Anda di halaman 1dari 14

KUMPULAN SINOPSIS NOVEL

PERIODE ANGKATAN ‘45

(1945-1953)

OLEH :

Kelompok 3

Awal Ciptaning Kanugrahan, Caesar `Adlu Hakim, Devi Aprilia,

Dewi Maf’ula, Zahra Apriorita Tzuroyah

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

S1 PEND. BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

2020
ATHEIS

Sinopsis oleh : Awal Ciptaning Kanugrahan

Pengarang : Achdiat Karta Mihardja

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun terbit : 1949 (cetakan ke-32)

Jumlah halaman : 224 halaman

Sinopsis

Hasan adalah anak seorang yang teguh pendirian terhadap islam. Dari kecil ia
sudah diajari banyak tentang islam. Dari kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan
hingga larangan-larangan yang harus ditinggalkan. Merasa bahwa ilmunya masih belum
cukup sehingga pergilah ia menempuh pendidikan yang lebih tinggi yang pernah
ditempuh ayahnya juga yang bertempat di Banten. Ia kemudian pindah ke Bandung dan
bekerja disana.

Selepas ia menempuh pendidikan agamanya, ia elah menjadi seorang yang taat


pada agama. Ia seringkali puasa tujuh hari tujuh malam. Bahkan ia pernah
mencemplungkan diri ke kali Cikapundung empat puluh kali selama satu malam dari
sembahyang isya' sampai subuh. Ia semakin dekat dengan Tuhan tapi terkadang
tubuhnya menjadi lemas dan pekerjaannya terbengkalai.

Suatu hari saat bekerja, ia bertemu dengan Rusli, temannya saat masih sekolah
dulu. Rupanya ia tidak sendiri melainkan bersama dengan seorang perempuan. Rusli
mengaku pada Hasan bahwa perempuan yang bersamanya itu adalah adiknya, Kartini.
Padahal seingat Hasan, Rusli tidak pernah mempunyai adik perempuan. Tapi Hasan
tidak mempermasalahkan hal itu.

Hari itu Rusli dan Kartini baru pindah ke Bandung dan meminta Hasan untuk
mengunjunginya mengingat sudah lama mereka tidak pernah bertemu. Dan Hasan
menyetujui pemikiran tersebut. Sore harinya, Hasan mengunjungi rumah Rusli seperti
yang telah dijanjikannya tadi siang. Mereka bercakap-cakap perihal diri masing-masing
saat mereka berpisah 15 tahun lamanya. Sampai tiba saat mereka membicarakan perihal
Kartini. Awalnya, Hasan mengira Karyini adalah istri Rusli. Tapi sejurus kemudian
Rusli menjelaskan pada Hasan bahwa Kartini adalah janda rentenir Arab yang kaya
raya. Entah mengapa hati Hasan merasa lega mendengar hal tersebut. Tak lama
kemudian datanglah Kartini. Mereka berbincang-bincang kembali dan pada saat itulah
Hasan mengetahui bahwa Rusli dan Kartini adalah seorang atheis. Seorang yang tidak
percaya terhadap adanya Tuhan. Dan hal itu membuat hati Hasan tergugah untuk
"mengislamkan" lagi Rusli dan Kartini.

Namun sayang, semakin lama mereka berbincang, Hasan tidak mempunyai


kesempatan untuk "mengislamkan" mereka. Malahan Hasan semakin terpengaruh pada
obrolan mereka tentang konsep-konsep tidak adanya Tuhan. Apalagi setelah adanya
Anwar diantara mereka, Hasan terjerumus semakin dalam pada kesesatan itu.

Suatu hari, ia pulang mengunjungi orangtuanya di kampung. Ia berterus terang


pada ayahnya bahwa ia telah memiliki pandangan lain terhadap agama. Ayah Hasan
sangat kecewa sehingga ia memutuskan berpisah jalan dengan Hasan. Hasan sedih
dengan keadaan tersebut tapi ada Kartini yang bisa menyenangkan hatinya. Maka tak
berapa lama menikahlah Hasan dan Kartini tanpa restu orangtua mereka. Dan benar
saja, tanpa restu hubungan peenikahan mereka selalu diisi dengan pertengkaran hingga
berujung pada perceraian.

