NOVEL
BAHASA INDONESIA
FATIMAH AZAHRA
XII MIPA 3(09)
A. PENGERTIAN
Pengertian novel menurut para ahli antara lain adalah sebagai berikut :
1. Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling
banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo Drs).
2. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral, dan pendidikan
(Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd).
3. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : undur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang
kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Drs.
Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd).
4. Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsic (Paulus Tukam,
S.Pd).
Dapat disimpulkan bahwa Novel adalah sebuah karangan prosa panjang, yang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
B. CIRI-CIRI C. STRUKTUR
· Tempat
Ø Rumah : “di Taman sari, ada sebuah rumah setengah tua, berdinding papan, beratap genting. Bila diperhatikan dinding
rumah itu, catnya tidak tentu wananya lagi dan halamannya yang sangat kotor” (siregar, 2004 : 9).... “keadaan didalam rumah itu
sangat sederhana” (siregar, 2004 : 10).
Ø Pasar Senen :”pada sisi jalan trem di Pasar Senen ada sebuah rumah. Di depannya tergantung sebilah papan yang bertulisan
‘rumah obat’.” (siregar, 2004 : 57)
Ø Rumah Sakit :”nyonya fi tak tahu bau obat apa yang berbau itu, tetapi kepada pegawai-pegawai rumah sakit bau itu adalah
suatu tanda, bahwa si sakit dalam penderitaan hebat” (siregar, 2004 : 95)
Ø kota jakarta :”kota jakarta masih sepi. lentera-lentera di tepi jalan besar masih menyala, sekadar menggantikn sinar matahari,
yang belum bangun dari peraduannya.” (siregar, 2004 : 57)
Ø Kutaraja :”setelah tiga tahun ia ia dalam dinas belajar Gombong, ia dipindahkan ke Kutaraja. Pada waktu itu tanah aceh
belum tunduk semua pada kompeni” (siregar, 2004 : 18).
Ø Pasar Baru : “sampai di Pasar baru ia belum berjumpa orang seorang pun jua, tempat ia meminta sedekah” (siregar, 2004 :
38).
Ø Jalan Mangga Besar : “dapatlah ia hidup sederhana dengan istrinya dan kedua anaknyan Jamin dan Johan, di jalan mangga
besar itu.” (siregar, 2004 : 28).
· Waktu
Ø “pukul 12 tengah malam” (siregar, 2004 : 20)
Ø “29 hari bulan Mei tahun 1986” (siregar, 2004 : 20)
Ø “Hari sudah siang. Dengan langkah panjang-panjang ia berjalan.” (siregar, 2004 : 38).
Ø “matahari makin lama makin jauh bersembunyi ke sebelah barat. (bertanda senja)”. (siregar, 2004 : 44).
· Suasana
Ø Tegar : “meskipun Jamin seorang budak kecil, tetapi ia telah mengenal Tuhan berkat ajaran ibunya dahulu selagi hidup.”
(siregar, 2004 : 39)
Ø Kejam : “setiap hari disuruh mengemis dan harus memperoleh uang yang maksimal menurut perempuan itu, dan sesekali ia
tidak mendapat uang banyak maka ia akan dipukul dan ditendang sampai ia jatuh terguling-guling dilantai. Dan setelah demikian
anak itu dibiarkan menangis disudut kamar.” (siregar, 2004 : 10)
Ø Sedih : “amat sakit dan sedih hati si Jamin mendengar perkataan adiknya yang mengaku telah dipukul oleh ibu tirinya saat ia
minta makan. Tidak dapat ia menahan air mata. Jauh lebih sakit dari kena pukulan perempuan itu.”
Ø Mengharukan : “adikku johan... jangan adikku susah ... kita bercerai ... nanti di belakang hari ... kita bertemu lagi. Selamat ...
selamatlah adikku, yang tercinta. Sehabis bicara itu si jamin menarik tangan adiknya. Berlinang-linanglah air mata dokter serta
pegawainya yang melihat kejadian itu. Nyonya fi tak hent-hentinya lagi menyapu air mata dengan sapu tangan.”...”sampaikan
salamku kepada ayah,. Kata si jamin, dan ia mencium si johan sekali lagi. Kemudian ia melihat keatas seraya berkata, Allah Yang
Mahakuasa! Hamba serahkan badan dan jiwa hamba kepadaMu. Peliharakanlah hambaMu dengan rahmatMu....” (siregar, 2004 :
98).
