambat karena dengan bertaubat niscaya Tuhan nakan menunjukan jalan yang benar. Dalam cerita ini
si bertes yang pemabuk itu merasa menyesal ketika ia tahu bahwa dirinya telah jauh terlampau kedalam lembah nista. Dan ia
menyadari bahwa kesalahannya itu yang menyebabkan istrinya meninggal dan menyebabkan kedua anaknya itu menjadi
menderita. Maka ia memutuskan untuk bertaubat. (siregar, 2004 : 76)

 
Unsur ekstrinsik
1. Biografi pengarang
Merari Siregar adalah salah satu sastrawan Indonesia. Dia masuk ke dalam angkatan Balai Pustaka. Novel yang
pernah ditulisnya adalah: Azab dan Sengsara, Binasa Karena Gadis Priangan, Cerita tentang Busuk dan Wanginya
Kota Betawi, serta Cinta dan Hawa Nafsu. Dia juga pernah menulis buku saduran berjudul Si Jamin dan Si Johan.
Azab dan Sengsara sendiri adalah roman pertama yang diterbitkan oleh Balai Pustaka (tahun 1920).

Merari pernah bersekolah di Kweekschool Oost en West di Gunung Sahari, Jakarta. Dia juga pernah bersekolah di
sekolah swasta yang didirikan oleh vereeniging tot van Oost en West.

Setelah lulus sekolah, Merari sempat menjadi guru bantu di Medan. Kemudian, Merari pindah ke Jakarta dan
bekerja di Rumah Sakit CBZ yang sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dia kemudian pindah
lagi ke Kalianget, Madura. Di sana Merari bekerja di Opium end Zouregie hingga meninggal pada 23 April 1941.
 2. Nilai-nilai yang terkandung
Nilai agama : Hidup yang berat harus dijalani dengan ikhlas, sabar, tidak boleh egois, Kita harus berbuat sesuatu
sebelum akhirnya terjadi penyesalan di kemudian hari, selalu ingat kepada tuhan, taubat
Nilai moral
Nilai sosial budaya
Nilai Pendidikan
Nilai politik
 
D. KAIDAH KEBAHASAAN

1. Kalimat dengan makna lampau harus ada.

2. Kata konjungsi temporal dan kronologis harus banyak.

3. Terdapat banyak kata dalam menggambarkan sebuah tindakan.

4. Dalam menceritakan tuturan seorang tokoh dari seorang pengarang, harus banyak kata
kerja untuk menunjukan kalimat tidak langsung.

5. Terdapat banyak dialog.

6. Dalam menggambarkan tempat, tokoh dan suasana harus menggunakan kata sifat.

7. Ada banyak kata kerja dalam menyatakan sesuatu dipikiran atau yang dirasakan oleh
tokoh.

Anda mungkin juga menyukai