Pandangannya terhadap kaum atheis semakin lemah. Hal tersebut tidak lain
disebabkan ia masih memikirkan dirinya yang dahulu. Dirinya yang taat pada agama.
Biasanya Kartini lah yang dapat meneguhkan kembali pendiriannya. Namun kini semua
itu tinggal kenangan yang amat sakit ditambah pula dengan penyakit TBC-nya yang
semakin parah.

Suatu hari, Hasan mendapat surat dari Fatimah—adik angkatnya yang memberi
tahu bahwa ayahnya sakit. Hasan pun pergi mengunjungi ayahnya. Namun ayahnya
sudah terlanjur kecewa terhadap Hasan yang telah murtad pada agama dan tak berapa
lama kemudian ayah Hasan pun meninggal dunia. Hasan sangat menyesal atas apa yang
telah terjadi, karena secara tidak langsung ialah "pembunuh" ayahnya. Ia membunuh
dengan sikap tercela yang membuat ayahnya kecewa hingga akhir hayatnya. Hasan
telah menjadi anak durhaka.

Ia pulang ke Bandung masih dalam keadaan menyesal ditambah lagi ia


kesehatannya yang semakin lemah. Ia tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan pulang
ke rumah sehingga ia memutuskan menginap di hotel terdekat. Di hotel itu tanpa
sengaja ia mengetahui fakta bahwa Anwar hendak memperkosa Kartini, mantan
istrinya. Disitu ia merasa murka. Ia hendak mencari Anwar dan membalaskan
dendamnya. Namun dia ditembak tentara Jepang karena dikira mata-mata. Saat
tertembah ia menyebut "Allahu Akbar" dan kemudian tidak bergerak lagi.
TAK ADA ESOK

Sinopsis oleh : Caesar ‘Adlu Hakim

Pengarang : Mochtar Lubis

Penerbit : Pustaka Jaya, Jakarta

Tahun terbit : 1950

Jumlah halaman : 225 halaman

Sinopsis

Novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang tokoh Johan ketika masa
penjaahan jepang, masa kemerdekaan, dan paska kemerdekaan. Johan adalah mantan
wartawan surat kabar pada saat penjajahan Belanda dan Jepang. Merasa tak tahan
bangsanya dijajah, ia bersama teman-temannya, Hassan, Ariffin, dan Sentot hendak
bergabung dalam pasukan perang demi membela negaranya. ada yang masuk sebagai
tentara, sebagai Laskar Rakyat, dan sebagainya. Sedangkan ia sendiri masuk Peta pada
tahun 1944. Ia dikenal sebagai seorang yang sangat kuat, ia dinilai sangat bagus.

Dalam sebuah pertempuran di Goa Usang, Belanda menghabisi pasukan-


pasukan gerilya Indonesia. Hassan-lah yang menjadi komando. Saat itu, Johan menjadi
penghubung antara Hassan dan Letnan Sudiarto.

Di tengah hujan mortir dan peluru, Hassan, sang komando tetap bersikeras agar
pasukan gerilya tetap maju sampai titik darah penghabisan sampai Letnan Sudiarto
tewas mengenaskan. Yang tersisa hanyalah Johan.

Johan pun harus tahan terhadap penajajahan Jepang yang datang ke Indonesia.
Awalnya Jepang bersikap baik kepada Indonesia. Indoneisa pun menerimanya dengan
baik karena merasa Jepang-lah yang menghapus penjajahan Belanda. Namun, ternyata
Jepang pun ikut menjajah Indonesia dengan lebih kejam.
Perjuangan yang dilakukan para gerilyawan sangat hebat. Tidak hanya
perjuangan fisik saja. Tetapi, juga perjuangan moral. Isi dari novel Tidak Ada Esok ini
menggambarkan flashback kehidupan seorang gerilyawan, Johan di masa penjajahan.
PERBURUAN

Sinopsis oleh : Devi Aprilia

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Hasta Mitra

Tahun terbit : 2002 (cetakan ke-IV)

Jumlah halaman : 163 halaman

Sinopsis

Novel perburuan ini menceritakan tentang pemberontakan yang akan di lakukan


oleh Hardo, Dipo, dan Karmin terhadap Nippon. Hardo adalah seorang bangsawan, ia
merupakan anak dari seorang Wedana. Sebelum kemerdekaan, Hardo dan teman-
temannya melakukan sebuah pemberontakan, namun usahanya tersebut gagal karena
temannya sendiri yaitu Karmin telah bekhianat. Hal tersebut menjadikan Hardo diburu
oleh tentara Jepang.