5. Sudut pandang
Di sini pengarang sebagai orang ketiga. Pengarang dalam menceritakan para pelaku meggunakan sudut pandang
pengarang sebagai orang ketiga serba tahu (sudut pandang diaan). Pengarang menyebut para pelaku dengan
menggunakan kata ganti orang ketiga. Pengarang tidak menjadi pelaku dalam cerita itu. Jadi pengarang berada di
luar cerita atau sebagai pengamat yang meceritakan semua yang dilakukan para tokoh sampai apa yang ada dalam
hati maupun yang dipikirkan para tokoh tersebut.
Pengarang menggunakan bahasa yang tidak baku supaya masyarakat umum, khususnya para remaja mudah
mengerti dari isi novel ini. Dan mudah untuk di pahami.
Terdapat bahasa jakarta atau betawi pada dialog ini, “minta bakonya, mat.... lu engga malu, jaka? Minta-minta aje.”
Jawab si Amat “masak laki-laki segede elu masih minta-minta tembako aje”.
“ah, elu marah-marah aje, baru kali ini gue minta rokok ude ngomel,” sahut si Jaka....
Majas yang digunakan:
Majas Personifikasi : “Suatu hari ketika matahari hendak masuk keperaduannya, hawa panas nertukar menjadi hawa sejuk,
dan angin lemah lembut bertiup sepoi-sepoi.” (siregar, 2004 : 9).
Majas Repetisi : “sekali lagi di dengarkan baik-baik, benarkah perempuan jahat dan bengis itu telah keluar?” (siregar, 2004 :
11).
Majas Hiperbola : “hancur luluh hatinya, memikirkan nasibnya dua beradik.” (siregar, 2004 : 12).
Majas Metafora : “segala pencariannya seperti hujan jatuh di pasir saja, ia tak ada bekas-bekasnya.” (siregar, 2004 : 31).
7. .Amanat
Persaudaraan yang saling mengasihi adalah hal yang indah dan perlu dijaga. Hal inilah yang patut kita tiru. Jalani hidup sesuai
dengan yang Allah perintahkan dan apabila kita melakukan salah sebaiknya segera bertaubat karena pertaubatan yang tulus
akan diterima oleh Allah SWT. Bersyukurlah kita yang tidur dalam kasur yang hangat dan memakai baju bagus dan baru, dan
bersyukurlah kita dengan apa yang kita dapatkan, karena masih banyak orang yang kurang beruntung dari kita, berterimakasih
kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya.
Bertaubatlah sebelum terlambat karena dengan bertaubat niscaya Tuhan nakan menunjukan jalan yang benar. Dalam cerita ini
si bertes yang pemabuk itu merasa menyesal ketika ia tahu bahwa dirinya telah jauh terlampau kedalam lembah nista. Dan ia
menyadari bahwa kesalahannya itu yang menyebabkan istrinya meninggal dan menyebabkan kedua anaknya itu menjadi
menderita. Maka ia memutuskan untuk bertaubat. (siregar, 2004 : 76)
Unsur ekstrinsik
1. Biografi pengarang
Merari Siregar adalah salah satu sastrawan Indonesia. Dia masuk ke dalam angkatan Balai Pustaka. Novel yang
pernah ditulisnya adalah: Azab dan Sengsara, Binasa Karena Gadis Priangan, Cerita tentang Busuk dan Wanginya
Kota Betawi, serta Cinta dan Hawa Nafsu. Dia juga pernah menulis buku saduran berjudul Si Jamin dan Si Johan.
Azab dan Sengsara sendiri adalah roman pertama yang diterbitkan oleh Balai Pustaka (tahun 1920).
Merari pernah bersekolah di Kweekschool Oost en West di Gunung Sahari, Jakarta. Dia juga pernah bersekolah di
sekolah swasta yang didirikan oleh vereeniging tot van Oost en West.
Setelah lulus sekolah, Merari sempat menjadi guru bantu di Medan. Kemudian, Merari pindah ke Jakarta dan
bekerja di Rumah Sakit CBZ yang sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dia kemudian pindah
lagi ke Kalianget, Madura. Di sana Merari bekerja di Opium end Zouregie hingga meninggal pada 23 April 1941.
2. Nilai-nilai yang terkandung
Nilai agama : Hidup yang berat harus dijalani dengan ikhlas, sabar, tidak boleh egois, Kita harus berbuat sesuatu
sebelum akhirnya terjadi penyesalan di kemudian hari, selalu ingat kepada tuhan, taubat
Nilai moral
Nilai sosial budaya
Nilai Pendidikan
Nilai politik
D. KAIDAH KEBAHASAAN
4. Dalam menceritakan tuturan seorang tokoh dari seorang pengarang, harus banyak kata
kerja untuk menunjukan kalimat tidak langsung.
6. Dalam menggambarkan tempat, tokoh dan suasana harus menggunakan kata sifat.
7. Ada banyak kata kerja dalam menyatakan sesuatu dipikiran atau yang dirasakan oleh
tokoh.