Pada saat Hardi di buru oleh tentara jepanh, Hardo menyamar menjadi seorang
pengemis, ia hanya menggenakan cawat sebagai penuntut auratnya, tubuhnya sangat
kotor dan tidak terawat, sehingga membuat ia tidak di kenali oleh siapapun. Namun,
Hardo memiliki tanda yang tidak dapat ia sembunyikan, yaitu garis cacat yang berwana
lebih muda dari kulitnya, dan memanjang di punggung lengan kanannya. Saat diburu
oleh Nippon, kehidupan keluarga Hardi menjadi berantakan, Ibu Hardi meninggal dan
ayahnya di pecat dari seorang Wedana dan menjadi seorang Penjudi. Selama Hardo di
buru oleh Jepang, ia tidak mengetahui keberadaan Ningsih, yaitu tunanganny. Ningsih
merupakan anak dari Lurah Kaliwangan.

Pada suatu hari, saat Lurah kaliwangan bertemu dengan Hardo, Lurah
Kaliwangan membujuk Hardo agar kembali pulang, namun Hardo menolak karena
Hardo mempunyai sebuah tekad bahwa ia hanya akan kembali setelah Jepang kalah.
Tidak lama kemudian Hardo bertemu dengan ayahnya, yang sekarang menjadi seorang
penjudi. Mereka bertemu di sebuah Gubug, Hardo dan ayahnya saling berbicara
sepanjang malam, awalnya ayah Hardo tidak menyadari bahwa ia sedang berbicara
dengan anaknya sendiri, karena penampilan Hardo sudah berubah layaknya seorang
pengemis. Tidak lama kemudian, ayah Hardo sadar bahwa yang ia kira pengemis itu
adalah anaknya karena saat Hardi tertidur ia mendengarkan bahwa Hardi mengigau dan
menyebutkan nama Karmin dan Ningsih. Lalu ayah Hardo berniat untuk melihat tanda
cacat pada lengan kanan. Tidak lama kemudian terdengar suara Nippon yang menuju
gubug tersebut, Nippon tersebut sedang mancari Hardo. Lurah Kaliwangan mengadukan
kepada Nippon bahwa Hardo ada di Blora, dan ia habis berbicara dengan Hardo. Namun
Nippon tidak berhasil menemukan Hardo di gubug ayahnya itu, karena Hardo segera
melarikan diri. Hardo melarikan diri dari gubug itu dan sampailah ia di sebuah
jembatan. Disana ia bertemu dengan Dipo dan Kartiman. Kartiman memberitahukan
bahwa ayah Hardo telah di tangkap oleh Nippon.

Setalah beberapa lama Nippon datang ke jembatan itu bersama dengan Karmin
dan Lurah Kaliwangan, mereka datang untuk mencari dan menangkap Hardo. Di tengah
pembicaraan Lurah Kaliwangan yang terdesak oleh pertanyaan Nippon tentang siapa
teman dekatnya Hardo, kemudian Lurah Kaliwangan dengan terpaksa menyebut nama
Ningsih, anaknya sendiri. Hal tersebut menjadikan Lurah Kaliwangan sebagai tawanan
Nippon selama Hardo belum di tangkap. Nippon memerintahkan Karmin untuk
menangkap Ningsih. Keesokan harinya Karmin datang kerumah Ningsih dan dia
berkata mengenai maksud dan tujuannya, yaitu menahan Ningsih sebagai tawanan.
Tidak lama kemudia, Nippon datang dan memeriksa Ningsih, dan bertanya mengenai
Hardo kepada Ningsih, karena Ningsih merupakan tunangan Hardo. Namun Ningsih
tidak mengetahui keberadaan Hardo.

Pada saat suasana tegang dan Nippon memutuskan untuk menahan Ningsih tiba-
tiba terdapat suara dari luar, bahwa Jepang sudah menyerah terhadap Indonesia dan
Indonesia sudah merdeka. Pada saat itulah Hardo, Dipo dan Kartiman datang. Dipo
meminta Nippon agar jongkok dan tak lama kemudian Dipo langsung membunuh
Nippon tersebut. Setalah itu Dipo ingin membunuh Karmin karena secara umum
masyarakat indonesia memahami bahwa Dipo telah berkhianat. Tindakan yang di
lakukan Dipo segera di hentikan oleh Hardo karena Hardo memahami alasan
sebenarnya mengapa Karmin melakukan tindakan yang salah tersebut sehingga dirinya
dianggap sebagi penghianat. Semua warga Indonesia telah berkumpul dengan membawa
berbagai senjata seperti bambu runcing yang akan di gunakan untuk membuh karmin.
Karmin menyerahkan dirinya terhadap warga tersebut, namun tiba-tiba warga tersebut
berhenti dan Hardo menyuruh mereka agar kembali pulang. Hal tersebut menjadikan
Karmin tidak di bunuh oleh warga. Tidak lama kemudian, suara Lurah Kaliwangan
menjerit, bahwa anaknya Ningsih telah tertembak peluru oleh Jepang, tidak lama
kemudian Ningsih meninggal dunia.
JALAN TAK ADA UJUNG

Sinopsis oleh : Dewi Maf’ula

Pengarang : Mochtar Lubis

Penerbit : Balai Pustaka; Pustaka Jaya; Yayasan Obor Indonesia

Tahun terbit : 1952 (terbitan pertama)

Jumlah Halaman : 127

Sinopsis

Novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis ini menceritakan seorang guru
bernama Isa, dan istrinya Fatimah, ditambah anak adopsinya Salim. Isa sangat dihormati
karena ia seorang guru. Tetapi kehidupannya dari segi ekonomi dapat dikatakan
kekurangan. Mereka hidup pada jaman penjajahan, sehingga sering kali mereka merasa
tidak tenang dengan hidupnya.

Guru Isa takut ketika melihat sedadu-serdadu kejam, kasar, dan tidak
berperikemanusiaan itu datang ke rumah-rumah untuk mengambil orang yang ingin
mereka bawa ke markas, karena setiap ada kejadian tersebut selalu ada yang mati
tertembak.

Dikampung Guru Isa tinggal, pada waktu itu di sana sedang mengadakan
pertemuan revolusi kemerdekaan yang diketuai oleh Hazil seorang pemuda berani,
pintar, dan semangat nasionalisme nya tinggi. Mereka hanya berbekal bambu runcing
dan golok. Disitu Guru Isa dipilih menjadi kurir surat menyurat dan senjata dalam kota.

Hingga suatu saat Hazil, Guru Isa, dan Rakhmat teman Hazil berencana
mengobrak-abrik serdadu Belanda yang ada di bioskop Rex di Kramatplein. Mereka
membawa granat, dimana granat itu akan dilemparkannya oleh Hazil dan Rakhmat
sedang Guru Isa sebagai penjaga saja. Setelah dilemparkannya mereka langsung lari.
Setelah kejadian tersebut ada dua orang korban yang dibawa ambulans dan banyak
orang luka-luka, mengetahui hal itu Rakhmat tercengang. Kemudian mereka
memutuskan untuk tidak mengadakan pertemuan dahulu.

Seminggu kemudian muncul berita bahwa polisi telah mengetahui pelaku


pengeboman itu. Akhirnya Hazil dan Guru Isa tertangkap polisi keduanya diintrogasi
bahkan disiksa. Berkali kali Guru Isa tak menjawab introgasi tersebut bahkan sempat
pingsan ketakutan dan Rakhmat tidak diketahui keberadaannya.
JANGIR BALI

Sinopsis oleh : Zahra Apriolita Tsuroyya

Pengarang : Nur St. Iskandar

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun Terbit : 1946

Jumlah halaman : 257 halaman

Sinopsis

Dalam novel ini dikisahkan seorang pemuda keturunan bangsawan dari Madura
yang bekerja sebagai pengajar di tanah Bali. Pemuda itu bernama Raden Panji Susila.
Di Bali, selain mengajar di sekolah milik pemerintah, Susila juga mengajar di Sekolah
Kebangsaan.

Pada suatu hari, saat Susila dan sahabatnya, Ngurah melihat pelaksanaan
upacara melis, yaitu upacara pembersihan besar-besaran. Pada pelaksanaannya, ada
pertunjukan Jangir (penari). Di sana tampil seorang penari muda yang sangat dikenal
oleh masyarakat Singaraja. Wanita itu itu berparas cantik, tariannya yang memikat hati,
patutlah ia menjadi bahan pembicaraan dan pujian anak-anak muda di sana. Ia bernama
Putusasih, gadis muda yang berasal dari kasta Sudra dari desa Sanjen. Susila yang
melihat tarian Putusasih tidak dapat memalingkan pandangannya. Ia tertarik dengan
gadis muda nan cantik itu. Sesaat pandangan mereka sempat bertemu, setelah
pertunjukan itu selesai Susila dan Ngurah melanjutkan perjalanan mereka menuju
rumah masing-masing.

Beberapa hari seteah kejadian itu, dilaksanakan upacara pembakaran mayat


salah satu penduduk di sana. Susila terus mencari Putusasih, mana tau dia ada di sana.
Saat penduduk sibuk membawa menara mayat berkeliling, Susila bersama Ngurah
melihat ada seorang gadis yang hendak dibawa paksa oleh dua orang lelaki. Susila pun
menolong gadis itu dengan bantuan Ngurah juga. Tak disangka gadis itu adalah
Putusasih. Sejak kejadiaan itu, tumbuhlah perasaan cinta antara dua insan itu. Susila
ditemani Ngurah dan Ida Nyoman pun memutuskan pergi ke rumah Putusasih di desa
Sanjen untuk melamar Putusasih. Mereka disambut baik oleh ibu Putusasih dan
akhirnya Susila dan Putusasih akhirnya resmi menjalin hubungan pertunangan.

Susila berencana membangun sekolah di desa Sanjen dan daerah lain di Bali,
karena ia merasa bahwa pemerintah sengaja membuat rakyat Bali bodoh padahal tanah
itu menyimpan banyak sekali kekayaan. Susila ingin rakyat Bali tidak mudah dibodohi
lagi oleh pemerintah kolonial. Seperti setiap gerakan nasional lainnya, Susila mendapat
banyak sekali kecaman dari berbagai pihak terutama pihak pemerintah. Bahkan oleh
pamannya yang merupakan seorang mantri di kota Singaraja. Apalagi setelah tahu
bahwa Susila ingin memperistri Putusasih yang merupakan gadis desa dari kasta Sudra.
Pamannya merasa bahwa Susila yang berdarah bangsawan tidak pantas bersanding
dengan Putusasih, dan juga Susila telah dijodohkan oleh ibunya dengan wanita bernama
Wahyuni.

Suatu hari Susila mendapat surat bahwa sang ibu jatuh sakit, akhrinya ia pulang
ke pulau Jawa. Sesampainya disana ia heran dengan keadaan ibunya yang sehat.
Ternyata ia akan dijodohkan dengan Wahyuni. Namun Susila menolak, dan membuat
sang ibu marah. Sedangkan di Bali Putusasih mengalami berbagai musibah. Rumahnya
dibakar oleh mata-mata pemerintah. Ia melarikan diri ke hutan dan kehilangan sang ibu.
Ia pun menuju rumah salah satu kenalannya di desa Garendot. Setelah keadaan
Putusasih mulai tenang, ia memutuskan untuk menyusul Susila ke pulau Jawa.

Susila yang menolak permintaan sang ibu, akhirnya kembali ke Bali. Namun di
sana ia sudah menjadi buronan, dianggap komunis dan akhirnya harus diusir dari pulau
Bali. Mendengar bahwa sang kekasih ada di pulau Jawa, tanpa pikir panjang Susila
akhirnya kembali lagi ke pulau Jawa. Sesampainya di pulau Jawa, namun Susila tak
kunjung bertemu dengan Putusasih. Pada suatu hari ia pun pergi ke kota Surabaya untuk
menghadiri acara di sebuah pasar malam disana. Sebelum itu tak disangka ia
menemukan ayah Putusasih yaitu, Raden Joyosasmito. Pasar Malam itu pun diadakan,
dan pada hari ketiga dibukanya Pasar malam itu, ternyata ada sebuah penampilan Jangir
Bali. Gadis-gadis dari bali sengaja didatangkan dari Bali langsung. Tak Susila sangka
bahwa salah satu dari para gadis Bali itu adalah pujaan hatinya, Putusasih. Akhirnya
mereka pun dipertemukan kembali. Tidak hanya itu, Susila memberitahukan kepada
Raden Joyosasmito bahwa anaknya ada di Surabaya. Putusasih pun akhirnya bertemu
dengan sang ayah yang selama ini tak pernah ia kenal siapa dan bagaimana rupanya.
Setelah kejadian itu akhirnya Susila dan Putusasih melangsungkan pernikahan. Mereka
masih menetap di Pulau Jawa sampai urusan Susila di Jawa Timur selesai dan ia tetap
pada rencananya untuk kembali membangun sekolah dan berjuang di tanah Bali yang
ditemani oleh Putusasih, sang istri tercinta.

Anda mungkin juga menyukai